Interaksi Obat
1
PEMERINTAH PROVINSI BENGKULU
BADAN LAYANAN UMUM DAERAH
RUMAH SAKIT KHUSUS JIWA SOEPRAPTO PROVINSI BENGKULU
Jl. Bhakti Husada Lingkar Barat Bengkulu 38225 Telp.(0736) 343339 Fax.(0736) 22988
Website : http//www.rsjkobengkulu.net; e-mail : info@rsjkobengkulu.net
TENTANG
2
4. Undang-Undang Republik Indonesia No.29 Tahun 2004 tentang
Praktik Kedokteran.
MEMUTUSKAN
MENETAPKAN :
KESATU : PANDUAN INTERAKSI OBAT RSKJ SOEPRAPTO PROVINSI
BENGKULU.
3
KEENAM : Dalam pelaksanaan Keputusan ini harus sesuai dan berpedoman
pada Peraturan dan Perundang-undangan yang berlaku.
Ditetapkan di Bengkulu
Pada Tanggal :19 Januari 2017
DIREKTUR RUMAH KIT KHUSUS JIWA
SOEPRPTO PROVINSI BENKULU
4
LAMPIRAN :
KEPUTUSAN DIREKTURRSKJ
SOEPRAPTO
PROVINSIBENGKULU
NOMOR : 445 / 257 / 1.1
TENTANG PANDUAN INTERAKSI
OBAT RSKJ SOEPRAPTO
PROVINSI BENGKULU
BAB I
DEFINISI
A. DEFINISI
Interaksi obat merupakan kejadian antara dua obat dimana obat lain dapat
mempengaruhi efek dari obat utama. Interaksi obat terjadi bukan hanya antara obat
dengan obat, tetapi dapat juga terjadi antara obat dengan makanan, obat dengan
hasil laboratorium yang memberikan hasil positif palsu. Didalam kejadian interaksi
obat bisa menguntungkan tetapi bisa juga merugikan yang menyebabkan KTD
(Kejadian Tidak Diinginkan), KNC (Kejadian Nyaris Cedera), dan Sentinel.
B. TUJUAN
1. Menyediakan panduan untuk rumah sakit / fasilitas kesehatan lainnya
mengenaikebijakan manajemen dan pemberian obat-obatan yang kemungkinan
dapat terjadi interaksi
2. Mengurangi terjadinya kejadian KTD, KNC, dan Sentinel.
3. Memberikan pelayanan kesehatan dengan kualitas tinggi dan meminimalisasi
terjadinyakesalahan-kesalahan medis dan menurunkan potensi risiko terhadap
pasien.
C. KEBIJAKAN
1. Peran Serta Apoteker dalam pengawasan penggunaan obat yang diketahui
terjadi interaksi, seperti :
a. Pengaturan jadwal penggunaan obat
b. Pemberian konseling, informasi dan edukasi kepada pasien dan atau
keluarga pasien serta tenaga kesehatan lain
5
2. Obat-obatan jenis baru dan informasi keselamatan tambahan lainnya akan
ditinjau ulang
D. PRINSIP
1. Setiap peresepan yang diberikan untuk pasien dikaji terlebih dahulu oleh
petugas farmasi atau Apoteker
2. Lakukan pengecekan ganda
3. Meningkatkan kewaspadaan terhadap penggunaan obat bagi pasien khusus
(kronik, pasien yang dirawat oleh lebih dari 1 dokter, penggunaan obat di ruang
ICU, NICU, PICU, ICCU)
6
BAB II
RUANG LINGKUP
Suatu interaksi terjadi ketika efek suatu obat diubah oleh kehadiran obatlain, obat
herbal, makanan, minuman atau agen kimia lainnya dalamlingkungannya.Definisi yang
lebih relevan kepada pasien adalah ketika obatbersaing satu dengan yang lainnya, atau apa
yang terjadi ketika obat hadirbersama satu dengan yang lainnya (Stockley, 2008).
Interaksi obat dianggap penting secara klinik bila berakibat meningkatkantoksisitas
dan atau mengurangi efektivitas obat yang berinteraksi terutama bilamenyangkut obat
dengan batas keamanan yang sempit (indeks terapi yangrendah), misalnya glikosida
jantung, antikoagulan, dan obat-obat sitostatik(Setiawati, 2007).
Secara umum, ada dua mekanisme interaksi obat :
1. Interaksi Farmakokinetik
Interaksi farmakokinetik terjadi ketika suatu obat mempengaruhi absorbsi,distribusi,
metabolisme danekskresi obat lainnya sehingga meningkatkan ataumengurangi jumlah
obat yang tersedia untuk menghasilkan efek farmakologisnya(BNF 58, 2009).
2. Interaksi Farmakodinamik
Interaksi farmakodinamik adalah interaksi yang terjadi antara obat yangmemiliki efek
farmakologis, antagonis atau efek samping yang hampir sama.
Interaksi ini dapat terjadi karena kompetisi pada reseptor atau terjadi antara
obatobatyang bekerja pada sistem fisiologis yang sama. Interaksi ini biasanya
dapatdiprediksi dari pengetahuan tentang farmakologi obat-obat yang berinteraksi(BNF 58,
2009).
7
BAB III
TATA LAKSANA
A. PROSEDUR
Lakukan prosedur skrinning kinis peresepan.
1. Peresepan
a. Skrinning klinis harus dilakukan untuk setiap resep yang diterima
b. Skrinning dilakukan oleh petugas farmasi dan Apoteker
2. Persiapan
a. Setiap obat yang disiapkan setelah dilakukan skrinning
b. Pengaturan jadwal penggunaan obat dilakukan pada etiket obat
3. Pemberian informasi obat serta edukasi kepada pasien dan atau keluarga pasien
meliputi kemungkinan terjadinya interaksi obat satu dengan obat lain,serta
interaksi obat dengan makanan
8
OBAT 1 OBAT 2 KETERANGAN
9
OBAT 1 OBAT 2 KETERANGAN
10
OBAT 1 OBAT 2 KETERANGAN
11
OBAT 1 OBAT 2 KETERANGAN
12
OBAT 1 OBAT 2 KETERANGAN
13
OBAT 1 OBAT 2 KETERANGAN
14
OBAT 1 OBAT 2 KETERANGAN
15
Obat-obatan Berinteraksi dengan
Azitromycin Levofloxacin
Oral Kontrasepsi Obat-obat TB
Paracetamol Jahe
Aspirin Candesartan
Atorvastin Clopidogrel
Aspirin Glimepirid
Glimepirid Furosemid
Ranitidine Glimepirid
Furosemid Metformin
Oral kontrasepsi Rokok
16
12. Solusi : kedua obat ini tidak boleh digunakan secara bersama-sama, harus ada
pengaturan jeda minum obat
13. Atorvastatin dan Clopidogrel
14. Kombinasi kedua obat ini akan menyebabkan efek dari Clopidogrel akan berkurang.
15. Solusi : kedua obat ini tidak boleh digunakan secara bersama-sama, harus ada
pengaturan jeda minum obat
16. Aspirin dan Glimepirid
17. Efek dari intraksi kedua obat ini Aspirin dapat meningkatkan efek menurunkan gula
darah dari Glimepirid sehingga akan menyebabkan pusing, lemah.
18. Solusi : kedua obat ini tidak boleh digunakan secara bersama-sama, harus ada
pengaturan jeda minum obat
19. Glimepirid dan Furosemid
Efek dari intraksi kedua obat ini Furosemid dapat menurunkan efek penurunan gula
darah dari Glimepirid.
20. Solusi : kedua obat ini tidak boleh digunakan secara bersama-sama, harus ada
pengaturan jeda minum obat
21. Ranitidin dan GlimepiridePenggunaan bersama kedua obat ini dapat menyebabkan efek
dari Glimepiride meningkat dan terjadi penurunan gula darah yang drastis, karena
Ranitidine merupakan inhibitor enzim.Solusi : kedua obat ini tidak boleh digunakan
secara bersama-sama, harus ada pengaturan jeda minum obat.
22. Furosemid dan Metformin
Penggunaan bersama kedua obat ini dapat menyebabkan efek dari Metformin
meningkat dan terjadi penurunan gula darah yang drastis..
Solusi : kedua obat ini tidak boleh digunakan secara bersama-sama, harus ada
pengaturan jeda minum obat
23. Oral kontrasepsi dan Rokok
Interaksi yang terjadi anatara Oral Kontrasepsi dengan Rokok dapat menyebabkan
kegagalan dari obat oral kontrasepsi, karena Rokok merupakan induktor enzim
Solusi : Penggunaan Oral Kontrasepsi dengan Rokok ini tidak boleh digunakan secara
bersama-sama.
17
BAB IV
A. DOKUMENTASI
Pendokumentasian kejadian interaksi obatdapat dilaporkan oleh siapapun baik
yang mengalami (pasien) maupun yang mengetahuinya (tenaga kesehatan), kepada
Instalasi Farmasi RSKJ Soeprapto Provinsi Bengkulu. Petugas Instalasi Farmasi
melakukan penelusuran dan wawancara kepada pasien yang mengalami kejadian interaksi
obat, untuk memastikan adanya interaksi obat tertentu dengan obat yang lain ataupun
dengan makanan. Petugas dari Instalasi Farmasi membuat laporan tentang kejadian
interaksi obat dan mendokumentasikannya.
18