Anda di halaman 1dari 22

KHARISMA KH.

MUNTAHA AL-HAFIDZ DALAM


PEMIKIRAN PERKEMBANGAN PENDIDIKAN ISLAM

REVISI MAKALAH

Disusun Guna Memenuhi Tugas Ulangan Tengah Semester


Mata Kuliah Filsafat Pendidikan Islam
Dosen Pengampu :
1. Prof. Dr. H. Jamali Sahrodi,M.Ag
2. Dr. M. Sugeng Sholehuddin, M.Ag

Oleh:

MASRURI
5218074

KELAS B
SEMESTER II (DUA)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


PASCASARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ( IAIN ) PEKALONGAN
2019
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas limpahan


Rahmat, Taufik, Hidayah dan Inayah -Nya. Shalawat serta salam semoga
tercurahkan kepada Rasulullah Muhammad Shallallahu’alaihi wa sallam, sehingga
penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun
isinya yang sederhana.

Penulis selaku penyusun ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu dalam penyelesaian makalah yang berjudul “Kharisma KH.
Muntaha Al-Hafidz Dalam Perkembangan Pendidikan Islam” ini. Dalam
penyusunan tugas ini, tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi. Namun penulis
menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat
bantuan, dorongan, dan bimbingan Bapak dosen, sehingga kendala-kendala yang
penulis hadapi teratasi.

Penulisan makalah ini tentu saja jauh dari sempurna, baik dari segi
penyusunan, bahasan, ataupun penulisannya. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun, khususnya dari dosen
mata kuliah guna menjadi acuan dalam bekal pengalaman bagi kami untuk lebih
baik di masa yang akan datang.

Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi
pembaca umumnya dan semoga Allah memudahkan kita semua dalam
mempelajari tentang Kharisma KH. Muntaha Al-Hafidz Dalam Perkembangan
Pendidikan Islam.

Pekalongan, 29 November 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
.............................................................................................................................
i
DAFTAR ISI
.............................................................................................................................
ii
BAB I PENDAHULUAN
.............................................................................................................................
1
A. Latar Belakang
.....................................................................................................................
1
B. Rumusan Masalah
.....................................................................................................................
2
C. Tujuan Penulisan
.....................................................................................................................
2
BAB II PEMBAHASAN
.............................................................................................................................
3
A. Pengertian Kharisma
3
B. Biografi KH. Muntaha Al-Hafidz
4
C. Pemikiran KH. Muntaha Al-Hafidz Dalam Pendidikan Islam
6
D. BAB III PENUTUP
11
1. Kesimpulan
.................................................................................................................
11
2. Saran
.................................................................................................................
11

ii
Daftar Pustaka
.............................................................................................................................

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di jaman yang serba canggih ini, permasalahan yang dihadapi
manusia semakin kompleks. Kemajuan ilmu pengetahaun dan teknologi, tidak
menjadikan permasalahan manusia menjadi semakin berkurang, tetapi justru
sebaliknya. Karena ilmu pengetahuan dan teknologi sendiri selain menjadi
problem solving bagi kehidupan umat manusia, juga menimbulkan beberapa
persoalan baru. Untuk itu tidak cukup hanya menguasai Ilmu pengetahuan dan
teknologi yang tinggi serta mempunyai cakrawala yang luas, namun juga
harus mempunyai dasar ilmu agama yang kuat, yang bisa diperoleh baik
melalui pendidikan formal maupun non formal.
Diantara deretan ulama di tanah air yang peduli akan pendidikan,
adalah Al Maghfurlah KH. Muntaha Al Hafidz (biasa dipanggil Mbah Mun),
beliau dikenal sebagai seorang ulama besar dalam bidang Al-Qur’an. Beliau
merupakan ulama kharismatik dan merupakan ulama multidimensi. 1 Beliau
adalah tipe kiyai yang tidak terlalu menyukai popularitas. Keengganan
berpamer kepandaian dengan mengutip sejumlah dalil dan referensi Islam
merupakan salah satu karakteristiknya.2
Beliau menjadi sosok sentral figure ulama panutan masyarakat Jawa
Tengah khususnya dan Indonesia pada umumnya. Seorang ulama yang
mengedepankan uswatun khasanah dalam mendidik para santri maupun
dilingkungan masyarakat. Dengan arif dan bijaksana, beliau memutuskan
masalah, dengan ketawadhu’an beliau bersikap dan dengan keistiqamahannya
beliau mengajar para santrinya.3
Sebagai ulama yang menjadikan Al Qur’an sebagai nafas perjuangan
dan pandangan dalam hidupnya. Secara intelektual, beliau memiliki pemikiran
1
Drs. Elis Suryono, Drs. Samsul Munir Amin, MA, Biografi KH. Muntaha Al Hafidz,
hal., 26 dan 69
2
Ahmad Muzan, Percikan Risalah Dakwah Mbah Muntaha, Pustaka Fataugraha,
Wonosobo, hal., 18.
3
Tim Penyusun, Profil PPTQ Al Asy’ariyyah, PPTQ Al Asy’ariyyah, 2005. hal., 24.

1
yang inovatif dalam menterjemahkan teks Al Qur’an serta gagasan dan ide
beliau yang memberikan kontribusi besar dalam perkembangan dimasyarakat.
Baik di bidang sosial, budaya, ekonomi, politik dan pendidikan.
Tidak seperti layaknya tokoh yang sarat dengan pendidikan di
berbagai jenjang, beliau tidak banyak memperoleh pendidikan formal.
Pendidikan yang ia peroleh hanya dari pesantren ke pesantren.4 Sehingga
berbagai gagasan dan ide pemikiran banyak beliau tuangkan dalam dunia
pendidikan Islam. Implementasi ide dan pemikiran beliau wujudkan dengan
memadukan keilmuan pesantren yang notabene merupakan pendidikan non
formal dengan pendidikan formal mulai dari taman kanak-kanak sampai
perguruan tinggi.5

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka rumusan masalah yang akan
dikaji dalam makalah ini adalah :
1. Apa pengertian Kharisma?
2. Bagaimana biografi KH. Muntaha Al-Hafidz?
3. Mengapa KH. Muntaha Al-Hafidz disebut sebagai Pemikir
Pendidikan Islam?

C. Tujuan
1. Memahami pengertian Kharisma
2. Untuk mengetahui biografi KH. Muntaha Al-Hafidz
3. Untuk mengetahui sumbangsih KH. Muntaha Al-
Hafidz dalam Pemikiran Pendidikan Islam.

4
Nasokah, Peran Kepemimpinan Kharismatik Dalam Pengembangan Institusi-Institusi
Pendidikan Islam, Tesis IAIN Walisongo, Semarang, 2004. Hal., 3.
5
Drs. Elis Suryono, Drs. Samsul Munir Amin, MA, Biografi KH. Muntaha Al Hafidz,
Hal., 53.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Kharisma
Dalam Kamus Besara Bahasa Indonesia, kata karisma
/ka·ris·ma/ adalah keadaan atau bakat yang dihubungkan dengan kemampuan
yang luar biasa dalam hal kepemimpinan seseorang untuk membangkitkan
pemujaan dan rasa kagum dari masyarakat terhadap dirinya; serta atribut
kepemimpinan yang didasarkan atas kualitas kepribadian individu.6
Secara Etimologi kata kharisma berasal dari bahasa Yunani
“Charisma” yang berarti karunia atau bakat khusus. Orang yang berbakat
khusus disebut juga karismatik.7 Dalam kamus ilmiah populer kata kharisma
diartikan sebagai wibawa, kewibawaan atau karunia kelebihan dari Tuhan,
anugerah kelebihan/keistimewaan seseorang yang diberikan oleh Tuhan atau
sesuatu kelebihan atau kemampuan yang dimiliki oleh seseorang yang
merupakan pemberian Tuhan.8
Sedangkan secara Terminologi sebagaimana yang telah diungkapkan
Sosiolog Jerman Max Weber,”Pakarnya Ilmu Sosial atau Bapak Sosiologi”
Dialah salah seorang pemikir yang meletakkan pijakan cara berfikir ilmiah
untuk memahami realitas sosiologis peradapan manusia. Dalam dirinya
tersungging dua potensi intelektual: sebagai Sejarawan yang menyukai detail
dan mengetahui sejumlah besar fakta-fakta, serta memiliki bakat menarik
kesimpulan logis. Kharisma didefinisikan sebagai suatu sifat tertentu dari
suatu kepribadian seorang individu berdasarkan mana orang itu di anggap luar
biasa dan diperlakukan sebagai orang yang mempunyai sifat-sifat
ghaib, sifat unggul atau paling sedikit dengan kekuatan-
kekuatan yang khas dan luar biasa. Oleh karenanya seseorang
pribadi berkharisma adalah seorang terhadap siapa orang
6
https://kbbi.web.id/karisma diakses pada tanggal 22 November 2019
7
Ensiklopedi Nasional Indonesia, PT. Cipta Adi Pustaka, 1990 Cet. Pertama
8
Pius A. Partanto, M. Dahlan Al-Barry, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Arkola,
1994) hal. 333-334

3
percaya bahwa dia itu mempunyai kemampuan aneh yang
sangat mengesankan, yang seringkali dipikirkan dari suatu
jenis ghaib, yang membuat dia terpisah dari yang biasa.9
Dalam konteks lain weber mengartikan Kharisma sebagai sifaf yang
melekat pada seorang pemimpin dengan mengatakan pemimpin kharismatik
adalah seseorang yang seolah-olah diberi tugas khusus dan karena itu
dikaruniai bakat-bakat khusus oleh Tuhan untuk memimpin sekelompok
manusia mengarungi tantangan sejarah hidupnya.10
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kharisma adalah karunia
atau bakat khusus yang tidak rasional / keramat, yang dimiliki
oleh seseorang sebagai anugerah kelebihan/keistimewaan yang
diberikan oleh Allah SWT. untuk memimpin sekelompok manusia dalam
menghadapi tantangan kehidupan.

B. Biografi KH. Muntaha Al-Hafidz


KH Muntaha adalah putra KH Asy‘ari bin KH Abdurrahim bin K.
Muntaha bin K. Nida Muhammad. Ibunya bernama Hj. Syafinah. Ia lahir pada
9 Juli 1912 di Kelurahan Kalibeber, Kecamatan Mojotengah, Kabupaten
Wonosobo, Jawa Tengah, dan wafat pada hari Rabu, 29 Desember 2004 dalam
usia 92 tahun.
KH Muntaha menuntaskan hafalan Al-Qur'an saat berumur 16 tahun
di Pondok Pesantren Kauman, Kaliwungu, Kendal, di bawah asuhan KH
Usman. Setelah selesai menghafal Al-Qur'an ia memperdalam ilmu-ilmu Al-
Qur'an di Pondok Pesantren al-Munawwir Krapyak asuhan KH Munawwir ar-
Rasyad. Selanjutnya KH Muntaha berguru kepada KH Dimyati Termas di
Pacitan, Jawa Timur, dan pada tahun 1950 kembali ke Kalibeber untuk
melanjutkan estafet kepemimpinan ayahnya dalam mengasuh Pondok
Pesantren al-Asy‘ariyyah.

9
Anthony Giddens, Kapitalisme dan Teori Sosial Modern, (Jakarta : Universitas
Indonesia (UI-Press) 1986) hal. 197
10
J. Rebiru, Dasar-Dasar Kepemimpinan, (Jakarta : CV. Pedoman Ilmu Jaya, 1992), Cet.
IV hal. 5

4
Sanad tahfidznya, yaitu KH Muntaha dari KH Usman
Kaliwungu/KH Munawwir Krapyak/KH Muhammad Dimyati Termas, dari
Abdul Karim bin Abdul Badri, dari Isma‘il Basyatie, dari Ahmad ar-Rasyidi,
dari Mustafa bin ‘Abdurrahman, dari Syekh Hijazi, dari ‘Ali bin Sulaiman al-
Mansuri, dari Sultan al-Muzani, dari Saifuddin ‘Ata'illah al-Fudali, dari
Syahadah al-Yamani, dari Nasruddin at-Tablawi, dari Imam Abi Yahya
Zakariya al-Mansur, dari Imam Ahmad as-Suyuti, dari Abu al-Khair
Muhammad bin Muhammad ad-Dimasyqi al-Mansur bin al-Hizrami, dari Abu
‘Abdullah Muhammad bin ‘Abdul-Khaliq, dari Abu al-Hasan Ali bin Suja‘ bin
Salim bin Ali bin Musa al-‘Abbasi, dari Abu al-Qasim asy-Syatibi as-Syafi‘i,
dari Abu Hasan ‘Ali bin Muhammad bin Huzail, dari Abu Dawud Sulaiman
Ibnu Majah al-Andalusi, dari Abu ‘Umar ‘Usman Sa‘id ad-Dani, dari Abu al-
Hasan Tahir, dari Abu al-‘Abbas Ahmad bin Sahl bin al-Fairuzani al-Asynani,
dari Abu Muhammad ‘Ubaid bin Asibah bin Sahib al-Kufi, dari Abu ‘Umar
Hafs bin Sulaiman bin al-Mugirah al-Asadi al-Kufi, dari ‘Asim bin Abi Najud
al-Kufi, dari Abu ‘Abdurrahman ‘Abdullah bin al-Habib Ibnu Rabi‘ah as-
Salam, dari ‘Usman bin ‘Affan/Ali bin Abi Talib/Zaid bin Sabit/‘Abdullah bin
Mas‘ud/Abu Bakar/‘Umar bin al-Khattab, dari Rasulullah, dari Allah melalui
perantara Jibril.
Murid-murid KH Muntaha Wonosobo, antara lain KH Mufid Mas‘ud
(PP Sunan Pandanaran, Yogyakarta), KH Umar Bantul, KH Syakur Brebes,
KH Sholihin Pekalongan, KH Musta‘in Madang, KH Luthfi Cilalap, KH
Nidzamuddin Kendal, KH Hubullah Cirebon, KH Abdul Halim Wonosobo,
KH Ahmad Ngisom Banjarnegara, KH Yasin Pati, dan masih ratusan ribu
lagi.
KH Muntaha merupakan ulama kharismatik yang sangat dihormati
oleh semua santri, masyarakat bahkan jajaran pemerintahan. Di antara
karamah yang dimiliki oleh KH Muntaha adalah beliau bisa masuk ke makam
Rasulullah tanpa penjagaan. Seperti yang dikisahkan oleh KH Habibullah
Idris, yang menemani Abah Muntaha berkunjung ke beberapa negara di Timur
Tengah, yakni Arab Saudi, Irak, Iran, Suriah, Turki, Mesir, dan Abu Dhabi.

5
Ketika itu, setelah shalat isya di Madinah lalu melepas lelah di
pemondokan, KH Muntaha tertidur dan bangun sekitar pukul 23.00 waktu
setempat. Dia mengambil air wudhu lalu bergegas pergi. Tentu saja, demi
keamanan, Kiai Habibullah mengikuti ke mana saja Abah Muntaha hendak
pergi. Untuk memastikan, Kiai Habibullah bertanya kepada Abah Muntaha
tentang arah dan tujuan kepergiannya. "Menuju makam Rasulullah," jawab
Abah Muntaha singkat.
Mengetahui Abah Muntaha akan pergi ke makam Nabi Muhammad
SAW, Habibullah terus mengawasinya di belakang takut terjadi apa-apa,
karena semua tahu bahwa makam Nabi Muhammad jika malam hari selalu
dikunci dan dijaga petugas keamanan secara ketat. Namun, ternyata
kekhawatiran Habib yang juga salah satu muridnya Abah Muntaha itu salah.
Ketika sudah sampai di makam Nabi, justru pintu Makam Nabi ketika itu
terbuka lebar tanpa penjagaan.
Padahal, sungguh sesuatu hal yang mustahil apabila pintu itu terbuka lebar
tanpa ada petugas. Dalam ketakjuban, Habib mengikuti Abah Muntaha
menuju makam Nabi. Abah Muntaha terdiam, menangis di hadapan makam
Nabi Muhammad. Setelah itu, Abah Muntaha menjalankan shalat malam
hingga waktu menjelang shalat subuh.11
Tidak hanya itu, ketika KH Muntaha sakit dan dirawat di rumah sakit
Semarang, para dokter dibuat kagum karena hasil scan seluruh organ dalam
tubuh beliau berisi ayat-ayat Al-Quran. Subhanallah...12

C. Pemikiran KH. Muntaha Al-Hafidz dalam Mengembangkan Bidang


Pendidikan Islam

KH. Muntaha Al Hafidz adalah penerus amanah dari kepemimpinan


Pondok Pesantren Al Asy’ariyyah. Kepemimpinannya di Al Asy’ariyyah sejak

11
https://republika.co.id/berita/koran/news-update/16/09/14/odh74623-kh-muntaha
ahli-alquran-dan-pendidik-ulung, diakses pada tanggal 24 November 2019.
12
https://talimulquranalasror.blogspot.com/2019/05/ternyata-seluruh-organ-dalam-
mbah.html diakses pada tanggal 27 November 2019.

6
tahun 1950 sampai tahun 2004, banyak mencetuskan ide-ide dan gagasan yang
lebih memandang pada pengembangan pendidikan Islam melalui pondok
pesantren dan masyarakat sekitarnya.
Berbagai langkah inovatif beliau lakukan yang diimplementasikan
dalam berbagai bidang. Sebagian besar gagasan beliau banyak dipaparkan
dalam bidang pendidikan Islam. Hal ini seperti yang disampaikan KH.
Habibullah Idris bahwa karamah Mbah Mun yang paling besar adalah dalam
pengembangan pendidikan.13
Metode pemikiran KH. Muntaha Al Hafidz dalam meningkatkan
pendidikan adalah dengan mengkolaborasikan dua sistem yaitu sistem
tradisional pesantren dengan sistem modern.14 Upaya ini dilakukan baik di
pendidikan non formal maupun pendidikan formal.
1. Pendidikan non formal
Pada awalnya, pondok pesantren Al Asy’ariyyah lebih
mengkhususkan pada pengkajian dan hafalan Al Qur’an. Pengkajian keal-
Qur’anan dilakukan dengan berbagai hal yaitu: Tahfidzul Qur’an, Ilmu
Tajwid, Ilmu Qira’ah, Ulumul Qur’an, kajian kitab-kitab kuning dan
lainnya. Untuk lebih meningkatkan mutu dan pengembangan pendidikan
di pesantren, beliau kembangkan dengan konsep-konsep modernisasi
dengan berpedoman pada kaidah ushul :”Al Muhafadzatu ‘ala al qaddim al
al shalih wa al ahdzu bi al jadid al aslah”. (Melestarikan tradisi lama yang
baik dan mengambil tradisi baru yang lebih baik).15

Sistem pendidikan di Pondok Pesantren Al Asy’ariyyah ditata


dan ditertibkan dengan sistem klasikal, sesuai dengan jenjang dan
tingkatan pendidikannya masing-masing dalam sebuah asrama. Sedangkan

13
Wawancara dengan KH. Habibullah Idris pada tanggal 10 Agustus 2008.
14
Nasokah, Peran Kepemimpinan Kharismatik Dalam Pengembangan Institusi-Institusi
Pendidikan Islam, hal. 72
15
Nasokah, Peran Kepemimpinan Kharismatik Dalam Pengembangan Institusi-Institusi
Pendidikan Islam, hal. 111

7
sistem kurikulum dan pengajarannya dikembangkan menurut tingkatan
dan faknya.16
Sistem belajar yang dikembangkan adalah dalam bentuk madrasah
diniyyah. Adapun madrasah diniyyah tersebut antara lain :
a. Madrasah Diniyah Salafiyyah
Madrasah ini dikhususkan kepada para santri yang tidak mengikuti
pendidikan formal, yang di dalamnya mempelajari dan mendalami
keilmuan agama dari kitab-kitab salafiyyah atau klasik (kitab
kuning)seperti hadis, nahwu sharaf, tajwid, tauhid, fiqih, akidah ahlak
dan lain-lain.
b. Madrasah Diniyah Wustho Ulya
Madrasah ini diperuntukkan kepada santri SMP dan SMA atau yang
sederajat. Pendidikan dilakukan pada waktu malam, antara pukul
19.30 - 21.00. Dirosah yang diikuti antara lain nahwu sharaf, fiqih,
tajwid, dan tauhid.
c. Madrasah Diniyah Mahasiswa-Tahfidz
Madrasah ini diikuti oleh mahasiswa dan santri yang mengikuti
program tahfidzul qur’an. Sistem pengajarannya menggunakan sistem
musyawarah dan bandungan. Dirosah yang dipelajari adalah nahwu
sharaf, hadis, fiqih dan tajwid.
2. Pendidikan Formal
Pemikiran KH. Muntaha Al Hafidz dalam mengembangkan
pendidikan formal, dimulai pada tahun 1960 dengan menggagas pendirian
sekolah Taman Kanak-kanak dengan nama TK Hj. Maryam. Kemudian
mendirikan Madrasah Ibtidaiyyah Ma’arif (MI Ma’arif) sebagai lanjutan
dari anak-anak yang telah selesai TK. Hal ini dilakukan untuk
meningkatkan kualitas masyarakat, sehingga sedikit banyak memberi
kontribusi yang cukup berarti bagi masyarakat Kalibeber.17

16
Nasokah, Peran Kepemimpinan Kharismatik Dalam Pengembangan Institusi-Institusi
Pendidikan Islam, hal. 34
17
Miftahul Haris, Strategi Dakwah KH. Muntaha Al Hafidz dalam pengembangan Islam
di Indonesia, hal 70

8
Dalam kelanjutannya beliau mendirikan madrasah Mu’alimin NU
pada bulan Agustus tahun 1962. Proses pendidikan dilaksanakan di gedung
NU yang bertempat di desa Kauman, Wonosobo. Pendidikan ini
dilaksanakan selama 3 tahun, yang pada akhir pendidikan dilaksanakan
praktek lapangan di daerah masing-masing. Hal ini dimaksudkan agar para
siswa dapat mengembangkan pendidikan yang diperolehnya di daerah
mereka.18
Dengan dibukanya madrasah Mu’alimin ini, maka hampir
seluruh kecamatan di Wonosobo turut berpartisipasi dalam mengirimkan
peserta didiknya. Pada tahun 1968, madrasah ini dirubah menjadi PGAN
yang sekarang ini kemudian menjadi MTs Selomerto dan MAN Mendolo,
Wonosobo. Selain itu, beliau mendirikan Sekolah Persiapan IAIN
(SPIAIN). Perkembangan sekolah ini, sampai di Kebumen yang pada saat
itu di kepalai oleh Bp. Hamim. SPAIAN dalam kelanjutannya tidak
menemui perkembangan yang bagus, kemudian diikutkan ke Universitas
Nahdhatul Ulama (UNU) Temanggung. Selanjutnya sekolah ini menjadi
MAN 1 Wonosobo yang kemudian direlokasikan di Kabupaten Sragen
Jawa Tengah.
Pada tahun 1968 tersebut, KH. Muntaha Al Hafidz mendirikan
Sekolah Madrasah Tsanawiyyah Ma’arif dan Madrsah Aliyah Ma’arif yang
ditempatkan di lingkungan Pondok Pesantren Al Asy’ariyyah. Sekolah ini
mendapat respon yang baik dari masyarakat Wonosobo dan sekitarnya
sehingga mengalami kemajuan yang sangat cepat. Karena menimbang
bahwa di Wonosobo belum ada MTs dan MA yang dinegerikan, maka
diusulkan untuk dijadikan negeri dibawah naungan Departemen Agama.
Pada tahun 1967, MTs akhirnya dinegerikan yang ditempatkan di dusun
Ngebrak Kalibeber atau 400 meter dari pondok pesantren.
Sebagaimana MTs dinegerikan, Madrasah Aliyyah pun akhirnya
dinegerikan pada tahun 1968 dan ditempatkan di desa Krasak Kecamatan

18
Wawancara dengan KH. Habibullah Idris pada tanggal 10 Agustus 2008.

9
Mojotengah. Walaupun lokasinya tidak di Kalibeber, namun namanya
masih menggunakan nama MAN Kalibeber.19
Pada tahun 1986, timbul gagasan untuk mendirikan suatu
lembaga pendidikan tinggi Al Qur’an di Jawa Tengah. Tepatnya tanggal 30
Maret 1986, beliau membentuk Lajnah Pengkajian Al Qur’an (LPQ) untuk
mempersiapkan berdirinya pesantren luhur Al Qur’an di Kalibeber. 20 Hal
ini sesuai dengan yang disampaikan beliau kepada Gus Dur:
“Gus…, saya berkeinginan mengembangkan dan menyelelaraskan
pendidikan dengan cara membuka sekolah-sekolah formal dalam
mengembangkan modernisasi di lingkungan pondok pesantren Al-
Asy’ariyyah, karena keberadaan pesantren di tengah masyarakat, tidak
mungkin menutup diri dengan kemajuan dan tuntutan zaman”. 21
Pada tanggal 7 Agustus 1987 Menteri Agama RI, H. Munawir Syadzali,
MA, merestui berdirinya Institut Ilmu Al Qur’an (IIQ) Jawa Tengah. Pada
tanggal 6 November 1987 dibentuklah tim untuk mendirikan Yayasan IIQ
(YIIQ) yang kemudian disahkan oleh notaris Burdiadi Gunawan, SH
dengan akta notaris nomor : 10 tahun 1987.22
Setelah berbagai komponen dan persiapan kelembagaan
terpenuhi, maka pada 30 Januari 1988 diadakan peresmian berdirinya IIQ
Jawa Tengah. Proses penerimaan siswa baru pada tanggal 8 September
1988 diadakan kuliah perdana oleh Menteri Agama RI, H. Munawwir
Sadzali, MA di pendopo Wonosobo, sedangkan perkuliahan pertama di
pondok pesantren Al Asy’ariyyah dan Masjid Baiturrachim. Pada tahun
1999 Institut Ilmu Al Qur’an berubah menjadi Universitas Sains Al Qur’an
(UNSIQ) Jawa Tengah di Wonosobo.
19
Drs. Elis Suryono, Drs. Samsul Munir Amin, MA, Biografi KH. Muntaha Al Hafidz,
hal 66.
20
Drs. Elis Suryono, Drs. Samsul Munir Amin, MA, Biografi KH. Muntaha Al Hafidz,
hal 67.
21
Gagasan KH. Muntaha Al Hafidz disampaikan kepada Gus Dur (Ketua PB NU) dan
H. Munawir Syadzali, MA (Menteri Agama RI) pada wisuda Haflah Khotmil Qur’an pondok
pesantren Al Asy’ariyyah tanggal 7 Agustus 1987. Lihat Jurnal Kependidikan Al-Qalam.Vol.IX
TH.2013
22
Tim Pennulis Buku Panduan, Buku Panduan UNSIQ 2007-2008, LP3M UNSIQ,
Wonosobo, 2002. Hal.,

10
Satu tahun berikutnya, tepatnya pada tahun 1989 menggagas
berdirinya SMP dan SMA Takhassus Al Qur’an sebagai alternatif bagi
santri dalam mengembangkan pendidkan Islam di lingkungan pondok
pesantren Al Asy’ariyyah Kalibeber. Sekolah ini menitik beratkan pada
kurikulum pendidikan nasional yang dikolaborasikan dengan kurikulum
ketakhasussan yakni bahasa arab, bahasa Ingris dan kajian kitab-kitab
kuning (klasik).
Tahun 2002 berdirilah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
Takhassus yang ditujukan untuk memadukan teknologi modern dengan
disiplin ilmu ke al Qur’anan. Bersamaan dengan itu, didirikan cabang
pondok Al Asy’ariyyah beserta SMP Takhassus Al Qur’an Filial yang
bertempat di Ndero Nduwur.
KH.Muntaha Al Hafidz memiliki banyak strategi dan langkah
untuk memajukan pesantren yang telah didirikan kakek buyutnya
KH.Muntaha I (KH.Muntaha bin Nida Muhamammad). Lewat berbagai
ide segar dan inovatif, secara bertahap Pesantren Al Asy’ariyah dikelola
dan dikembangkan kiai Muntaha sesuai dengan tuntutan zaman. Setelah
menerapkan sejumlah inovasi, Pesantren al Asy’ariyah memang
berkembang sangat pesat dimasa kepemimpinan Kiai Muntaha. Para santri
berdatangan dari berbagai wilayah.
Berikut beberapa ide KH. Muntaha yang beliau curahkan semasa
hidupnya:
1. Ide di Bidang Pendidikan

Pendidikan yang menjadi bidang perjuangan KH.Muntaha terwujud


dalam pengembangan sistem pendidikan pesantren dan lembaga
pendidikan formal.Keberhasilan perjuangan KH.Muntaha dalam
mengembangkan pendidikan pesantren saat ini bisa dilihat pada
perkembangan pesat lembaga-lembaga pendidikan yang ada dibawah
naungan Yayasan Al Asy’ariyah diantaranya: Taman Kanak-
kanak(TK) Hj.Maryam,Madrasah Diniyah Wustho,Madrasah
Diniyah’Ulya,Sekolah madrasah Salafiyah Al Asy’ariyah,Tahfidzul

11
Qur’an,SD Takhasus Al Qur’an,SMP Takhasus Al Qur’an,SMA
Takhasus Al Qur’an,SMK Takhasus Al Qur’an dan Universitas Sains
Al Qur’an(UNSIQ).
2. Ide di Bidang Dakwah.

Kiai Muntaha juga banyak menetaskan ide-ide untuk pengembangan


dakwah Islam.Salah satu idenya adalah pembetukan organisasi Korps
Dakwah Santri (KODASA).Korp ini merupakan wadah bagi aktivitas
santri pondok Pesantren Al Asy’ariyah dalam mensyiarkan
Islam.Adapun aktivitas KODASA meliputi kegiatan pengembangan :
a) Qira’ah Al Qur’an
b) Bacaan Shalawat
c) Khitabah dengan menggunakan 4 (empat) bahasa yakni : bahasa
Arab,Inggris,Indonesia dan Jawa.
d) Qasidah dan rebana yang merupakan kesenian bernuansa Islami.
Sementara itu ide lain Kiai Muntaha adalah membentuk yayasan
Jam’iyatul Quro wa Dirosatil Islam.Lembaga ini merupakan jam’yah
yang berusaha mengembangkan nilai-nilai Al Qur’an ditengah
masyarakat luas.
3. Ide di Bidang Kesehatan

Ide-ide Kiai Muntaha merambah pada bidang kesehatan,salah satu


implementasi dari ide dan pemikirannya dalam bidang kesehatan
diwujudkan dengan memparakarsai berdirinya lembega pendidikan
Akademi Keperawatan(AKPER).Akper ini sekarang ada di lingkungan
Universitas Sains Al Qur’an (UNSIQ) dan memiliki nama resmi
AKPER UNSIQ.Kiai Muntaha juga berhasil mewujudkan berdirinya
poliklinik di lingkungan pesantren Al Asy’ariyah yang diberi nama
Poliklinik Hj.Maryam.Kiai Muntaha juga telah merintis dan
mendirikan balai kesehatan di Tieng,Kejajar pada tahun1986.Kiai
Muntaha juga termasuk salah seorang dari pendiri Rumah sakit Islam
(RSI)kabupaten Wonosobo.

12
4. Ide di Bidang Penyebaran Nilai-nilai Al Qur’an.

Kecintaan Kiai Muntaha terhadap al Qur’an tidak hanya diwujudkan


dengan menghafalkannya di luar kepala saja,melainkan diwujudkan
pula olehnya dengan berupaya mensosialisasikan nilai-nilai Al qur’an
pada masyarakat luas.Karena kecintaan yang begitu besar terhadap Al
Qur’an inilah,banyak ide dan pemikiran yang ia implementasikan
untuk penyebaran nilai-nilai ajaran Al Qur’an.Kia Muntaha sendiri
pernah membentuk “Tim Sembilan” untuk menyusun tafsir Al
Maudhu’I,sebuah tafsir Al Qur’an tematik sesuai dengan tema yang
aktual.Kia Muntaha juga tak melupakan pengembangan Al Qur’an
dibidang seni.Implementasi dibidang seni terutama seni kaligrafi
diwujudkannya dalam gagasan spektakuler berupa penulisan “Mushaf
Al Asy’ariyah” (mushaf Al Qur’an Akbar).
5. Ide Tenang Toleansi.

KH. Muntaha adalah tokoh dan figur pemimpin yang patut untuk
menjadi teladan.Sekalipun KH.Muntaha tokoh yang berpegang teguh
kepada ajaran NU yaitu Ahli Sunnah wal Jama’ah,akan tetapi Kiai
Muntaha memiliki jiwa yang toleran dan tidak fanatik buta.Dengan
para tokoh organisasi Muhamadiyah Kiai Muntaha memiliki hubungan
yang baik,walau dala hal pengamalan keagamaan berbeda tetapi
hubungan social dan silaturahim tetap terjalin dan terjaga dengan
baik.Himbauan dan ajakan Kiai Muntaha tersebut bisa diuraikan
sebagai berikut :
a) Umat Islam hendaknya tidak memperuncing masalah khilafiyah.
b) Umat Islam atau tokoh-tokohnya hendaknya meninggalkan
perbuatan-perbuatan atau ucapan-ucapan yang dapat menyinggung
perasaan umat Islam secara luas.

Dokumentasi KH. Muntaha Al-Hafidz


Pengasuh Pondok Pesantren Al-Asy’ariyah Kalibeber Wonosobo

13
14
Hayatuddin salah satu santri KH. Muntaha Al-Hafidz yang ditugaskan untuk
menulis Al-Qur’an Akbar di Pondok Pesantren Al-Asy’ariyah Kalibeber
Wonosobo

Delegasi Afghanistan Melihat Al-Qur’an Akbar saat kunjungan ke Pondok


Pesantren Al-Asy’ariyah Kalibeber Wonosobo

15
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pemikiran dan kiprah KH. Muntaha Al Hafidz dalam dunia
pendidikan tidak asing lagi. Langkah beliau dalam menerapkan sistem
pendidikan merupakan langkah maju yang menggabungkan pendidikan
pesantren dengan pendidikan modern bagi pengembangan sistem pendidikan
Islam. Perkembangan dalam sektor formal dan non formal ini merupakan
jawaban atas berbagai problem yang dihadapi umat Islam sekarang ini.
Pendidikan yang direalisasikan di pesantren dan sekolah pendidikan
Islam, bukan hanya sebagai lembaga yang dikenal sebagai agen menyemai
ilmu-ilmu agama saja, tetapi dapat lebih apresiatif sekaligus selektif dalam
merespon dinamika kehidupan yang berdampak pada kehidupan manusia.

B. Saran dan Kritik


Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari bahwa penyusunan
makalah ini tidak luput dari kesalahan dan kekurangan. Untuk itu kritik dan
saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan agar makalah ini bisa
bermanfaat bagi penulis, pembaca, dan bagi seluruh mahasiswa.

16
DAFTAR PUSTAKA

Muzan, Ahmad, Percikan Risalah Dakwah Mbah Muntaha, Pustaka


Fataugraha, Wonosobo.
Giddens, Anthony, Kapitalisme dan Teori Sosial Modern, (Jakarta :
Universitas Indonesia (UI-Press) 1986).
Suryono, Elis, Munir, Samsul, Amin, Biografi KH. Muntaha Al Hafidz.
Ensiklopedi Nasional Indonesia, PT. Cipta Adi Pustaka, 1990 Cet.
Pertama
https://kbbi.web.id/karisma diakses pada tanggal 22 November 2019
https://republika.co.id/berita/koran/news-update/16/09/14/odh74623-kh-
muntaha ahli-alquran-dan-pendidik-ulung, diakses pada tanggal 24 November
2019.
https://talimulquranalasror.blogspot.com/2019/05/ternyata-seluruh-organ-
dalam-mbah.html diakses pada tanggal 27 November 2019.
J. Rebiru, Dasar-Dasar Kepemimpinan, (Jakarta : CV. Pedoman Ilmu
Jaya, 1992), Cet. IV.
Haris, Miftahul, Strategi Dakwah KH. Muntaha Al Hafidz dalam
pengembangan Islam di Indonesia.
Nasokah, Peran Kepemimpinan Kharismatik Dalam Pengembangan
Institusi-Institusi Pendidikan Islam, Tesis IAIN Walisongo, Semarang, 2004.
Partanto, Pius A. M. Dahlan Al-Barry, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya:
Arkola, 1994).
Tim Pennulis Buku Panduan, Buku Panduan UNSIQ 2007-2008, LP3M
UNSIQ, Wonosobo, 2002.
Tim Penyusun, Profil PPTQ Al Asy’ariyyah, PPTQ Al Asy’ariyyah,
2005.
Wawancara dengan KH. Habibullah Idris pada tanggal 10 Agustus 2008.

Anda mungkin juga menyukai