Kisah ini terjadi saat aku masih dibangku Sekolah Dasar kelas 3 dan masih polos
polosnya. Waktu itu saat libur sekolah yang agak panjang dan banyak waktu luang. Kami
memilih untuk memancing dan mencari ikan karena didekat rumah ada Kali alias sungai
yang masih jernih dan ikan ikan kecil gesit yang sangat sulit ditangkap atau kami
pancing. Hasil tangkapan kami pelihara dikolam kecil yang bapak ku buat khusus untuk
ikan kecil, kebanyakan ikan wader atau sepat yang kami dapat dan kebanyakan mati
setelah kami pelihara beberapa hari bahkan beberapa jam terus mendapat ikan kecil
“Mana….???”
“Ada deh”
“Yap tul”
“Beneran nih?”
“siap!”
Dan kami pun sepakat. Keesokan harinya aku pun membawa jaring kesayanganku dan
“Iya bentar”
“kita nyarinya di kolam vin, lo mau tenggelem nyari ikan pkek jaring udah
Kami pun pergi ke pondok al amien sambil mengendap endap dan berasa seperti
agen mata mata yang sedang menjalankan misi. Sambil mengendap endap situasi pun
juga kami awasi kalau kalau ada santri dan untungnya pada saat itu para santri sedang
mengaji jadi kami langsung melancarkan misi mencari ikan Radif di bagian memancing
sedangan aku menjaga jikalau ada santri lewat. Tak ada setengah jam kami
memperoleh ikan yang besar besar dan bergegas kabur dari pondok.
besok akan memancing lagi tapi di dalam hati kecilku aku merasa bersalah mencuri ikan
di pondok aku pun menolak dan beralasan ada acara keluarga. Keesokan harinya Radif
mengulangi hal yang sama sendirian tanpa aku dengan membawa pancing pamannya.
Beberapa jam setelah itu Radif datang kerumahku sambil membawa ikan tapi aku
menolaknya karena aku tau itu ikan curian. Radif pun mengajak ku memancing ikan di
pondok lagi tapi aku menolaknya Radif terus memaksaku tapi aku pun tetap menolaknya
dan akhirnya dia pun menyerah dan ingin mengajak ku memancing di kali dengan hasil
ikan tangkapan yang kecil tapi meskipun begitu itu lebih menyenangkan dan aku
menerima ajakannya dan kami pun kembali memancing seperti biasa. Setelah lama
menunggu untuk ikan yang kecil yang belum kami dapat kami pun menyerah dan
mencoba mencari ikan dengan jaring. Kami menyusuri setiap celah batu, dibawah
tumbuhan, dibawah lumut, di rongga rongga kayu dan hasilnya pun lebih memuskan dari
Keesokan harinya pun Radif datang kerumahku dengan membawa jaring nya
sendiri.
“Sorry dif semenjak nyari ikan kemarin kaki ku gatal semua jadi lain kali aja ya”
“hmmm….bagaimana kalo kita mancing di pondok kan nggak akan buat kaki gatal
tuh”
Dan kami pun berangkat mencari ikan di pondok. Kali ini cara memancing kami
berbeda dan kecil kemungkinan bakal ketahuan karena radif merlemparkan joran ke
kolam dari balik dinding yang mengerlilingi pondok dan aku hanya mengawasi jika ada
santri lewat. Tak lama kami memancing tiba tiba ada santri yang mengetahui
keberadaan kami karena ikan yang Radif dapat tersangkut di batang kayu.
Radif lari “DIIFF KABUUURR!!” aku berlari tetapi pancing Radif masih tersangkut
tanpa pikir panjang kami berdua menarik pancingan dan “Krraatraak” suara pancing
“HHaallaahh itu pikir nanti yang penting kita sekarang kabur dulu”
Dan kami pun berhasil kabur dengan meninggalkan patahan pancing Pamannya
Radif. Sesampainya di rumah Radif kami mengatakan apa yang terjadi dan tentu saja
kami dimarahi habis habisan oleh ibunya Radif tetapi beruntungnya kami tidak disuruh
mengganti pancing paman Radif yang patah Dan semenjak kejadian itu kami kapok dan
hanya mencari ikan menggunakan jaring di kali dan tidak berani memancing di pondok
lagi.