Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIK LAPANGAN

PEMBUATAN PUPUK KOMPOS DAN PUPUK CAIR

BUDIDAYA TANAMAN ORGANIK

Dosen: Dr. Rr. Siti Astuti, SP, M. Sc.

Ir. Koeswini Tri Ariani, MS.

Instruktur: Asyrofu Richy Amadha, S. Tr. P.

Disusun Oleh:

Abdul Malik Wahidin

05.1.4.17.0739

KEMENTERIAN PERTANIAN

BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN

POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN YOGYAKARTA MAGELANG

JURUSAN PERTANIAN YOGYAKARTA

2019
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PRAKTIK LAPANGAN

PEMBUATAN PUPUK KOMPOS DAN PUPUK CAIR

BUDIDAYA TANAMAN ORGANIK

Nama : Abdul Malik Wahidin

NIREM : 05.1.4.17.0739

Semester :VA

Jurusan : Pertanian

Prodi : Penyuluhan Pertanian Berkelanjutan

Yogyakarta, 25 Oktober 2019


Instruktur Mahasiswa

Asyrofu Richy Amadha, S. Tr. P. Abdul Malik Wahidin

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun Laporan Praktik Lapangan Pembuatan
Pupuk Kompos Dan Pupuk Cair ini dengan baik.

Laporan ini disusun untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mahasiswa


dalam kegiatan pembuatan pupuk kompos dan pupuk cair, serta sebagai kelengkapan dari
kegiatan praktik dalam Mata Kuliah Budidaya Tanaman Organik.

Dalam penyusunan proposal ini penulis juga telah banyak dibantu dan diarahkan oleh
berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dr. Rr. Siti Astuti, SP, M.Sc. selaku dosen pengampu Mata Kuliah Budidaya
Tanaman Organik.
2. Ir. Koeswini Tri Ariani, MS. selaku dosen pengampu Mata Kuliah Budidaya Tanaman
Organik.
3. Asyrofu Richy Amadha, S. Tr. P. selaku instruktur Mata Kuliah Budidaya Tanaman
Organik.
4. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan proposal ini.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan laporan ini,
oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan masukan untuk memperbaiki laporan ini.
Penulis berharap laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya, dan bagi pembaca
pada umumnya.

Yogyakarta, 25 Oktober 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

halaman

COVER ................................................................................................................................

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................................. i

KATA PENGANTAR ......................................................................................................... ii

DAFTAR ISI ....................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................... 1


A. Latar Belakang ......................................................................................................... 1
B. Tujuan ...................................................................................................................... 1
C. Manfaat .................................................................................................................... 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................... 2
A. Pupuk Organik ......................................................................................................... 2
B. Jenis-Jenis Pupuk Organik ....................................................................................... 3
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................. 5
A. Waktu dan Tempat Kegiatan ................................................................................... 5
B. Hasil ......................................................................................................................... 5
C. Pembahasan.............................................................................................................. 9
BAB IV PENUTUP ............................................................................................................. 11
A. Kesimpulan .............................................................................................................. 11
B. Saran ........................................................................................................................ 11

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................... 12

LAMPIRAN ......................................................................................................................... 13

iii
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sistem pertanian organik merupakan hukum pengembalian (law of return) yang
berarti suatu sistem yang berusaha untuk mengembalikan semua jenis bahan organik ke
dalam tanah, baik dalam bentuk residu dan limbah pertanaman maupun ternak yang
selanjutnya bertujuan memberi makanan pada tanaman. Pertanian organik adalah usaha
tani yang menghindari atau secara besar-besaran menyingkirkan penggunaan pupuk dan
pestisida sintetik, zat pengatur tumbuh tanaman dan perangsang (Saragih, 2008).
Salah satu jenis pupuk yang menjadi alternatif dan mulai popular kembali setelah
cukup lama tidak pernah digunakan dalam perkembangan pertanian organik yaitu pupuk
organik. Pupuk organik adalah pupuk yang tersusun dari materi makhluk hidup yang
diolah melalui proses pembusukan (dekomposisi) oleh bakteri pengurai, seperti pelapukan
sisa-sisa tanaman, hewan, dan manusia. Pupuk organik banyak memberikan keuntungan
ditinjau dari peningkatan kesuburan tanah dan peningkatan produktifitas tanaman.
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui tentang manfaat pupuk organik dalam pertanian
2. Untuk mengetahui cara pembuatan pupuk organik padat dan pupuk organik cair
3. Untuk mengetahui alat dan bahan yang diperlukan dalam pembuatan pupuk organik
padat dan pupuk organik cair
C. Manfaat
1. Mahasiswa mengetahui apa saja manfaat penggunaan pupuk organik terhadap
pertanian organik
2. Mahasiswa mengetahui cara dan proses pembuatan pupuk organik padat dan pupuk
organik cair
3. Mahasiswa mengetahui alat dan bahan dalam pembuatan pupuk organik padat dan
pupuk organik cair

1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Pupuk Organik
Pupuk organik adalah pupuk yang tersusun dari materi makhluk hidup, seperti
pelapukan sisa -sisa tanaman, hewan, dan manusia. Pupuk organik dapat berbentuk padat
atau cair yang digunakan untuk memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Pupuk
organik mengandung banyak bahan organik daripada kadar haranya. Sumber bahan
organik dapat berupa kompos, pupuk hijau, pupuk kandang, sisa panen (jerami,
brangkasan, tongkol jagung, bagas tebu, dan sabut kelapa), limbah ternak, limbah industri
yang menggunakan bahan pertanian, dan limbah kota (sampah).
Pupuk organik merupakan bahan pembenah tanah yang paling baik dibanding
bahan pembenah lainnya. Nilai pupuk yang dikandung pupuk organik pada umumnya
rendah dan sangat bervariasi, misalkan unsur nitrogen (N), fosfor (P), dan kalium (K)
tetapi juga mengandung unsur mikro esensial lainnya. Pupuk organik membantu dalam
mencegah terjadinya erosi dan mengurangi terjadinya retakan tanah. Pemberian bahan
organik mampu meningkatkan kelembapan tanah dan memperbaiki pengatusan dakhil.
Nitrogen dan unsur hara lain yang dikandung oleh pupuk organik dilepaskan
secara perlahan-lahan. Penggunaan secara berkesinambungan akan banyak membantu
dalam membangun kesuburan tanah, terutama apabila dilaksanakan dalam waktu yang
nisbi panjang.
Keunggulan pupuk organik:
1. Meningkatkan kandungan air dan dapat menahan air untuk kondisi berpasir.
2. Meningkatkan daya tahan terhadap pengikisan.
3. Meningkatkan pertukaran udara, jumlah pori-pori dan sifat peresapan air untuk kondisi
tanah liat.
4. Menurunkan tingkat kekerasan lapisan permukaan tanah.
5. Mengandung unsur hara makro mikro yang lengkap.
6. Aman (ramah lingkungan).
7. Efektif dan ekonomis (murah / mudah di dapat).
8. Menghilangkan residu kimia.
9. Aplikasi yang mudah (bisa di aplikasikan sebelum atau sesudah masa tanam).

2
B. Jenis-Jenis Pupuk Organik
1. Pupuk Organik Padat
a. Pupuk hijau
Pupuk hijau berasal dari pelapukan tanaman, baik tanaman sisa panen
maupun tanaman yang sengaja ditanam untuk diambil hijauannya. Tanaman yang
biasa digunakan untuk pupuk hijau di antaranya dari jenis leguminosa (kacang-
kacangan) dan tanaman air (azola). Jenis tanaman ini dipilih karena memiliki
kandungan hara, khususnya nitrogen yang tinggi serta cepat terurai dalam tanah.
Di saat-saat tertentu, tanaman pagar dipangkas untuk diambil hijauannya.
Hijauan dari tanaman leguminosa bisa langsung diaplikasikan pada tanah sebagai
pupuk. Sementara itu, di lahan sawah para petani biasa menggunakan azola
sebagai pupuk hijau.
Azola merupakan tanaman pakis air yang banyak tumbuh secara liar di
sawah. Tanaman ini hidup di lahan yang banyak mengandung air. Azola bisa
langsung digunakan sebagai pupuk dengan cara dibenamkan ke dalam tanah pada
saat pengolahan lahan.
b. Pupuk kandang
Pupuk kandang berasal dari kotoran hewan seperti unggas, sapi, kerbau,
dan kambing. Pupuk kandang banyak dipakai sebagai pupuk dasar tanaman
karena ketersediaannya yang melimpah dan proses pembuatannya gampang.
Pupuk kandang tidak memerlukan proses pembuatan yang panjang seperti
kompos. Kotoran hewan cukup didiamkan sampai keadaannya kering dan matang
sebelum diaplikasikan ke lahan.
c. Pupuk kompos
Pupuk kompos dihasilkan dari pelapukan bahan organik melalui proses
biologis dengan bantuan organisme pengurai. Organisme pengurai atau
dekomposer bisa berupa mikroorganisme ataupun makroorganisme.
Mikroorganisme dekomposer bisa berupa bakteri, jamur, atau kapang. Sementara,
makroorganisme dekomposer yang paling populer adalah cacing tanah.
Dewasa ini teknologi pengomposan sudah berkembang pesat. Berbagai
varian dekomposer beserta metode pembuatannya banyak ditemukan. Dengan
begitu, pupuk kompos yang dihasilkan banyak ragamnya, misalnya pupuk
bokashi, vermikompos, pupuk organik cair, dan pupuk organik tablet.

3
d. Pupuk hayati organik
Pupuk hayati terdiri atas organisme hidup yang memiliki kemampuan
untuk meningkatkan kesuburan tanah dan menghasilkan nutrisi penting bagi
tanaman. Dalam Peraturan Menteri Pertanian, pupuk hayati tidak digolongkan
sebagai pupuk organik, tetapi sebagai pembenah tanah. Namun, dalam
penerapannya di lapangan, seringkali dianggap sebagai pupuk organik.
Pupuk hayati secara alami menyediakan nutrisi melalui proses gradual
dengan cara memfikasi unsur N dari atmosfer, melarutkan fosfor, dan mensintesis
zat-zat lain yang dibutuhkan tanaman. Jadi, dengan pupuk hayati siklus
penyuburan tanah akan berlangsung terus-menerus dan berkelanjutan.
2. Pupuk Organik Cair
Pupuk Organik Cair (POC) adalah larutan hasil dari pembusukan bahan
organik yang berasal dari sisa tanaman, kotoran hewan dan manusia yang kandungan
unsur haranya lebih dari 1 unsur. Untuk menghasilkan tanaman yang baik dan subur
tentu diperlukan asupan gizi yang cukup. Hal ini dapat diperoleh dengan pembuatan
POC. Kelebihan POC adalah dapat secara cepat mengatasi defisiensi hara dan mampu
menyediakan hara secara cepat. POC ini tidak merusak tanah walaupun digunakan
sesering mungkin. Larutan ini juga memiliki bahan pengikat sehingga dapat langsung
diberikan ke permukaan tanah dan digunakan oleh tanaman. POC selain berfungsi
sebagai pupuk dapat sebagai aktivator untuk membuat kompos.
Manfaat POC diantaranya adalah :
a. Untuk menyuburkan tanaman
b. Untuk menjaga stabilitas unsur hara dalam tanah
c. Untuk mengurangi dampak sampah organik di lingkungan sekitar
Keuntungan dari POC limbah buah ini antara lain:
a. Menekan penyebaran hama/penyakit tanaman
b. Memanfaatkan residu unsur hara yang masih terdapat dalam buah busuk (seperti
unsur N, P dan K serta beberapa unsur mikro yang masih bisa menguntungkan bagi
tanaman)
c. Lingkungan lahan/kebun lebih bersih
d. Mudah diaplikasikan terhadap tanaman
e. Lebih praktis serta efisien dalam pemanfaatannya
f. Mengandung mikroorganisme yang jarang terdapat dalam pupuk organik padat

4
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Waktu dan Tempat Kegiatan


Kegiatan Praktek lapangan ini dilaksanakan di tempat Kelompok Tani Subur,
Dusun Wonorejo, Desa Sariharjo, Kecamatan Ngaglik, Kabupaten Sleman, DIY. Pada
tanggal 17 Oktober 2019 dan 24 Oktober 2019. kegiatan praktek lapangan di lakukan
oleh mahasiswa Polbangtan Yogyakarta Magelang Semester V A, yang terdiri dari 35
orang.
B. Hasil
1. Pembuatan Pupuk Kompos
Pupuk kompos yang dibuat dalam praktikum ini terbuat dari bahan baku
berupa kotoran sapi yang difermentasi menggunakan molase. Molase yang
digunakan terbuat dari campuran 2 liter rumen, 1/2 ons terasi, 1 kg bekatul, 1 buah
nanas, 6 buah ragi tape, dan 2 liter tetes tebu. Kotoran sapi yang digunakan diambil
langsung dari kandang yang sebelumnya sudah dibiarkan selama 2-3 bulan.
Proses pembuatan pupuk organik padat/kompos :
a. Alat dan Bahan
1.) Alat
- Garu
- Gembor
- Ember/baskom
- Cangkul
- Sekop
- Gerobak
- Mesin penggiling
- Mesin penyaring
- Mesin penjahit
- Karung
2.) Bahan
- Mol 1 liter
- Kotoran sapi 1 ton
- Air 9 liter

5
b. Langkah Kerja
1.) Siapkan alat dan bahan.
2.) Larutkan 1 liter mol dengan 9 liter air.
3.) Buatlah pupuk kompos dengan melewati 7 proses pengolahan, yaitu:
a.) Proses 1
Kotoran ternak sebanyak 1 ton ditumpuk setinggi 30 cm kemudian
beri setengah dari larutan mol lalu dicampur dan dibalik. Kotoran
kemudian ditumpuk setinggi 50-60 cm dan beri kembali larutan mol yang
masih tersisa.
Kotoran yang sudah tercampur semua kemudian difermentasi selama
1-2 minggu. Pada waktu 1 minggu pertama ditusuk menggunakan kayu
hingga panas mencapai 15OC-20OC. Apabila kotoran sudah terlihat
remah-remah maka pupuk sudah dapat dikatakan jadi sehingga tidak
perlu menunggu sampai 2 minggu dan dapat melanjutkan proses 2.
b.) Proses 2
Pupuk yang telah melalui proses 1 kemudian diaduk atau disisir untuk
mempercepat proses, lakukan selama 1-2 hari sebanyak ±3kali. Setelah
itu pupuk diangkut untuk dibawa pada proses 3.
c.) Proses 3
Pada proses ini pupuk disimpan di bawah tempat yang memiliki atap
supaya tidak terkena air hujan dan panas matahari langsung. Pupuk
kemudian dikeringkan dengan diratakan pada ketinggian 5-7 cm. Durasi
pengeringan disesuaikan dengan cuaca, apabila kondisi cuaca sedang
bagus maka pengeringan dapat dilakukan dalam 2-3 hari, namun apabila
cuaca kurang bagus maka proses pengeringan dapat mencapai 5 hari.
d.) Proses 4
Setelah pupuk kering, pupuk kemudian digiling menggunakan mesin
penggiling batu untuk mendapatkan pupuk yang lebih halus.
Penggilingan dilakukan menggunakan saringan yang besar karena pupuk
terbuat dari kotoran sapi. Pada proses ini pupuk yang dihasilkan masih
dalam kondisi belum halus karena masih tercampur dengan kotoran lain
seperti daun atau rumput dan sampah plastik.

6
e.) Proses 5
Dalam proses ini dilakukan penyaringan pupuk yang telah digiling
dengan menggunakan mesin penyaring untuk memisahkan kotoran
dengan pupuk yang sudah digiling. Setelah dilakukan penyaringan maka
didapatkan pupuk yang bertekstur halus.
f.) Proses 6 dan 7
Pupuk hasil penyaringan yang sudah halus kemudian dikemas dengan
menggunakan karung. Karung yang digunakan terdiri dari dua lapis yaitu
plastik bagian dalam dan karung bagian luar.
Setiap karung berisi 25 kg pupuk kompos kemudian dijahit
menggunakan mesin penjahit. Setelah pupuk selesai dikemas maka
pupuk disimpan di tempat teduh, atau dapat langsung dipasarkan.
2. Pembuatan Pupuk Organik Cair
Dalam praktikum ini pembuatan pupuk cair dibuat menggunakan urine kelinci
yang dicampurkan dengan bahan-bahan organik seperti buah busuk atau dapat juga
menggunakan sisa-sisa buah, empon-empon yang sudah dihaluskan, tepung ikan dan
juga tetes tebu.
Proses pembuatan pupuk organik cair :
a. Alat dan Bahan
1.) Alat
- Panci
- Kompor
- Cobek
- Parutan/blender
- Ember besar + Tutup
- Baskom
- Botol bekas air mineral
- Selang kecil
- Lakban

7
2.) Bahan
- Urine kelinci 1 liter
- Buah-buah busuk/sisa buah-buahan 0,5 kg
- Labu siam 0,5 kg
- Empon-empon 1 kg
- Tepung ikan 0,5 kg
- Tetes tebu 1 liter
- Air 8 liter
b. Langkah Kerja
1.) Siapkan alat dan bahan.
2.) Haluskan labu siam terlebih dahulu dengan menggunakan blender atau
diparut hingga halus.
3.) Haluskan semua empon-empon (kunyit, lengkuas, temuireng, dll) kemudian
direbus dengan 2 liter air dan didiamkan selama 1 malam.
4.) Potong dan hancurkan buah-buahan busuk kemudian masukkan ke dalam
ember.
5.) Masukkan labu siam yang sudah halus ke dalam ember besar.
6.) Masukkan empon-empon yang sudah didiamkan selama 1 malam ke dalam
ember besar.
7.) Masukkan tepung ikan ke dalam ember besar.
8.) Tambahkan 1 liter tetes tebu.
9.) Tambahkan 1 liter urine kelinci.
10.) Tambahkan air sebanyak 6 liter ke dalam campuran bahan pupuk.
11.) Aduk selama 5-10 menit.
12.) Tutup rapat ember dan lakban bagian tepi tutup supaya kedap udara.
13.) Hubungkan ember yang sudah berisi campuran pupuk organik cair dengan
botol yang sudah berisi air dengan menggunakan selang.
14.) Simpan pupuk di tempat yang teduh selama 8-14 hari.
15.) Pupuk organik cair yang sudah jadi siap digunakan.

8
C. Pembahasan
1. Pupuk Organik Padat (Kompos)
Pupuk organik padat yang dibuat dalam praktikum ini berasal dari kotoran
hewan ternak (sapi) yang diberikan pada lahan pertanian untuk memperbaiki
kesuburan dan struktur tanah. Hal ini disebabkan tanah lebih banyak menahan air
sehingga unsur hara akan terlarut dan lebih mudah diserap oleh pembuluh akar.
Kualitas pupuk kompos sangat tergantung pada jenis ternak, kualitas pakan ternak,
dan cara penampungan kotoran ternak.
Pupuk kompos dihasilkan dari pelapukan bahan organik melalui proses
biologis dengan bantuan organisme pengurai. Organisme pengurai atau dekomposer
bisa berupa mikroorganisme ataupun makroorganisme. Mikroorganisme
dekomposer bisa berupa bakteri, jamur, atau kapang. Sementara, makroorganisme
dekomposer yang paling populer adalah cacing tanah.
Dalam satu ekor sapi dewasa menghasilkan 23,59 kg kotoran tiap harinya
dengan kandungan unsur N, P dan K. Pada umumnya pupuk organik mengandung
hara makro N, P, K rendah, tetapi mengandung hara mikro dalam jumlah cukup
yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan tanaman Kotoran sapi mengandung
unsur hara antara lain nitrogen 0,33%, fosfor 0,11%, kalium 0,13%, kalsium 0,26%.
Pupuk kompos merupakan bahan pembenah tanah yang paling baik dan alami
daripada bahan pembenah buatan/sintetis..
Pupuk yang berasal dari kotoran sapi mempunyai kadar serat yang tinggi
seperti selulosa, hal ini terbukti dari hasil pengukuran parameter C/N rasio yang
cukup tinggi >40. Tingginya kadar C dalam pupuk kotoran sapi menghambat
penggunaan langsung ke lahan pertanian karena akan menekan pertumbuhan
tanaman utama. Penekanan pertumbuhan terjadi karena mikroba dekomposer akan
menggunakan N yang tersedia untuk mendekomposisi bahan organik tersebut
sehingga tanaman utama akan kekurangan N. Untuk memaksimalkan penggunaan
pupuk organik padat (kompos) kotoran sapi harus dilakukan pengomposan agar
menjadi kompos dengan rasio C/N di bawah 20.

9
2. Pupuk Organik Cair
Pupuk organik cair (POC) adalah bentuk cair dari pupuk organik yang
diekstrak dari berbagai bahan dan unsur organik sehingga mudah diaplikasikan.
POC sering dikemas dalam wadah botol sehingga pupuk ini lebih praktis.
Keuntungan dari POC limbah buah ini antara lain:
a. Lingkungan lahan/kebun lebih bersih
b. Memanfaatkan residu unsur hara yang masih terdapat dalam buah busuk (seperti
unsur N, P dan K serta beberapa unsur mikro yang masih bisa menguntungkan
bagi tanaman)
c. Menekan penyebaran hama/penyakit tanaman
d. Mudah diaplikasikan terhadap tanaman
e. Lebih praktis serta efisien dalam pemanfaatannya
f. Mengandung mikroorganisme yang jarang terdapat dalam pupuk organik padat
Pupuk organik cair mengandung hara makro dan mikro esensial (N, P, S, Ca,
Mg, B, Mo, Cu, Fe, Mn dan bahan organik). Pupuk organik cair lebih mudah
terserap oleh tanaman karena unsur-unsur di dalamnya sudah terurai.
Manfaat POC diantaranya adalah :
a. Untuk menyuburkan tanaman
b. Untuk menjaga stabilitas unsur hara dalam tanah
c. Untuk mengurangi dampak sampah organik di lingkungan sekitar
Pembuatan pupuk cair yang tidak jadi adalah dari bau yang dihasilkan, apabila
berbau busuk dan menyengat pupuk itu dinyatakan gagal, hal ini disebabkan karena
bahan yang digunakan sudah mengalami pembusukan, sehingga pada saat proses
fermentasi berlangsung mikroba di dalamnya mengalami kompetisi dan pada
akhirnya sama-sama mengalami kematian. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan
kegagalan dalam pembuatan pupuk organik cair lainnya yaitu pemasangan tutup
ember penyimpanan yang kurang rapat sehingga air dan udara masih dapat masuk
sehingga proses fermentasi yang bersifat hampa udara terkontaminasi. Selain itu
juga dapat disebabkan oleh tempat penyimpanan yang terkena sinar matahari
langsung sehingga proses fermentasi menjadi terganggu.

10
BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam praktikum pembuatan pupuk organik yang telah dilaksanakan di
Kelompok Tani Subur di Dusun Wonorejo, Desa Sariharjo, Kecamatan Ngaglik,
Kabupaten Sleman, DIY ini didapatkan kesimpulan bahwa pupuk organik yaitu pupuk
yang terbuat dari bahan-bahan organik yang ada di sekitar kita dan telah diekstrak dan
juga difermentasi. Pupuk organik tersebut dapat digunakan sebagai penambah unsur hara
alami makro dan mikro pada tanaman. Pada praktikum ini pupuk organik yang dibuat
yaitu pupuk organik padat (kompos kotoran sapi) dan pupuk organik cair (limbah buah-
buahan). Penggunaan pupuk organik ini memiliki keuntungan yaitu mengandung unsur
makro dan mikro yang diperlukan untuk pertumbuhan tanaman. Selain itu, proses
pembuatan pupuk organik juga perlu diperhatikan dengan teliti supaya pupuk dapat jadi
dan memproduksi unsur hara yang baik.
B. Saran
Dalam praktikum pembuatan pupuk organik ini sebaiknya juga diberikan tentang
referensi pupuk organik lainnya yang bahan-bahannya sering dijumpai di sekitar
sehingga dapat menambah pengetahuan bagi mahasiswa. Selain itu juga perlu diberikan
mengenai kandungan yang terdapat dalam suatu bahan pembuat pupuk sehingga pupuk
organik yang dibuat memiliki kandungan unsur hara yang sesuai dengan kebutuhan
tanaman yang sedang dibudidayakan.

11
DAFTAR PUSTAKA

Hartatik, Wiwik dkk. 2015. Peranan Pupuk Organik Dalam Peningkatan Produktivitas Tanah
dan Tanaman. Jurnal Sumberdaya Lahan Vol.9 No.2. Balai Penelitian Tanah

Jenis-Jenis Pupuk Organik diakses pada tanggal 25 Oktober 2019 melalui


https://www.pioneer.com/web/site/indonesia/Jenis-jenis-Pupuk-Organik-Hasil-
Perkembangan-Teknologi

Lumbanraja, Parlindungan. 2013. Pertanian Organik. FAPERTA-UHN. Deliserdang

Lupitasari, Diani. 2013. Makalah “Pupuk Organik”. Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
Serang diakses melalui pada tanggal 25 Oktober 2019 melalui
http://dianilupitasari.blogspot.com/2014/04/makalah-pupuk-organik.html

Pembuatan Pupuk Kompos Dari Kotoran Sapi diakses pada tanggal 25 Oktober 2019 melalui
http://bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/index.php/infor-teknologi/875-pembuatan-
kompos-dari-kotoran-sapi

Pengertian Pupuk Organik diakses pada tanggal 25 Oktober 2019 melalui


https://www.greenplanet.co.id/index.php/post/69/Pengertian+Pupuk+Organik

Pupuk Organik Cair diakses pada tanggal 25 Oktober 2019 melalui


https://bbppbatu.bppsdmp.pertanian.go.id/pupuk-organik-cair/

12
LAMPIRAN

Pembuatan Pupuk Organik Padat

13
Pembuatan Pupuk Organik Cair

14

Anda mungkin juga menyukai