Anda di halaman 1dari 38

Kekuatan Elektoral Partai-Partai Islam

Menjelang Pemilu 2009


September 2008

Jl. Lembang Terusan No. D 57, Menteng – Jakarta Pusat


Telp. (021) 3919582, Fax (021) 3919528
Website: www.lsi.or.id, Email: info@lsi.or.id
Latar Belakang
• Dalam sejarah pemilu demokratis Indonesia, kekuatan partai-partai Islam
tidak pernah menjadi kekuatan mayoritas walaupun hampir 90% pemilih
Indonesia beragama Islam.
• Dalam pemilu 1955, partai-partai Islam (Masyumi, NU, Perti, dan PSII) hanya
mampu meraih suara sekitar 43%. Dalam pemilu 1999 dan 2004, kekuatan
seluruh partai-partai Islam hanya sekitar 38%.
• Islam tidak menjadi dasar utama sikap dan perilaku elektoral Muslim
Indonesia.
• Apakah kecenderungan ini akan terus berlanjut hingga pemilu 2009 nanti?
• Apakah Muslim Indonesia lebih cenderung mengkerangkakan sikap elektoral
mereka dengan Pancasila, dan sikap ini cukup jelas harus dibedakan dengan
Islam?
• Apakah sikap elektoral Muslim Indonesia pada umumnya lebih didasarkan atas
pertimbangan program-program rasional ketimbang sentimen identitas
keagamaan?

2
Pengukuran
• Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan itu apa yang dimaksud dengan “partai
Islam” adalah partai yang platforms-nya bersandar pada Islam, dan atau yang
punya hubungan historis atau sosiologis dengan partai-partai Islam.
• Partai-partai yang berplatform atau berasas Islam dalam pemilu 2009 nanti
adalah PPP, PKS, PBR, dan PBB.
• Partai-partai Islam karena hubungan historis dan sosiologis adalah PKB, PAN,
PKNU, Partai Matahari Bangsa (PMB), dan PPNUI.
• Di samping itu, “partai Islam” adalah partai sebagaimana dipersepsikan sebagai
partai paling Islam dengan skor di atas margin of error +/-3% dalam survei.
Ukuran ini juga penting untuk melihat validitas pengetahuan publik tentang
partai Islam.
• Untuk menunjukan bahwa pengkerangkaan dengan Pancasila dan dengan
program-program rasional dalam sikap elektoral Muslim lebih penting dari pada
dengan Islam, digunakan pengukuran partai-partai mana menurut pemilih
Muslim yang paling Pancasilais, dan yang punya program-program paling bagus
untuk kepentingan rakyat. Setelah itu dibandingkan respon terhadap
pertanyaan-pertanyaan ini dengan respon atas partai pilihan mereka bila
pemilihan anggota DPR dilakukan waktu survei dilakukan.

3
Metode dan Data

• Survei nasional terakhir dilakukan 8-20 September 2008.


• Populasi survei: Muslim/muslimah berumur 17 tahun atau lebih secara nasional
(dari Sabang sampai Merauke)
• Sampel: nasional, dipilih secara random dengan teknik multistage random
sampling: proporsional atas populasi provinsi, desa-kota, dan jender.
• Jumlah sampel Muslim:1239
• Margin of error: +/- 3% pada tingkat kepercayaan 95%.

4
Methodologi Survei

Populasi desa/kelurahan
tingkat Nasional

Prop.k Desa/kelurahan di tingkat


Prop.1
… Propinsi dipilih secara random dengan jumlah
… proporsional
Ds 1 … Ds m
Ds 1 … Ds n

RT1 RT2 RT3 …. RT5 Di setiap desa/kelurahan dipilih sebanyak 5 RT


dengan cara random

Di masing-masing RT/Lingkungan
KK1 KK2 dipilih secara random dua KK

Di KK terpilih dipilih secara random


Laki-laki Perempuan Satu orang yang punya hak pilih
laki-laki/perempuan

5
DEMOGRAFI

KATEGORI LSI BPS KATEGORI LSI BPS


JENIS KELAMIN KELOMPOK PENDIDIKAN
LAKI-LAKI 50.1 50.0 <= SD 52.5* 60.0
PEREMPUAN 49.9 50.0 SLTP 20.3 19.0
DESA-KOTA SLTA 20.4 18.0
DESA 60.9 59.0 Universitas 6.8 4.0
KOTA 39.1 41.0 AGAMA
KELOMPOK USIA Islam 89.0 87.0
<= 19 tahun 3.6* 15.1 Kristen 8.7 10.0
20 - 29 tahun 20.8 27.1 Hindu 2.2 2.0
30 - 39 tahun 29.4 22.4 Lainnya 0.2 1
40 - 49 tahun 22.6 15.8 ETNIS
>= 50 tahun 23.5 19.6 Jawa 39.8 41.6
PENDAPATAN Sunda 14.6 15.4
< 400 ribu 37.1 42.0 Melayu 7.4 3.4
400 - 999 ribu 36.3 38.0 Madura 4.0 3.4
>= 1juta 26.6 20.0 Bugis 1.4 2.5
Betawi 1.8 2.5
Minang 3.8 2.7
Lainnya 27.3 28.5

•Sample LSI adalah penduduk yang sudah memiliki hak pilih atau berusia 17 tahun keatas,
•Sensus BPS termasuk yang di bawah umur 17 tahun.
6
DEMOGRAFI

KATEGORI SAMPEL BPS KATEGORI SAMPEL BPS


PROPINSI PROPINSI
NAD 2.3 1.9 BALI 2.3 1.5
SUMUT 4.6 5.3 NTB 2.3 2.0
SUMBAR 3.1 2.1 NTT 2.3 2.0
RIAU 2.3 2.2 KALBAR 2.3 1.9
JAMBI 0.8 1.3 KALTENG 1.5 0.9
SUMSEL 3.1 3.2 KALSEL 2.3 1.5
BENGKULU 0.8 0.8 KALTIM 1.5 1.4
LAMPUNG 3.1 3.4 SULUT 1.5 1.0
BABEL 0.8 0.5 SULTENG 0.8 1.1
KEPRI 0.8 0.6 SULSEL 3.1 3.5
DKI 3.9 3.5 SULTRA 0.8 0.9
JABAR 15.3 17.4 GORONTALO 0.8 0.4
JATENG 13.9 15.2 SULBAR 0.8 0.5
DIY 1.5 1.6 MALUKU 0.8 0.6
JATIM 14.6 16.7 MALUKU UTARA 0.8 0.4
BANTEN 3.9 4.1 PUPUA 0.8 0.9
IRJABAR 0.8 0.3

7
TEMUAN
Partai yang paling … (%)

25

20
20 18
16.5

15 14
13

10
8

5
5
3 3 3 3 3
2 2 2 2 2
0 0 0.1
0
PKS PKB PPP PAN PNUI PBB Golkar PDIP Demokrat Gerindra

Islami Pancasilais

9
Partai-Partai berikut adalah Partai Islam (%), April 2008

100

80
78
73
65
61
60 57
49

40
32 32
28

20

0
PPP PKB PBB PAN PKS PBR Golkar Demokrat PDIP

Sisanya menyatakan “bukan partai Islam” atau “tidak tahu.”

10
Temuan Survei

• Di mata pemilih Muslim PKS adalah partai paling Islami. Kemudian PKB, PPP,
PAN, PBB, dst.
• Persepsi ini sedikit dipengaruhi oleh sikap partisan pemilih, yakni kemampuan
untuk mengidentifikasi keislaman partai sedikit terkait dengan kecenderungan
pilihan terhadap partai bersangkutan. Walapun PBB oleh ahli dianggap lebih
Islami dalam platform-nya, tapi di mata pemilih PKB dinilai lebih Islami meskipun
tidak berplatform Islam karena pemilih PKB cenderung lebih banyak dari pemilih
PBB.
• Namun demikian, secara umum penilaian pemilih atas tingkat keislaman partai
ini sama dengan asesmen para ahli. Golkar atau PDIP dipersepsikan jauh kurang
Islami dibanding PKS misalnya.
• Di samping itu, di mata pemilih identitas Islam dan Pancasila cukup berbeda dan
terpisah. PKS paling Islam, dan Golkar paling Pancasilais misalnya. Secara
elektoral, Pancasila tidak bisa diidentikan dengan Islam, atau sebaliknya.
• Islam ya Islam, Pancasila ya Pancasila. Partai Islami tidak otomatis partai
Pancasilais atau sebaliknya.

11
Partai yang paling … (%)

20

18

15
14
13

6
5 5

3 3 3
2.5
2 2 2 2
0.5 0.1
0

PKS PKB PPP PAN PNUI PBB Golkar PDIP Demokrat Gerindra

Islami Punya program untuk kesejahteraan rakyat

12
Temuan Survei

• Secara elektoral dan partisan tidak ada kaitan yang cukup berarti antara persepsi
atas keislaman dan kompetensi partai (paling punya program yang bagus untuk
rakyat).
• Persepsi atas keislaman dan kompetensi partai berbeda dan terpisah. Karena itu
tidak bisa membuat klaim bahwa karena sebuah partai lebih Islami maka ia lebih
kompeten, atau sebaliknya.

13
KAITAN DENGAN KEKUATAN
PARTAI
Partai yang akan dipilih bila pemilu untuk anggota DPR diadakan
sekarang (%)

100

80

60
60

40

24.4
20 16.6

0
Partai Islam Partai non-Islam Belum tahu

15
Kecenderungan sentimen elektoral pada partai Islam dan partai non-Islam (%)

70
60
60 54
52 51
Non_Islam
50

40

30

Islam
20
17
18 17
10 16

0
2005 2006 2007 2008

16
Temuan Survei

• Secara umum, Muslim, lepas dari berbagai faktor yang mempegaruhinya,


cenderung memilih partai non-Islam.
• Kecenderungan sikap elektoral ini stabil atau bahkan menguat dalam empat
tahun terakhir.

17
Keislaman Partai dan Pilihan Partai (%)

25

20 19
20 18 18

15 13
11
10
7
5 5
5 3 3 3 3 3 3.4
2 2
0.1 0.4 0.1
0
PKS PKB PPP PAN PNUI PBB Golkar PDIP Demokrat Gerindra
-5

-10

Keislaman Pilihan Net


-15

18
Image “Islami” vs Suara Parpol
20%

PDIP
GOLKAR
18%

16%
-- % Suara Parpol --

14%

12% DEMOKRAT

10%

8%

PKS
6%

PKB
4%
GERINDRA
PAN
PPP
2%
HANURA

0%
0% 5% 10% 15% 20% 25%

-- Islami -- 19
Temuan Survei

• Identitas keislaman partai tidak memberikan nilai cukup berarti bagi menarik
pemilih Muslim.
• Pemilih Muslim umumnya memilih partai tanpa mempertimbangan secara berarti
identitas keagamaan sebuah partai.

20
Pilihan Partai dan Persepsi “ke-Pancasila-an” Partai (%)

20 19
18
18
16.5
16
14
14

12 11

10
8
8 7

6 5

4 3 3 3 3 3
2 2 2
2
0.4
0 0.1 0
0
PKS PKB PPP PAN PNUI PBB Golkar PDIP Demokrat Gerindra

Pancasila Pilih net

21
Image “Pancasilais” vs Suara Parpol
20%

PDIP GOLKAR
18%

16%
-- % Suara Parpol --

14%

12% DEMOKRAT

10%

8%

PKS
6%

PKB
4%
GERINDRA
PAN
PPP
2%
HANURA

0%
0% 2% 4% 6% 8% 10% 12% 14% 16% 18%

-- Pancasilais --
22
Temuan Survei

• Ada hubungan positif antara identitas Pancasila dan pilihan terhadap partai.
Partai yang dipersepsikan paling Pancasilais mendapat suara paling banyak.
• Secara keseluruhan persepsi kepancasilaan partai punya hubungan positif
dengan dukungan terhadap partai bersangkutan.
• Meningkatkan citra sebagai partai Pancasilais akan membuka kemungkinan
menarik lebih banyak pemilih.

23
Persepsi atas Kompetensi dan Pilihan Partai (%)

25

20 19
18
15
15 14
11
10 9
7
6
5 5
5 3 3 3
2,5 2 2
00,1 0,5 0,4
0

a
r

t
I

IP
N
PP
S

ra
ka
U

dr
K

A
K

B
N

ok
-5
P

ol
P

in
P

P
P

P
G

em

er
G
D
Punya program untuk kesejahteraan rakyat Pilih net

24
Image “Programnya bagus” vs Suara Parpol
20%

PDIP GOLKAR
18%

16%
-- % Suara Parpol --

14%

12% DEMOKRAT

10%

8%

PKS
6%

PKB
4%
GERINDRA
PAN
PPP
2%
HANURA

0%
0% 2% 4% 6% 8% 10% 12% 14% 16% 18%

-- Programnya bagus -- 25
Temuan Survei

• Seperti dalam hubungan antara persepsi tentang kepancasilaan dan pilihan


partai, hubungan antara persepsi komptensi partai punya hubungan positif
dengan pilihan atas partai.
• Sebagai banyak publik mempersepsikan bahwa sebuah partai kompeten, yakni
punya program-program untuk kesejahteraan rakyat, maka peluangnya untuk
menarik pemilih semakin besar.

26
Mengapa Islam sebagai identitas partai tidak penting bagi umumnya
pemilih Muslim? Islam, Agama, atau moral bukan persoalan yang
mendesak atau bukan prioritas masalah pertama dibanding masalah-
masalah sosial-ekonomi.

27
Di antara sifat-sifat berikut mana yang paling penting dimiliki oleh satu
partai politik? (%)

Tidak tahu 2

Organisasinya rapi 1

Mewakili kelompok suku bangsa 2

Mewakili kepentingan agama 2

Bersih dari korupsi 12

Mewakili kepentingan semua lapisan masyarakat 16

Punya program-program untuk kesejahteraan rakyat 29

Peduli pada kepentingan rakyat 32

0 5 10 15 20 25 30 35

28
Di antara masalah-masalah berikut mana yang paling mendesak harus
ditangani oleh pemerintah? (%)

April 2008

Moral dan agama 0.8

Penegakan hukum 8

Persatuan bangsa
15
dan pemerintahan

Ekonomi dan
76
kesejahteraan rakyat

0 10 20 30 40 50 60 70 80

29
Image “Peduli Keinginan Rakyat” vs Suara Parpol
20%

PDIP
GOLKAR
18%

16%
-- % Suara Parpol --

14%

12% DEMOKRAT

10%

8%

PKS
6%

PKB
4%
GERINDRA
PAN
PPP
2%
HANURA

0%
0% 2% 4% 6% 8% 10% 12% 14% 16% 18%

-- Peduli Keinginan Rakyat -- 30


Image “Mewakili Rakyat Kecil” vs Suara Parpol
20%

PDIP GOLKAR
18%

16%

14%
-- % Suara Parpol --

12% DEMOKRAT

10%

8%

PKS
6%

PKB
4%
GERINDRA
PAN
PPP
2%
HANURA

0%
0% 2% 4% 6% 8% 10% 12% 14% 16% 18%

-- Mewakili rakyat kecil --


31
Image “Mewakili Kelas Atas” vs Suara Parpol
20%

PDIP GOLKAR
18%

16%

14%
-- % Suara Parpol --

12% DEMOKRAT

10%

8%

PKS
6%

PKB
4%
GERINDRA
PAN
PPP
2%
HANURA

0%
0% 5% 10% 15% 20% 25%

-- Mewakili Kelas Atas --


32
Hal-hal berikut sangat penting bila menjadi nasabah/pengguna
jasa bank (%)
April 2008

50
46

40

31
30
25

19
20

11
10

0
Aman/ada jaminan dari Mudah dalam Paling menguntungkan Sesuai perintah agama Iklan
bank berurusan, dijangkau,
dekat, dll.

33
Kesimpulan
• Dalam sejarah politik Indonesia, partai Islam tidak pernah menjadi
kekuatan mayoritas di pentas politik nasional.
• Kecenderungan demikian masih berlanjut hingga tahun ini, dan
kemungkinan juga dalam Pemilu 2009 nanti.
• Menjelang Pemilu 2009, di antara partai Islam yang mengalami kemajuan
berarti dilihat dari sikap elektoral pemilih adalah PKS. Tapi kemajuan PKS
ini tidak atau belum mengancam partai-partai non-Islam, terutama PDIP,
Golkar, dan Demokrat. Tiga partai ini cenderung memimpin dalam sikap
elektoral selama empat tahun terakhir.

34
Kesimpulan
• Meningkatnya dukungan pada PKS di satu pihak, dan di pihak lain partai-
partai non-Islam juga cenderung meningkat, mengindikasikan bahwa
kenaikan dukungan pada PKS terjadi dengan menggerogoti partai-partai
Islam yang lain.
• Mengapa politik elektoral Islam cenderung di bawah politik elektoral non-
Islam? Apakah Muslim Indonesia lebih cenderung mengkerangkakan
sikap elektoral mereka dengan Pancasila, dan sikap ini cukup jelas harus
dibedakan dengan Islam?
• Muslim Indonesia cukup mampu mengidentifikasi identitas partai, yakni
mampu menunjukan mana partai Islam dan mana bukan partai Islam,
mana yang paling Islam dan mana yang kurang Islam.

35
Kesimpulan
• Di antara partai-partai Islam yang ada, PKS dinilai partai yang paling Islam.
• Pemilih juga mampu menunjuk mana partai yang paling punya komitmen pada
Pancasila dan mana yang kurang. Di antara partai-partai politik yang ada, Partai
Golkar dan PDIP dipandang sebagai partai yang paling punya komitmen pada
Pancasila.
• Ketika pemilih menunjuk PKS, PKB, dan PPP sebagai partai yang paling Islam
dan Golkar dan PDI Perjuangan yang paling kurang Islam, di satu pihak, dan di
pihak lain menunjuk Golkar dan PDI Perjuangan yang paling Pancasilais dan PKS,
PPP, dan PKB yang kurang Pancasilais, maka pemilih Muslim Indonesia
membedakan secara jelas antara identitas politik Islam dan identitas politik
Pancasila.
• Karena itu, tidak bisa membuat klaim bahwa partai yang Islami akan otomatis
partai yang Pancasilais, atau sebaliknya.

36
Kesimpulan
• Setelah mampu membedakan identitas partai, Islam atau Pancasila, pemilih Muslim pada umumnya
cenderung memilih partai non-Islam.
• Partai-partai non-Islam ini dipersepsikan pemilih Muslim bukan hanya lebih Pancasilais tapi juga
secara umum lebih kompeten (punya program dan figur-figur yang lebih baik bagi rakyat) dan
empati (peduli atau perhatian) pada rakyat.
• Persepsi tentang kompetensi dan empati ini yang menjadi dasar pilihan terhadap partai, bukan
identitas.
• Ini terlihat dari kecenderungan pemilih Muslim dalam memilih prioritas masalah yang harus
ditangani pemerintah. Sangat sedikit atau hampir tidak ada yang menjadikan masalah agama dan
moral sebagai masalah prioritas pemilih Muslim.
• Umumnya pemilih Muslim memprioritaskan masalah-masalah sosial-ekonomi yang harus ditangani
oleh pemerintah, termasuk oleh partai politik yang merupakan jalan utama untuk mengisi
pemerintahan.
• Dalam kasus penggunaan jasa perbankan misalnya, Muslim Indonesia lebih mengutamakan jaminan
keamanan yang diberikan bank, keuntungan yang didapat, atau aksesibilitas, ketimbang perintah
agama.
• Pemilih Muslim Indonesia pada dasarnya rasional, dan partai yang lebih mampu menjaga
rasionalitas ini yang akan mendapat dukungan besar dari pemilih Muslim maupun non-Muslim
Indonesia.
37
Rekomendasi
• Kalau target elektoralnya adalah menjadi partai terbesar, maka partai
Islam harus keluar dari captive marketnya dengan merambah konstituen
baru yang selama ini bernaung di rumah-rumah partai nasionalis. Ini
artinya bahwa partai Islam harus mengekplorasi dan menawarkan
program-program untuk kesejahteraan rakyat yang lebih terukur, dan tidak
lagi mengandalkan retorika yang menguatkan sentimen keagamaan.

• Alternatif lain yang tersedia lebih buruk. Jika hanya bertumpu pada captive
market dan melulu mengeksploitasi sentimen keagamaan, mereka hanya
menjadi partai medioker. Sebab, sentimen keagamaan ternyata tidaklah
membawa nilai elektoral besar yang mampu menjadikan satu di antara
mereka menjadi partai nomer satu. Celakanya lagi, dengan status
medioker, mereka menjadi kanibal satu sama lain.

38

Anda mungkin juga menyukai