BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Imobilisasi atau gangguan mobilitas fisik didefinisikan sebagai
kehilangan gerakan anatomik akibat perubahan fungsi fisiologis, yang dalam
praktek sehari-hari dapat diartikan sebagai ketidakmampuan untuk melakukan
aktivitas mobilitas di tempat tidur, transfer, atau ambulasi selama lebih dari
tiga hari. Imobilisasi menggambarkan sindrom degenerasi fisiologis yang
diakibatkan penurunan aktivitas dan “desconding” (Aru, dkk. 2009).
Gangguan mobilitas fisik merupakan keadaan dimana seseorang tidak
dapat bergerak secara bebas karena kondisi yang mengganggu pergerakan.
Keterbatasan dalam mobilisasi mempengaruhi otot-otot dan rangka. Pada otot
terjadi penurunan massa otot akibat metabolisme dan tidak digunakan. Jika
gangguan mobilisasi berlanjut dan otot tidak dilatih, maka akan terjadi
penurunan massa otot yang berkelanjutan. Gangguan mobilisasi juga
mempengaruhi rangka dan juga otot sehingga terjadi penurunan luas gerak
sendi, kontraktur sendi, penurunan masa otot, dan atrofi otot. (Potter & Perry,
2010).
Ada beberapa macam penyakit yang bisa menyebabkan timbulnya
gangguan mobilitas fisik pada seseorang. Beberapa diantaranya adalah seperti
stroke, artritis, osteoposis, fraktur dan sebagainya. Semua masalah tersebut
umumnya terjadi pada lansia, namun tidak menutup kemungkinan terjadi juga
pada usia dewasa seperti stroke.
Stroke adalah gangguan peredaran darah otak yang menyebabkan
defisit neurologis mendadak sebagai akibat iskemia atau hemoragi sirkulasi
saraf otak (Sudoyo Aru). Istilah stroke biasanya digunakan secara spesifik
untuk menjelaskan infark serebrum (Nurarif & Kusuma, 2015).
Berdasarkan Riskesdas 2013 prevalensi stroke nasional 12,1 per mil
dan yang terakhir data di 2018 menunjukkan 10,9 per mil. Kenaikan
diperkirakan terjadi pada usia muda. Kisaran usia termuda ada di umur 35
tahun dan tertua 75 tahun. Umur ini lebih cepat dibanding tahun sebelumnya
usia termuda penderita stroke yakni 40 hingga 45 tahun.
1
2
2. Penulis
Dengan adanya penelitian ini penulis mendapatkan pengalaman yang
berharga dalam penerapan prosedur Range Of Motion (ROM) pada pasien
dengan gangguan mobilitas fisik
3. Institusi
Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat menambah wawasan
tentang prosedur Range Of Motion (ROM) pada pasien dengan gangguan
mobilitas fisik pasca stroke, menambah kepustakaan tentang Range Of
Motion (ROM) dan memperbaharui ilmu yang didapatkan.
E. Sistematika Penulisan
Bab I penduluan berisi tentang latar belakang, rumusan masalah,
tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan. Sedangkan
pada Bab II tinjauan pustaka berisi tentang definisi, tujuan, jenis, prosedur Bab
III metodologi penelitian berisi tentang desain penelitian, subjek penelitian,
fokus penelitian, instrument penelitian metode pengumpulan data, tempat
penelitian, analisis data dan penyajian data, etika penelitian.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
5
belakang membagi tubuh menjadi bagian kiri dan kanan, contoh gerakan fleksi
dan ekstensi pada jari tangan dan siku serta gerakan hiperekstensi pada pinggul.
Potongan frontal melewati tubuh dari sisi ke sisi dan membagi tubuh menjadi
bagian depan dan belakang, contoh gerakannya abduksi dan adduksi pada
lengan dan tungkai serta eversi dan inversi pada kaki. Sedangkan potongan
transversal adalah garis horizontal yang membagi tubuh menjadi bagian atas
dan bawah, contoh gerakannya supinasi dan pronasi pada tangan, rotasi
internal dan eksternal pada lutut, dan dorsofleksi dan plantar fleksi pada kaki
(potter & perry, 2006).
Latihan ROM dapat menggerakkan persendian seoptimal dan seluas
mungkin sesuai kemampuan seseorang dan tidak menimbulkan rasa nyeri pada
sendi yang digerakkan. Adanya pergerakan pada persendian akan
menyebabkan terjadinya peningkatan aliran darah ke dalam kapsula sendi.
Ketika sendi digerakkan, permukaan kartilago antara kedua tulang akan saling
bergesekan. Kartilago banyak mengandung proteoglikans yang menempel
pada asam hialuronat yang bersifat hidrophilik. Adanya penekanan pada
kartilago akan mendesak air keluar dari matriks sinovial. Bila tekanan berhenti
maka air yang keluar ke cairan sinovial akan ditarik kembali dengan membawa
nutrisi dari cairan (Ulliya, et al., 2007).
E. Tujuan ROM
Menurut Tseng, et al. (2007), Rhoad & Meeker (2009), Smith, N. (2009) dan
Smeltzer & Bare (2008), tujuan latihan ROM adalah sebagai berikut :
1. Mempertahankan fleksibilitas dan mobilitas sendi
2. Mengembalikan kontrol motorik
3. Meningkatkan/mempertahankan integritas ROM sendi dan jaringan lunak
4. Membantu sirkulasi dan nutrisi sinovial
5. Menurunkan pembentukan kontraktur terutama pada ekstremitas yang
mengalami paralisis.
6. Memaksimalkan fungsi ADL
7. Mengurangi atau menghambat nyeri
8. Mencegah bertambah buruknya system neuromuscular
9. Mengurangi gejala depresi dan kecemasan
10. Meningkatkan harga diri
11. Meningkatkan citra tubuh dan memberikan kesenangan
7
F. Jenis ROM
Dikenal 3 jenis latihan ROM, yaitu latihan ROM aktif, Aktif dengan
penampingan dan latihan ROM pasif (Rosidawati, 2020) :
1. Latihan ROM aktif.
Gerak aktif adalah gerak yang dihasilkan oleh kontraksi otot sendiri.
Latihan yang dilakukan oleh klien sendiri. Hal ini dapat meningkatkan
kemandirian dan kepercayaan diri klien.
2. Latihan aktif dengan pendampingan (active-assisted).
Latihan tetap dilakukan oleh klien secara mandiri dengan didampingi
oleh perawat. Peran perawat dalam hal ini adalah memberikan dukungan
dan atau bantuan untuk mencapai gerakan ROM yang diinginkan.
3. Latihan ROM pasif
Pada pasien yang sedang melakukan bedrest atau mengalami
keterbatasan dalam pergerakan latihan ROM pasif sangat tepat dilakukan
dan akan mendapatkan manfaat seperti terhindarnya dari kemungkinan
kontraktur pada sendi. Setiap gerakan yang dilakukan dengan range yang
penuh, maka akan meningkatkan kemampuan bergerak dan dapat
mencegah keterbatasan dalam beraktivitas. Ketika pasien tidak dapat
melakukan latihan ROM secara aktif maka perawat bisa membantunya
untuk melakukan latihan (Rhoad & Meeker, 2008). Latihan dapat
dilakukan oleh perawat atau tenaga kesehatan lain. Peran perawat dalam
hal ini dimulai dengan melakukan pengkajian untuk menentukan bagian
sendi yang memerlukan latihan dan frekuensi latihan yang diperlukan
G. Gerakan ROM
Dalam ROM ada beberapa gerakan yaitu (Rpsidawati, 2020) :
1. Fleksi, yaitu gerakan menekuk persendian
2. Ekstensi, yaitu gerakan meluruskan persendian
3. Abduksi, yaitu gerakan menjauhi sumbu tubuh
4. Adduksi, yaitu gerakan mendekati sumbu tubuh
5. Rotasi, yaitu gerakan memutar atau menggerakkan satu bagian melingkari
aksis tubuh
6. Pronasi, yaitu gerakan memutar ke bawah/ menelungkupkan tangan
7. Supinasi, yaitu gerakan memutar ke atas/ menengadahkan tangan
8. Inversi, yaitu gerakan ke dalam
8
6. Rotasi bahu
a. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
b. Atur posisi lengan pasien menjauhi tubuh dengan siku menekuk
c. Letakkan satu tangan perawat di lengan atas pasien dekat siku dan
pegang tangan pasien dengan tangan yang lain
d. Gerakkan lengan bawah ke bawah sampai menyentuh tempat tidur,
telapak tangan menghadap ke bawah
e. Kembali posisi lengan ke posisi semula
f. Gerakkan lengan bawah ke belakang sampai menyentuh tempat
tidur, telapak tangan menghadap ke atas
g. Kembalikan lengan ke posisi semula
h. Catat perubahan yang terjadi
D. Fase Terminasi
1. Melakukan evaluasi tindakan
2. Merapihkan alat
3. Mendokumentasikan hasil
4. Berpamitan
17
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan oleh penulis adalah penelitian
kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Menurut penulis penelitian kualitatif
adalah peneliti yang menjelaskan dan memberi pemahaman dan intrepetasi
tentang perilaku dan pengalaman manusia yang diperoleh melalui hasil
pengumpulan data seperti wawancara, observasi dan implementasi prosedur
dan menggali pengetahuan terhadap subjek studi kasus ini.
B. Populasi Dan Sampel
Populasi dari penelitian ini adalah pasien di ruang perawatan lantai 5
zona A Gedung A RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo dengan sampel dua
orang pasien yang mengalami gangguan mobilitas fisik dengan diagnosa medis
yang sama.
C. Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen yang digunakan pada studi kasus ini adalah lembar
wawancara, lembar SOP, dan lembar observasi infeksi. Lembar wawancara
digunakan sebagai pedoman untuk melakukan wawancara dengan subyek
untuk menghindari pertanyaan yang keluar dari konteks. Lembar SOP
digunakan sebagai daftar tilik untuk menilai kesesuaian antara langkah-
langkah secara teoritis dengan prosedur yang diterapkan. Lembar observasi
infeksi digunakan sebagai pedoman dalam melakukan observasi terhadap
perkembangan luka yang diberikan intervensi.
D. Metode Pengumpulan Data
Dalam mengumpulkan data studi kasus ini, peneliti melakukannya
dengan cara wawancara, observasi, implementasi tindakan, dan dokumentasi
berupa rekam medis pada kedua pasien yang memiliki gangguan mobilitas
fisik yang dirawat di ruang perawatan lantai 5 zona A Gedung A RSUPN Dr.
Cipto Mangunkusumo.
E. Pengolahan Dan Analisa Data
Menurut Sugiyono (2016), proses analisis data kualitatif dimulai
dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu
17
18
3. Non Maleficence
Sebagian besar penelitian keperawatan menggunakan populasi
dan sampel manusia (pasien). Oleh karena itu, sangat beresiko terjadi
kerugian fisik dan psikis terhadap subjek penelitian. Penelitian yang
dilakukan perawat sebaiknya tidak berbahaya, merugikan, atau
mengancam jiwa subjek.
4. Confidentiality
Peneliti wajib merahasiakan data-data subjek penelitian yang
sudah dikumpulkannya. Semua informasi yang telah dikumpulkan
dijaga kerahasiaannya oleh penulis dan hanya kelompok data tertentu
yang akan dilaporkan pada hasil penelitian. Sehingga informasi
individual tertentu tidak bisa langsung dikaitkan dengan subjek. Subjek
juga harus dijaga kerahasiaannya atas keterlibatannya dalam studi
kasus ini.
5. Justice
Studi kasus ini bersifat adil kepada subjek yang akan diteliti dan
kepada semua pasien saat penelitian sedang berlangsung. Kedua
subyek akan diberikan intervensi yang sama dan dengan manfaat yang
sama serta diberikan informed consent pada subyek sebelum
dilakukannya penelitian.
20
DAFTAR PUSTAKA
Alwi, Idrus. Dkk. (2015). Penatalaksanaan Dibidang Ilmu Penyakit Dalam Panduan
Praktik Klinis. Jakarta : InternaPublishing.
Nurarif, Amin Husada., & Hardhi Kusuma. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic – Noc. Yogyakarta :
MediAction.
Sulaiman, M. Reza., & Dini Afrianti Efendi. (2019). Hari Stroke Sedunia, Kemenkes
Waspadai Kasus Stroke di Usia Muda. Diakses dari
https://www.suara.com/health/2019/10/29/060500/hari-stroke-sedunia-
kemenkes-waspadai-kasus-stroke-di-usia-muda, tanggal 3 Februari 2020.
20