ANALISA KASUS
Kelemahan yang memiliki onset akut paling sering disebabkan oleh adanya
stroke atau infeksi. Sedangkan kelemahan yang beronset akut dan fokal lebih sering
karena gangguan neurologi seperti stroke. Stroke menurut WHO adalah suatu tanda
83
84
klinis yang berkembang cepat akibat gangguan otak fokal atau global dengan
gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih dan cepat menyebabkan
kematian tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain vaskulat. Stroke dengan
defisit neurologik yang terjadi tiba-tiba dapat disebabkan oleh iskemia atau
perdarahan otak.3,4
Sejak kurang lebih 2 jam sebelum masuk rumah sakit, saat penderita selesai
mandi dan ingin shalat ashar, tiba-tiba penderita mengalami kelemahan pada
tungkai kanan dan lengan kanan tanpa disertai kehilangan kesadaran. Kelemahan
yang terjadi tiba-tiba saat penderita beraktivitas mengarahkan pada kemungkinan
stroke yang disebabkan karena perdarahan. Baik itu perdarahan intraserebral
ataupun perdarahan subarachnoid. Aktivitas dapat menyebabkan peningkatan kerja
dari sistem saraf simpatetik, untuk memenuhi kebutuhan energi sehingga jantung
akan meningkatkan aktivitas dengan berkontraksi lebih kuat dan cepat untuk
mengalirkan oksigen lebih banyak sehingga akan terjadi peningkatan cardiac
output. Pembuluh darah perifer juga akan akan mengalami vasokontriksi untuk
meningkatkan resistensi tahanan perifer. Proses ini akan menyebabkan peningkatan
tekanan darah. Tekanan darah yang meningkat terus menerus ini dapat
menyebabkan kerusakan endotel sehingga menyebabkan pembuluh darah lebih
mudah untuk pecah bila tekanan darah meningkat terlalu masif.14
Saat serangan penderita merasa sakit kepala, tidak disertai mual dan muntah,
tanpa disertai kejang, tanpa disertai gangguan rasa pada sisi yang lemah, dan tanpa
disertai rasa baal, dan kesemutan. Gejala ini merupakan gejala klinis dari
peningkatan tekanan intrakranial. Hal ini menyingkirkan kemungkinan terjadinya
stroke yang disebabkan oleh stroke iskemik. Karena pada stroke iskemik jarang
terjadi peningkatan tekanan intrakranial. Nyeri kepala terjadi karena adanya dilatasi
vena intrakranium yang menyebabkan terjadinya traksi dan regangan struktur-
sensitif-nyeri dan regangan arteri basalis otak. Muntah terjadi karena adanya
stimulasi chemoreceptor trigger zone (CTZ) akibat proses edema yang terjadi
akibat perdarahan dari stroke.15
Tidak adanya kejang mengarahkan pada letak lesi kemungkinan bukan
terdapat di korteks serebri, karena pada lesi yang terletak di korteks serebri biasanya
terjadi kejang akibat aktivitas neuronal motorik berlebihan. Tidak ada gangguan
85
rasa pada sisi yang lumpuh menyingkirkan kemungkinan lesi di korteks serebri.
Karena pusat asosiasi somatosensori terletak pada korteks serebri sehingga bila
terdapat gangguan sensorik maka kemungkinan lesi di korteks serebri.2
Kelemahan pada tungkai kanan dan lengan kanan dirasakan sama berat,
kemungkinan lesi terletak di subkorteks serebri ataupun kapsula interna. karena di
tingkat kapsula interna kawasan serabut kortikospinal yang menyalurkan impuls
untuk gerakan tungkai dan lengan diperdarahi oleh satu arteri yang sama yaitu arteri
lentikulostriata, sehingga derajat kelumpuhan pada tungkai dan lengan sama berat.
Sehari-hari penderita bekerja menggunakan tangan kanan. Penderita masih
dapat mengungkapkan isi pikirannya secara lisan, tulisan, dan isyarat. Penderita
masih dapat mengerti isi pikiran orang lain yang diungkapkan secara lisan, tulisan,
dan isyarat. Hal ini menyingkirkan kemungkinan lesi di korteks serebri yang dapat
mempengaruhi pusat bicara di area Broca dan Wernicke yang terdapat pada
hemispher dominan. Area Broca sendiri merupakan pusat bicara motorik yang
terletak pada lobus prefrontal, sedangkan area Wernicke merupakan pusat sensorik
dari bicara pada lobus temporalis.2
Saat berbicara mulut penderita mengot dan bicara pelo. Hal ini menunjukkan
bahwa pada kasus ini terdapat lesi pada nervus fasialis (N.VII) dan nervus
hypoglossus (N.XII). Hal ini juga menunjukkan bahwa kemungkinan lesi terletak
pada kapsula interna, di mana kapsula interna menyalurkan impuls untuk gerakan
otot wajah dan pergerakan lidah.
Saat serangan penderita tidak mengalami jantung yang berdebar-debar
disertai sesak napas. Hal ini menunjukkan bahwa kemungkinan stroke pada kasus
ini tidak disebebakn oleh emboli serebri, karena pada stroke emboli serebri terjadi
karena adanya gumpalan darah atau bekuan darah yang berasal dari jantung,
kemudian menyumbat aliran darah otak. Bekuan darah dari jantung ini biasanya
terbentuk akibat kelainan irama jantung, kelainan otot jantung, dan infeksi di dalam
jantung.7
Penderita sering mengeluh sakit kepala bagian belakang yang timbul pada
pagi hari dan berkurang pada malam hari. Riwayat darah tinggi ada sejak ±5 tahun
yang lalu, penderita tidak rutin mengonsumsi obat darah tinggi, obat hanya
dikonsumsi jika keluhan sakit kepala dirasakan sangat berat. Penderita memiliki
86
riwayat merokok ±8-10 batang setiap hari sejak ±30 tahun lalu. Riwayat kencing
manis tidak ada dan riwayat trauma kepala tidak ada. Pada kasus ini, faktor risiko
terjadinya stroke adalah hipertensi. Hipertensi dapat menyebabkan perubahan
struktur pembuluh darah serebral, perubahan aliran darah serebral, stres oksidatif,
peradangan, dan disfungsi barorefleks arteri. Barorefleks menjadi kurang peka
terhadap perubahan tekanan darah yang terjadi, sehingga dapat mempengaruhi
fungsi autoregulasi dari aliran darah otak. Ketika terjadi peningkatan tekanan darah
yang cepat dapat menyebabkan rupturnya pembuluh darah otak yang berakibat pada
terjadinya stroke perdarahan.16
Penyakit ini diderita untuk yang pertama kalinya. Prognosis pada kasus ini
lebih baik jika dibandingkan stroke yang berulang. Stroke berulang merupakan
penyebab penting kesakitan dan kematian yang tinggi sebanyak 1,2% sampai 9%.
Stroke berulang sering mengakibatkan status fungsional yang lebih buruk daripada
stroke pertama.
Berdasarkan hasil anamnesis didapatkan kemungkinan etiologi dari kasus
adalah stroke hemoragik. Hal ini juga didapatkan berdasarkan perhitungan skor
siriraj dan skor gajah mada yang menunjukkan hasil stroke hemoragik. Pada
pemeriksaan neurologi didapatkan kelainan pada hasil pemeriksaan nervus fasialis
dan nervus hypoglossus serta kekuatan otot lengan kanan dan tungkai kanan
bernilai 3, hipertonus, hiperrefleks pada refleks fisiologis. Hal ini terjadi akibat
kerusakan upper motor neuron. Hal ini sesuai dengan teori bahwa pada stroke
penurunan aliran darah serebral mengakibatkan defisit neurologi sehingga
mengakibatkan kerusakan neuron motorik yaitu pada kasus ini upper motor neuron.
Pada pemeriksaan CT-Scan ditemukan perdarahan intraserebral di capsula interna
kiri. Pada kasus terdapat hemiparese dextra, hemiparese ini terjadi kontralateral
dengan letak lesi.
87