133-Article Text-193-1-10-20180630 PDF
133-Article Text-193-1-10-20180630 PDF
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk membahas kekurangcermatan penulisan kalimat dalam penulisan
karya ilmiah guru SLTA di Yogyakarta beserta pembenaran kesalahan kalimat yang terjadi dalam
karya tulis ilmiah tersebut. Secara prinsip kajian ini didasarkan pada metode deskriptif kualitatif.
Analisis data dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut. Langkah pertama dilakukan
dengan cara membaca naskah KTIG dan mengumpulkan data kesalahan. Selanjutnya, jenis
kesalahan diidentifakiasi, seperti penumpukan gagasan, kerancuan kalimat, kemubaziran,
redundansi, dan kalimat yang tidak logis. Setelah diidentifikasi, kemudian dijelaskan mengapa
terjadi kesalahan. Pada bagian akhir kemudian diberi pembenarannya. Berdasarkan data yang
dianalisis, kekurangcermatan penulisan kalimat dalam Karya Tulis Ilmiah Guru disebabkan oleh
(1) adanya penumpukan gagasan, (2) kerancuan struktur dan gagasan, (3) ketiadaan induk
kalimat, (4) kemubaziran, (5) redundansi, (6) kalimat yang tidak logis, (7) kalimat tidak
bersubjek dan tidak berpredikat (kalimat buntung), dan (8) ketidakefektifan karena aspek
pragmatik.
Kata kunci: kekurangcermatan, kalimat, karya tulis ilmiah
Abstract
This study aims to discuss inaccuracies of writing sentence in senior high school teacher’s
scientific writing paper in Yogyakarta and correctness of error sentences that occur in the
scientific paper. Principlly, this study is based on qualitative descriptive method. Data analysis is
done with following steps. The first step is reading the KTIG (Teacher’s scientific writing paper)
script and collecting error data (sentence error). Then, the next step is identifying types of errors,
such as the buildup of ideas, ambiguity of sentences, redundancies, and illogical sentences. Once
the data is identified, the next step is explaining why an error occurrs. The last step is giving
correctness of sentence error. Based on the analyzed data, the lack of sentence writing accuracy
in Teacher'sscientific writing paper is caused by (1) the accumulation of ideas, (2) ambiguity of
structure and ideas, (3) absence of main sentence, (4) superfluousness, (5) redundancy, illogical
sentences, (7) sentence without predicate and dangling sentence, and (8) ineffectiveness due to
pragmatic aspects.
Nanik Sumarsih, Kekurangcermatan Penulisan Kalimat dalam Karya Tulis Ilmiah Guru di Yogyakarta 37
37
1,27% dari keseluruhan kesalahan kalimat kesalahan dalam tataran fonologi, morfologi,
yang diperoleh, konjungsi berlebihan sebanyak sintaksis, wacana, maupun semantik.
6 kalimat dengan persentase 2,53% dari Karya ilmiah adalah hasil karangan
keseluruhan kesalahan kalimat yang diperoleh, (yang mengacu sebuah tulisan) yang
urutan tidak paralel sebanyak 7 kalimat dengan penyusunannya didasarkan atas kajian ilmiah.
persentase 2,95% dari keseluruhan kesalahan Tulisan tersebut memiliki sifat ilmu, yaitu
kalimat yang diperoleh, penggunaan istilah membahas masalah secara objektif-empiris
asing sebanyak 35 kalimat dengan persentase melalui proses berpikir deduktif-induktif.
14,77% dari keseluruhan kesalahan kalimat Karya ilmiah disebut juga karangan ilmiah
yang diperoleh, dan penggunaan kata tanya (Pranowo, dkk., 1996) atau karya tulis ilmiah
yang tidak perlu sebanyak 50 kalimat dengan (scientific paper). Brotowidjojo (dalam Arifin,
persentase 21,10% dari keseluruhan kesalahan 2008) mengatakan bahwa karya ilmiah adalah
kalimat yang diperoleh. Kesalahan karangan ilmu pengetahuan yang menyajikan
penggandaan subjek, kalimat tidak logis, fakta dan ditulis menurut metodologi
kalimat ambigu, dan penghilangan konjungsi penulisan yang baik dan benar.
tidak ditemukan dalam skripsi tersebut.
Perbedaan penelitian-penelitian 2. Metode Penelitian
tersebut dengan penelitian ini adalah pada Secara prinsip kajian ini didasarkan pada
subjek dan objek kajiannya. Dalam penelitian metode deskriptif kualitatif. Metode tersebut
ini, subjek kajiannya adalah karya tulis ilmiah terealisasi dalam tiga tahapan, yaitu
guru di wilayah Yogyakarta. Objek kajiannya pengumpulan data, analisis data, dan
hanya meliputi analisis kesalahan kalimat yang penyajian. Dalam pengumpulan data dilakukan
terdapat dalam karya tulis ilmiah guru di metode lapangan. Maksudnya, untuk
wilayah Yogyakarta. Dalam tulisan ini analisis memperoleh data tim melakukan penjaringan
akan difokuskan pada kesalahan pada data di sekolah-sekolah, yaitu pengambilan
kekurangcermatan dalam penulisan kalimat. data KTIGguru SMA di Kota Yogyakarta.
Hal ini dikarenakan karya tulis ilmiah dapat Sesuai dengan jenis penelitian, yaitu penelitian
dipahami melalui kalimat-kalimatnya.Oleh kualitatif, dilakukan penentuan SMA yang
karena itu, dalam tulisan ini akan dibahas akan diambil datanya sebagai sampel
kesalahan kalimat yang terjadi dalam karya penelitian.
tulis ilmiah guru SLTA di Yogyakarta dan Langkah-langkah yang dilakukan
bagaimana pembenaran kesalahan kalimat dalam pengambilan data adalah: (a)
yang terjadi dalam karya tulis ilmiah guru pengumpulan data, (b) penentuan data analisis,
SLTA di Yogyakarta. dan (c) pengkodean data. Ellis dan Tarigan
Ada berbagai istilah untuk memahami (1984) mengajukan langkah-langkah analisis
konsep mengenai kesalahan berbahasa. Corder kesalahan berbahasa sebagai berikut:
(1974) menggunakan 3 (tiga) istilah untuk 1) Mengumpulkan sampel kesalahan (korpus).
membatasi kesalahan berbahasa: (1) Lapses, 2) Mengidentifikasi kesalahan atau kekhilafan.
(2) Error, dan (3) Mistake. Kesalahan 3) Menjelaskan kesalahan atau kekhilafan.
berbahasa Indonesia adalah penggunaan 4) Mengklasifikasi kesalahan atau kekhilafan.
bahasa Indonesia, baik secara lisan maupun 5) Mengevaluasi kesalahan atau kekhilafan.
tertulis, yang berada di luar atau menyimpang Analisis data dilakukan dengan
dari faktor-faktor komunikasi dan kaidah langkah-langkah yang telah dikemukakan
kebahasaan dalam bahasa Indonesia tersebut. Langkah pertama dilakukan dengan
(Setyawati, 2013:13). Jadi, analisis kesalahan cara membaca naskah KTIG dan
berbahasa difokuskan pada kesalahan mengumpulkan data kesalahan kemudian
berbahasa berdasarkan penyimpangan kaidah mengidentifikasi jenis kesalahan, seperti
bahasa yang berlaku dalam bahasa penumpukan gagasan, kerancuan kalimat,
itu.Kesalahan berbahasa dapat terjadi dalam kemubaziran, redundansi, dan kalimat yang
setiap tataran linguistik (kebahasaan), seperti tidak logis. Setelah diidentifikasi, dijelaskan
Nanik Sumarsih, Kekurangcermatan Penulisan Kalimat dalam Karya Tulis Ilmiah Guru di Yogyakarta 39
39
kalimat tersebut memiliki dua gagasan, yaitu Dalam kalimat tersebut, terjadi
(1) kegiatan ini sangat penting dan (2) Jika penumpukan gagasan. Apabila dicermati
masalah terumuskan dengan jelas, peneliti kalimat tersebut memiliki dua gagasan, yaitu
akan dapat mengungkapkan beberapa faktor (1) Kompetensi mata pelajaran Bahasa dan
penyebab utama…. Sehubungan dengan itu, Sastra Indonesia harus diketahui, dilakukan,
pembetulannya sebagai berikut. dan dimahirkan oleh siswa pada setiap
tingkatan dan (2) kompetensi mata pelajaran
(2a) Kegiatan ini sangat penting. Jika Bahasa dan Sastra Indonesia harus
masalah terumuskan dengan jelas, disajikan…. Sehubungan dengan itu,
peneliti akan dapat mengungkapkan pembetulannya sebagai berikut.
beberapa faktor penyebab utama yang
memungkinkan peneliti untuk mencari (4a) Kompetensi mata pelajaran Bahasa dan
dan menemukan alternatif pemecahan Sastra Indonesia harus diketahui,
masalah yang tepat dan mendasar. dilakukan, dan dimahirkan oleh siswa
pada setiap tingkatan. Selain
(3) Jadwal penelitian merupakan pedoman itu,kompetensi mata pelajaran Bahasa
dalam melaksanakan setiap tahap dan Sastra Indonesia harus disajikan
kegiatan penelitian, dengan dalam komponen utama, yaitu (1)
mencantumkan jenis kegiatan dan waktu standar kompetensi, (2) kompetensi
pelaksanaannya yaitu menggambarkan dasar, (3) indikator, dan (4) materi
urutan kegiatan dari awal sampai akhir. pokok.
(Data 17, M, hlm. 6) (5) Kurikulum nasional mata pelajaran
Bahasa dan Sastra Indonesia berorientasi
Dalam kalimat tersebut, terjadi pada hakikat pembelajaran bahasa,
penumpukan gagasan. Apabila dicermati bahwa belajar bahasa adalah belajar
kalimat tersebut memiliki dua gagasan, yaitu komunikasi, dan belajar sastra adalah
(1) Jadwal penelitian merupakan pedoman belajar menghargai manusia dan nilai-
dalam melaksanakan setiap tahap kegiatan nilai kemanusiaannya.
penelitian dan (2) Pencantuman jenis kegiatan (Data 20, M, hlm. 1)
dan waktu pelaksanaan dalam jadwal
penelitian menggambarkan urutan kegiatan Dalam kalimat tersebut, terjadi
dari awal sampai akhir. Sehubungan dengan penumpukan gagasan. Apabila dicermati,
itu pembetulannya sebagai berikut. kalimat tersebut memiliki tiga gagasan, yaitu
(3a) Jadwal penelitian merupakan pedoman (1) Kurikulum nasional mata pelajaran Bahasa
dalam melaksanakan setiap tahap dan Sastra Indonesia berorientasi pada hakikat
kegiatan penelitian. Pencantuman jenis pembelajaran bahasa, (2) Belajar bahasa
kegiatan dan waktu pelaksanaan dalam adalah belajar komunikasi, dan (3) Belajar
jadwal penelitian menggambarkan sastra adalah belajar menghargai manusia dan
urutan kegiatan dari awal sampai akhir. nilai-nilai kemanusiaannya. Sehubungan
dengan itu pembetulannya sebagai berikut.
(4) Kompetensi mata pelajaran Bahasa dan
Sastra Indonesia harus diketahui, (5a) Kurikulum nasional mata pelajaran
dilakukan dan dimahirkan oleh siswa Bahasa dan Sastra Indonesia berorientasi
pada setiap tingkatan, disajikan dalam pada hakikat pembelajaran bahasa.
komponen utama, yaitu (1) standar Belajar bahasa adalah belajar
kompetensi, (2)kompetensi dasar, (3) komunikasi. Belajar sastra adalah belajar
indikator, dan (4) materi pokok. menghargai manusia dan nilai-nilai
(Data 20, M, hlm. 1) kemanusiaannya.
Nanik Sumarsih, Kekurangcermatan Penulisan Kalimat dalam Karya Tulis Ilmiah Guru di Yogyakarta 41
41
membentuk generasi-generasi yang (Data 19, M, hlm. 6)
berkarakter.
c. Bagi peneliti, mendapatkan gagasan Ketidakefekifan kalimat tersebut
awal untuk melihat lebih dalam disebabkan oleh adanya tiga konjungsi, yaitu
sinergitas perkembangan teknologi namun, karena, dan tetapi. Konjungsi tersebut
dengan peningkatan kualitas moral merupakan konjungsi antarkalimat dan
generasi penerus bangsa. konjungsi intrakalimat. Berikut
(Data 1, M, hlm. 4) pembenarannya.
(12a) Jika seorang fasilitator menguasai apa (14a) Meskipun telah berkali-kali membaca
yang harus diberikan kepada dan memahami multiple intelegence-
bimbingannya, apa yang harus dilakuka nya Gardner, seperti yang dikatakan
oleh agens akan berpihak pada fokus Amstrong seringkali kita
yang dibahas dan pengembangannya terperangkap dengan pemikiran yang
akan ditentukan oleh agens itu sendiri. linier dalam memahaminya. Sehingga
(12b) Seorang fasilitator menguasai apa yang begitu kita terapkan teori tersebut di
harus diberikan kepada bimbingannya dalam pembelajaran, justru yang
maka apa yang harus dilakukan oleh terjadi adalah pengkotak-kotakan
agens akan berpihak pada fokus yang anak secara permanen yang pada
dibahas dan pengembangannya akan akhirnya berdampak pada pembatasan
ditentukan oleh agens itu sendiri. keluwesan perkembangan anak.
(13) Ketika saya mengunggah foto ini ke
jejaring facebook memang saya berharap Ketiadaan induk kalimat juga
nantinya akan ada berbagai opini yang disebabkan oleh dua kalimat yang seharusnya
masuk dan komentar-komentar yang satu kalimat dijadikan dua kalimat.
positif terhadap hal ini. Pembenarannya adalah dengan
(Data 24, M, hlm. 4) menggabungkan dua kalimat tersebut menjadi
satu kalimat. Berikut contoh data dan
Ketidakefektifan kalimat tersebut pembenaranya.
disebabkan olehketidakjelaskan mana yang
menjadi induk kalimat dan mana yang menjadi (15) Rancangan PTK akan tergantung pada
anak kalimat sehingga perlu diberi tanda koma tujuan penelitian, sifat masalah yang
sebelum induk kalimat. digarap. Karakteristik kelas yang diteliti,
serta model tindakan yang dipilih.
(13a) Ketika mengunggah foto ini ke jejaring (Data 17, M, hlm. 3)
facebook, saya berharap nantinya akan
ada berbagai opini yang masuk dan Kalimat kedua merupakan bagian dari
komentar-komentar yang positif kalimat pertama. Sehingga kedua kalimat
terhadap hal ini. tersebut sebaiknya dijadikan satu kalimat.
(14) Meskipun kita sebelumnya telah berkali-
kali membaca dan memahami multiple (15a) Rancangan PTK tergantung pada
intelegence-nya Gardner, namun seperti tujuan penelitian, sifat masalah yang
yang dikatakan Amstrong seringkali kita digarap, karakteristik kelas yang
terperangkap dengan pemikiran yang diteliti, serta model tindakan yang
linier dalam memahaminya, sehingga dipilih.
Nanik Sumarsih, Kekurangcermatan Penulisan Kalimat dalam Karya Tulis Ilmiah Guru di Yogyakarta 43
43
Kalimat tersebut belum pararel
sehingga perlu disejajarkan. Berikut
pembenarannya.
3.4 Kemubaziran
Ketidakefektifan pada kalimat ini disebabkan (17a) PTK dilaksanakan dengan tidak boleh
oleh ketaksejajaran bentuk atau struktur mengabaikan kaidah-kaidah keilmuan,
pengungkap gagasan yang sebenarnya pararel. melandasi dengan ilmu pengetahuan
Pembenaran dapat dilakukan dengan yang sudah ada, dan
menyejajarkan bentuk atau struktur demi mempertimbangkan hasil penelitian
tercerminkannya kepararelan gagasan. Berikut terdahulu.
disajikan contoh data dan pembenarannya.
3.5 Redundansi
(16) Desain penelitian tindakan menurut Redundansi adalah keberlebihan sehingga
Kemmis dan McTaggart: bersifat mubazir. Redundansi sinonimi adalah
1. merumuskan masalah dan kelewahan informasi karena adanya
merencanakan tindakan pengulangan secara makna. Pembenaran
2. melaksanakan tindakan dan redudansi jenis ini dapat dilakukan dengan
pengamatan monitoring menghilangkan salah satu kata yang
3. refleksi hasil pengamatan besinonimi. Berikut contoh data dan
4. perubahan/revisi perencanaan untuk pembenarannya.
pengembangan selanjutnya
(Data 17, M, hlm. 3) (18) Bagi madrasah kami, keterlambatan
siswa dianggap menjadi salah satu hal
Ketidaksejajaran kalimat-kalimat yang bisa merugikan pihak lain terutama
tersebut terjadi karena bentuk predikatnya ketika pembelajaran sudah berlangsung.
yang tidak sejajar, yaitu merumuskan, Salah satunya, misalnya, ketika guru
melaksanakan, refleksi, dan perubahan. Oleh sedang memberikan materi dan suasana
karena itu, predikat-predikat tersebut perlu kelas sedang khusyuk berkonsentrasi,
dibuat menjadi bentuk yang sejajar. Berikut tiba-tiba harus terhenti sejenak karena
perbaikannya. diseling oleh kehadiran siswa yang
terlambat tadi.
(16a) Desain penelitian tindakan menurut (Data 24, M, hlm. 2)
Kemmis dan McTaggart:
1. merumuskan masalah dan merencanakan Kalimat tersebut ada dua kata yang
tindakan bermakna sama, yaitu salah satunya dan
2. melaksanakan tindakan dan mengamati misalnya. Fungsi kata tersebut sama sehingga
monitoring perlu dipilih salah satu dalam penggunaannya.
3. merefleksikan hasil pengamatan
4. mengubah/merevisi perencanaan untuk (18a) Bagi madrasah kami, keterlambatan
pengembangan selanjutnya siswa dianggap menjadi salah satu hal
(Data 17, M, hlm. 3) yang bisa merugikan pihak lain
terutama ketika pembelajaran sudah
(17) PTK dilaksanakan dengan tidak boleh berlangsung. Misalnya, ketika guru
mengabaikan kaidah-kaidah keilmuan, sedang memberikan materi dan suasana
tentunya dilandasi dengan ilmu kelas sedang khusyuk berkonsentrasi,
pengetahuan yang sudah ada, hasil tiba-tiba harus terhenti sejenak karena
penelitian terdahulu. diseling oleh kehadiran siswa yang
(Data 17, M, hlm. 6) terlambat tadi.
(19) Dari waktu ke waktu, madrasah selalu
mendapati siswa-siswa yang terlambat
Nanik Sumarsih, Kekurangcermatan Penulisan Kalimat dalam Karya Tulis Ilmiah Guru di Yogyakarta 45
45
paragraf, kata baku, makna kata dapat mengubah kebiasaan mereka menjadi
menggunakan wacana sastra. lebih baik di hari-hari mendatang
ataukah tidak.
(24) Namun demikian, jika sastra memiliki (Data 24, M, hlm. 5)
dunia dan sistem sendiri, maka sastra
didekati secara semiotik. Kalimat tersebut sulit dipahami. Hal
(Data 20, M, hlm. 3) tersebut dikarenakan kata yang muncul
berkali-kali.Pembenaran kalimat dapat dilihat
Ketidaklogisan kalimat tersebut terjadi sebagai berikut.
karena adanya konjungsi yang berlebihan. Ada
konjungsi antarkalimat namun demikian, (26a) Dengan adanya penggunaan ‘rompi anti
konjungsi intrakalimat jika….maka.Berikut keterlambatan’ ini, sekarang jumlah
pembenarannya. siswa yang terlambat antara 5 hingga 10
siswa. Pengurangan jumlah siswa yang
(24a) Sastra memiliki dunia dan sistem sendiri, terlambat ini sangat kami syukuri,
maka sastra didekati secara semiotik. setidaknya langkah ini sudah dianggap
benar dan bisa dijadikan rujukan atas
3.7 Kalimat Tidak Bersubjek dan Tidak pendidikan karakter siswa di madrasah
Berpredikat (Kalimat Buntung) kami, tinggal bagaimana dengan sikap
Kalimat buntung merupakan kalimat yang siswa yang sering terlambat ini, apakah
tidak bersubjek dan tidak berpredikat. Kalimat mereka bisa mengubah kebiasaan
seperti ini sulit dipahami. Berikut beberapa mereka menjadi lebih baik di hari-hari
data yang ditemukan. mendatang ataukah tidak.
(Data 24, M, hlm. 5)
(25) Kegiatan yang dapat dilakukan dengan
membaca, mendengarkan, menonton, 3.8 Ketidakefektifan Karena Aspek
dan kalau perlu menganalisis. Pragmatik
(Data 20, M, hlm. 3) Selain disebabkan pada aspek gramatikal,
ketidakefektifan kalimat dapat disebabkan oleh
Kalimat tersebut hanya terdiri dari aspek pragmatik. Ketidakefektifan pragmatik
subjek. Hal tersebut disebabkan adanya kata dapat disebabkan oleh informasi yang
yang sehingga semuanya unsur menjadi unsur berlebihan. Seperti contoh data berikut.
subjek. Pembenaran kalimat dapat dilakukan
dengan menghilangkan kata yang. (27) Tidak ada siswa yang ingin terlambat
masuk sekolah, semua siswa pasti ingin
(25a)Kegiatan dapat dilakukan dengan masuk ke kelasnya masing-masing lebih
membaca, mendengarkan, menonton, awal dari bunyi bel jam pelajaran
dan kalau perlu menganalisis. pertama masuk kelas.
(Data 24, M, hlm. 1)
(26) Dengan adanya penggunaan ‘rompi anti
keterlambatan’ ini, jumlah siswa yang ‘Tidak ada siswa yang ingin terlambat
terlambat sekarang yang hanya sekitar 5 masuk sekolah’ mempunyai makna yang sama
hingga 10 siswa. Pengurangan jumlah dengan ‘semua siswa pasti ingin masuk ke
siswa yang terlambat ini sangat kami kelasnya masing-masing lebih awal dari bunyi
syukuri, setidaknya langkah ini sudah bel jam pelajaran pertama masuk kelas’.
dianggap benar dan bisa dijadikan Makna kata ‘tidak terlambat’ sama dengan
rujukan atas pendidikan karakter siswa ‘masuk ke kelasnya masing-masing lebih awal
di madrasah kami, tinggal bagaimana dari bunyi bel jam pelajaran pertama masuk
dengan sikap siswa yang sering kelas’. Oleh karena itu, kalimat tersebut dapat
terlambat ini, apakah mereka bisa dipilih salah satu.
Nanik Sumarsih, Kekurangcermatan Penulisan Kalimat dalam Karya Tulis Ilmiah Guru di Yogyakarta 47
47
Tim Penyusun Pusat Bahasa. 2008. Kamus
Besar Bahasa Indonesia. Edisi IV.
Jakarta: Penerbit Gramedia Pustaka
Utama.