Anda di halaman 1dari 5

A.

Pantai dan Laut

Wilayah pesisir atau wilayah pantai dan lautan adalah suatu kawasan yang
sangat strategis baik ditinjau dari segi ekologi, sosial budaya,dan ekonomi. Hal
tersebut dapat dipahami karena sekitar 140 juta penduduk Indonesia mendiami
wilayah pesisir dan sekitar 16 juta tenaga kerja terserap oleh industri di pesisir
dengan memberikan kontribusi sebesar 20,06% terhadap devisa Negara.
Disamping itu wilayah pesisir Indonesia dengan garis pantai sepanjang
95.181 km memiliki habitat/ekosistem yang produktif serta memiliki
keanekaragaman hayati yang tinggi yaitu ekosistem terumbu karang, ekosistem
mangrove, ekosistem estuaria dan ekosistem padang lamun. Wilayah pantai atau
wilayah pesisir memiliki potensi sumber daya alam dan tempat rekreasi air yang
bernilai strategis. Dalam hal ini pantai dapat dijadikan sebagai wisata pantai.
Wisata pantai adalah kegiatan wisata yang ditunjang oleh sarana dan prasarana
untuk berenang, memancing, menyelam dan olahraga air lainnya, termasuk
sarana prasarana akomodasi, makan dan minum. Namun wilayah pesisir atau
wilayah pantai juga sangat rentan terhadap ancaman bencana alam, dampak dari
perubahan iklim, dan timbulnya masalah kesehatan pagi pengunjung yang sedang
berwisata.
Adapun beberapa masalah kesehatan yang dapat timbul pada saat berwisata
ke pantai yaitu :
1. Diare
Diare biasanya disebabkan oleh konsumsi makanan yang kurang bersih.
Namun pada saat berenang di pantai pun kita bisa mengalami diare
setelahnya. Karena pada saat berenang di laut maupun di pesisir pantai
sengaja atau tidak sengaja menelan air laut yang tercemar oleh bakteri akan
menjadi salah satu penyebab diare. Bakteri penyebab diare yang ada di laut
antara lain Cryptosporidium, Giardia, Shigella, Norovirus, dan E. coli. Bakteri
ini dapat ditularkan oleh seseorang yang sakit diare (atau sudah sakit dalam
dua minggu terakhir) dan masuk ke dalam air laut untuk berenang.
Bakteri Cryptosporidum adalah bakteri paling umum yang menyebabkan
diare setelah berenang. Bakteri ini dapat tetap hidup selama berhari-hari.
Menurut Mindy Benson, seorang perawat dan asisten profesor di Rumah Sakit
Anak-anak UCSF Benioff di Amerika Serikat (AS), hewan yang ada di dalam
air laut juga bisa menyebarkan kuman ini. Diare yang ditularkan melalui air
bisa berlangsung dua sampai tiga minggu. Kondisi ini dapat menyebabkan
dehidrasi serius, terkadang bahkan mengancam nyawa. Jika sampai
mengalami diare yang mengeluarkan darah atau yang berlangsung lima hari
atau lebih disertai demam, diharuskan untuk segera memeriksakan diri ke
dokter.
Untuk memastikan diri aman, maka pencegahan dari diare dapat
dilakukan dengan cara setelah berenang diharuskan untuk mandi
menggunakan sabun.

2. Botulisme
Botulisme adalah kondisi keracunan serius yang disebabkan oleh racun
yang dihasilkan bakteri Clostridium botulinum. Bakteri Clostridium
botulinum bisa ditemukan di tanah, debu, sungai, serta dasar laut. Bakteri ini
sebenarnya tidak berbahaya dalam kondisi lingkungan normal. Namun, ketika
kekurangan oksigen mereka akan melepaskan racunnya. Bakteri Clostridium
botulinum akan kekurangan oksigen saat berada dalam kaleng tertutup, botol,
lumpur dan tanah yang tidak bergerak, atau di dalam tubuh manusia. Racun
yang dihasilkan bakteri ini menyerang sistem saraf seperti otak, tulang
belakang, saraf lainnya, dan menyebabkan kelumpuhan otot. Kelumpuhan
yang terjadi bisa menyerang otot-otot yang mengendalikan pernapasan, ini
bisa mematikan dan harus segera mendapatkan penanganan.
Bakteri Clostridium botulinum biasanya bisa masuk ke dalam tubuh
melalui makanan maupun melalui luka pada tubuh. Bakteri ini juga bisa
disebarkan oleh hewan laut yang sudah mati.
Pencegahan yang bisa dilakukan adalah jangan memindahkan hewan mati
yang ada atau ditemukan di laut atau pantai dengan tangan. Sebaiknya panggil
petugas penjaga pantai untuk memberitahu hal ini. Hal lain yang juga tidak
boleh dilakukan adalah berenang jika ada banyak hewan yang mati atau
mengapung di permukaan laut.
3. Infeksi telinga otitis ekterna
Otitis eksterna merupakan peradangan saluran telinga bagian luar (lubang
telinga luar sampai gendang telinga). Gejala utamanya berupa bengkak,
kemerahan, nyeri, dan seperti ada tekanan dari dalam telinga. Selain gejala-
gejala tersebut, otitis eksterna juga bisa menyebabkan gejala-gejala berikut :
a. Telinga gatal
b. Telinga berair
c. Kulit di sekitar saluran telinga luar tampak bersisik dan kadang
disertai pengelupasan
d. Pendengaran berkurang akibat kulit menebal dan kering di dalam
saluran telinga
e. Munculnya luka mirip jerawat kalau infeksi menyerang folikel rambut
di dalam telinga
f. Nyeri yang disertai pembengkakan pada tenggorokan
Apabila infeksi otitis eksterna ini disertai munculnya “jerawat” pada
saluran telinga, jangan dipencet karena dikhawatirkan bisa membuat infeksi
menyebar.
Otitis eksterna biasanya disebabkan oleh bakteri. Jamur dan virus juga
dapat menyebabkan penyakit ini. Pada umumnya, bakteri atau jamur ini
menginfeksi bagian kulit lembut dari saluran telinga luar yang telah teriritasi
oleh air. Karena itulah penyakit otitis eksterna sering disebut sebagai penyakit
“telinga perenang”, karena kemungkinan besar terjadi setelah berenang di
laut.
Beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mecegah terjadinya infeksi otitis
eksterna yaitu menggunakan pelindung telinga pada saat berenang agar air
tidak masuk ke dalam telinga, dan keringkan bagian dalam telinga segera
setelah berenang di pantai.

4. Seabather’s eruption
Seabather’s eruption adalah kondisi ruam pada kulit yang disebabkan oleh
larva yang hidup di laut. Larva yang menyebabkan seabather’s eruption adalah
ubur-ubur thimble (Linuche unguiculata) dan anemon laut (Edwardsiella
lineata). Tidak lama setelah disengat oleh larva ini, biasanya perenang akan
mengalami rasa tidak nyaman pada kulit dan beberapa menit setelahnya atau
paling lama 12 jam, perenang akan mengalami kulit kemerahan yang disertai
rasa gatal. Selain itu juga bisa merasakan sakit kepala, mual, dan muntah.
Ruam justru sering muncul pada bagian tubuh yang tertutup, hal ini karena
larva bisa masuk ke dalam baju renang.
Cara agar terhindar dari jika seabather’s eruption ini adalah jika setelah
berenang terasa gatal, jangan menggaruknya. Menggaruk justru akan
membuat ruam semakin parah. Hal yang harus dilakukan adalah melepas baju
renang sesegera mungkin, jangan mandi di bawah pancuran dengan
menggunakan baju renang, karena hal ini tidak akan membantu. Gunakan
sabun mandi dan gosok secara perlahan ke seluruh tubuh. Kalau kondisi tidak
membaik, segera periksa ke dokter.

5. Terbakar sinar matahari

Tingkat suhu dan panas di pantai biasanya lebih tinggi akrena pantai
merupakan dataran rendah berbeda dengan dataran tinggi yang suhunya
rendah. Hal ini menyebabkan seringkali pada saat kita berwisata ke pantai
mengalami masalah ini, yaitu terbakar sinar matahari. Cara yang tepat untuk
mencegah terbakarnya kulit oleh sinar matahari adalah berlindung di bawah
tempat teduh saat, contohnya di bawah pohon atau pergi ke pantai pada saat
matahari terbenam atau matahari terbit. Selain itu cara pencegahan lainnya
yaitu mengoleskan losion anti-UV saat berenang di pantai. Karena sinar
matahari yaitu sinar ultraviolet (UV) dapat merusak kulit dalam waktu 15
menit, serta bakaran sinar matahari ini bisa meningkatkan risiko kanker kulit.

Suhendra, Indra. 2014. Wisata Pantai. Dikutip dari :


https://www.academia.edu/20089314/wisata_pantai. Diakses pada tanggal 21
September 2019 pukul 18.21

Mangiding, Jessica Daniela. 2018. MASALAH KESEHATAN MASYARAKAT


PESISIR. Dikutip dari :
https://www.academia.edu/37918526/MASALAH_KESEHATAN_MASYARA
KAT_PESISIR_1. Diakses pada tanggal 21 September 2019 pukul 18.30

Anda mungkin juga menyukai