Anda di halaman 1dari 5

Peran Pelajar, Mahasiswa dan Pemuda dalam Film Student Movement in Indonesia

Mahasiwa sekarang hanya mengharapkan lekas menjadi sarjana, kemudian


mendapatkan pekerjaan dan pangkat disertai gaji tinggi. Mereka mendambakan agar dapat
menikmati kehidupan yang mewah (Mr. Hardi – Api Nasionalisme, Cuplikan pengalaman,
1983)
Cuplikan kalimat Mr. Hadi Wakil Perdana Menteri I Republik Indonesia
menggambarkan menurunnya semangat perjuangan mahasiswa kurun waktu 1980an. Tidak
dapat dipungkiri semangat mahasiswa ketika itu bercorak kapitalis liberal yang
mengagungkan semangat individualisme dan materialisme.
Sejarah mencatat, angkatan 1908 melalui Boedi Oetomo sebagai organisasi
pergerakan pemuda bersifat sosial, ekonomi, dan kebudayaan tetapi tidak bersifat politik
yang bertujuan mencapai kemerdekaan Indonesia, walaupun ketikabitu perjuangan Boedi
Oetomo masih bersifat kedaerahan. Hingga akhirnya perjuangan para pemuda yang tadinya
bersifat kedaerahan mendorong para pemuda se-Indonesia untuk mengadakan pada tanggal
28 Oktober 1928 yang menghasilkan deklarasi Sumpah Pemuda yang menyatakan kesatuan
bahasa, bangsa dan tanah air. Hingga puncak dari perjuangan mahasiswa Indonesia terjadi
ketika meletusnya gerakan mahasiswa tahun1998 sebagai bentuk kekecewaan akan Orde
Baru dengan penyakit KKN (Korupsi, Kolusi, Nepotisme) yang menyebabkan turunnya
rezim Soehrato yang telah berjalan 32 tahun lamanya.
Mahasiswa sebagai bagian dari elemen pemuda seringkali menjadi panutan, tumpuan,
dan harapan oleh para pemuda pelajar dan sekitarnya. Hal ini dikarenakan mahasiswa sebagai
penghuni teratas pendidikan di Indonesia dan berada pada kelas menengah struktur sosial,
maksudnya mahasiswa mampu berinteraksi secara horizontal dengan sesama masyarakat dan
juga memiliki akses vertikal dalam mobilitasnya kepada masyarakat kelas atas.
Mahasiswa sebagai pemuda terdidik merupakan warisan termahal milik bangsa ini.
Dengan segala kemudaannya, mahasiswa berada dalam puncak kekuatan manusia dalam
berbagai aspek potensinya, yaitu ( Indra Kusuma,2007:17-18):
1. Potensi Spiritual
Ketika meyakini sesuatu, seorang pemuda dan mahasiswa sejati akan memberi secara
ikhlas tanpa mengharapkan pamrih. Mereka berjuang dengan sepenuh hati dan jiwa.
2. Potensi Intelektual
Seorang pemuda dan mahasiswa sejati berada dalam puncak kekuatan intelektualnya.
Daya analisis yang kuat didukung dengan spesialisasi keilmuwan yang dipelajari
menjadikan kekritisan mereka berbasis intelektual karena didukung pisau analisis.
3. Potensi Emosional
Keberanian dan semangat yang senantiasa dalam dada berjumpa dengan jiwa muda
sang mahasiswa. Kemauan yang keras dan senantiasa menggelora dalam dirinya
mampu menular ke dalam jiwa bangsanya. Maka, jangan heran mereka pun seringkali
menantang arus zaman dan mampu membelokkan arah sejarah sebuah bangsa.
4. Potensi Fisikal
Secara fisik pun mereka berada dalam puncak kekuatan dan diantara dua kelemahan.
Kelemahan pertama adalah kelemahan ketika bayi yang tak berdaya. Kelemahan
kedua adalah ketika tua(pikun). Mahasiswa sejati berlepas diri dari dua kelemahan
tersebut.
Pada Mei 1998 Indonesia mengalami masalah terberat krisis ekonomi yang
menerpa Asia Timur. Meningkatanya inflasi dan pengangguran menciptakan
penderitaan di mana-mana. Ketidak-puasan terhadap pemerintah yang lamban dan
merajalelanya korupsi juga meningkat.
April 1998, segera setelah Soeharto terpilih kembali sebagai presiden
mahasiswa dari berbagai universitas di seluruh tanah air menyelenggarakan
demonstrasi besar-besaran. Mereka menuntut pemilu ulang dan tindakan efektif
pemerintah untuk mengatasi krisis. Ini adalah insiden terbaru, ketika mahasiswa
Indonesia meneriakkan aspirasi rakyat dan dipukuli karena dianggap menimbulkan
kekacauan.
Pada awalnya demontrasi diselenggarakan di dalam kampus sesuai anjuran
aparat untuk tidak turun ke jalan. Namun mahasiswa yang kesal dengan pengekangan,
memaksa umtuk berdemonstrasi di Gedung MPR. Dimana mereka bisa
menyampaikan tuntutan mereka langsung kepada pemerintah. Di Univeristas Trisakti,
tidak jauh dari Gedung MPR, mahasiswa akhirnya turun ke jalan dan berhadapan
dengan hujan peluru yang menewaskan empat mahasiswa Trisakti yang bernama
Elang Mulia Lesmana, Hafidhin Royan, Hendriawan Sie, Heri Hartanto.
Selama dua hari berikutnya Tragedi Trisakti memicu terjadinya gelombang
kerusuhan yang menewaskan ratusan orang. Seminggu kemudian mahasiswa berhasil
menduduki Gedung MPR tanpa perlawanan berarti dari aparat keamanan.
Di Istana Merdeka Soeharto tidak bisa mengendalikan kerusuhan. Setelah
gagal mendapatkan dukungan ulama dan tokoh masyarakat, ditambah pengunduran
diri 14 orang menterinya pada tanggal 21 Mei 1998 Soeharto mudur dari jabatannya
dan pada saat itu juga B.J.Habibie dilantik menjadi presiden.
Pada awalnya mahasiswa bersorak atas mundrunya Soeharto. Ini
menggugurkan mitos bahwa dirinya sebagai tonggak stabilitas nasional. Menyadari
bahwa para kroni masih berkuasa dan militer masih melindungi Soeharto mahasiswa
beranggapan bahwa reformasi justru menjauh dari harapan.
Di bawah panji-panji dwifungsi, militer bertanggung jawab atas pertahanan
dan keamanan di dalam negeri sekaligus pertahanan terhadap kemungkinan serangan
dari luar negeri. Sekalipun tujuannya untuk menjaga ketertiban terhadap kekerasan
antar suku dan kerusuhan sosial dwifungsi kemudian dijalankan sebagai sebuah madat
untuk memberantas musuh dari dalam maupun dari luar negeri.
Semakin maraknya demonstrasi dari berbagai kampus yang turun ke jalan
aparat keamanan bereaksi secara berlebihan. Mereka mengerahkan ribuan sedadu
bersenjata lengkap uttuk menghadapi demosntasi damai mahasiswa. Dalam
pandangan pihak militer, anak-anak kelas menengah indonesia ini adalah musuh
negara yang tidak bisa diatur.
Ketegangan memuncak menjelang Sidang Istimewa MPR yang bertugas
mempersiapkan pemilihan umum. Mahasiswa menolak sidang tersebut karena
pesertanya berasal dari penunjukkan era Soeharto. Mahasiswa menuntut suatu Sidang
Rakyat dengan perwakilan yang terpercaya. Tanpa menggubris protes mahasiswa
pemerintah tetap mengelar Sidang Istimewa. Ketika tuntutan mahasiswa dan
kelompok masyarakat meminta agar melibatkan reformis sejati dalam agenda tidak
diacuhkan menyebabkan mahasiswa menjadi semakin agresif.
Sepanjang Sidang Istimewa mahasiswa terus turun ke jalan. Mendekati hari
terakhir masa sidang, mahasiswa yang berusaha menembus garis batas 2 kilometer
dari Gedung MPR harus menghadapi pemukulan yang semakin brutal. Pada malam
penutupan sidang, terjadi penembakan di jembatan Semanggi.
Dalam peristiwa yang lebih berdarah-darah daripada Tragedi Trisakti ini,
aparat menembak peluru hampa, peluru karet dan juga peluru tajam ke arah
kerumunan demonstran. Ketika malam semakin larut tembakan semakin menderas
dan korban semakin berjatuhan.
Aparat keamanan memasuki kancah pertempuran dengan lagu-lagu mars dan
sorak-sorai yang menggema. Bagi mereka pertempuran semangggi adalah sebuah
kemenangan yang membanggakan bagi negara tercinta. Sepertinya setiap korban
mahasiswa yang jatuh meningkatkan semangat juang pasukan. Baik mahasiswa
maupun tentara menyanyikan lagu perjuangan yang sama juga dengan penghayatan
yang sama. Seusai Sidang Istimewa mahasiswa turun ke jalan menuntut Sidang
Rakyat Sejati.
Salah satu sidang Istimewa adalah menyelidiki kekayaan keluarga Soeharto
dan kroni serta mengadilinya. Namun Habibie yang telah beberapa bulan berkuasa
tidak juga menunjukkan niatnya untuk menyelidiki kekayaan mantan presiden itu.
Mahasiswa kembali turun ke jalan untuk menuntut kebenaran, keterbukaan dan
keadilan.
Kesimpulannya peran pelajar, mahasiswa dan pemuda dalam student
movement in Indonesia adalah mereka berperan sebagai kontrol
politik,menyampaikan aspirasi dari masyarakat kepada pemerintah dan menuntut
kebenaran dan keadilan.
DAFTAR PUTAK
www.kompasiana.com
guruppkn.com

Anda mungkin juga menyukai