Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN KOMPREHENSIF

ASUHAN KEBIDANAN PADA BALITA R UMUR 7 TAHUN


DENGAN GIZI KURANG DI KLINIK BIDAN EKA SRI
WAHYUNI

Disusun untuk Memenuhi Tugas Praktik Asuhan pada Bayi, Balita dan Anak
Prasekolah

Oleh:
AYU
NIM : P07524719002

PEMBIMBING INSTITUSI
Rismahara Lubis, SSiT, M.Kes

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


JURUSAN KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES MEDAN
2019/2020
HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN KOMPREHENSIF

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI, BALITA


DAN ANAK PRASEKOLAH

Oleh:
AYU
NIM : P07524719002

Menyetujui,

No. Nama Pembimbing Tanda Tangan


1. Rismahara Lubis, SSiT, M.Kes
NIP : 197307271993032001
2. Eka Sri Wahyuni, SST, M.Kes

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Profesi Bidan

Ardiana Batubara, SST,M.Keb


NIP:196605231986012001

i
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena atas berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan
komprehensif dalam Asuhan Kebidanan pada Bayi, Balita dan Prasekolah ini
dengan baik. Dalam kesempatan ini penulis menghanturkan rasa hormat dan
terima kasih yang sebesar – besarnya kepada dosen pengampu Ibu Ardiana
Batubara, SST, M.Keb yang telah membimbing selama ini.
Penulis juga mengakui bahwa dalam proses penulisan laporan ini, masih
jauh dari kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian
penulis telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki.
Dan oleh karenanya, penulis dengan rendah hati dan dengan tangan
terbuka menerima masukan kritik dan saran yang membangun guna perbaikan dan
penyempurnaan makalah ini dikemudian hari.
Akhirnya penulis berharap, makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh
pembaca. Dan dapat memberikan kontribusi yang positif serta bermakna dalam
proses perkuliahan Profesi bidan.

Medan, Januari 2020

AYU

DAFTAR ISI

ii
Hal

Halaman Judul ..............................................................................................


Halaman Pengesahan .................................................................................... i
Kata Pengantar............................................................................................... ii
Daftar Isi........................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.................................................................................. 1
B. Tujuan................................................................................................. 2
C. Ruang Lingkup.................................................................................. 2
D. Manfaat............................................................................................... 2

BAB II TINJAUAN TEORI ASUHAN KEBIDANAN


A. Kajian Masalah Kasus........................................................................ 3
B. Kajian Teori........................................................................................ 3

BAB III METODE PENELITIAN


A. Pengkajian ......................................................................................... 12
B. Analisis ............................................................................................. 18
C. Penatalaksanaan ................................................................................ 19

BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ......................................................................................... 22
B. Saran.................................................................................................... 23

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Gizi adalah suatu proses penggunaan makanan yang dikonsumsi secara
normal melalui proses digesti, absobsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme
dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan,
pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ, serta menghasilkan energi
(Proverawati A, 2009, p.1).
Sesuai dengan pertumbuhan badan dan perkembangan kecerdasannya, bayi
mengalami perkembangan sehingga jenis makanan dan cara pemberiannya harus
disesuaikan dengan keadaannya. Kebutuhan zat gizi pada bayi disesuaikan dengan
kecukupan gizi yang dianjurkan dan disesuaikan dengan kelompok umur dan
kemampuan anak menerima makanan yang diberikan. Bayi yang berusia 0 – 12
bulan termasuk golongan yang mudah terkena penyakit. Pertumbuhan dan
perkembangan pada golongan bayi dipengaruhi oleh keturunan dan faktor lain
yang terkait seperti faktor lingkungan, penyakit, keadaan gizi dan sosial ekonomi.
Pertumbuhan otak yang menentukan tingkat kecerdasan setelah menjadi
dewasa,sangat ditentukan oleh pertumbuhan waktu bayi. Gagal tumbuh yang
terjadi akibat kurang gizi pada masa-masa ini akan berakibat buruk pada
kehidupan berikutnya yang sulit diperbaiki. Konsumsi makanan berpengaruh
terhadap status gizi seseorang. Kondisi status gizi baik dapat dicapai bila tubuh
memperoleh cukup zat-zat gizi yang akan digunakan secara efisien, sehingga
memungkinkan terjadinya pertumbuhan fisik,perkembangan otak, kemampuan
kerja untuk mencapai tingkat kesehatan optimal.
Untuk dapat menyusun menu yang kuat, seseorang perlu memiliki
pengetahuan mengenai bahan makanan dan zat gizi, kebutuhan gizi seseorang
serta pengetahuan hidangan dan pengolahannya. Oleh karena itu kelompok kami
tertarik mengambil judul makalah karena berdasarkan persentase di Indonesia
angka kebutuhan gizi bayi kurang diketahui.

B. TUJUAN

1
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui bagaimana kebutuhan gizi pada anak usia pra sekolah
2. Tujuan Khusus
Untuk mengetahui tentang asuhan kebidanan, penatalaksanaan terhadap gizi
buruk.

C. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup materi pada pembahasan megenai pendapatan keluarga,
pengetahuan gizi pada anak, dan status gizi.

D. MANFAAT

1. Bagi Tenaga Kesehatan (Klinik)


Hasil penelitian ini untuk lebih meningkatkan mutu pelayanan dan
upaya-upaya penyuluhan kepada masyarakat khususnya pada balita untuk
diberikan asuhan secara komprehensif.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil laporan komprehensif ini dapat digunakan sebagai bahan
kepustakaan untuk menambah pengetahuan khususnya untuk program
studi Profesi Kebidanan di Poltekkes Kemenkes Medan.
3. Bagi Penulis
Hasil laporan komprehensif ini untuk menambah wawasan dan
pengetahuan, dan bertanggung jawab dalam mengambil kasus, tindakan,
memberikan pelajaran tersendiri dalam mengasah kemandirian ketika
menyikapi pasien, mampu belajar menyakini seseorang ketika memberi
penjelasan yang berkaitan dengan asuhan kebidanan pada balita.

BAB II
TINJAUAN TEORI ASUHAN KEBIDANAN

A. KAJIAN MASALAH KASUS

2
Mengenai status gizi pada balita

B. KAJIAN TEORI

Pemenuhan Gizi Pada Balita


1. Pengertian Balita
Balita adalah kelompok anak yang berumur dibawah lima tahun. Kelompok
anak ini menjadi istimewa karena menuntut curahan perhatian yang intensif untuk
mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangannya. Lima tahun pertama dari
kehidupan seorang manusia adalah fondasi bagi seluruh kehidupan di dunia.
Sumber daya manusia yang berkualitas baik fisik, psikis, maupun intelegensianya
berawal dari balita yang sehat. Balita adalah anak usia dibawah lima tahun yang
berumur 0-4 tahun 11 bulan.
Konsep terjadinya keadaan gizi mempunyai faktor dimensi yang sangat
kompleks. Faktor-faktor yang mempengaruhi keadaan gizi yaitu konsumsi
makanan dan tingkat kesehatan. Konsumsi makanan dipengaruhi oleh pendapatan,
makanan, dan tersedianya bahan makanan.
Masalah gizi anak secara garis besar merupakan dampak dari
ketidakseimbangan antara asupan dan keluaran zat gizi (nutritional imbalance),
yaitu asupan yang melebihi keluaran atau sebaliknya, di samping kesalahan dalam
memilih bahan makanan untuk disantap.

2. Karakteristik Balita
Anak usia 1-3 tahun merupakan konsumen pasif, artinya anak menerima
makanan dari apa yang disediakan ibunya. Dengan kondisi demikian, sebaiknya
anak balita diperkenalkan dengan berbagai bahan makanan. Laju pertumbuhan
masa batita lebih besar dari masa usia prasekolah sehingga diperlukan jumlah
makanan yang relatif lebih besar. Namun, perut yang masih lebih kecil
menyebabkan jumlah makanan yang mampu diterimanya dalam sekali makan
lebih kecil daripada anak yang usianya lebih besar. Oleh karena itu, pola makan
yang diberikan adalah porsi kecil dengan frekuensi sering.

3. Karakteristik Usia Prasekolah

3
Pada usia prasekolah, anak menjadi konsumen aktif, yaitu mereka sudah
dapat memilih makanan yang disukainya. Masa ini juga sering dikenal sebagai “
masa keras kepala “. Akibat pergaulan dengan lingkungannya terutama dengan
anak-anak yang lebih besar, anak mulai senang jajan. Jika hal ini dibiarkan,
jajanan yang dipilih dapat mengurangi asupan zat gizi yang diperlukan bagi
tubuhnya sehingga anak kurang gizi.
Perilaku makan sangat dipengaruhi oleh kedaan psikologis, kesehatan, dan
sosial anak. Oleh karena itu, kedaan lingkungan dan sikap keluarga merupakan hal
yang sangat penting dalam pemberian makan pada anak agar anak tidak cemas
dan khawatir terhadap makanannya. Seperti pada orang dewasa, suasana yang
menyenangkan dapat membangkitkan selera makan anak.

4. Peran Makanan Bagi Balita


a. Makanan sebagai sumber zat gizi
Didalam makanan terdapat enam jenis zat gizi, yaitu karbohidrat, lemak,
protein, vitamin, mineral, dan air. Zat gizi ini diperlukan bagi balita sebagai zat
tenaga, zat pembangun , dan zat pengatur.
1) Zat tenaga
Zat gizi yang menghasilkan tenaga atau energi adalah karbohidrat , lemak,
dan protein. Bagi balita, tenaga diperlukan untuk melakukan aktivitasnya serta
pertumbuhan dan perkembangannya. Oleh karena itu, kebutuhan zat gizi sumber
tenaga balita relatif lebih besar daripada orang dewasa.
2) Zat Pembangun
Protein sebagai zat pembangun bukan hanya untuk pertumbuhan fisik dan
perkembangan organ-organ tubuh balita, tetapi juga menggantikan jaringan yang
aus atau rusak.
3) Zat pengatur
Zat pengatur berfungsi agar faal organ-organ dan jaringan tubuh termasuk
otak dapat berjalan seperti yang diharapkan. Berikut ini zat yang berperan sebagai
zat pengatur.

4
a) Vitamin, baik yang larut air ( vitamin B kompleks dan vitamin C )
maupun yang larut dalam lemak ( vitamin A, D, E, dan K ).
b) Berbagai mineral, seperti kalsium, zat besi, iodium, dan flour.
c) Air, sebagai alat pengatur vital kehidupan sel-sel tubuh.

5. Kebutuhan Gizi Balita


Kebutuhan gizi seseorang adalah jumlah yang diperkirakan cukup untuk
memelihara kesehatan pada umumnya. Secara garis besar, kebutuhan gizi
ditentukan oleh usia, jenis kelamin, aktivitas, berat badan, dan tinggi badan.
Antara asupan zat gizi dan pengeluarannya harus ada keseimbangan sehingga
diperoleh status gizi yang baik. Status gizi balita dapat dipantau dengan
menimbang anak setiap bulan dan dicocokkan dengan Kartu Menuju Sehat
(KMS).
a. Kebutuhan Energi
Kebutuhan energi bayi dan balita relatif besar dibandingkan dengan orang
dewasa, sebab pada usia tersebut pertumbuhannya masih sangat pesat.
Kecukupannya akan semakin menurun seiring dengan bertambahnya usia.
b. Kebutuhan zat pembangun
Secara fisiologis, balita sedang dalam masa pertumbuhan sehingga
kebutuhannya relatif lebih besar daripada orang dewasa. Namun, jika
dibandingkan dengan bayi yang usianya kurang dari satu tahun,
kebutuhannya relatif lebih kecil.
c. Kebutuhan zat pengatur
Kebutuhan air bayi dan balita dalam sehari berfluktuasi seiring dengan
bertambahnya usia.

6. Beberapa Hal Yang Mendorong Terjadinya Gangguan Gizi


Ada beberapa hal yang sering merupakan penyebab terjadinya gangguan
gizi, baik secara langsung maupun tidak langsung. Sebagai penyebab langsung
gangguan gizi, khususnya gangguan gizi pada bayi dan anak usia dibawah lima
tahun (balita) adalah tidak sesuainya jumlah gizi yang mereka peroleh dari
makanan dengan kebutuhan tubuh mereka.

5
Berbagai faktor yang secara tidak langsung mendorong terjadinya
gangguan gizi terutama pada anak Balita antara lain sebagai berikut:

a. Ketidaktahuan akan hubungan makanan dan kesehatan


Dalam kehidupan masyarakat sehari-hari sering terlihat keluarga yang
sungguhpun berpenghasilan cukup akan tetapi makanan yang dihidangkan
seadanya saja. Dengan demikian, kejadian gangguan gizi tidak hanya ditemukan
pada keluarga yang berpenghasilan kurang akan tetapi juga pada keluarga yang
berpenghasilan relatif baik (cukup). Keadaan ini menunjukkan bahwa
ketidaktahuan akan faedah makanan bagi kesehatan tubuh mempunyai sebab
buruknya mutu gizi makanan keluarga, khususnya makanan anak balita.
Menurut Dr. Soegeng Santoso, M.pd, 1999, masalah gizi Karena kurang
pengetahuan dan keterampilan dibidang memasak menurunkan komsumsi anak,
keragaman bahan dan keragaman jenis masakan yang mempengaruhi kejiwaan
misalnya kebosanan.

b. Prasangka buruk terhadap bahan makanan tertentu


Banyak bahan makanan yang sesungguhnya bernilai gizi tinggi tetapi tidak
digunakan atau hanya digunakan secara terbatas akibat adanya prasangka yang
tidak baik terhadap bahan makanan itu. Penggunaan bahan makanan itu dianggap
dapae menurunkan harkat keluarga. Jenis sayuran seperti genjer, daun turi, bahkan
daun ubi kayu yang kaya akan zat besi, vitamin A dan protein dibeberapa daerah
masih dianggap sebagai makanan yang dapat menurunkan harkat keluarga.

c. Adanya kebiasaan atau pantangan yang merugikan


Berbagai kebiasaan yang bertalian dengan pantang makan makanan
tertentu masih sering kita jumpai terutama di daerah pedesaan. Larangan terhadap
anak untuk makan telur, ikan, ataupun daging hanya berdasarkan kebiasaan yang
tidak ada datanya dan hanya diwarisi secara dogmatis turun temurun, padahal

6
anak itu sendiri sangat memerlukan bahan makanan seperti itu guna keperluan
pertumbuhan tubuhnya.
Kadang-kadang kepercayaan orang akan sesuatu makanan anak kecil
membuat anak sulit mendapat cukup protein. Beberapa orang tua beranggap ikan,
telur, ayam, dan jenis makanan protein lainnya memberi pengaruh buruk untuk
anak kecil. Anak yang terkena diare malah dipuasakan (tidak diberi makanan).
Cara pengobatan seperti ini akan memperburuk gizi anak.

d. Kesukaan yang berlebihan terhadap jenis makanan tertentu


Kesukaan yang berlebihan terhadap suatu jenis makanan tertentu atau
disebut sebagai faddisme makanan akan mengakibatkan tubuh tidak memperoleh
semua zat gizi yang diperlukan.

e. Jarak kelahiran yang terlalu rapat


Banyak hasil penelitian yang membuktikan bahwa banyak anak yang
menderita gangguan gizi oleh karena ibunya sedang hamil lagi atau adiknya yang
baru telah lahir, sehingga ibunya tidak dapat merawatnya secara baik.
Anak yang dibawah usia 2 tahun masih sangat memerlukan perawatan
ibunya, baik perawatan makanan maupun perawatan kesehatan dan kasih sayang,
jika dalam masa 2 tahun itu ibu sudah hamil lagi, maka bukan saja perhatian ibu
terhadap anak akan menjadi berkurang.akan tetapi air susu ibu ( ASI ) yang masih
sangat dibutuhkan anak akan berhenti keluar.
Anak yang belum dipersiapkan secara baik untuk menerima makanan
pengganti ASI, yang kadang-kadang mutu gizi makanan tersebut juga sangat
rendah, dengan penghentian pemberian ASI karena produksi ASI berhenti, akan
lebih cepat mendorong anak ke jurang malapetaka yang menderita gizi buruk,
yang apabila tidak segera diperbaiki maka akan menyebabkan kematian. Karena
alasan inilah dalam usaha meningkatkan kesejahteraan keluarga, disamping
memperbaiki gizi juga perlu dilakukan usaha untuk mengatur jarak kelahiran dan
kehamilan.

7
f. Sosial Ekonomi
Keterbatasan penghasilan keluarga turut menentukan mutu makanan yang
disajikan. Tidak dapat disangkal bahwa penghasilan keluarga akan turut
menentukan hidangan yang disajikan untuk keluarga sehari-hari, baik kualitas
maupun jumlah makanan.

g. Penyakit infeksi
Infeksi dapat menyebabkan anak tidak merasa lapar dan tidak mau makan.
Penyakit ini juga menghabiskan sejumlah protein dan kalori yang seharusnya
dipakai untuk pertumbuhan. Diare dan muntah dapat menghalangi penyerapan
makanan.
Penyakit-penyakit umum yang memperburuk keadaan gizi adalah: diare,
infeksi saluran pernapasan atas, tuberculosis, campak, batuk rejan, malaria kronis,
cacingan.

7. Akibat Gizi yang Tidak Seimbang


a. Kekurangan Energi dan Protein (KEP)
Berikut ini sebab-sebab kurangnya asupan energi dan protein.
1) Makanan yang tersedia kurang mengandung energy
2) Nafsu makan anak terganggu sehingga tidak mau makan.
3) Gangguan dalam saluran pencernaan sehingga penyerapan sari
makanan dalam usus terganggu
4) Kebutuhan yang meningkat, misalnya karena penyakit infeksi yang
tidak diimbangi dengan asupan yang memadai.

Kekurangan energi dan protein mengakibatkan pertumbuhan dan


perkembangan balita terganggu. Gangguan asupan gizi yang bersifat akut
menyebabkan anak kurus kering yang disebut dengan wasting. Wasting, yaitu
berat badan anak tidak sebanding dengan tinggi badannya. Jika kekurangna ini
bersifat menahun ( kronik), artinya sedikit demi sedikit, tetapi dalam jangka
waktu yang lama maka akan terjadi kedaan stunting. Stunting , yaitu anak menjadi

8
pendek dan tinggi badan tidak sesuai dengan usianya walaupun secara sekilas
anak tidak kurus.

Berdasarkan penampilan yang ditunjukkan, KEP akut derajat berat dapat


dibedakan menjadi tiga bentuk.
1) Marasmus
kasus marasmus, anak terlihat kurus kering sehingga wajahnya seperti
orang tua.Bentuk ini dikarenakan kekurangan energi yang dominan.
2) Kwashiorkor
Anak terlihat gemuk semu akibat edema, yaitu penumpukan cairan di sela-
sela sel dalam jaringan. Walaupun terlihat gemuk, tetapi otot-otot tubuhnya
mengalami pengurusan ( wasting ) . Edema dikarenakan kekurangan asupan
protein secara akut ( mendadak ), misalnya karena penyakit infeksi padahal
cadangan protein dalam tubuh sudah habis.
3) Marasmik-kwashiorkor
Bentuk ini merupakan kombinasi antara marasmus dan kwashiorkor.
Kejadian ini dikarenakan kebutuhan energi dan protein yang meningkat tidak
dapat terpenuhi dari asupannya.

b. Obesitas
Timbulnya Obesitas dipengaruhi berbagai faktor, diantaranya faktor
keturunan dan lingkungan. Tentu saja, faktor utama adalah asupan energi yang
tidak sesuai dengan penggunaan. Obesitas sering ditemui pada anak-anak sebagai
berikut:
1) Anak yang setiap menangis sejak bayi diberi susu botol.
2) Bayi yang terlalu dini diperkenalkan dengan makanan padat.
3) Anak dari ibu yang terlalu takut anaknya kekurangan gizi.
4) Anak yang selalu mendapat hadiah cookie atau gula-gula jika ia berbuat
sesuai keinginan orangtua.
5) Anak yang malas untuk beraktivitas fisik.

8. Menu Makanan Balita

9
Makanan memegang peranan penting dalam pertumbuhan fisik dan
kecerdasan anak. Oleh karenanya, pola makan yang baik dan teratur perlu
diperkenalkan sejak dini, antara lain dengan pengenalan jam-jam makan dan
variasi makanan.
Gizi seimbang dapat dapat dipenuhi dengan pemberian makanan sebagai
berikut :
· Agar kebutuhan gizi seimbang anak terpenuhi, makanan sehari-hari sebaiknya
terdiri atas ketiga golongan bahan makanan tersebut.
· Kebutuhan bahan makanan itu perlu diatur, sehingga anak mendapatkan asupan
gizi yang diperlukannya secara utuh dalam satu hari. Waktu-waktu yang
disarankan adalah:
a. Pagi hari waktu sarapan.
b. Pukul 10.00 sebagai selingan. Tambahkan susu.
c. Pukul 12.00 pada waktu makan siang.
d. Pukul 16.00 sebagai selingan
e. Pukul 18.00 pada waktu makan malam.
f. Sebelum tidur malam, tambahkan susu.
g. Jangan lupa kumur-kumur dengan air putih atau gosok gigi.

· Makanan Selingan Balita


Pada usia balita juga membutuhkan gizi seimbang yaitu makanan yang
mengandung zat-zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh sesuai umur. Makanan
seimbang pada usia ini perlu diterapkan karena akan mempengaruhi kualitas pada
usia dewasa sampai lanjut.
Gizi makanan sangat mempengaruhi pertumbuhan termasuk pertumbuhan
sel otak sehingga dapat tumbuh optimal dan cerdas, untuk ini makanan perlu
diperhatikan keseimbangan gizinya sejak janin melalui makanan ibu hamil.
Pertum-buhan sel otak akan berhenti pada usia 3-4 tahun.
Pemberian makanan balita sebaiknya beraneka ragam, menggunakan
makanan yang telah dikenalkan sejak bayi usia enam bulan yang telah diterima
oleh bayi, dan dikembangkan lagi dengan bahan makanan sesuai makanan
keluarga.

10
Pembentukan pola makan perlu diterapkan sesuai pola makan keluarga.
Peranan orangtua sangat dibutuhkan untuk membentuk perilaku makan yang
sehat. Seorang ibu dalam hal ini harus mengetahui, mau, dan mampu menerapkan
makan yang seimbang atau sehat dalam keluarga karena anak akan meniru
perilaku makan dari orangtua dan orang-orang di sekelilingnya dalam keluarga.
Makanan selingan tidak kalah pentingnya yang diberikan pada jam di antara
makan pokoknya. Makanan selingan dapat membantu jika anak tidak cukup
menerima porsi makan karena anak susah makan. Namun, pemberian yang
berlebihan pada makanan selingan pun tidak baik karena akan mengganggu nafsu
makannya.
Jenis makanan selingan yang baik adalah yang mengandung zat gizi
lengkap yaitu sumber karbohidrat, protein, vitamin dan mineral, seperti arem-
arem nasi isi daging sayuran, tahu isi daging sayuran, roti isi ragout ayam sayuran,
piza, dan lain-lain.
Fungsi makanan selingan adalah :
1. Memperkenalkan aneka jenis bahan makanan yang terdapat dalam bahan
makanan selingan.
2. Melengkapi zat-zat gizi yang mungkin kurang dalam makanan utamanya (pagi,
siang dan malam).
3. Mengisi kekurangan kalori akibat banyaknya aktivitas anak pada usia balita.

BAB II
PEMBAHASAN

ASUHAN KEBIDANAN PADA BALITA N DENGAN GIZI KURANG

Nama : lely
Tanggal : 03 Desember 2019
Pukul : 16.00 WIB

KUNJUNGAN KE 1

A. PENGKAJIAN / PENGUMPULAN DATA

11
IDENTITAS
Nama Balita : Balita R
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 7 tahun

IDENTITAS ORANG TUA


Nama Ibu : Ny. L Nama Ayah : Tn.A
Usia : 27 tahun Usia : 30 tahun
Pendidikan : SMP Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Pekerjaan : Swasta
Agama : Islam Agama : Islam
Alamat : Jl. MENTENG RAYA NO 2

1) DATA SUBJEKTIF

Tanggal :03-12 2019 Pukul : 16.00 WIB

1. Keluhan Utama
Ibu mengatakan berat badan anaknya turun

2. Riwayat kehamilan/persalinan
Ha Tgl Umur Jenis penolon Komplikasi JK BB laktasi komplikasi
mil kehamilan persalina g lahir
ke n
1 20-05- Aterm spontan bidan tidak l 2700 ASI Tidak ada
2008 gr

2 20-08- Aterm Spontan bidan Tidak ada p 3200 ASI Tidak ada
2013 gr

3. Riwayat Imunisasi

Jenis Pemberian

HBO 20 Agustus 2013

BCG 3 November 2013

DPT 1 14 Desember 2013

12
DPT 2 15 Maret 2014

DPT 3 20 April 2014

Polio 1 3 November 2013

Polio 2 14 Desember 2013

Polio 3 15 Maret 2014

Polio 4 20 Agustus 2014

Hepatitis B 1 14 Desember 2013

Hepatitis B 2 15 Maret 2014

Hepatitis B 3 20 Agustus 2014

Campak 23 Desember 2014

4. Riwayat Penyakit Keluarga


Menular Menurun Menahun
: TBC : Hipertensi  : Jatung
: Hepatitis  : DM : TBC
 : HIV/AIDS  : Asma : Tidak ada
: Tidak ada :: Tidak ada

5. Riwayat kesehatan anak


ibu mengatakan anak pernah sakit muntaber

6. Riwayat Tumbuh Kembang anak


a. Ibu mengatakan bahwa anak sudah mulai bicara pada umur 1 tahun.
b. Ibu mengatakan bahwa anak sudah dapat berjalan umur 1 bulan.

7. Kebutuhan sehari-hari
Pola nutrisi
Makan Minum

13
Frekuensi : Frekuensi :
Macam : Macam :
Jumlah : Jumlah :
Pantangan : Pantangan :
Keluhan : Keluhan :

Pola Eliminasi
BAK BAB
Frekuensi : 6xsehari
Warna : kuning jernih
Bau : khas urin
Konsistensi: cair
Keluhan : tidak ada

Personal hygine
Mandi : 2 kali/hari
Gosok gigi : 2 kali/hari
Keramas : 2 hari sekali

8. Riwayat Menyusui

9. Istirahat
Tidur siang : ± 2 jam/hari
Tidur malam : ± 8 jam/hari

2) DATA OBYEKTIF
Tanggal: 03-12-2019 Jam: 16.00 WIB

1.Pemeriksaan umum
Keadaan umum : baik
Kesadaran :  composmentis  apatis  somnolen

14
 sporocomatous  coma  lainnya:
Antropometri :
LK : 40 cm PB : 114 cm
LILA : 13,8 cm BB : 14kg
LD : 50 cm

Tanda-tanda Vital
Nadi : kali/ menit
Pernapasan : kali/menit
Suhu : 36ᵒC

2.Pemeriksaan Fisik
Kepala : messocephalus  makrocephalus  mikrocephalus
hidrocephalus  lainnya: tidak ada kelainan
Muka :Bentuk :  oval  bulat  kotak
Odema : ada tidak ada
Mata : Bentuk mata :  simetris  tidak simetris
Strabismus :  ya  tidak
Sklera :  putih bersih  kekuningan/ikterik
Hidung : Pernafasan cuping hidung :  ya  tidak
Keadaan :  bersih  kotor : ....
Lubang hidung :  simetris  tidak simetris
Pembesaran polip :  ya  tidak
Mulut : Bentuk :  normal  palatoscisis  labioscisis
labiopalatoscisis
Gusi :  merah  merah muda  pucat
Refleks hisap :  kuat  lemah  tidak menghisap
Karies : ada  tidak ada
Stomatitis : ada  tidak

Telinga : kesimetrisan :  simetris  tidak simetris

15
Keadaan :  bersih  kotor  Lainnya: ....
Berlubang :  ya  tidak

Leher : Pembesaran vena / kelenjar :  normal


 k. parotis  k. tiroid  k. getah bening
 vena jugularis

Dada : Denyut jantung : 90 x/menit


Mamae :  simetris  tidak simetris
Putting susu :  ada  tidak
Pernafasan : normal  wheezing
 ronchi  Lainnya: ….
Retraksi :  ada  tidak

Abdomen : Bentuk :  simetris  tidak simetris


Palpasi :  massa  tidak adamassa  Lainnya:
Kembung :  ya  tidak
Bising usus :  ya  tidak

Genetalia : jenis kelamin :  laki laki  perempuan


perempuan :  lubang vagina uretra  labia
mayora  labia minora  Lainnya: ….
Laki-laki :  testis  penis berlubang pada ujung
 Lainnya: ….

Anus : Lubang anus :  berlubang  atresia ani


Keadaan :  bersih  kotor  Lainnya: ….

Tulang belakang : Normal  lordosis kifosis


 skoliosis  Lainnya: ….

16
Kulit :Warna :  merah  merah muda  sianosis

Ekstremitas : Atas
Jari tangan :  lengkap  polidaktili  lain-lain :
Posisi dan bentuk :  simetris  tidak simetris
Pergerakan :  aktif  tidak aktif
Bawah :
Jari kaki : lengkap  polidaktili  lain-lain :
Posisi dan bentuk :  simetris  tidak simetris
Pergerakan :  aktif  tidak akti
3. Data Penunjang
a. pemeriksaan Laboratorium : tidak dilakukan
b. catatan medis lainnya : tidak ada

B. Analisis

Tanggal : 03 Desember 2019 Pukul : 16.30 WIB

1. Interpretasi data dasar


a. Diagnosa kebidanan
An.R umur 6 tahun dengan gizi kurang atas
Data dasar :
DS:
1) Ibu mengatakan anaknya bernama An.N
2) Ibu mengatakan anaknya berumur 6 tahun
3) Ibu mengatakan anaknya rewel, badannya terlihat kurus

DO :

1) Keadaan Umum : Baik


2) Kesadaran : composmetris
3) TTV : N : 100x/menit; R : 27x/menit; S : 36,8˚C
4) BB/TB : 14kg /114cm
5) LK/ LLA : 40cm/ 13,8cm
b. Masalah
Ibu mengatakan anaknya rewel dan cemas dengan keadaan anaknya
sekarang
c. Kebutuhan

17
Anjurkan ibu untuk memberi pemenuhan kebutuhan nutrisi

2. Diagnosa potensial
Diagnosa potensial yang muncul pada kasus gizi kurang anak adalah gizi
buruk
3. Tindakan segera
Memberikan KIE tentang kebutuhan nutrisi yang seimbang
4. Perencanaan
Tanggal : 03 Desember 2019 Pukul : 16.45 WIB
a. Beritahu hasilpemeriksaanpada ibu
b. Anjurkan pada ibu untuk tetap memberikan nutrisi sesuai gizi seimbang
pada anaknya
c. Beri ibu penjelasan tentang pemberian makanana yang baik
d. Anjurkan ibu untuk tetap menjaga suhu tubuh anaknya
e. Anjurkan ibu untuk memberikan rasa aman dan nyaman pada anaknya
f. Anjurkan ibu agar anaknya banyak istriahat
g. Anjurkan ibu untuk kontrol 1 minggu sekali lagi atau jika ada keluhan
h. Dokumentasi tindakan

C. Penatalaksanaan

Tanggal : 03 Desember 2019 Pukul : 17.00 WIB

1. Memberikan hasil pemeriksaan pada ibu


Keadaan umum : lemah
Kesadaran :composmetris
TTV : N : 100x/menit; R : 27x/menit; S : 36,8˚C
BB/TB : 14kg /114cm
LK/ LLA : 40cm/ 13,8cm
Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan anaknya.
2. Menganjurkan pada ibu untuk tetap memberikan nutrisi yang seimbang
pada anaknya yaitu menu yang mengandung karbohidrat, protein,lemak,
vitamin, dan mineral.
Ibu bersedia meberikan makanan nutrisi seimbang yang mengandung
karbohidrat, tinggi protein,lemak, vitamin, dan mineral.
3. Memberikan penjelasan tentang pemberian makanan yang lunak agar anak
tidak mengunyah terlalu lama, pemberian makanan lunak dengan cara lauk
pauk dihaluskan.
Ibu sudah paham dan bersedia untuk memberikan makanan lunak.

18
4. Menganjurkan ibu untuk tetap menjaga suhu tubuh anaknya yitu dengan
cara memberikanminum banyak agar cairan pada tubuh anak tercukupi
sehingga tidak demam atau dehidrasi
Ibu bersedia menjaga suhu tubuh anaknya.
5. Menganjurkan ibu untuk memberikan rasa aman dan nyaman seperti
memandikan anaknya 2x sehari, mengganti pakaian jika kotor dan basah,
memakaikan alas kaki jika pergi bermain, menghangatkan badan jangan
sampai kedinginan.
Ibu bersedia memberikan rasa aman dan nyaman anaknya.
6. Menganjurkan ibu agar anaknya banyak istirahat yaitu 2 kali : siang lebih
kurang 2 jam dan malam 10 jam.
Ibu bersedia mengistirahatkan anaknya.
7. Menganjurkan ibu kontrol 1 minggu lagi atau jika ada keluhan.
Ibu bersedia datang 1 minggu lagi atau jika ada keluhan.
8. Mendokumentasikan tindakan.
Tindakan sudah didokumentasikan.

KUNJUNGAN KE 2

Tanggal : 15 Desember 2019

S : ibu mengatakan anaknya tidak ada keluhan

O : Keadaan Umum : Baik


Kesadaran : Composmetis
Tanda-tanda Vital
Nadi : 88kali/ menit
Pernapasan : 23 kali/menit
Suhu : 36,9ᵒC
PB : 114 cm
BB sekarang : 19,9 Kg

A : Balita usia 6 tahun dengan gizi normal

P :

19
1. Melakukan Informed consent  ibu menyutujui segala tindakan yang akan
dilakukan.
2. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan  ibu mengetahui hasil pemeriksaan.
3. Mengukur status Gizi balita dengan menggunakan KMS  telah dilakukan
4. Mengingatkan kembali kepada ibu tentang personal hygiene pada balita 
dengan membiasakan kebiasaan cuci tangan setelah melakukan aktivitas,
seperti bermain, ke kamar mandi atau bepergian ke luar rumah terutama
sebelum makan
5. Mengingatkan kembali kepada ibu tentang lebutuhan nitrisi balita dan
tentang menu makanan balita  ibu mengerti
6. Menganjurkan ibu untuk memeriksakan kesehatan balita ke pusat pelayanan
kesehatan terdekat  ibu berjanji untuk memeriksakan balitanya
7. Menganjurkan kembali kepada ibu untuk merangsang pertumbuhan balita
seperti lebih banyak mengajaknya berbicara dan bermain  ibu mengerti
8. Menganjurkankepada kembali ibu untuk mengajarkan kepada anak cara
makan, cuci tangan, menyikat gigi, buang air besar dan buang air kecil 
telah dilakukan oleh ibu
9. Mengingatkan kembali kepada ibu untuk datang ke pusat pelayanan
kesehatan jika ibu memiliki keluhan atau jika anak tidak sehat  ibu
sepakat untuk membawa anak ke pusat pelayanan kesehatan.

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah melaksanakan asuhan kebidanan pada An.N umur 7 tahun dengan
gizi kurang dengan menerapkan varney dapat diambil kesimpulan
1. Pada pengkajian data diperoleh hasil data subjektif ibu mnegatakan
anaknya rewel, tubuhnya tampak kurus dan. Data objektif meliputi
keadaan umum lemah, kesadaran composmetrsi, TTV (N : 100x/menit; R :
27x/menit; S : 36,8˚C; BB/TB : 14kg /114cm; LK/ LLA : 40cm/ 13,8cm).
pemeriksaan sitematis yang dilakukan berupa pemeriksaan mata yaitu
konjungtiva pucat.

20
2. Pada langkah interpretasi data diperoleh diagnose kebidanan yaitu An. R
umur 7 tahun dengan gizi kurang. Masalah yang muncul yaitu rewel dan
ibu khawatir dengan keadaan anaknya. Kebutuhannya adalah beri motivasi
untuk memberikan pemenuhan kebutuhan nutrisi yang seimbang.
3. Diagosa potensial yang ditegakkan yaitu gizi buruk.
4. Antisipasi yang diberikan yaitu KIE tentang pemberian gizi seimbang
pada anak.
5. Perencanaan dialkukan adalah perawatan dirumah yang berupa beri nutrisi
yang seimbang pada anak, beri anak makanan yang lunak, jaga suhu tubuh
anak. Jaga rasa aman dan nyaman, anjurkan pada ibu agar anak banyak
istrirahat.
6. Pelaksanaan dilakukan dengan baik sesuai rencana yang telah disusun
karena adanya dukungan keluarga dalam membantu memberikan nutris
yang seimbang, memberikan makanan yang mudah diterima, menjaga
suhu tubuh, menjaga rasa aman, menganjurkan ibu agar anak banyak
istriahat.
7. Evaluasi dilakukan untuk mengetahui perkembangan anak. Hasil An.N
keadaan umum baik, sudah tampak aktif, berat badan mengalami kenaikan
dari 14 kg menjadi 19,9 kg.

B. Saran
1. Bidan Praktik Mandiri
Diharapkan agar Bidan Praktik Mandiri dapat meningkatkan kualitas
pemberian pelayanan dan memberikan pelayanan yang optimal Asuhan
Kebidanan pada Anak dengan Gizi kurang.
2. Pendidikan
Diharapkan agar lebih melengkapu/menambahkan referensi tentang gizi
kurang.

21
DAFTAR PUSTAKA

Arisman. (2004), Gizi Dalam Daur Kehidupan: Buku Ajar Ilmu Gizi. Jakarta:
EGC
Drs. Joko Pekik Irianto M.Kes. 2007. Panduan Gizi Lengkap Keluarga dan
Olahragawan. Yogyakarta: Penerbit Andi
Gabe Mirkin, M.D. dan Marshall Hoffman. 1984. Kesehatan Olahraga. Jakarta:
PT.Grafidian Jaya
http://duniaanak.org/makanan-anak/gizi-balita-beberapa-nutrisi-penting-
balita.html.
http://yupianfurba.blogspot.com/2016/01/makalah-gizi-pada-bayi-dan-
balita.html
Moehji, Sjahmien, B.Sc. 1992. Ilmu Gizi. Jakarta: Bhratara Niaga Media
Tips Anak Bayi fikhar. (2012). Beberapa Nutrisi Penting Bagi Balita Anda
Wiryo, Hananto. (2002), Peningkatan Gizi Bayi, Anak, Ibu Hamil dan Menyusui
dengan Makanan Lokal. Jakarta: Sagung Seto

22

Anda mungkin juga menyukai