Bab Iii
Bab Iii
METODE PENELITIAN
31
32
3.2.2 Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang mempunyai
karakteristik atau ciri-ciri keadaan yang akan diteliti. Pengambilan sampel
dalam penelitian ini menggunakan teknik random sampling dimana setiap
anggota populasi memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi sampel.
Berdasarkan tabel penentuan jumlah sampel yang dikembangkan oleh Isaac
dan Michael (dalam Sugiono, 2011: 87) dengan taraf kesalahan 5% jumlah
sampel untuk populasi sekitar 260 peserta dididk adalah 149. Adapun
distribusi jumlah pengambilan sampel tiap sekolah adalah sebagai berikut:
Tabel 3.1 Distribusi Jumlah Pengambilan Sampel Tiap Sekolah
Nama sekolah ∑ peserta Perhitungan Sampel
didik (pembulatan)
SMP Negeri 1 Panceng 95 x 149 = 52,8 53
Tes kecerdasan visual-spasial juga terdiri atas tiga indikator dan setiap
indikatornya diwakili delapan butir soal. Sehingga total butir soal tes
kecerdasan visual-spasial berjumlah 20 butir soal. Waktu pengerjaan soal ini
dibatasi hanya selama 20 menit. Adapun kisi-kisi untuk tes kecerdasan
visual-spasial adalah sebagai berikut:
Tabel 3.4 kisi-kisi tes kecerdasan visual-spasial
Indikator Nomor butir soal
Hubungan gambar 1, 2, 3, 10, 11, 12 dan 19
Orientasi gambar 4, 5, 6, 13, 14, 15 dan 20
Visualisasi gambar 7, 8, 9, 16, 17, dan 18
dengan caranya sendiri dalam waktu yang telah ditentukan. Tes yang akan
diberikan kepada peserta didik sebelumnya akan dikonsultasikan dengan
dosen pembimbing dan guru matematika MTs Muhammadiyah 06
Banyutengah.
3.7 VALIDASI ALAT UKUR
Sebuah instrumen dikatakan valid apabila instrumen tersebut dapat
mengukur apa yang seharusnya diukur. Menurut Zawawi (2012; 14)
terdapat tiga cara dalam pengujian validitas instrumen, yaitu:
1. Pengujian validitas konstrak (Construct Validity), yaitu pengujian
validasi instrumen yang telah disusun berdasarkan teori tertentu dan
dikonsultasikan dengan para ahli. Setelah pengujian konstrak oleh ahli,
instrumen kemudian diuji cobakan. Hasil uji coba kemudian akan
dianalisis. Syarat yang harus dipenuhi agar sebuah item soal dikatakan
valid adalah arah korelasi harus positif dan besar koefisien korelasi 0,3
keatas.
2. Pengujian validitas isi (Content Validity), yaitu dengan membandingkan
antara isi instrumen dengan materi pelajaran yang telah diajarkan.
3. Pengujian validasi eksternal, yaitu dengan cara membandingkan (untuk
mencari kesamaan) antara kriteria yang ada pada instrumen dengan fakta-
fakta empiris dilapangan.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan cara validasi konstrak
dalam memvalidkan instrumen tes kemampuan pemecahan masalah, yakni
dengan menggunakan pendapat dari ahli (Judgement Exprerts), dalam hal
ini yaitu dosen Universitas Muhammadiyah Gresik dan juga guru mata
pelajaran matematika MTs Muhammadiyah 06 Banyutengah. Sedangkan
untuk memvalidkan instrumen tes kecerdasan peneliti menggunakan
pendapat ahli, dalam hal ini yaitu dosen Universitas Muhammadiyah Gresik,
setelah dilakukan penujian kontruksi oleh ahli, kemudian instrumen diuji
cobakan kepada responden. Hasil dari uji coba kemudian dianalisis
menggunakan SPSS ver. 17.0.
37
⁄
42
Keterangan:
R2 = koefisien determinasi
n = ukuran sampel
k = banyaknya variabel
Adapun langkah-langkah pengujiannya adalah:
1. Menentukan hipotesis
H0 : = 0 atau variabel bebas Xi (kecerdasan logis-matematis
dan kecerdasan visual-spasial) tidak berpengaruh terhadap
kemampuan pemecahan masalah geometri (Y)
H1 : 0 atau variabel bebas Xi (kecerdasan logis-matematis
dan kecerdasan visual-spasial) berpengaruh terhadap kemampuan
pemecahan masalah geometri (Y)
2. Menentukan taraf signifikan = 0,05
3. Melakukan perhitungan menggunakan SPSS 17.0
4. Menentukan kriteria hipotesis H0 diterima atau ditolak
H0 diterima bila nilai sig.
H0 ditolak bila nilai sig.
5. Menarik kesimpulan
Selain melakukan pengujian-pengujian diatas, koefisien korelasi
juga dilhat untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara variabel
bebas terhadap variabel terikat serta seberapa erat tingkat hubungan
anatar keduanya. Koefisien korelasi dinyatakan dengan notasi R yang
nilainya berkisar antara atau 0 sampai 1. Young (dalam Zawawi, 2012:
46) membarikan kriteria koefisien korelasi sebagai berikut:
± (0,7 – 1,0) menunjukkan adanya derajat hubungan yang tinggi
± (0,4 – 0,7) menunjukkan adanya derajat hubungan yang sedang
± (0,2 – 0,4) menunjukkan adanya derajat hubungan yang rendah
± < 0,2 tidak ada hubungan.
Sedangkan koefisien determinasi digunakan untuk melihat seberapa
besar pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Nilai koefisien
determinasi (R2) diperoleh dari hasil kuadrat koefisien korelasi.
43
1. Menentukan hipotesis.
H0 : = 0 atau kecerdasan logis-matematis (X1) tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap kemampuan pemecahan masalah
geometri (Y), dengan menganngap kecerdasan visual-spasial (X2)
konstan.
44
1. Menentukan hipotesis.
H0 : = 0 atau kecerdasan visual-spasial (X2) tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap kemampuan pemecahan masalah
geometri (Y), dengan menganngap kecerdasan logis-matematis
(X1) konstan.
H1 : 0 atau kecerdasan visual-spasial (X2) berpengaruh secara
signifikan terhadap kemampuan pemecahan masalah geometri (Y),
dengan menganngap kecerdasan logis-matematis (X1) konstan.
2. Menentukan taraf signifikan .
3. Melakukan perhitungan dengan SPSS 17.0
4. Menentukan kriteria hipotesis H0 diterima atau ditolak
H0 diterima bila nilai
H0 ditolak bila nilai
5. Menarik kesimpulan.
Keterangan:
R2 = koefisien determinasi
n = ukuran sampel
k = banyaknya variabel
Adapun langkah-langkah pengujiannya adalah:
1. Menentukan hipotesis
H0 : = 0 atau kecerdasan logis-matematis (X1) dan kecerdasan
visual-spasial (X2) secara simultan tidak berpengaruh terhadap
kemampuan pemecahan masalah geometri (Y)
H1 : 0 atau kecerdasan logis-matematis (X1) dan kecerdasan
visual-spasial (X2) secara simultan berpengaruh terhadap
kemampuan pemecahan masalah geometri (Y)
2. Menentukan taraf signifikan = 0,05
3. Melakukan perhitungan menggunakan SPSS 17.0
4. Menentukan kriteria hipotesis H0 diterima atau ditolak
H0 diterima bila nilai sig.
H0 ditolak bila nilai sig.
5. Menarik kesimpulan