Anda di halaman 1dari 18

c cc

c
cc c c


 cc
c c cc c
cc c c





PENDAHULUAN
Tumor pada kelenjar tiroid diklasifikasikan berdasarkan sifat benigna atau maligna selain berdasarkan
ada tidaknya tirotoksikosis dan kualitas pembesaran kelenjar tersebut yang dapat menyebar atau
ireguler. Jika pembesaran kelenjar tiroid cukup membuat kelenjar tersebut terlihat pada leher, tumor ini
dinamakan Goiter atau gondok. ( Susanne, keperawatan medikal bedah Brunner, hal.1315)

PENGERTIAN
TIPE GOITER
Goiter toksik
Goiter yang disertai dengan hipertiriodisme. Hipertiroidisme dapat didefenisikan sebagai respon jaringan-
jaringan tubuh terhadap pengaruh metabolik hormon tiroid yang berlebihan. Keadaan ini dapat timbul
spontan atau akibat asupan hormon tiroid secara berlebihan. Ciri-ciri tiroidal berupa goiter akibat
hiperplasia kelenjar tiroid dan hipertiroidisme akibat sekresi hormon tiroid yang berlebihan.

Goiter nontoksik
Etiologi goiter non toksik antara lain adalah defisiensi iodium atau gangguan kimia intra tiroid oleh
berbagai faktor.

Simple goiter atau Goiter koloid


Tipe penyakit goiter yang sering ditemukan terutama pada kawasan geografis yang kekurangan iodium.
Penyakit ini disebabkan oleh defisiensi iodium dan konsumsi sat goitrogenik dalam jumlah yang lebih
besar oleh pasien dengan kelenjar tiroid yang rentan. Zat ini mencakup pemberian iodium atau litium
secara berlebihan untuk pengobatan manik-depresif.
Simpel goiter menggambarkan keadaan hipertropi kompensatoripada kelenjar tiroid yang kemungkinan
disebabkan stimulasi kelenjar tiroid. Kelenjar hipofisis menghasilkan tirotropin atau TSH, yaitu suatu
hormon yang mengontrol pelepasan hormon dari kelenjar tiroid, produksinya meningkat, jika aktivitas tioid
berada dibawah normal seperti pada iodium tidak cukup untuk produksi hormon tiroid. Penyakit goiter
semacam ini biasanya tidak menimbulkan gejala kecuali pembesaran pada leher, yang terjasi secara
berlebihan, dapat mengakibatkan kompressi trakea.
Apabila tindakan operatif dianjurkan, komplikasi pasca operatif dapat dikurangi dengan menempatkan
keadaan ioditiroid pra operatif yang ditimbulkan oleh pengobatan dengan preparat anti tiroid dan
pemberian senyawa iodida pra operatif untuk mengurangi ukuran serta vaskularisasi.

Goiter noduler
Kelenjar tiroid tertentu bersifat noduler karena ada satu atau beberapa daerah hiperplasia (pertumbuhan
berlebihan) dalam keadaan yang tampaknya serupa dengan keadaan yang menyebabkan timbulnya
simple goiter. Akibat kelainan ini tidak terdapat gejala, tetapi ukuran nodul yang terbentuk tidak jarang
meningkat secara perlahan dan kemudian turun kedalam rongga thoraks sehingga menimbulkan gejala
penekanan. Sebagian nodul berubah menjadi maligna dan sebagian lainnya disertai keadaan hipertiroid.

GOITER NON TOKSIK


Untuk menghindari kesimpangsiuran pada pembahasan penata laksanaan asuhan keperawatan,
penulisan makalah ini dibatasi hanya pada pembahasan goiter non toksik.
Goiter non toksik merupakan gangguan yang sangat sering dijumpai dan menyerang sampai 16 % wanita
dan 4 % pria yang berusia antara 20-60 tahun (patofisiologi, EGC hal. 1077).

ETIOLOGI
Etiologi goiter non toksik antara lain adalah defisiensi iodium atau gangguan kimia intra tiroid oleh
berbagai faktor (patofisiologi, EGC hal. 1077).
PATOFISIOLOGI
Akibat defisiensi iodium atau gangguan kimia intra tiroid kapasitas kelenjar tiroid untuk mensekresi
tiroksin terganggu, mengakibatkan peningkatan kadar TSH dan hiperplasia dan hipertropi folikel-folikel
tiroid. Pembesaran kelenjar tiroid pada pasien goiter non toksik sering bersifat eksaserbasi dan remisi
disertai hiperevolusi dan involusi pada bagian-bagian kelenjar tiroid. Hiperplasia mungkin bergantian
dengan fibrosis, dan dapat timbul nodula-nodula yang mengandung folikel-folikel tiroid.

GAMBARAN KLINIS
Secara klinis pasien dapat memperlihatkan penonjolan disepertiga bagian bawah leher. Goiter yang
besar dapat menimbulkan masalah kompresi mekanik, disertai pergeseran letak trakea dan eusofagus,
dan gejala-gejala obstruksi.

PENGOBATAN
Terapi goiter antara lain dengan penekanan TSH oleh hormon tiroid. Pengobatan dengan tiroksin yang
lama akan mengakibatkan penekanan TSH hifosis, dan penghambatan fungsi tiroid disertai atropi
kelenjar tiroid. Goiter yang besar mungkin perlu dibedah untuk menghilangkan gangguan mekanis dan
kosmetis yang diakibatkannya. Pada masyarakat dimana goiter timbul sebagai akibat kekurangan iodium
maka garam dapur harus diberi tambahan iodium.

PENCEGAHAN
Penyakit simple goiter atau gondok endemik dapat dicegah dengan memberikan senyawa iodiumkepada
anak-anak dikawasan yang kandungan iodiumnya buruk. Jika asupan merata iodium kurang dari 40
mg/hari, kelenjar tiroid akan mengalami hipertropi . Organisasi kesehatan sedunia (WHO) menganjurkan
iodisasi garam hingga mencapai konsentrasi satu bagian dalam 100.000 yang sudah cukup untuk
pencegahan goiter. Di Amerika Serikat, garam beriodium merupakan satu-satunya cara yang paling
efektif untuk mencegah penyakit goiter dalam masyarakat yang rentan.

ASUHAN KEPERAWATAN

a. Pengkajian
Aktifitas/istirahat˜
Gejala : insomnia, sensivitas meningkat, otot lemah, gangguan koordinasi, kelelahan berat.
Tanda : atropi otot

Sirkulasi˜
Gejala : palpitasi, nyeri dada (angina)
Tanda : disritmia (vibrilasi atrium), irama gallop, murmur, peningkatan tekanan darah dengan takanan
dada yang berat, takhikardi saat istirahat, sirkulasi kolap, syok (krisis tirotoksikosis).

Eliminasi˜
Gejala : urine dalam jumlah yang banyak, perubahan dalam faeces.

Integritas ego˜
Gejala : mengalami stress yang berat baik maupun fisik
Tanda : emosi labil (euphoria sedang sampai delirium), depresi.

Makanan/cairan˜
Gejala : kehilangsn berat badan mendadak, nafsu makan meningkat, makannya sering, kehausan, mual
dan muntah.
Tanda : pembesaran tiroid, goiter, edema non pitting terutama daerah pretibial.

Neurosensori˜
Tanda : bicara cepat dan parau, gangguan status mental dan perilaku, seperti bingung, disorientasi,
gelisa, peka rangsang, delirium, psikosis, stupor, koma, tremor halus pada tangan, tanpa tujuan,
beberapa bagian tersentak-sentak, hiperaktif reflek tendon dalam (RTD).
Nyeri/kenyamanan
Gejala : nyeri orbital/fothopobia

Pernafasan˜
Tanda : frekwensi pernafasan meningkat, takipnea, dispnea, sumbatan jalan nafas, terjadi penekanan.

Keamanan˜
Gejala : tidak toleransi terhadap panas, keringat yang berlebihan, kebutuhan meningkat akan iodium (G),
alergi etrhadap iodium (Hi).
Tanda : suhu meningkat 37,4 derajat celcius. Diaforesisi, kulit halus, hangat dan kemerahan, rambut tipis,
mengkilat dan lurus, exoftalmus: retraksi, iritasi padakonjungtiva dan berair. Puritus, lesi, eritema ( sering
terjadi pada pretibial) yang menjadi sangat parah.

Seksualitas˜
Tanda : penurunan libido, hipomenorhea dan impotensi.

Penyuluhan/pembelajaran˜
Gejala : adanya riwayat keluarga mengalami masalah itroid, riwayat hipotiroidisme, terapi hormon tiroid
atau pengobatan antitiroid, dihentikan terhadap pengobatan antitiroid, dilakukan pembedahan
tiroidektomi sebagian, riwayat pemberian insulin yang menyebabkan hipoglikemia, gangguan jantung
atau pembedahan jantung, penyakit yang baru terjadi (pnemonia), trauma, periksaan rontgen fhoto
dengan zat kontras.

b. Diagnosa keperawatan
1. Nafas tidak efektif berhubungan dengan adanya pembesaran jaringan pada leher, penekanan trakhea.
2. Perubahan pola nutrisi berhubungan dengan adanya penekanan daerah oesofagus, penurunan nafsu
makan.
3. Gangguan konsep diri (harga diri rendah) berhubungan dengan tidak efektifnya coping individu,
adanya pembesaran pada leher.
4. Kurang pengetahuan berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi.

c. Intervensi
Diagnosa 1
Rencana tindakan :
1. Pantau frekwensi pernafasan , kedalaman, dan kerja pernafasan
2. Auskultasi suara nafas, catat adanya perubahan suara patologis
3. Waspadakan klien agar leher tidak tertekuk/posisikan semi ekstensi atau eksensi pada saat
beristirahat.
4. Ajari klien latiahan nafas dalam
5. Selidiki keluhan kesulitan menelan
6. Persiapkan operasi bila diperlukan.

Diagnosa 2
Rencana tindakan :
1. Kaji adanya kesulitan menelan, selera makan, kelemahan umum dan munculnya mual dan muntah.
2. Pantau masukan makanan setiap hari dan timbang berat bada setiap hari serta laporkan adnaya
penurunan.
3. Dorong klien untuk makan dan meningkatkan jumlah makan dan juga beri makanan lunak, dengan
menggunakan makanan tinggi kalori yang mudah dicerna.
4. Beri/tawarkan makanan kesukaan klien.
5. Kolaborasi : konsultasikan dengan ahli gizi untuk memberikan diet tinggi kalori, protein, karbohidrat
dan vitamin.

Diagnosa 3
Rencana tindakan :
1. Kaji tingkat perubahan rentang harga diri rendah
2. Pastikan tujuan tindakan yang kita lakukan adalah realistis
3. Sampaikan hal-hal yang positif secara mutlak untuk klien, tingkatkan pemahaman tentang penerimaan
anda pada pasien sebagai seorang individu yang berharga.
4. Tentukan untuk perilaku manipulatif, identifikasi konsekensi untuk pelanggaran ini dengana cara yang
berbelit-belit.
5. Diskusikan masa depan klien, bantu klien dalam menetapkan tujuan-tujuan jangka pendek dan
panjang.

Diagnosa 4
Rencana tindakan :
1. Tinjau kembali proses penyakit dan harapan masa datang
2. Berikan informasi yang tepat dengan keadaan individu
3. Identifikasi sumber stress dan diskusikan faktor pencetus krisis tiroid yang terjadi, seperti orang/sosial,
pekerjaan, infeksi, kehamilan
4. Berikan informasi tentang tanda dan gejala dari penyakit gondok serta penyebabnya
5. Diskusikan mengenai terapi obat-obatan termasuk juga ketaatan etrhadap pengobatan dan tujuan
terapi serta efek samping obat etrsebut
6. Beri dukungan moril dapat menjalankan semua anjuran/informasi yang didapat baik oleh petugas
kesehatan maupun keluarga.

PENYIMPANGAN KDM PENYAKIT GOITER

Defesiensi iodium/Gg kimia intra tiroid Perubahan litium dan iodium berlebihan

Zat goiterroenik

simple goiter/goiter koloid Goiter noduler

Gangguan kelenjar tiroid

Gangguan sekresi tiroksin

Kompensatorik stimulus kel.tiroid

Hipetropi peningkatan TSH hiperplasia

Maligna
Pembesaran pada leher kelainan kel.tiroid nodul Hipertiroid

Berlebih : kompresi trakhea turun kerongga thorax


Dan oesofagus
Penekanan daerah setempat
Obstruksi jalan nafas
Gg pernafasan Gg pola nutrisi
Nafas tidak efektif

Efektifitas coping tidak Gg konsep diri (HDR)

Ketidakmampuan masalah kurang informasi kurang Pengetahuan

DAFTAR PUSTAKA

1. Marlyna E Doenges, dkk, Nursing Care Plans, edisi 2, F.A Davis C ompany, Philadelphia, 1984.
2. Barbara C Long, Perawatan Medikal Bedah, jilid 3, terjemahan, Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan
Keperawatan Padjajaran Bandung, 1996.
3. Hotma Rumaharbo, S.Kp. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistim Endokrin, EGC,1999.
4. Barbara Engram, Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah, Volume 3, EGC, Jakarta,1998.
5. Susanne, Keperawatan Medikal Bedah Brunner Suddart. EGC. Jakarta.
6. Sylvia A. Price, Dkk. Patofisiologi, konsep klinis proses-proses penyakit, edisi 4, EGC, Jakarta, 1995.
Diposkan oleh BamsChalampa di 05.15
cc c
cc c c


 cc

 ! !""


!#!!#"
#!"$%!&!!'
'("$) (*!'
+('$,-,./


c




#""'$ !"
"0"!''"'!'#"!!'$
!!'&!!'$10&!
"!''!'#"
!!'$


""' """
'!!" $

 "

#"#""*"" #""
$#!!' ""
'#"!'!'"#"$2&
!&!!'"!0 $
"""!'#"
"!!$' "'

(#'#""'(#
"(3!!*'&
'$#"&!#!"&
!'(#"&!!'("!$
c! (& ""
 #"!'"!"
!#* ""
3$


! !!''
)!'!!'/#"#"#"
#!!!#"$c!"(
#"!""&'
""''""!"$ !"!!'
"!"#'$



 
"'"!''*(
'!'#!'"$
"""#"""#",45
*65#"!78048') "(1'$,899/$


 
""' """
'!!" ) "(1'$,899/$

c
:  
c! """
"""("!"
'
c cc c
cc c
' 0 
 c


PENDAHULUAN
Tumor pada kelenjar tiroid diklasifikasikan berdasarkan sifat benigna atau maligna selain berdasarkan
ada tidaknya tirotoksikosis dan kualitas pembesaran kelenjar tersebut yang dapat menyebar atau
ireguler. Jika pembesaran kelenjar tiroid cukup membuat kelenjar tersebut terlihat pada leher, tumor ini
dinamakan Goiter atau gondok. ( Susanne, keperawatan medikal bedah Brunner, hal.1315)

PENGERTIAN
TIPE GOITER
Goiter toksik
Goiter yang disertai dengan hipertiriodisme. Hipertiroidisme dapat didefenisikan sebagai respon jaringan-
jaringan tubuh terhadap pengaruh metabolik hormon tiroid yang berlebihan. Keadaan ini dapat timbul
spontan atau akibat asupan hormon tiroid secara berlebihan. Ciri-ciri tiroidal berupa goiter akibat
hiperplasia kelenjar tiroid dan hipertiroidisme akibat sekresi hormon tiroid yang berlebihan.

Goiter nontoksik
Etiologi goiter non toksik antara lain adalah defisiensi iodium atau gangguan kimia intra tiroid oleh
berbagai faktor.

Simple goiter atau Goiter koloid


Tipe penyakit goiter yang sering ditemukan terutama pada kawasan geografis yang kekurangan iodium.
Penyakit ini disebabkan oleh defisiensi iodium dan konsumsi sat goitrogenik dalam jumlah yang lebih
besar oleh pasien dengan kelenjar tiroid yang rentan. Zat ini mencakup pemberian iodium atau litium
secara berlebihan untuk pengobatan manik-depresif.
Simpel goiter menggambarkan keadaan hipertropi kompensatoripada kelenjar tiroid yang kemungkinan
disebabkan stimulasi kelenjar tiroid. Kelenjar hipofisis menghasilkan tirotropin atau TSH, yaitu suatu
hormon yang mengontrol pelepasan hormon dari kelenjar tiroid, produksinya meningkat, jika aktivitas tioid
berada dibawah normal seperti pada iodium tidak cukup untuk produksi hormon tiroid. Penyakit goiter
semacam ini biasanya tidak menimbulkan gejala kecuali pembesaran pada leher, yang terjasi secara
berlebihan, dapat mengakibatkan kompressi trakea.
Apabila tindakan operatif dianjurkan, komplikasi pasca operatif dapat dikurangi dengan menempatkan
keadaan ioditiroid pra operatif yang ditimbulkan oleh pengobatan dengan preparat anti tiroid dan
pemberian senyawa iodida pra operatif untuk mengurangi ukuran serta vaskularisasi.

Goiter noduler
Kelenjar tiroid tertentu bersifat noduler karena ada satu atau beberapa daerah hiperplasia (pertumbuhan
berlebihan) dalam keadaan yang tampaknya serupa dengan keadaan yang menyebabkan timbulnya
simple goiter. Akibat kelainan ini tidak terdapat gejala, tetapi ukuran nodul yang terbentuk tidak jarang
meningkat secara perlahan dan kemudian turun kedalam rongga thoraks sehingga menimbulkan gejala
penekanan. Sebagian nodul berubah menjadi maligna dan sebagian lainnya disertai keadaan hipertiroid.

GOITER NON TOKSIK


Untuk menghindari kesimpangsiuran pada pembahasan penata laksanaan asuhan keperawatan,
penulisan makalah ini dibatasi hanya pada pembahasan goiter non toksik.
Goiter non toksik merupakan gangguan yang sangat sering dijumpai dan menyerang sampai 16 % wanita
dan 4 % pria yang berusia antara 20-60 tahun (patofisiologi, EGC hal. 1077).

ETIOLOGI
Etiologi goiter non toksik antara lain adalah defisiensi iodium atau gangguan kimia intra tiroid oleh
berbagai faktor (patofisiologi, EGC hal. 1077).

PATOFISIOLOGI
Akibat defisiensi iodium atau gangguan kimia intra tiroid kapasitas kelenjar tiroid untuk mensekresi
tiroksin terganggu, mengakibatkan peningkatan kadar TSH dan hiperplasia dan hipertropi folikel-folikel
tiroid. Pembesaran kelenjar tiroid pada pasien goiter non toksik sering bersifat eksaserbasi dan remisi
disertai hiperevolusi dan involusi pada bagian-bagian kelenjar tiroid. Hiperplasia mungkin bergantian
dengan fibrosis, dan dapat timbul nodula-nodula yang mengandung folikel-folikel tiroid.

GAMBARAN KLINIS
Secara klinis pasien dapat memperlihatkan penonjolan disepertiga bagian bawah leher. Goiter yang
besar dapat menimbulkan masalah kompresi mekanik, disertai pergeseran letak trakea dan eusofagus,
dan gejala-gejala obstruksi.

PENGOBATAN
Terapi goiter antara lain dengan penekanan TSH oleh hormon tiroid. Pengobatan dengan tiroksin yang
lama akan mengakibatkan penekanan TSH hifosis, dan penghambatan fungsi tiroid disertai atropi
kelenjar tiroid. Goiter yang besar mungkin perlu dibedah untuk menghilangkan gangguan mekanis dan
kosmetis yang diakibatkannya. Pada masyarakat dimana goiter timbul sebagai akibat kekurangan iodium
maka garam dapur harus diberi tambahan iodium.

PENCEGAHAN
Penyakit simple goiter atau gondok endemik dapat dicegah dengan memberikan senyawa iodiumkepada
anak-anak dikawasan yang kandungan iodiumnya buruk. Jika asupan merata iodium kurang dari 40
mg/hari, kelenjar tiroid akan mengalami hipertropi . Organisasi kesehatan sedunia (WHO) menganjurkan
iodisasi garam hingga mencapai konsentrasi satu bagian dalam 100.000 yang sudah cukup untuk
pencegahan goiter. Di Amerika Serikat, garam beriodium merupakan satu-satunya cara yang paling
efektif untuk mencegah penyakit goiter dalam masyarakat yang rentan.

ASUHAN KEPERAWATAN

a. Pengkajian
Aktifitas/istirahat˜
Gejala : insomnia, sensivitas meningkat, otot lemah, gangguan koordinasi, kelelahan berat.
Tanda : atropi otot
Sirkulasi˜
Gejala : palpitasi, nyeri dada (angina)
Tanda : disritmia (vibrilasi atrium), irama gallop, murmur, peningkatan tekanan darah dengan takanan
dada yang berat, takhikardi saat istirahat, sirkulasi kolap, syok (krisis tirotoksikosis).

Eliminasi˜
Gejala : urine dalam jumlah yang banyak, perubahan dalam faeces.

Integritas ego˜
Gejala : mengalami stress yang berat baik maupun fisik
Tanda : emosi labil (euphoria sedang sampai delirium), depresi.

Makanan/cairan˜
Gejala : kehilangsn berat badan mendadak, nafsu makan meningkat, makannya sering, kehausan, mual
dan muntah.
Tanda : pembesaran tiroid, goiter, edema non pitting terutama daerah pretibial.

Neurosensori˜
Tanda : bicara cepat dan parau, gangguan status mental dan perilaku, seperti bingung, disorientasi,
gelisa, peka rangsang, delirium, psikosis, stupor, koma, tremor halus pada tangan, tanpa tujuan,
beberapa bagian tersentak-sentak, hiperaktif reflek tendon dalam (RTD).
Nyeri/kenyamanan
Gejala : nyeri orbital/fothopobia

Pernafasan˜
Tanda : frekwensi pernafasan meningkat, takipnea, dispnea, sumbatan jalan nafas, terjadi penekanan.

Keamanan˜
Gejala : tidak toleransi terhadap panas, keringat yang berlebihan, kebutuhan meningkat akan iodium (G),
alergi etrhadap iodium (Hi).
Tanda : suhu meningkat 37,4 derajat celcius. Diaforesisi, kulit halus, hangat dan kemerahan, rambut tipis,
mengkilat dan lurus, exoftalmus: retraksi, iritasi padakonjungtiva dan berair. Puritus, lesi, eritema ( sering
terjadi pada pretibial) yang menjadi sangat parah.

Seksualitas˜
Tanda : penurunan libido, hipomenorhea dan impotensi.

Penyuluhan/pembelajaran˜
Gejala : adanya riwayat keluarga mengalami masalah itroid, riwayat hipotiroidisme, terapi hormon tiroid
atau pengobatan antitiroid, dihentikan terhadap pengobatan antitiroid, dilakukan pembedahan
tiroidektomi sebagian, riwayat pemberian insulin yang menyebabkan hipoglikemia, gangguan jantung
atau pembedahan jantung, penyakit yang baru terjadi (pnemonia), trauma, periksaan rontgen fhoto
dengan zat kontras.

b. Diagnosa keperawatan
1. Nafas tidak efektif berhubungan dengan adanya pembesaran jaringan pada leher, penekanan trakhea.
2. Perubahan pola nutrisi berhubungan dengan adanya penekanan daerah oesofagus, penurunan nafsu
makan.
3. Gangguan konsep diri (harga diri rendah) berhubungan dengan tidak efektifnya coping individu,
adanya pembesaran pada leher.
4. Kurang pengetahuan berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi.

c. Intervensi
Diagnosa 1
Rencana tindakan :
1. Pantau frekwensi pernafasan , kedalaman, dan kerja pernafasan
2. Auskultasi suara nafas, catat adanya perubahan suara patologis
3. Waspadakan klien agar leher tidak tertekuk/posisikan semi ekstensi atau eksensi pada saat
beristirahat.
4. Ajari klien latiahan nafas dalam
5. Selidiki keluhan kesulitan menelan
6. Persiapkan operasi bila diperlukan.

Diagnosa 2
Rencana tindakan :
1. Kaji adanya kesulitan menelan, selera makan, kelemahan umum dan munculnya mual dan muntah.
2. Pantau masukan makanan setiap hari dan timbang berat bada setiap hari serta laporkan adnaya
penurunan.
3. Dorong klien untuk makan dan meningkatkan jumlah makan dan juga beri makanan lunak, dengan
menggunakan makanan tinggi kalori yang mudah dicerna.
4. Beri/tawarkan makanan kesukaan klien.
5. Kolaborasi : konsultasikan dengan ahli gizi untuk memberikan diet tinggi kalori, protein, karbohidrat
dan vitamin.

Diagnosa 3
Rencana tindakan :
1. Kaji tingkat perubahan rentang harga diri rendah
2. Pastikan tujuan tindakan yang kita lakukan adalah realistis
3. Sampaikan hal-hal yang positif secara mutlak untuk klien, tingkatkan pemahaman tentang penerimaan
anda pada pasien sebagai seorang individu yang berharga.
4. Tentukan untuk perilaku manipulatif, identifikasi konsekensi untuk pelanggaran ini dengana cara yang
berbelit-belit.
5. Diskusikan masa depan klien, bantu klien dalam menetapkan tujuan-tujuan jangka pendek dan
panjang.

Diagnosa 4
Rencana tindakan :
1. Tinjau kembali proses penyakit dan harapan masa datang
2. Berikan informasi yang tepat dengan keadaan individu
3. Identifikasi sumber stress dan diskusikan faktor pencetus krisis tiroid yang terjadi, seperti orang/sosial,
pekerjaan, infeksi, kehamilan
4. Berikan informasi tentang tanda dan gejala dari penyakit gondok serta penyebabnya
5. Diskusikan mengenai terapi obat-obatan termasuk juga ketaatan etrhadap pengobatan dan tujuan
terapi serta efek samping obat etrsebut
6. Beri dukungan moril dapat menjalankan semua anjuran/informasi yang didapat baik oleh petugas
kesehatan maupun keluarga.

PENYIMPANGAN KDM PENYAKIT GOITER

Defesiensi iodium/Gg kimia intra tiroid Perubahan litium dan iodium berlebihan

Zat goiterroenik

simple goiter/goiter koloid Goiter noduler


Gangguan kelenjar tiroid

Gangguan sekresi tiroksin

Kompensatorik stimulus kel.tiroid

Hipetropi peningkatan TSH hiperplasia

Maligna
Pembesaran pada leher kelainan kel.tiroid nodul Hipertiroid

Berlebih : kompresi trakhea turun kerongga thorax


Dan oesofagus
Penekanan daerah setempat

Obstruksi jalan nafas


Gg pernafasan Gg pola nutrisi
Nafas tidak efektif

Efektifitas coping tidak Gg konsep diri (HDR)

Ketidakmampuan masalah kurang informasi kurang Pengetahuan

DAFTAR PUSTAKA

1. Marlyna E Doenges, dkk, Nursing Care Plans, edisi 2, F.A Davis C ompany, Philadelphia, 1984.
2. Barbara C Long, Perawatan Medikal Bedah, jilid 3, terjemahan, Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan
Keperawatan Padjajaran Bandung, 1996.
3. Hotma Rumaharbo, S.Kp. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistim Endokrin, EGC,1999.
4. Barbara Engram, Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah, Volume 3, EGC, Jakarta,1998.
5. Susanne, Keperawatan Medikal Bedah Brunner Suddart. EGC. Jakarta.
6. Sylvia A. Price, Dkk. Patofisiologi, konsep klinis proses-proses penyakit, edisi 4, EGC, Jakarta, 1995.
Diposkan oleh BamsChalampa di 05.15
id. Pembesaran kelenjar tiroid pada pasien goiter non toksik sering bersifat eksaserbasi dan remisi
disertai hiperevolusi dan involusi pada bagian-bagian kelenjar tiroid. Hiperplasia mungkin bergantian
dengan fibrosis, dan dapat timbul nodula-nodula yang mengandung folikel-folikel tiroid.

GAMBARAN KLINIS
Secara klinis pasien dapat memperlihatkan penonjolan disepertiga bagian bawah leher. Goiter yang
besar dapat menimbulkan masalah kompresi mekanik, disertai pergeseran letak trakea dan eusofagus,
dan gejala-gejala obstruksi.

PENGOBATAN
Terapi goiter antara lain dengan penekanan TSH oleh hormon tiroid. Pengobatan dengan tiroksin yang
lama akan mengakibatkan penekanan TSH hifosis, dan penghambatan fungsi tiroid disertai atropi
kelenjar tiroid. Goiter yang besar mungkin perlu dibedah untuk menghilangkan gangguan mekanis dan
kosmetis yang diakibatkannya. Pada masyarakat dimana goiter timbul sebagai akibat kekurangan iodium
maka garam dapur harus diberi tambahan iodium.

PENCEGAHAN
Penyakit simple goiter atau gondok endemik dapat dicegah dengan memberikan senyawa iodiumkepada
anak-anak dikawasan yang kandungan iodiumnya buruk. Jika asupan merata iodium kurang dari 40
mg/hari, kelenjar tiroid akan mengalami hipertropi . Organisasi kesehatan sedunia (WHO) menganjurkan
iodisasi garam hingga mencapai konsentrasi satu bagian dalam 100.000 yang sudah cukup untuk
pencegahan goiter. Di Amerika Serikat, garam beriodium merupakan satu-satunya cara yang paling
efektif untuk mencegah penyakit goiter dalam masyarakat yang rentan.

ASUHAN KEPERAWATAN

a. Pengkajian
Aktifitas/istirahat˜
Gejala : insomnia, sensivitas meningkat, otot lemah, gangguan koordinasi, kelelahan berat.
Tanda : atropi otot

Sirkulasi˜
Gejala : palpitasi, nyeri dada (angina)
Tanda : disritmia (vibrilasi atrium), irama gallop, murmur, peningkatan tekanan darah dengan takanan
dada yang berat, takhikardi saat istirahat, sirkulasi kolap, syok (krisis tirotoksikosis).

Eliminasi˜
Gejala : urine dalam jumlah yang banyak, perubahan dalam faeces.

Integritas ego˜
Gejala : mengalami stress yang berat baik maupun fisik
Tanda : emosi labil (euphoria sedang sampai delirium), depresi.

Makanan/cairan˜
Gejala : kehilangsn berat badan mendadak, nafsu makan meningkat, makannya sering, kehausan, mual
dan muntah.
Tanda : pembesaran tiroid, goiter, edema non pitting terutama daerah pretibial.

Neurosensori˜
Tanda : bicara cepat dan parau, gangguan status mental dan perilaku, seperti bingung, disorientasi,
gelisa, peka rangsang, delirium, psikosis, stupor, koma, tremor halus pada tangan, tanpa tujuan,
beberapa bagian tersentak-sentak, hiperaktif reflek tendon dalam (RTD).
Nyeri/kenyamanan
Gejala : nyeri orbital/fothopobia

Pernafasan˜
Tanda : frekwensi pernafasan meningkat, takipnea, dispnea, sumbatan jalan nafas, terjadi penekanan.

Keamanan˜
Gejala : tidak toleransi terhadap panas, keringat yang berlebihan, kebutuhan meningkat akan iodium (G),
alergi etrhadap iodium (Hi).
Tanda : suhu meningkat 37,4 derajat celcius. Diaforesisi, kulit halus, hangat dan kemerahan, rambut tipis,
mengkilat dan lurus, exoftalmus: retraksi, iritasi padakonjungtiva dan berair. Puritus, lesi, eritema ( sering
terjadi pada pretibial) yang menjadi sangat parah.

Seksualitas˜
Tanda : penurunan libido, hipomenorhea dan impotensi.
Penyuluhan/pembelajaran˜
Gejala : adanya riwayat keluarga mengalami masalah itroid, riwayat hipotiroidisme, terapi hormon tiroid
atau pengobatan antitiroid, dihentikan terhadap pengobatan antitiroid, dilakukan pembedahan
tiroidektomi sebagian, riwayat pemberian insulin yang menyebabkan hipoglikemia, gangguan jantung
atau pembedahan jantung, penyakit yang baru terjadi (pnemonia), trauma, periksaan rontgen fhoto
dengan zat kontras.

b. Diagnosa keperawatan
1. Nafas tidak efektif berhubungan dengan adanya pembesaran jaringan pada leher, penekanan trakhea.
2. Perubahan pola nutrisi berhubungan dengan adanya penekanan daerah oesofagus, penurunan nafsu
makan.
3. Gangguan konsep diri (harga diri rendah) berhubungan dengan tidak efektifnya coping individu,
adanya pembesaran pada leher.
4. Kurang pengetahuan berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi.

c. Intervensi
Diagnosa 1
Rencana tindakan :
1. Pantau frekwensi pernafasan , kedalaman, dan kerja pernafasan
2. Auskultasi suara nafas, catat adanya perubahan suara patologis
3. Waspadakan klien agar leher tidak tertekuk/posisikan semi ekstensi atau eksensi pada saat
beristirahat.
4. Ajari klien latiahan nafas dalam
5. Selidiki keluhan kesulitan menelan
6. Persiapkan operasi bila diperlukan.

Diagnosa 2
Rencana tindakan :
1. Kaji adanya kesulitan menelan, selera makan, kelemahan umum dan munculnya mual dan muntah.
2. Pantau masukan makanan setiap hari dan timbang berat bada setiap hari serta laporkan adnaya
penurunan.
3. Dorong klien untuk makan dan meningkatkan jumlah makan dan juga beri makanan lunak, dengan
menggunakan makanan tinggi kalori yang mudah dicerna.
4. Beri/tawarkan makanan kesukaan klien.
5. Kolaborasi : konsultasikan dengan ahli gizi untuk memberikan diet tinggi kalori, protein, karbohidrat
dan vitamin.

Diagnosa 3
Rencana tindakan :
1. Kaji tingkat perubahan rentang harga diri rendah
2. Pastikan tujuan tindakan yang kita lakukan adalah realistis
3. Sampaikan hal-hal yang positif secara mutlak untuk klien, tingkatkan pemahaman tentang penerimaan
anda pada pasien sebagai seorang individu yang berharga.
4. Tentukan untuk perilaku manipulatif, identifikasi konsekensi untuk pelanggaran ini dengana cara yang
berbelit-belit.
5. Diskusikan masa depan klien, bantu klien dalam menetapkan tujuan-tujuan jangka pendek dan
panjang.

Diagnosa 4
Rencana tindakan :
1. Tinjau kembali proses penyakit dan harapan masa datang
2. Berikan informasi yang tepat dengan keadaan individu
3. Identifikasi sumber stress dan diskusikan faktor pencetus krisis tiroid yang terjadi, seperti orang/sosial,
pekerjaan, infeksi, kehamilan
4. Berikan informasi tentang tanda dan gejala dari penyakit gondok serta penyebabnya
5. Diskusikan mengenai terapi obat-obatan termasuk juga ketaatan etrhadap pengobatan dan tujuan
terapi serta efek samping obat etrsebut
6. Beri dukungan moril dapat menjalankan semua anjuran/informasi yang didapat baik oleh petugas
kesehatan maupun keluarga.

PENYIMPANGAN KDM PENYAKIT GOITER

Defesiensi iodium/Gg kimia intra tiroid Perubahan litium dan iodium berlebihan

Zat goiterroenik

simple goiter/goiter koloid Goiter noduler

Gangguan kelenjar tiroid

Gangguan sekresi tiroksin

Kompensatorik stimulus kel.tiroid

Hipetropi peningkatan TSH hiperplasia

Maligna
Pembesaran pada leher kelainan kel.tiroid nodul Hipertiroid

Berlebih : kompresi trakhea turun kerongga thorax


Dan oesofagus
Penekanan daerah setempat

Obstruksi jalan nafas


Gg pernafasan Gg pola nutrisi
Nafas tidak efektif

Efektifitas coping tidak Gg konsep diri (HDR)

Ketidakmampuan masalah kurang informasi kurang Pengetahuan

DAFTAR PUSTAKA

1. Marlyna E Doenges, dkk, Nursing Care Plans, edisi 2, F.A Davis C ompany, Philadelphia, 1984.
2. Barbara C Long, Perawatan Medikal Bedah, jilid 3, terjemahan, Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan
Keperawatan Padjajaran Bandung, 1996.
3. Hotma Rumaharbo, S.Kp. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistim Endokrin, EGC,1999.
4. Barbara Engram, Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah, Volume 3, EGC, Jakarta,1998.
5. Susanne, Keperawatan Medikal Bedah Brunner Suddart. EGC. Jakarta.
6. Sylvia A. Price, Dkk. Patofisiologi, konsep klinis proses-proses penyakit, edisi 4, EGC, Jakarta, 1995.
Diposkan oleh BamsChalampa di 05.15
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBerbagi ke Google Buzz
da kelenjar tiroid diklasifikasikan berdasarkan sifat benigna atau maligna selain berdasarkan ada tidaknya
tirotoksikosis dan kualitas pembesaran kelenjar tersebut yang dapat menyebar atau ireguler. Jika
pembesaran kelenjar tiroid cukup membuat kelenjar tersebut terlihat pada leher, tumor ini dinamakan
Goiter atau gondok. ( Susanne, keperawatan medikal bedah Brunner, hal.1315)

PENGERTIAN
TIPE GOITER
Goiter toksik
Goiter yang disertai dengan hipertiriodisme. Hipertiroidisme dapat didefenisikan sebagai respon jaringan-
jaringan tubuh terhadap pengaruh metabolik hormon tiroid yang berlebihan. Keadaan ini dapat timbul
spontan atau akibat asupan hormon tiroid secara berlebihan. Ciri-ciri tiroidal berupa goiter akibat
hiperplasia kelenjar tiroid dan hipertiroidisme akibat sekresi hormon tiroid yang berlebihan.

Goiter nontoksik
Etiologi goiter non toksik antara lain adalah defisiensi iodium atau gangguan kimia intra tiroid oleh
berbagai faktor.

Simple goiter atau Goiter koloid


Tipe penyakit goiter yang sering ditemukan terutama pada kawasan geografis yang kekurangan iodium.
Penyakit ini disebabkan oleh defisiensi iodium dan konsumsi sat goitrogenik dalam jumlah yang lebih
besar oleh pasien dengan kelenjar tiroid yang rentan. Zat ini mencakup pemberian iodium atau litium
secara berlebihan untuk pengobatan manik-depresif.
Simpel goiter menggambarkan keadaan hipertropi kompensatoripada kelenjar tiroid yang kemungkinan
disebabkan stimulasi kelenjar tiroid. Kelenjar hipofisis menghasilkan tirotropin atau TSH, yaitu suatu
hormon yang mengontrol pelepasan hormon dari kelenjar tiroid, produksinya meningkat, jika aktivitas tioid
berada dibawah normal seperti pada iodium tidak cukup untuk produksi hormon tiroid. Penyakit goiter
semacam ini biasanya tidak menimbulkan gejala kecuali pembesaran pada leher, yang terjasi secara
berlebihan, dapat mengakibatkan kompressi trakea.
Apabila tindakan operatif dianjurkan, komplikasi pasca operatif dapat dikurangi dengan menempatkan
keadaan ioditiroid pra operatif yang ditimbulkan oleh pengobatan dengan preparat anti tiroid dan
pemberian senyawa iodida pra operatif untuk mengurangi ukuran serta vaskularisasi.

Goiter noduler
Kelenjar tiroid tertentu bersifat noduler karena ada satu atau beberapa daerah hiperplasia (pertumbuhan
berlebihan) dalam keadaan yang tampaknya serupa dengan keadaan yang menyebabkan timbulnya
simple goiter. Akibat kelainan ini tidak terdapat gejala, tetapi ukuran nodul yang terbentuk tidak jarang
meningkat secara perlahan dan kemudian turun kedalam rongga thoraks sehingga menimbulkan gejala
penekanan. Sebagian nodul berubah menjadi maligna dan sebagian lainnya disertai keadaan hipertiroid.

GOITER NON TOKSIK


Untuk menghindari kesimpangsiuran pada pembahasan penata laksanaan asuhan keperawatan,
penulisan makalah ini dibatasi hanya pada pembahasan goiter non toksik.
Goiter non toksik merupakan gangguan yang sangat sering dijumpai dan menyerang sampai 16 % wanita
dan 4 % pria yang berusia antara 20-60 tahun (patofisiologi, EGC hal. 1077).

ETIOLOGI
Etiologi goiter non toksik antara lain adalah defisiensi iodium atau gangguan kimia intra tiroid oleh
berbagai faktor (patofisiologi, EGC hal. 1077).

PATOFISIOLOGI
Akibat defisiensi iodium atau gangguan kimia intra tiroid kapasitas kelenjar tiroid untuk mensekresi
tiroksin terganggu, mengakibatkan peningkatan kadar TSH dan hiperplasia dan hipertropi folikel-folikel
tiroid. Pembesaran kelenjar tiroid pada pasien goiter non toksik sering bersifat eksaserbasi dan remisi
disertai hiperevolusi dan involusi pada bagian-bagian kelenjar tiroid. Hiperplasia mungkin bergantian
dengan fibrosis, dan dapat timbul nodula-nodula yang mengandung folikel-folikel tiroid.

GAMBARAN KLINIS
Secara klinis pasien dapat memperlihatkan penonjolan disepertiga bagian bawah leher. Goiter yang
besar dapat menimbulkan masalah kompresi mekanik, disertai pergeseran letak trakea dan eusofagus,
dan gejala-gejala obstruksi.

PENGOBATAN
Terapi goiter antara lain dengan penekanan TSH oleh hormon tiroid. Pengobatan dengan tiroksin yang
lama akan mengakibatkan penekanan TSH hifosis, dan penghambatan fungsi tiroid disertai atropi
kelenjar tiroid. Goiter yang besar mungkin perlu dibedah untuk menghilangkan gangguan mekanis dan
kosmetis yang diakibatkannya. Pada masyarakat dimana goiter timbul sebagai akibat kekurangan iodium
maka garam dapur harus diberi tambahan iodium.

PENCEGAHAN
Penyakit simple goiter atau gondok endemik dapat dicegah dengan memberikan senyawa iodiumkepada
anak-anak dikawasan yang kandungan iodiumnya buruk. Jika asupan merata iodium kurang dari 40
mg/hari, kelenjar tiroid akan mengalami hipertropi . Organisasi kesehatan sedunia (WHO) menganjurkan
iodisasi garam hingga mencapai konsentrasi satu bagian dalam 100.000 yang sudah cukup untuk
pencegahan goiter. Di Amerika Serikat, garam beriodium merupakan satu-satunya cara yang paling
efektif untuk mencegah penyakit goiter dalam masyarakat yang rentan.

ASUHAN KEPERAWATAN

a. Pengkajian
Aktifitas/istirahat˜
Gejala : insomnia, sensivitas meningkat, otot lemah, gangguan koordinasi, kelelahan berat.
Tanda : atropi otot

Sirkulasi˜
Gejala : palpitasi, nyeri dada (angina)
Tanda : disritmia (vibrilasi atrium), irama gallop, murmur, peningkatan tekanan darah dengan takanan
dada yang berat, takhikardi saat istirahat, sirkulasi kolap, syok (krisis tirotoksikosis).

Eliminasi˜
Gejala : urine dalam jumlah yang banyak, perubahan dalam faeces.

Integritas ego˜
Gejala : mengalami stress yang berat baik maupun fisik
Tanda : emosi labil (euphoria sedang sampai delirium), depresi.

Makanan/cairan˜
Gejala : kehilangsn berat badan mendadak, nafsu makan meningkat, makannya sering, kehausan, mual
dan muntah.
Tanda : pembesaran tiroid, goiter, edema non pitting terutama daerah pretibial.

Neurosensori˜
Tanda : bicara cepat dan parau, gangguan status mental dan perilaku, seperti bingung, disorientasi,
gelisa, peka rangsang, delirium, psikosis, stupor, koma, tremor halus pada tangan, tanpa tujuan,
beberapa bagian tersentak-sentak, hiperaktif reflek tendon dalam (RTD).
Nyeri/kenyamanan
Gejala : nyeri orbital/fothopobia

Pernafasan˜
Tanda : frekwensi pernafasan meningkat, takipnea, dispnea, sumbatan jalan nafas, terjadi penekanan.

Keamanan˜
Gejala : tidak toleransi terhadap panas, keringat yang berlebihan, kebutuhan meningkat akan iodium (G),
alergi etrhadap iodium (Hi).
Tanda : suhu meningkat 37,4 derajat celcius. Diaforesisi, kulit halus, hangat dan kemerahan, rambut tipis,
mengkilat dan lurus, exoftalmus: retraksi, iritasi padakonjungtiva dan berair. Puritus, lesi, eritema ( sering
terjadi pada pretibial) yang menjadi sangat parah.

Seksualitas˜
Tanda : penurunan libido, hipomenorhea dan impotensi.

Penyuluhan/pembelajaran˜
Gejala : adanya riwayat keluarga mengalami masalah itroid, riwayat hipotiroidisme, terapi hormon tiroid
atau pengobatan antitiroid, dihentikan terhadap pengobatan antitiroid, dilakukan pembedahan
tiroidektomi sebagian, riwayat pemberian insulin yang menyebabkan hipoglikemia, gangguan jantung
atau pembedahan jantung, penyakit yang baru terjadi (pnemonia), trauma, periksaan rontgen fhoto
dengan zat kontras.

b. Diagnosa keperawatan
1. Nafas tidak efektif berhubungan dengan adanya pembesaran jaringan pada leher, penekanan trakhea.
2. Perubahan pola nutrisi berhubungan dengan adanya penekanan daerah oesofagus, penurunan nafsu
makan.
3. Gangguan konsep diri (harga diri rendah) berhubungan dengan tidak efektifnya coping individu,
adanya pembesaran pada leher.
4. Kurang pengetahuan berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi.

c. Intervensi
Diagnosa 1
Rencana tindakan :
1. Pantau frekwensi pernafasan , kedalaman, dan kerja pernafasan
2. Auskultasi suara nafas, catat adanya perubahan suara patologis
3. Waspadakan klien agar leher tidak tertekuk/posisikan semi ekstensi atau eksensi pada saat
beristirahat.
4. Ajari klien latiahan nafas dalam
5. Selidiki keluhan kesulitan menelan
6. Persiapkan operasi bila diperlukan.

Diagnosa 2
Rencana tindakan :
1. Kaji adanya kesulitan menelan, selera makan, kelemahan umum dan munculnya mual dan muntah.
2. Pantau masukan makanan setiap hari dan timbang berat bada setiap hari serta laporkan adnaya
penurunan.
3. Dorong klien untuk makan dan meningkatkan jumlah makan dan juga beri makanan lunak, dengan
menggunakan makanan tinggi kalori yang mudah dicerna.
4. Beri/tawarkan makanan kesukaan klien.
5. Kolaborasi : konsultasikan dengan ahli gizi untuk memberikan diet tinggi kalori, protein, karbohidrat
dan vitamin.

Diagnosa 3
Rencana tindakan :
1. Kaji tingkat perubahan rentang harga diri rendah
2. Pastikan tujuan tindakan yang kita lakukan adalah realistis
3. Sampaikan hal-hal yang positif secara mutlak untuk klien, tingkatkan pemahaman tentang penerimaan
anda pada pasien sebagai seorang individu yang berharga.
4. Tentukan untuk perilaku manipulatif, identifikasi konsekensi untuk pelanggaran ini dengana cara yang
berbelit-belit.
5. Diskusikan masa depan klien, bantu klien dalam menetapkan tujuan-tujuan jangka pendek dan
panjang.

Diagnosa 4
Rencana tindakan :
1. Tinjau kembali proses penyakit dan harapan masa datang
2. Berikan informasi yang tepat dengan keadaan individu
3. Identifikasi sumber stress dan diskusikan faktor pencetus krisis tiroid yang terjadi, seperti orang/sosial,
pekerjaan, infeksi, kehamilan
4. Berikan informasi tentang tanda dan gejala dari penyakit gondok serta penyebabnya
5. Diskusikan mengenai terapi obat-obatan termasuk juga ketaatan etrhadap pengobatan dan tujuan
terapi serta efek samping obat etrsebut
6. Beri dukungan moril dapat menjalankan semua anjuran/informasi yang didapat baik oleh petugas
kesehatan maupun keluarga.

PENYIMPANGAN KDM PENYAKIT GOITER

Defesiensi iodium/Gg kimia intra tiroid Perubahan litium dan iodium berlebihan

Zat goiterroenik

simple goiter/goiter koloid Goiter noduler

Gangguan kelenjar tiroid

Gangguan sekresi tiroksin

Kompensatorik stimulus kel.tiroid

Hipetropi peningkatan TSH hiperplasia

Maligna
Pembesaran pada leher kelainan kel.tiroid nodul Hipertiroid

Berlebih : kompresi trakhea turun kerongga thorax


Dan oesofagus
Penekanan daerah setempat

Obstruksi jalan nafas


Gg pernafasan Gg pola nutrisi
Nafas tidak efektif

Efektifitas coping tidak Gg konsep diri (HDR)

Ketidakmampuan masalah kurang informasi kurang Pengetahuan

DAFTAR PUSTAKA

1. Marlyna E Doenges, dkk, Nursing Care Plans, edisi 2, F.A Davis C ompany, Philadelphia, 1984.
2. Barbara C Long, Perawatan Medikal Bedah, jilid 3, terjemahan, Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan
Keperawatan Padjajaran Bandung, 1996.
3. Hotma Rumaharbo, S.Kp. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistim Endokrin, EGC,1999.
4. Barbara Engram, Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah, Volume 3, EGC, Jakarta,1998.
5. Susanne, Keperawatan Medikal Bedah Brunner Suddart. EGC. Jakarta.
6. Sylvia A. Price, Dkk. Patofisiologi, konsep klinis proses-proses penyakit, edisi 4, EGC, Jakarta, 1995.
Diposkan oleh BamsChalampa di 05.15
|
|

Anda mungkin juga menyukai