HKM Inter Abdul PDF
HKM Inter Abdul PDF
DI INDONESIA
ABDUL RAHMAN
GBHN 1993 Bab 1 huruf c butir 5 dinyatakan bahwa sasaran jangka panjang
pembangunan bidang hukum untuk pembangunan jangka panjang tahap II ialah:
1
Ita Gembiro, Pemindahan Teknologi dan Pengaturannya Dalam Peraturan
Perundang Kompilasi Dalam Aspek-aspek Hukum Dari Pengaruh Teknologi,
Menado, 1978, hal.1
2
UU No.13/1997 Tentang Perubahan UU No.6/1982 Tentang Hak Cipta
Pengaturan hukum dalam bidang alih teknologi baik yang berkaitan dengan
lisensi maupun yang berkaitan dengan penanaman modal asing.
Untuk itu perlu menjabarkan dengan tegas dan harus bagaimana mekanisme
pengalihan teknologi dari pemilik teknologi asing kepada teknologi Indonesia,
sehinga produksi suatu teknologi akan lebih meluas ke negera-negara berkembang.
3
Penyelesaian UU No.12/1997 Tentang Hak Cipta
4
Heliantoro, Perjanjian Lisensi Dalam Menunggang Pembangunan Dalam Majalah
Hukum Dan Pembangunan, No.2 April 1988, Jakrata, hal.161
5
Ita Gembiro, op.cit., hal.172
Alih teknologi pada kenyataannya harus dibeli dengan harga tinggi. Teknologi
pada hakekatnya telah menjadi komoditi yang mahal dan langka karena banyak
diminta keadaan tersebut makin tertampilkan karena alih teknologi PMA selalu
dikaitkan dengan bidang yang menjadi otoritas IPR (Intelektual Property Right). IPR
telah larut dalam tahap pemilihan teknologi yang digunakan, pada tahap produksi
dan begitu pula pada saat produk dipasarkan. Bahkan disinyalir IPR telah menjadi
komoditi dagang itu sendiri.6
Kita dapat melihat bahwa alih teknologi bukan merupakan hal yang mudah dan
murah tapi sesuatu yang mahal. Membutuhkan perhitungan yang matang dalam
kerangka memajukan teknologi dalam era globalisasi. Indonesia dalam menghadapi
era globalisasi mau tidak mau harus berani menerapkan perjanjian alih teknologi
dalam kerangka menghindarkan ketertinggalan dengan negara lain pada era
globalisasi.
ad.1. Masalah teknis yuridis, menyangkut hal-hal yang berupa tata cara dalam
pembentukan, pengundangan dan pemberlakuan aturan hukum.
ad.2. Masaalah substansi aturan hukum berfokus dan berpersoalan materi yang
menjadi muatan aturan yang akan diciptakan.
ad.3. Pembentukan aturan hukum bersandar pada kebijaksanaan Nasional yang
lazim dituangkan keberbagai peraturan perundangan peraturan yang lebih
rendah tidak boleh bertentangan dengan peraturan yang lebih tinggi
peringkatnya .
Globalisasi akan merupakan peluang bila mana kita siap dan dapat
memanpaatkannya dengan baik serta berusaha mengatasi bahaya-bahayanya bagi
kehidupan nasional. Sebaiknya akan menimbulkan musabab apabila kita tidak siap
dengan global vision dan hanyut bersama sisi-sisi berbahaya bagi kehidupan nasional
tersebut antara lain adalah saling ketergantungan antara bangsa semakin meningkat
berlakunya standar-standar baku antara nasional di berbagai kehidupan
kecenderungan melemahnya ikatan-ikatan etponosentrik dan ikatan-ikatan nasional,
dominasi modal asing dan peran serta yang paling kuat, berkembangnya konsep
kesejahteraan regional dan global serta perobahan sosial yang sangat cepat
(pandangan lotge)8 Untuk itu perlu diperhatikan pengembangan peraturan akhir
6
Insan Budi Manlana, Catatan Kecil UU Buruh Baruh, Kumpulan Makalh Berjudul
Strategi Bisnis di Bidang Hak Cipta LPIHM, Institute of Business Low & Legal
Manajemen Jakarta
7
Kastorius Sinaga dkk, Hukum dan Pembangunan Badan Pendidikan dan Pelatihan
Departemen Dalam Negeri, Jakarta, 1997, hal.19
8
Muladi , Penegakan Hukum dan Peningkatan Demokrasi di Indonesia, dikutip
dalam Kompilasi Hukum dan Pembangunan
Sejak tahun 1970, di sadari bahwa penanaman modal asing perusahaan asing
yang melakukan kontrol dengan berbagai negara berkembang dalam hal ini
Indonesia, membangun modal teknologi dan berbagai keahlian ke Indonesia,
memburu modal teknologi dan berbagai keahlian ke Indonesia. Konsiderans UU No.
1/67 tentang PMA pada konsiderans point a jo c. Bahwa kelemahan ekonomi
potensial yang dengan karunia Tuhan Yang Maha Esa terdapat banyak diseluruh
wilayah tanah air kita yang belum diolah untuk dijadikan kekuatan ekonomi riil yang
antara lain yang disebabkan karena ketiadaan modal, pengalaman dan teknologi.
Bahwa pembangunan ekonomi berarti pengolahan ekonomi potensial menjadi
kekuatan ekonomi riil melalui penanaman modal, penggunaan teknologi,
penambahan pengetahuan, peningkatan, keterampilan, kemampuan berorganisasi
dan manajemen. Kebijakan itu dituangkan lebih lanjut pada pasal 12 UU No../67
tentang PMA. Perusahaan modal asing berkewajiban menyelenggarakan dan/atau
menyediakan fasilitas latihan dan pendidikan di dalam dan di luar negeri secara
teratur dan terarah bagi warga negara Indonesia agar berangsur-angsur warga
negara asing dapat diganti oleh tenaga-tenaga warga negara Indonesia. Tenaga
kerja Indonesia selama bekerja diperusahaan asing tersebut dapat menambah
pengalaman keterampilan dan menerima sistim kerja, sistim pendayagunaan
peralatan mutahir dipakai oleh perusahaan, sehingga pada akhirnya dapat
menguasai teknologi tersebut untuk selanjutnya dimanfaatkan sendiri guna
menunjang pembangunan Indonesia. Dengan kata lain tenaga kerja Indonesia dapat
menggantikan tenaga kerja asing bilamana perusahaan asing tersebut tidak di
Indonesianisasi.
9
Erman radja Gukguk Oleh, Hukum Investasi, Jakarta, hal.512
Lisensi karena berlakunya semua hukum ialah lisensi yang diambil dari
peraturan hukum yang berlaku UU No. 13 tahun 1997 tentang perubahan atas
Undang-undang nomor 6 tahun 1989 memuat aturan tentang lisensi sebagai berikut:
pasal 82 UU paten tersebut berbunyi:
1. Setiap orang setelah lewat jangka waktu 36 (tiga puluh enam) belum terhitung
syah tinggal pemberian paten dapat mengajukan lisensi wajib kepada pengadilan
negeri untuk melaksanakan paten yang bersangkutan.
2. Permintaan lisensi wajib sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 hanya dapat
dilakukan dengan alasan bahwa paten yang bersangkutan tidak dilaksanakan di
Indonesia oleh pemegang paten. Pada hal kesempatan untuk melaksanakan
secara komersial sepatutnya ditumpuk.
3. Permintaan lisensi wajib dapat juga diajukan setiap saat setelah paten diberikan
atas dasar alasan bahwa paten telah dilaksanakan oleh pemegang paten atau
pemegang lisensinya dalam bentuk dan dengan cara yang merugikan
kepentingan masyarakat.
4. Dengan memperhatikan kemampuan dan perkembangan keadaan, pemerintah
awal pelaksanaan Undang-undang ini pada pengadilan tertentu.
Lisensi wajib ini diberikan tidak lain karena keperluan. Pasar dan penerima
lisensi wajib untuk membayar royalti kepada pemegang paten dengan harga yang
mereka sepakati bersama.
10
Ibid...
Dan ketentuan di atas, jika tidak diatur dengan jelas dalam perjanjian lisensi
tersebut tentang jumlah barangnya wilayah jual dan larangan untuk ekspor suatu
produk asing.
Untuk masalah paten ini ada diatur dua model paten (lihat psl 17 ayat 1 UU
paten No. 13/1977) dimana pemegang paten mempunyai hak khusus untuk
melaksanakan patennya dan melarang orang lain tanpa persetujuannya.
1. Dalam hal paten produk; membuat, menjual, mengimpor, menyewakan,
menyerahkan, memakai, menyediakan untuk dijual atau disewakan atau
diserahkan hasil produksinya yang diberi paten.
2. Dalam hal paten proses, menggunakan proses produksi yang diberi paten untuk
membuat barang.
Dengan demikian maka paten tidak dapat begitu saja ditiru dan dilisensi
tanpa persetujuan pemegang paten asing pemegang paten asing masih dapat
melakukan perlindungan hukum atas patennya di Indonesia.
Untuk itu kalau terjadi pejanjian lisensi antara pihak asing dan Indonesia
dapat didaftarkan perjanjian tersebut kepada kantor paten. Bagaimana kalau para
pihak mamakai asas konsensualitas dalam berkontrak dan mereka tidak
mendaftarkan kontrak mereka ke kontor paten.
Untuk itu diminta kepada investor asing untuk mendaftarkan lisensi tersebut
kepada kantor paten agar kepentingan dapat terlindungi.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
1. Anonim, UU No. 12/1997 tentang perubahan UU No. 6/1982 tentang hak cipta.
5. Ita Gambiro, Aspek-Aspek Hukum dan Pengalihan teknologi, BPHN, tahun 1978
6. Insan Budi Manlana, Catatan Kecil Up Merek Baru Kumpulan Makalah LPIHM,
Institute of Buslnees, Jakarta.
7. Kostorus Sinaga, Hukum dan Pembangunan Laurel Hevdir, Muladi dan Yusril
Mahendra, Kumpulan Makalah Badan Pendidikan dan Pelatihan Depdagri,
Jakarta, 1997