Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN TETAP

PRAKTIKUM KIMIA TANAH

PENETAPAN KAPASITAS TUKAR KATION TANAH

Miranda Putri
05101281823029

PROGRAM STUDI ILMU TANAH


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDRALAYA
2019
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kendala Ultisol (PMK) baik ditinjau dari segi fisika, kimia dan biologi tanah,
seperti : bahan organik rendah sampai sedang, kemasaman Aldd tinggi, kandunga
unsur hara , N, P, K rendah, Nilai KTK dan KB rendah dan sangat peka erosi.
Walaupun tanah ultisol ini mempunyai sifat kimia yang kurang baik, tetapi jika
dilakukan pengelolaan tanah yang sesuai bisa berproduksi secara optimal.
Semestinya data maupun informasi tentang sifat tanah ini harus diketahui, sehingga
dalam pemanfaatannya bisa memperbaiki dan meningkatkan kondisi tanah tersebut.
Saat ini karena tanah-tanah yang relatif subur semakin berkurang akibat penggunan
lahan yang tidak sesuai, maka pemerintah terpaksa mulai memanfaatkan tanah-
tanah yang relatif kurang subur seperti Ultisol untuk memenuhi kebutuhan hidup
masyarakat.
Untuk sifat kimia tanah kehadiran bahan organik akan sangat mempengaruhi
KTK tanah disamping berbagai unsur hara yang terkandung didalamnya yang dapat
juga memberikan kontribusi bagi kesusburan tanah. Kandungan bahan organik
tanah yang rendah akan berakibat buruk kepada tanah mulai dengan sifat fisika
yang kurang baik, misalnya tanah menjadi lebih padat sehingga membatasi
penetrasi akar untuk mendapatkan hara dan air ataupun udara sehinga
mengakibatkan pengaruh yang merugikan terhadap pertumbuhan tanaman.
Masukan seresah yang berbeda baik kuantitas maupun kualitas diduga
berpengaruh terhadap kandungan bahan organik tanah dan sifat kimia tanah seperti,
kapasitas pertukaran kation, kapasitas pertukaran anion, pH tanah, serta cadangan
unsur hara tanah. Bahan organik memberikan kontribusi yang nyata terhadap KTK
tanah. Sebanyak 20-70% kapasitas pertukaran tanah pada umumnya bersumber
pada koloid humus sehingga dapat berkolerasi antara bahan organik dengan KTK
tanah.
1.2.Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum kali ini adalah untuk menentukan KTK tanah
agar praktikan sendiri dapat mengetahui bagaimana penetapannya dan bagaimana
kegunaan KTK itu sendiri.

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. KTK Tanah


Tanah pada lahan hutan cenderung memiliki sifat kimia yang lebih baik yang
dicirikan dengan pH yang cenderung netral (6,59), C-organik (5,16%), N-total
(0,53%), P-tersedia (27,05%), dan KTK yang lebih tinggi (24,80), dibandingkan
dengan lahan agroforestri dan perkebunan kakao baik kedalaman 0- 20 cm. (Barek,
2013)
Kapasitas tukar kation (KTK) tanah adalah kemampuan koloid tanah dalam
menjerap dan mempertukarkan kation. KTK tanah dapat dipengaruhi oleh tekstur
tanah dan kandungan bahan organik tanah. Kapasitas tukar kation (KTK) tanah
pada berbagai penggunaan lahan menunjukkan perbedaan yang tidak nyata. (Putri
et al, 2019)
Kapasitas tukar kation (KTK) tanah dan kejenuhan basa (KB) tanah bervariasi
dari rendah hingga tinggi. Komposisi ion Mg dan Na yang tidak berimbang dapat
berpengaruh terhadap penyerapan Ca dan K oleh tanaman. (Sufardi et al, 2017)
Kapasitas Tukar kation (KTK) menunjukkan kemampuan tanah untuk
menahan kation-kation tukar dan mempertukarkan kation-kation tersebut. Dengan
demikian dapat dipergunakan untuk petunjuk penyediaan unsur hara. Tanah dengan
KTK tinggi mempunyai kemampuan tinggi dalam penyimpanan unsur hara
(Nugroho, 2009).
Pelapukan bahan organik yang berasal dari berbagai jenis tumbuhan di lokasi
ini akan menghasilkan humus (koloid organik) yang merupakan sumber muatan
negatif tanah, sehingga mempunyai permukaan dapat menahan unsur hara dan air.
Dengan meningkatnya kapasitas pertukaran kation, maka dapat menahan unsur
unsur hara. Dengan semakin menurunnya kandungan bahan organik tanah, humus
(koloid organik) sebagai sumber muatan negatif tanah juga semakin berkurang
sehingga jumlah muatan positif (kation-kation) dalam tanah yang dapat
dipertukarkan juga semakin rendah (Kumalasari et al, 2011).
Kandungan pH tanah dan Ktotal di lokasi Perkebunan Kopi ternyata lebih
tinggi dibandingkan dengan hutan primer dan lahan agroforestri. Sementara untuk
parameter C-organik dan Kapasitas Tukar Kation (KTK) lebih tinggi di hutan
primer dibandingkan dengan di lahan agroforestri dan perkebunan kopi. (Rahmah,
2014)
Untuk sifat kimia tanah kehadiran bahan organik akan sangat mempengaruhi
KTK tanah disamping berbagai unsur hara yang terkandung didalamnya yang dapat
juga memberikan kontribusi bagi kesusburan tanah. Kandungan bahan organik
tanah yang rendah akan berakibat buruk kepada tanah mulai dengan sifat fisika
yang kurang baik, misalnya tanah menjadi lebih padat sehingga membatasi
penetrasi akar untuk mendapatkan hara dan air ataupun udara sehinga
mengakibatkan pengaruh yang merugikan terhadap pertumbuhan tanaman
(Morachan dalam Lumbanraja et al, 1972).
Penentuan tingkat kesuburan pada lahan gambut dapat dilakukan dengan
melakukan analisis sifat kimia tanah. Analisis sifat kimia tanah tersebut meliputi
analisis kandungan unsur utama seperti N dan P, tingkat kemasaman (pH),
kapasitas tukar kation (KTK), kandungan bahan organik (C/N), kation basa (K, Ca,
Mg, Na) dan kandungan asam organik (Jumin, dalam Nugroho et al, 2013)
Perlakuan pemupukan yang diberikan akan membantu meningkatkan
meningkatkan kapasaitas tukar kation. Sedangkan proses dekomposisi yang sedang
berlanjut menghasilkan senyawa-senyawa humat yang mampu memperbaiki KTK
tanah (Dairiah dan Nurida, 2011).
Nilai kapasitas tukar kation yang tinggi dipengaruhi oleh pH tanah dan
ketersediaan bahan organik. Degradasi bahan organik dan C-organik inilah yang
menyebabkan penurunan KTK tanah.( Rusdiana dan Lubis ,2012)

BAB 3
PELAKSANAAN PRAKTIKUM

3.1. Waktu Dan Tempat


Adapun waktu pelaksanaan praktikum penetapan KTK tanah ini adalah Senin,
04 November 2019. Pukul 14.30 s/d selesai.
Adapun tempat pelaksanaan praktikum penetepan tekstur tanah ini adalah di
Laboratorium Fisika,kimia dan biologi tanah.
3.2. Alat dan Bahan
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah; 1) Alat
penghisap; 2) Beaker glass; 3) Corong gelas; 4) Gelas Ukur 25 ml; 5) Kertas saring
w41; 6) Pipet Ukur 10ml.
Adapun Bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah; 1)
Ammonium Asetat 1 n pH 7; 2) Larutan Standar; 3) Natrium Asetat pH 8,2.
3.3. Cara Kerja
Adapun cara kerja penetapan KTK Tanah adalah sebagai berikut;
1. Timbang 1 gram tanah kering udara masukkan ke dalam beaker 100 ml.
tambah 20 ml Ammonium Asetat 1 N pH 7. Aduk dengn mesin pengaduk
sampai homogen dan biarkan 1 malam.
2. Keesokan harinya saring dengan kertas saring W41 filtratrnya diambil untuk
penetapan K,Ca,Na dan Mg.
3. Endapan dalam kertas saring tambah 20 ml sodium asetat 8,2. Setelah tidak
ada lagi tetesan lalu dicuci dengan alcohol 96% sebanyak 4x20 ml.
4. Selain itu ditambah 20 ml ammonium asetat 1 N pH 7.
5. Ambil filtrate (4) sebanyak 1 ml, lalu jadikan 2,5 ml dengan aquades
kemudian cek dengan flamephotometer kadar Na nya.

BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil
Adapun hasil yang didapatkan dari praktikum kali ini adalah:
Kelompok Kedalaman P KTK(me/100 g)
1 60-90 cm
2 30-60 cm 9 22,5
3 0-30 cm 9 22,5
4 60-90 cm 5 12,5
5 30-60 cm 2 5

Keterangan:
Kelompok 1 : Rawa lebak lapisan 60-90 cm
Kelompok 2 : pasang surut lapisan 30-60 cm
Kelompok 3 : mineral lapisan 0-30 cm
Kelompok 4 : mineral lapisan 60-90 cm
Kelompok 5 : Mineral lapisan 30-60 cm

4.2. Pembahasan

BAB 5
PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang didapat dari praktikum kali ini adalah:
1. Bahan organik merupakan bahan yang dapat meningkatkan KTK tanah
2. Semakin banyak bahan organik maka akan semakin tinggi nilai KTK tanah
3. Kapasitas Tukar kation (KTK) menunjukkan kemampuan tanah untuk
menahan kation-kation tukar dan mempertukarkan kation-kation tersebut.
5.2. Saran
Adapun saran yang dapat saya berikan pada praktikum kali ini adalah
diharapkan untuk praktikum selanjutnya diberikan alat dan bahan yang memadai
kemudian pada saat proses pengecekan semua kelompok dapat melihat agar
semuanya dapat mengerti dan paham cara kerjanya. Kemudian diharapkan untuk
praktikum selanjutnya lebih dikondisikan agar praktikum tetap tertib dan semua
memahami materi yang dijelaskan.

DAFTAR PUSTAKA
Barek. 2013. Sifat Kimia Tanah Pada Berbagai Tipe Penggunaan Lahan di Desa
Leboni Kecamatan Pamona Puselembo Kabupaten Poso, Skripsi.
Universitas Tadulako. Palu.
Putri, H. O., Sri Rahayu Utami, dan Syahrul Kurniawan. 2019. Sifat Kimia Tanah
Pada Berbagai Penggunaan Lahan Di Ub Forest. Jurnal Tanah dan
Sumberdaya Lahan. Vol 6(1) : 1075-1081.

Sufardi, Lukman M., Muyassir. 2017. Pertukaran Kation Pada Beberapa Jenis
Tanah Di Lahan Kering Kabupaten Aceh Besar Provinsi Aceh (Indonesia).
Prosiding Seminar Nasional Pascasarjana (SNP) Unsyiah. Banda Aceh,
Indonesia.

Nugroho, Y. 2009. Analisis Sifat Fisik-Kimia dan Kesuburan Tanah Pada Lokasi Rencana
Hutan Tanaman Industri PT Prima Multibuana. Jurnal Hutan Tropis Borneo.
Vol.10(27): 222-229.

Kulamasari, S.C,. Syamsiah. J,. Sumarno, 2011. Studi Beberapa Sifat Fisik Tanah dan
Kimia Tanah Pada Berbagai Komposisi Tegakan Tanaman di Sub DAS Solo Hulu.
Jurnal Ilmu Tanah dan Agroklimatologi. Vol.8(2): 119-124.
Rahmah, S., Yusran, Umar, H., 2014. SifatKimia Tanah Pada Berbagai TipePenggunaan
Lahan di Desa Bobo Kecamatan Palolo Kabupaten Sigi.Warta Rimba.Vol.2 (1):
88-95.

Lumbanraja, P dan Erwin M. Harahap. 2015. Perbaikan Kapasitas Pegang Air Dan
Kapasitas Tukar Kation Tanah Berpasir Dengan Aplikasi Pupuk Kandang
Pada Ultisol Simalingkar. Jurnal Pertanian Tropik. Vol.2(1): 2356-4725 .

Nugroho,C. T. Oksana Dan Ervina Aryanti. Analisis Sifat Kimia Tanah Gambut
Yang Dikonversi Menjadi Perkebunan Kelapa Sawit Di Kabupaten Kampar.
Jurnal Agroteknologi. Vol. 4(1): 25-30
Dairiah A.I., dan N.L. Nurida. 2011. Formula Pembenah Tanah Diperkaya
Senyawa Humat Untuk Meningkstksn Produktifitas Tanah Ultisol Taman
Bungo, Lampung. Juanal Tanah dan Iklim. Vol.2(33):33-38.
Rusdiana O., dan R.S. Lubis. 2012. Pendugaan Korelasi Antra Karakteristik Tanah
Terhadap Cadangan Karbon (Carbon Stock) Pada Hutan Skunder. Jurnal
Silvikultur Tropika. 3(1):14-21.

LAMPIRAN GAMBAR

1 ml hasil filtrat proses memasukkan aquadest Pembacaan P


Proses penyaringan Flamephotometer 1 ml fitrat ditamabh aquades

Ammonium Asetat proses penambahan ammonium proses pembacaan p

Anda mungkin juga menyukai