Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

TEKNOLOGI FARMASI SOLIDA

KAPSUL KERAS

Disusun Oleh:

Kelompok 1A

Abdullah Fadli Husni Thanmrin (170106001)

Ajeng Wualandari (170106002)

Almadita Rizkia (170106003)

Ivon Resti Adidah (170106026)

Khusnul Rizaldi (170106027)

PROGRAM STUDI FARMASI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANDUNG

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan anugrah dari-Nya kami
dapat menyelesaikan makalah tentang “Kapsul Solida”ini. Sholawat dan salam semoga
senantiasa tercurahkan kepada junjungan besar kita, Nabi Muhammad SAW yang telah
menunjukkan kepada kita semua jalan yang lurus berupa ajaran agama islam yang sempurna
dan menjadi anugrah terbesar bagi seluruh alam semesta.

Penulis sangat bersyukur karena dapat menyelesaikan makalah yang menjadi tugas
Teknologi Farmasi Solida dengan judul “Kapsul Solida”. Disamping itu, kami
mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu kami selama
pembuatan makalan ini berlangsung sehingga dapat terealisasikanlah makalah ini.

Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
para pembaca. Kami mengharapkan kritik dan saran terhadap makalah ini agar kedepannya
dapat kami perbaiki. Karena kami sadar, makalah yang kami buat ini masih banyak terdapat
kekurangannya.

Bandung, 28 Desembar 2019

Tim Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Farmasi adalah suatu profesi kesehatan yang berhubungan dengan pembuatan
dan distribusi dari produk yang berkhasiat obat, ini meliputi seni dan ilmu
pengetahuan dari sumber alam atau sintetik menjadi material atau produk yang
cocok dipakai untuk mencegah, dan mendiagnosa penyakit. Dalam farmasi juga
mempelajari berbagai ilmu terapan, diantaranya adalah matematika, fisika,
biologi, kimia, dan masih banyak cabang ilmu lainnya. Ilmu yang mendasari dari
farmasi yaitu farmasetika (Anief, 2005).
Farmasetika merupakan ilmu yang mempelajari tentang cara penyediaan obat
meliputi pengumpulan, pengenalan, pengawetan, dan pembakuan bahan obat-
obatan, seni peracikan obat, serta pembuatan sediaan farmasi menjadi bentuk
tertentu hingga siap digunakan sebagai obat, serta perkembangan obat yang
meliputi ilmu dan teknologi pembuatan obat (Syamsuni, 2006).
Obat adalah semua bahan tunggal atau campuran yang digunakan oleh semua
mahluk hidup bagian dalam maupun bagian luar, guna mencegah, meringankan,
maupun menyembuh penyakit. Secara umum menurut bentuk sediaannya, obat
terbagi atas 3 macam yaitu sediaan cair, sediaan semi padat dan sediaan
padat. Dalam praktikum kali ini kami membuat salah satu bentuk sediaan padat
yaitu kapsul (Ansel, 1989).
Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras atau
lunak yang dapat larut. Cangakng kapsul umumnya terbuat dari gelatin; tetapi
dapat juga terbuat dari pati atau bahan lainnya yang sesuai (Dirjen POM, 1995).
Mengingat pentingnya pengetahuan mengenai cara pembuatan sediaan kapsul
yang baik dan benar serta, apa saja yang harus diperhatikan saat pembuatan kapsul
maka dilakukan praktikum ini.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1. Bagaimana sejarah penemuan kapsul?
1.2.2. Apa yang dimaksud dengan kapsul?
1.2.3. Apa saja macam-macam kapsul?
1.2.4. Bagaimana cara pembauatan cangkang kapsul keras?
1.2.5. Bagaimana cara pengsisian kapsul?
1.2.6. Apa saja faktor yang dapat merusak kapsul?
1.3 Tujuan
1.3.1. Mengetahui sejarah penemuan kapsul
1.3.2. Mengetahui pengertian kapsul
1.3.3. Mengetahui macam-macam kapsul
1.3.4. Mengetahui cara pembauatan cangkang kapsul keras
1.3.5. Mengetahui cara pengsisian kapsul
1.3.6. Mengetahui faktor yang dapat merusak kapsul
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Dasar Teori

II.1.1. Sejarah Kapsul

Kapsul dengan cangkang keras dari gelatin pertama kali dibuat di


prancis pada tahun 1834 oleh Mothes dan DuBlanc, akan tetapi kapsul
dengan cangkang ini memiliki kekurangan seperti mudah rapuh apabila
disimpan pada tempat yang lembab dalam waktu yang lama dan gelatin
banyak diperoleh dari tulang, kulit dan jaringan ikat hewan seperti babi
dan sapi, hal ini tentu membatasi vegetarian untuk mengkonsumsinya
dan menjadi perdebatan dikalangan hindu dan muslim karena larangan
mengkonsumsi sapi dan babi. Seiring perkembangan zaman dilakukan
percobaan percobaan untuk menggantikan peran gelatin sebagai bahan
pembuat cangkang kapsul.

II.1.2. Pengertian Kapsul

Menurut Dirjen POM (1979), kapsul adalah sediaan obat terbungkus


cangkang kapsul, keras atau lunak. Sedangkan menurut Ansel (2005),
kapsul dapat didefinisikan sebagai bentuk sediaan padat, dimana satu
macam obat atau lebih dan/ atau bahan inert lainnya yang dimasukkan ke
dalam cangkang atau wadah kecil yang dapat larut dalam air

Kapsul cangkang keras dapat juga terdiri dari :

a. Zat warna yang diijinkan atau zat warna dari berbagai macam
oksida besi
b. Bahan opak/pemburan seperti titanium dioksida.
c. Bahan pendispersi.
d. Bahan pengeras seperti sukrosa.
e. Pengawet

II.1.3. Macam-macam Kapsul

Macam-macam kapsul menurut Anief (1986), yaitu:

1. Kapsul gelatin keras


Kapsul gelatin keras merupakan kapsul yang mengandung gelatin,
gula, dan air. Kapsul dengan tutup diberi warna-warna. Diberi tambahan
warna adalah untuk dapat menarik dan dibedakan warnanya. Menurut
besarnya, kapsul diberi nomor urut dari besar ke kecil sebagai berikut:
no. 000; 00; 0; 1; 2; 3. Kapsul harus disimpan dalam wadah gelas yang
tertutup kedap, terlindung dari debu, kelembaban dan temperatur yang
ekstrim (panas).
Gambar 1. cangkang kapsul gelatin keras
2. Kapsul cangkang lunak
Kapsul lunak merupakan kapsul yang tertutup dan diberi warna
macam-macam. Perbedaan komposisi kapsul gelatin lunak dengan
kapsul gelatin keras yaitu gula diganti dengan plasticizer yang
membuat lunak, 5% gula dapat ditambahkan agar kapsul dapat
dikunyah. Sebagai plasticizer digunakan gliserin dan sorbitol atau
campuran kedua tersebut, atau polihidris alkohol lain.

Gambar 2. Cangkang kapsul lunak


3. Kapsul cangkang keras
Kapsul cangkang keras biasanya diisi dengan serbuk, butiran,
atau granul. Bahan semi padat atau cairan dapat juga diisikan ke dalam
kapsul cangkang keras, tetapi jika cairan dimasukkan dalam kapsul,
salah satu teknik penutupan harus digunakan untuk mencegah
terjadinya kebocoran. Kapsul cangkang keras dapat diisi dengan
tangan. Cara ini memberikan kebebasan bagi penulis resep untuk
memilih obat tunggal atau campuran dengan dosis tepat yang paling
baik bagi pasien. Fleksibelitas ini merupakan kelebihan kapsul
cangkang keras dibandingkan bentuk sediaan tablet atau kapsul
cangkang lunak.
Gambar 3. Cangkang kapsul keras

Perbedaan kapsul keras dan kapsul lunak.

Kapsul keras Kapsul lunak

 terdiri atas tubuh dan  satu kesatuan


tutup  selalu sudah terisi
 tersedia dalam bentuk  isi biasanya cair, dapat
kosong juga padat
 isi biasanya padat, dapat  bisa oral, vaginal, rectal,
juga cair topikal
 cara pakai per oral  bentuknya bermacam –
 bentuk hanya satu macam macam

II.1.4. Cara Pembuatan Cangkang Kapsul Keras


Pembuatan larutan gelatin 25–30 %. Bahan dasar kapsul
(gelatin) dilarutkan dalam air panas yang telah di demineralisasi. Bahan
tambahan seperti pengawet dan pewarna juga dicampurkan ke dalam
larutan gelatin sehingga membentuk campuran yang homogen. Bahan
dasar ini dimasukkan ke dalam mesin pembuatan kapsul untuk dicetak
menjadi cangkang kapsul yang siap untuk digunakan.
Cangkang kapsul yang sudah jadi akan diperiksa sesuai dengan
standar cGMP. Selain pemeriksaan itu, dimensi kapsul seperti ketebalan,
diameter dan tinggi kapsul, akan diperiksa untuk memastikan cangkang
kapsul siap digunakan pada proses pengisian kapsul.
Gambar 4. Mesin pembuatn cangkang kapsul

II.1.5. Formula dan Cara Pembuatan Kapsul Keras


Pada prinsipnya cara peracikan kapsul cangkang keras, khususnya di apotek,
terdiri dari 6 tahap yaitu :

a. Pengecilan ukuran partikel


Pengecilan ukuran partikel dalam peracikan kapsul dilakukan
dengan cara yang sama dengan peracikan sediaan serbuk.
b. Pencampuran bahan
Proses pencampuran bahan obat dan bahan tambahan, baik bahan
padat, setengah padat maupun bahan cair yang cocok dalam jumlah yang
tetap pada bahan obat supaya dapat memenuhi isi kapsul
c. Pemilihan ukuran kapsul
Pada umumnya, kapsul gelatin keras digunakan untuk bahan obat
atau campuran bahan obet berbentuk serbuk dengan bobot antara 65 mg -1
g. bila bobot bahan obat terlalu kecil, dapat ditambahkan bahan pengisi yang
inert.
Pengisian kapsul yang benar, sebaiknya bagian induknya terisi penuh
dengan campuran obat, sedangkan bagian tutup masuk sepenuhnya ke
bagian induk untuk memastikan bahan obat tertutup rapatdalam kapsul.
Bagian tutup tidak digunakan untuk wadah campuran obat, melainkan untuk
menahannya agar tetap berada didalam kapsul. Ukuran kapsul harus dipilih
sedemikian rupa sesuai dengan kebutuhan.
Jika bobot bahan obat terlalu besar untuk dimasukkan kedalam satu
kapsul, maka dapat dipakai dua atau lebih kapsul dengan ukuran yang lebih
kecil untuk tiap takaran dosis dengan menyesuaikan aturan pemakaiannya.

d. Pengisian kapsul
Terdapat perbedaan cara pengisian kapsul antara bahan obat
padat/serbuk dengan cair. Umumnya pegisian dapat dilakukan dengan
tangan (tanpa alat) ataupun dengan bantuan alat pengisian kapsul
sederhana.
 Bahan obat padat/serbuk
Pengisian kapsul cangkang keras dalam skala kecil di apotek dapat
dilakukan dengan ataupun tanpa bantuan alat.
 Cara blocking and dividing
Cara ini sama dengan pada pembagian sediaan serbuk, yang
kemudian dilanjutkan dengan pengisian kedalam kapsul dengan bantuan
spatel.
 Metode punching
Pengisian kapsul dalam jumlah kecil di bidang farmasi biasanya
digunakan metode punching. Dengan cara ini, serbuk diletakkan diatas
selembar kertas, kemudian dibuat datar dengan ketinggian sekitar 1/3
panjang badan kapsul. Induk kapsul diisi dengan cara menekan ujung
yang terbuka berulang-ulang pada serbuk. Rasa sentuhan digunakan
untuk menentukan apakah kapsul sudah terisi penuh, karena isi kapsul
bervariasi tergantung kemampatannya. Untuk menjamin keseragaman
bobot isi kapsul, sebaiknya dilakukan pengecekan dengan penimbangan.

Cara yang sering dipraktekkan dala peracikan di apotek adalah mula-


mula dilakukan pembagian serbuk secara visual, selanjutnya serbuk
dimasukkan kedalam kapsul. Tahapan yang dilakukan :
 Campuran bahan obat dibagi sesuai dengan jumlah yang
diinginkan secara visual (prinsip pembagian sama dengan
pada peracikan sediaan serbuk terbagi).
 Masukkan setiap bagian serbuk kedalam induk kapsul ± 2/3
volumenya dengan cara mendorong bagian mulut induk
kapsul dalam posisi miring ke arah campuran serbuk.
 Induk kapsul yang telah terisi selanjutnya dibalik dan
ditekan-tekan pada sisa serbuk sampai seluruh serbuk masuk
kedalam kapsul.
 Tutup kapsul dengan sempurna. Umumnya tutup kapsul
menutup sebagian induk kapsul.
e. Pembersihan kapsul
Pembersihan kapsul bertujuan agar kapsul tetap terjaga dan tidsk
merusak kapsul yang sudah jaga serta menjaga kebersihan kapsul saat
pengemasan
f. Pengemasan dan pemberian etiket serta label
Pengemasan dan pemberian etiket adalah hal yang sangat penting.
Karena sebagai tanda bahwa kapsul sudah siap digunakan dan diedarkan
dan untuk memberika petujuk untuk konsumen sat penggunaan serta
menjaga kondisi kapsul agar tetap steril dan layak digunakan.

II.1.6. Ukuran Cangkang Kapsul

Ukuran cangkang kapsul keras bervariasi dari nomor paling kecil (5)
sampai nomor paling besar (000), kecuali ukuran cangkang untuk hewan.
Umumnya ukuran (00) adalah ukuran terbesar yang dapat diberikan
kepada pasien ( Dirjen POM, 1995).
No. Ukuran Asetosal (gr) Natrium bikarbonat (gr) NBB (gr)

000 1 1,4 1,7

00 0,6 0,9 1,2

0 0,5 0,7 0,9

1 0,3 0,5 0.6

2 0,25 0,4 0,5

3 0,2 0,3 0,4

4 0,15 0,25 0,25

5 0,1 0,12 0,12

Tabel 1. Ukuran dan berat cangkang kapsul (Soetopo, 2004)

II.1.7. Cara Penyimpanan Kapsul

Gelatin bersifat stabil di udara bila dalam keadaan kering, akan tetapi
mudah mengalami peruraian oleh mikroba bila menjadi lembab atau bila
disimpan dalam larutan berair. Oleh karena itu kapsul gelatin yang lunak
pada pembuatannya ditambahkan bahan pengawet untuk mencegah
timbulnya jamur dalam cangkang kapsul. Bila mana di simpan dalam
lingkungan dengan kelembaban yang tinggi, penambahan uap air akan di
absorpsi (diserap) oleh cangkang kapsul dan kapsul tersebut akan
mengalami kerusakan dari bentuk dan kekerasannya (Ansel, 1989).

Cangkang kapsul kelihatannya keras, tetapi sebenarnya masih


mengandung air dengan kadar 10-15% menurut Farmakope Indonesia
edisi IV dan 12-16% menurut literatur dari Syamsuni 2006. Jika disimpan
di tempat yang lembab, kapsul akan menjadi lunak dan melengket satu
sama lain serta sukar dibuka karena kapsul itu dapat menyerap air dari
udara yang lembab. Sebaliknya, jika disimpan di tempat yang terlalu
kering, kapsul itu akan kehilangan airnya sehingga menjadi rapuh dan
mudah pecah (Syamsuni, 2006).

Oleh karena itu, menurut Syamsuni (2006), penyimpanan kapsul


sebaiknya dalam tempat atau ruangan yang:

a. Tidak terlalu lembab atau dingin dan kering.


b. Terbuat dari botol-gelas, tertutup rapat, dan diberi bahan
pengering (silika gel).
c. Terbuat dari aluminium-foil dalam blister atau str.
d. Dalam blister (strip alufoil).
II.1.8. Keuntungan dan Kerugian Kapsul

Keuntungan kapsul menurut Syamsuni (2006), yaitu:

a. Bentuknya menarik dan praktis.


b. Cangkang kapsul tidak berasa sehingga dapat menutupi obat yang
berasa dan berbau tidak enak.
c. Mudah ditelan dan cepat hancur atau larut dalam lambung sehingga
obat cepat diabsorpsi.
d. Dokter dapat mengkombinasikan beberapa macam obat dan dosis
yang berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan pasien.
e. Kapsul dapat diisi dengan cepat karena tidak memerlukan bahan
zat tambahan atau penolong seperti pada pembuatan pil maupun
tablet.

Kerugian kapsul menurut Syamsuni (2006), yaitu:

a. Tidak dapat untuk zat-zat yang mudah menguap karena pori-pori


kapsul tidak dapat menahan penguapan.
b. Tidak dapat untuk zat-zat yang higroskopis (menyerap lembab).
c. Tidak dapat untuk zat-zat yang dapat bereaksi dengan cangkang
kapsul
d. Tidak dapat diberikan untuk balita.
e. Tidak dapat dibagi-bagi.

II.1.9. Cara Pengisian Kapsul Keras


a. Pengisian cairan ke dalam kapsul keras
1. Zat-zat setengah cair atau cairan kental
Misalnya ekstrak-ekstrak kental dalam jumlah kecil dapat
dikapsul sebagai serbuk sesudah dikeringkan dengan bahan-bahan
inert, tetapi kalau jumlahnya banyak yang jika dikeringkan
membutuhkan terlalu banyak bahan inert, maka dapat dibuat
seperti massa pil dan dipotong-potong sebanyak yang diperlukan
baru dimasukkan ke dalam cangkang keras dan direkat.
2. Cairan-cairan
Untuk cairan seperti minyak-minyak lemak dan cairan lain
yang tidak melarutka gelatinnya dapat langsung dimasukkan
dengan pipet yang telah ditara. Sesudah itu tutup kapsul harus
ditutup (diseal) supaya cairan yang ada di dalamnya tidak bocor
atau keluar. Untuk cairan-cairan seperti minyak menguap, kreosot,
atau alcohol yang akan bereaksi dengan minyak lemak sampai
kadarnya di bawah 40% sebelum dimasukkan ke dalam kapsul,
kapsul diletakkan dalam posisi berdiri pada sebuah kotak,
kemudian cairan diteteskan dengan pipet yang sudah ditara dengan
tegak lurus, setelah iu ditutup. (Anonim,2007)
b. Pengisian Serbuk Atau Granul Pada Kapsul Keras
Kapsul gelatin keras terdiri dari dua bagian yaitu bagian dalam /
induk yaitu bagian yang lebih panjang (biasa disebut badan kapsul)
dan bagian luar/tutup. Kapsul demikian juga disebut Capsulae
Operculatae. Umumnya ada lekuk khas pada bagian tutup dan induk
untuk memberikan penutupan yang baik bila bagian induk dan tutup
cangkangnya dilekatkan, untuk mencegah terbukanya cangkang
kapsul yang telah diisi, selama transportasi dan penanganan.
c. Ada 3 macam cara pengisian kapsul secara umum yait:
1. Tangan
Cara ini merupakan cara yang paling sederhana karena
menggunakan tangan tanpa bantuan alat lain. Cara ini sering
dikerjakan di apotek untuk melayani resep dokter, dan
sebaiknya menggunakan sarung tangan untuk mencegah alergi
yang mungkin timbul. Untuk memasukkan obat kedalam kapsul
dapat dilakukan dengan membagi serbuk sesuai jumlah kapsul
yang diminta. Selanjutnya, tiap bagian serbuk tadi dimasukkan
kedalam badan kapsul lalu ditutup.

Gambar 5. Pengsisian kapsul dengan tangan


2. Alat bukan mesin
Alat yang dimaksud disini adalah alat yang
menggunakan tangan manusia. Dengan menggunakan alat ini
akan didapatkan kapsul yang lebih seragam dan pengerjaannya
dapat lebih cepat sebab sekali cetak dapat dihasilkan berpuluh-
puluh kapsul. Alat ini terdiri dari dua bagian yaitu bagian yang
tetap dan bagian yang bergerak.
Cara pengisiannya yaitu :
1) Buka bagian-bagian kapsul
2) Badan kapsul dimasukkan ke dalam lubang pada
bagian obat yang tidak bergerak/ tetap.
3) Taburkan serbuk yang akan dimaksudkan kedalam
kapsul.
4) Ratakan dengan bantuan alat kertas film.
5) Tutup kapsul dengan cara merapatkan atau
menggerakkan bagian alat yang bergerak.

Gambar 6. Alat yang bukan mesin


3. Alat mesin
Untuk memproduksi kapsul secara besar-besaran dan
menjaga keseragaman kapsul, perlu digunakan alat otomatis
mulai dari membuka, mengisi sampai menutup kapsul.

Gambar 7. Mesin pengisian kapsul


II.1.10. Factor-faktor yang Merusak Cangkang Kapsul
a. Mengandung zat-zat yang mudah mencair (higroskopis)
Zat ini tidak hanya menghisap lembab udara tetapi juga akan
menyerap air dari kapsulnya sendiri sehingga menjadi rapuh dan
mudah pecah. Penambahan lactose/amylum akan menghambat
proses ini. Contoh: kapsul yang mengandung KI, NaI, NaNo2, dsb.
b. Mengandung campuran eutecticum
Zat yang dicampur akan memilih titik lebur lebih rendah
daripada titik lebur semula sehingga menyebabkan kapsul
rusak/lembek. Contohnya kapsul yang mengandung asetosal
dengan hexamine atau champor dengan menthol. Hal ini dapat
dihambat dengan mencampur masing-masing dengan bahan inert
lalu keduanya dicampur.
c. Mengandung minyak menguap, kreosot, atau alcohol
d. Penyimpanan yang salah
e. Di tempat lembab, cangkang menjadi lunak dan lengket serta sukar
dibuka karena kapsul tersebut menghisap air dari udara yang
lembab tersebut
f. Di tempat terlalu kering, kapsul akan kehilangan air sehingga
menjadi rapuh dan mudah pecah.
KESIMPULAN SAMA DAFTAR PUSTAKANYA BENERIN YAAAA

BAB III

PENUTUP

III.1. Kesimpulan

Pembuatan kapsul menggunakan metode pengisian kapsul dengan


tangan dapat dilakukan dengan cara serbuk obat yang telah halus dan
homogen, dibagi diatas kertas perkamen sebanyak jumlah kapsul yang
diminta, kemudian tiap bagian serbuk dimasukkan satu per satu kedalam
kapsul. Setelah itu kapsul ditutup sampai berbunyi klik sebagai tanda kapsul
telah tertutup dengan rapat..
DAFTAR PUSTAKA

Anief, M. 1986. Ilmu Farmasi. Jakarta: Ghalia Indonesia

Ansel, H.C. 1989. Penghantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi 4. Jakarta: UI Press.

Ansel, H.C. 2005. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Edisi keempat. Jakarta: UI Press.

British Pharmacopoeia. 2009. British Pharmacopoeia. London: The British Pharmacopoeia


Commission.

Champion, M.C., et al. 1986. Domperidone, A New Dopamine Antagonist. Canadian


Medical Association Journal

Debjit, dkk,. 2009. Traditional and Medicinal. Journal of Medicinal Plants Studies.

Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi ketiga. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

Dirjen POM. 1995. Farmakope Indonesia Edisi ke-IV. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

Nugroho, A. 2012. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Intellectul capital Disclousure.


Accounting Analysis journal .

Pratiwi, Sylvia T. 2008. Mikrobiologi Farmasi. Bandung: Erlangga.

Soetopo. 2004. Ilmu Resep Teori. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

Syamsuni, H.A.2006. Ilmu Resep. Jakarta: EGC.

Sweetman, S.C. 2009. Martindale 36 The Complete Drug Refeence. London: The
Parmaceutical Press.

Anda mungkin juga menyukai