Anda di halaman 1dari 18

LEMBAR PENGESAHAN

KESETIMBANGAN ASAM DAN BASA

Disusun dan diajukan oleh:

SATRIANI
H041191015

Laporan ini telah diperiksa dan disetujui oleh:

Makassar, November 2019


ASISTEN

DARWINI
H31116004
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam kehidupan sehari-hari, banyak aspek kehidupan kita yang

menggunakan pemanfaatan dari tembaga, diantaranya digunakan sebagai

penghantar listrik. Tembaga memiliki sifat diantaranya merupakan konduktor

panas dan listrik yang baik. Selain itu, unsur ini memiliki korosi yang cepat sekali.

Dibalik kegunaan tembaga, terdapat juga beberapa kerugian yang disebabkan oleh

tembaga. Kegiatan industri misalnya, dan kegiatan lain yang berdampak negatif

terhadap sumber daya air, yang menyebabkan penurunan kualitas air. Salah satu

logam berat yang berbahaya yang terkandung di dalamnya adalah tembaga. Logam

ini umumnya pada kadar rendah sudah beracun bagi tumbuhan, hewan, dan

manusia (Noviyanto dkk., 2014).

Spektrofotometri merupakan salah satu cabang analisis instrumental yang

mempelajari interaksi anatara atom atau molekul dengan radiasi elektromagnetik.

Interaksi antara atom atau molekul dengan radiasi elektromagnetik dapat berupa

hamburan (scattering), absorpsi (absorption), dan emisi (emission). Interaksi antara

radiasi elektromagnetik dengan atom atau molekul yang berupa absorbsi

melahirkan spektrofotometri absorpsi antara lain spektrofotometri ultraviolet (UV),

spektrofotometri sinar tampak (VIS), dan spektofotometri infra merah (IR)

(Triyati,1985).

Oleh karena itu, maka dilakukan percobaan analisis spektrometri pada

larutan tembaga untuk diketahui lebih lanjut mengenai kurva kalibrasi yaitu

hubungan antara konsentrasi dengan absorbansi pada larutan tembaga. Dan untuk

mengetahui pangjang gelombang maksimal larutan tembaga.


1.2 Maksud dan Tujuan Percobaan

1.2.1 Maksud Percobaan

Adapun maksud dari percobaan ini yaitu untuk mengetahui panjang

gelombang maksimum serapan larutan CuSO4, untuk membuat kurva kalibrasi

antara konsentrasi dengan absorbansi.

1.2.2 Tujuan Percobaan

Adapun tujuan dari percobaan ini yaitu:

1. Menentukan panjang gelombang maksimum serapan larutan CuSO4

2. Membuat kurva kalibrasi larutan CuSO4

3.Menentukan konsentrasi tembaga dalam sampel larutan menggunakan

spektrofotometer.

1.3 Prinsip Percobaan

Prinsip percobaan ini yaitu dengan membuat kurva kalibrasi yang dilakukan

yaitu membuat deretan larutan CuSO4 dengan konsentrasi 0,1 M, 0,04 M, 0,06 M,

0,08 M dengan menambahkan aquades, menentukan panjang gelombang

maksimum larutan CuSO4 menggunakan alat dari spektrometri yaitu

spektrofotometer dan untuk menentukan konsentrasi larutan CuSO4 yaitu dengan

memasukkan larutan CuSO4 yang tidak diketahui konsentasinya ke dalam kuvet,

lalu mengukur serapannya pada panjang gelombang maksimum.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Spektrofotometri

Spektrofotometri adalah suatu metode analisis yang berdasarkan pada

pengukuran serapan sinar monokromatis oleh suatu lajur larutan berwarna pada

panjang gelombang yang spesifik dengan menggunakan monokromator prisma atau

kisi difraksi dan detector vacuum phototube atau tabung foton hampa. Alat yang

digunakan adalah spektrofotometer, yaitu sutu alat yang digunakan untuk

menentukan suatu senyawa baik secara kuantitatif maupun kualitatif dengan

mengukur transmitan ataupun absorban dari suatu cuplikan sebagai fungsi dari

konsentrasi. Pada titrasi spektrofotometri, sinar yang digunakan merupakan satu

berkas yang panjangnya tidak berbeda banyak antara satu dengan yang lainnya,

sedangkan dalam kalorimetri perbedaan panjang gelombang dapat lebih besar.

Dalam hubungan ini dapat disebut juga sebagai spektrofotometri adsorpsi atomik

(Harjadi, 1990).

Spektrometer menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang

tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan

atau diabsorbsi. Kelebihan spektrometer dibandingkan fotometer adalah panjang

gelombang dari sinar putih dapat lebih terseleksi dan ini diperoleh dengan alat

pengurai seperti prisma, grating atau celah optis. Pada fotometer filter dari berbagai

warna yang mempunyai spesifikasi melewatkan trayek panjang gelombang

tertentu. Pada fotometer filter tidak mungkin diperoleh panjang gelombang yang

benar-benar monokromatis, melainkan suatu trayek panjang gelombang 30-40 nm.

Sedangkan pada spektrofotometer, panjang gelombang yang benar-benar terseleksi


dapat diperoleh dengan bantuan alat pengurai cahaya seperti prisma. Suatu

spektrofotometer tersusun dari sumber spektrum tampak yang kontiniu,

monokromator, sel pengabsorbsi untuk larutan sampel atau blanko dan suatu alat

untuk mengukur perbedaan absorbsi antara sampel dan blanko ataupun

pembanding (Khopkar, 2002).

Sinar yang melewati suatu larutan akan terserap oleh senyawa-senyawa

dalam larutan tersebut. Intensitas sinar yang diserap tergantung pada jenis senyawa

yang ada, konsentrasi dan tebal atau panjang larutan tersebut. Makin tinggi

konsentrasi suatu senyawa dalam larutan, maka makin banyak sinar yang diserap

(Triyati, 1985).

Spektrometer menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang

tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan

atau diabsorbsi. Kelebihan spektrometer dibandingkan fotometer adalah panjang

gelombang dari sinar putih dapat lebih terseleksi dan ini ndiperoleh dengan alat

pengurai seperti prisma, grating, atau celah optis. Pada fotometer filter berbagai

filter dari berbagai warna yang mempunyai spesifikasi melewatkan trayek panjang

gelombang tertentu. Pada fotometer filter tidak mungkin diperoleh panjang

gelombang yang benar-benar monokromatis, melainkan suatu trayek panjang

gelombang 30-40 nm. Sedangkan pada spektrofotometer, panjang gelombang yang

benar-benar terseleksi dapatdiperoleh dengan bantuan alat pengurai cahaya seperti

prisma. Suatu spektrofotometer tersusun dari sumber spektrum tampak yang

kontinyu, monokromator, sel pengabsorbsi untuk larutan sampel atau blanko dan

suatu alat untuk mengukur perbedaan absorbsi antara sampel dan blanko ataupun

pembanding. Pengertian spektrofotometri lebih spesifik atau pengertiannya lebih

sempit karena ditunjukan pada interaksi antara materi dengan cahaya (baik yang
dilihat maupun tidak terlihat), sedangkan pengertian dari spektroskopi lebih luas

seperti misalnya cahaya maupun medan magnet termasuk gelombang

elektromagnetik ( Noviyanto dkk., 2014).

Spektrometri molekular (baik kualitatif dan kuantitatif) bisa dilaksanakan di

daerah sinar tampak, sama halnya seperti di daerah yang sinar ultraviolet dan

daerah sinar inframerah. Spektrofotometri dapat dianggap sebagai perluasan suatu

pemeriksaan visual dengan studi yang lebih mendalam dari absorbsi energi.

Absorbsi radiasi oleh suatu sampel diukur pada berbagai panjang gelombangdan

dialirkan oleh suatu perkam untuk menghasilkan spektrum tertentu yang khas

untuk komponen yang berbeda (Lema dkk., 2014).

2.2 Tembaga

Tembaga adalah logam merah muda yang lunak, dapat ditempa, dan dilihat.

Tembaga melebur pada 1038°C. karena potensial elektrode standarnya positif,

(+0.34V unntuk pasangan Cu/Cu2+), tembaga tak larut dalam asam klorida dan

asam sulfat encer, meskipun dengan adanya oksigen tembaga bisa larut sedikit.

Asam nitrat yang sedang pekatnya (8 M) dengan mudah melarutkan

tembaga.Tembaga tidak larut dalam air atau uap air dan asam-asam encer seperti

HCl encer dan H2SO4 encer, tetapi asam klorida pekat dan mendidih melarutkan

logam tembaga dan membebaskan gas hidrogen. Hal ini disebabkan oleh

terbentuknya ion kompleks CuCl2- yang mendorong reaksi kesetimbangan ke arah

produk (Day, 2000).

Tembaga (Cu) adalah salah satu logam dari golongan dengan nomor atom

29; berat atom 63.546; diameter 8.92; adalah titik lebur 1083°C; titik didih 2310°C;

jari-jari atom 1.173Å; sedangkan jari-jari ion 0.96Å. Cu merupakan logam transisi
yang berwarna jingga kemerahan tidak reaktif terhadap asam-asam encer seperti

HCl dan H2SO4 encer kecuali HNO3 dan H2SO4 pekat yang dipanaskan. Senyawa

Cu (II) lebih stabil dalam larutan. Logam Cu dapat bersifat racun apabula bereaksi

dengan larutan asam atau zat kimia lain dan membentuk ion Cu(II) (Harjadi, 1990).

Logam Cuprum (tembaga) merupakan salah satu logam berat yang

keberadaan dalam lingkunagan dapat berasal dari industri penyamakan kulit,

pelapisan logam, tekstil, maupun industri cat. Dalam air limbah, tembaga dapat

ditemukan sebagai Cu(I), Cu(II), dan Cu(III) yang berbentuk padat, namun

keberadaan tembaga (III) sangat jarang ditemukan. Limbah cair Cu(II) tertama

berasal dari proses pewarnaan dengan menggunakan bahan kimia seperti CuSO4

untuk pewarnaan biru, sehingga Cu(II) potensial mencemari lingkungan. Hampir

15% dari total produksi zat pewarna pada proses industri hilang ketika proses

pewarnaan dan dikeluarkan sebagai limbah industri. Tembaga merupakan

mikronutrien esensial bagi tanaman, namun pada permukaan air tembaga meracuni

tumbuhan air pada konsentrasi dibawah 1ppm dan dapat meracuni beberapa ikan

(Chang, 2005).

Logam berat mempunyai sifat toksik terhadap hewan dan manusia.

Manifestasi toksisitas logam berat terhadap manusia memerlukan waktu yang lama

karena proses akumulasi dalam tubuh sehingga proses pencegahan sebaiknya

dilakukan sedini mungkin. Beberapa jenis logam berat misalnya Cadmium (Cd), air

raksa (Hg), timah hitam (Sn), dan cuprum (Cu) bisa juga merupakan bahan

pencemaran yang sangat berbahaya. Pencemaran logam berat ini, kemungkinan

terjadi akibat buangan industri yang tidak terkontrol. Buatan industri yang

mengandung logam berat bermuara ke laut, dengan demikian air laut menjadi

tercemar (Oxtoby dkk., 2001).


BAB III

PROSEDUR PERCOBAAN

3.1 Bahan Percobaan

Adapun bahan yang digunakan dalam percobaan adalah larutan CuSO4,

aquades dan tissue roll.

3.2 Alat Percobaan

Adapun alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah spektrofotometer,

labu takar 50 mL, bulp, pipet ukur 10 mL, pipet tetes, gelas kimia 100 mL, dan

kuvet.

3.3 Prosedur Percobaan

3.3.1 Pembuatan Deret Standar

Dibuat deretan larutan CuSO4dengan konsentrasi 0,04 M 0,06 M 0,08 M

dan 0,1 M. Diambil satu larutan yang bisa mewakili larutan yang lain (tidak terlalu

pekat dan tidak pula terlalu jernih) yaitu larutan dengan konsentrasi 0,06 M.

Selanjutnya diukur masing-masing deretan larutan tersebut dengan panjang

gelombang maksimum. Digunakan aquades sebagai blangko. Setelah pengukuran

selesai, dibuatkan kurva yang menghubungkan antara konsentrasi larutan CuSO4

dengan absorbansi terukur.

3.3.2 Pengukuran Panjang Gelombang (λ) dan Pengukuran Absorbansi

Disiapkanlarutan CuSO4 0,04 M 0,06 M 0,08 M dan 0,1 M. Kuvet 1 diisi

dengan aquades dan di masukkan kedalam spektrofotometer untuk mengkalibrasi

alat tersebut. Setelah alat menunjukkan angka nol, kuvet yang berisi akuades di

lepas kemudian dimasukkan kuvet kedua yang berisi larutan CuSO4 0,06 M.

Dicatat panjang gelombang dan nilai absorbansi yang dihasilkan.


DAFTAR PUSTAKA

Oxtoby, Gillis, Nachtrieb, 2001, Kimia Modern Edisi Keempat Jilid 1, Erlangga,
Jakarta.

Chang, Reymond., 2005, Kimia Dasar:Konsep-konsep Inti Edisi Ketiga Jilid 2,


Erlangga, Jakarta.

Day, Rich., 2000, Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Keenam, Erlangga, Jakarta.

Harjadi, Wardoyo, 1990, Ilmu Kimia Analitik Dasar, PT Gramedia, Jakarta.

Khopkar, 2003, Konsep Dasar Kimia Analitik, UI Press, Jakarta.

Lema, Abrer, Tonu, Sulistiyarti, Hermin, Atikah., 2014, Pengembangan Metode


Spektrofotometri untuk Penentuan Iodida Menggunakan Hidrogen Peroksida
(H2O2) sebagai Oksidator, NATURAL, 2(4): 2.

Noviyanto, Fajrin, Tjiptasurasa, Utami, Pri, Iswati., 2014, Ketprofen Penetapan


Kadarnya dalam Sediaan Gel dengan Metode Spektrofotometri Ultraviolet-
Visibel, PHARMACY, 11(1):2-3.

Triyati, Etty, 1985, Spektrofotometer Ultra Violet dan Sinar Tampak serta
Aplikasiya dalam Oseanologi, OSEANA, 10(1): 37-47.
Lampiran 1. Bagan Kerja

A. Pembuatan Kurva Kalibrasi

CuSO4

- Dibuat deretan larutan CuSO4 dengan konsentrasi 0,04 M,

0,06 M, 0,08 M dan 0,1 M.

- Diukur serapan masing-masing larutan dengan panjang gelombang

maksimum yang telah ditentukan. Digunakan aquades untuk

mengkalibrasi.
Hasil

B. Pengukuran Panjang Gelombang (λ) dan Pengukuran Absorbansi

CuSO4
- Disiapkan larutan CuSO4 0,04 M, 0,06 M, 0,08 M, dan 0,1 M.

- Kuvet 1 diisi dengan aquades dan dimasukkan ke dalam

spektofotometer untuk mengkalibrasi alat tersebut.

- Setelah alat menunjukkan angka nol, kuvet yang berisi aquades

dilepas kemudian dimasukkan kuvet kedua yang berisi larutan

CuSO4 0,06 M.

- Dicatat panjang gelombang dan nilai absorbansi yang dihasilkan.

Dilakukan hal ini untuk larutan CuSO4 0,04 M, 0,08 M dan 0,1 M.
Hasil
Lampiran 3. Gambar Percobaan

Gambar 1. Pengenceran larutan tembaga (Cu).

Anda mungkin juga menyukai