Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN STUDI KASUS KETERAMPILAN DASAR PRAKTIK KLINIK

VITAL SIGN

DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL

Disusun oleh:

Anjar Fifi Wulandari 1710105234


Nur Zian 1710105230
Rifa Ulfah 1710105273
Galuh Anggraini 1710105152
Shally Fathia Rahma 1710105277

PROGRAM STUDI KEBIDANAN JENJANG DIPLOMA III


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Tanda-tanda Vital

Vital sign atau tanda-tanda vital adalah ukuran statistik berbagai fisiologis yang digunakan
untuk membantu menentukan status kesehatan seseorang, terutama pada pasien yang secara medis
tidak stabil atau memiliki faktor-faktor resiko komplikasi kardiopulmonal dan untuk menilai
respon terhadap intervensi. Tanda vital juga berguna untuk menentukan dosis yang adekuat bagi
tindakan fisioterapi, khususnya exercise. Tanda vital (juga dikenal sebagai Vitals) adalah
kelompok dari empat hingga enam tanda yang paling penting yang menunjukkan status vital tubuh
(mendukung kehidupan) fungsi. Pengukuran ini diambil untuk membantu menilai kesehatan fisik
umum seseorang, memberikan petunjuk untuk penyakit yang mungkin terjadi, dan menunjukkan
kemajuan menuju pemulihan. Rentang normal untuk tanda vital seseorang bervariasi dengan usia,
berat badan, jenis kelamin, dan kesehatan secara keseluruhan.

Ada empat tanda vital utama: suhu tubuh, tekanan darah, denyut nadi (denyut jantung), dan
laju pernapasan (laju pernafasan), sering notated sebagai BT, BP, SDM, dan RR. Namun,
tergantung pada pengaturan klinis, tanda-tanda vital mungkin termasuk pengukuran lain yang
disebut "kelima tanda vital " atau "keenam tanda vital ". Tanda vital dicatat menggunakan sistem
pengkodean standar LOINC yang diterima secara internasional.

Tanda-tanda vital merupakan cara yang cepat dan efisien dalam memantau kondisi klien
atau mengidentifikasi masalah dan mengevaluasi respons terhadap intervensi yang diberikan.
Penggunaan tanda-tanda vital memberikan data dasar untuk mengetahui respons terhadap
stress fisiologi/psikologi, respons terapi medis dan keperawatan.
Waktu untuk mengukur tanda-tanda vital yaitu :
1. Saat klien pertama kali masuk ke fasilitas kesehatan
2. Saat memeriksa klien pada kunjungan rumah
3. Di rumah sakit/fasilitas kesehatan dengan jadwal rutin sesuai program
4. Sebelum dan sesudah prosedur bedah atau diagnostic invasif
5. Sebelum, saat, dan setelah transfuse darah
6. Saat keadaan umum klien berubah
7. Sebelum, saat, dan sesudah pemberian obat.
8. Sebelum dan sesudah intervensi keperawatan yang mempengaruhi tanda-tanda vital
9. Saat klien mendapat gejala fisik yang non spesifik
10. Menggigil adalah respon tubuh terhadap perbedaan suhu dalam tubuh.

B. Jenis-Jenis Tanda Vital


1. TEKANAN DARAH
Tekanan darah Tekanan yang di alami darah pada pembuluh arteri ketika darah di
pompa oleh jantung ke seluruh anggota tubuh. Pengukuran tekanan darah dapat di
ukurmelalui nilai sistolik dan diastolik. Tekanan darah dapat diukur dengan alat
sphygmomanometer dan stestoskop untuk mendengar denyut nadi.
Interpretasi hasil pengukuran tekanan darah pada usia ≥ 18 tahun : berdasarkan
Joint National Committee VII adalah sebagai berikut :

Klasifikasi TDS* TDD*


Tekanan Darah mmHg mmHg

Normal < 120 < 80


Pre-Hipertensi 120-139 80-89
Hipertensi 140-159 90-99
Stage 1
Hipertensi >160 >100
Stage 2
TDS :Tekanan Darah Sistolik
TDD : Tekanan Darah Diastolik
1.
2. N LANGKAH / PROSEDUR PEMERIKSAAN
O
PENGUKURAN TEKANAN DARAH

1. Pemeriksa berada di sebelah pasien.

2. Memberi penjelasan mengenai pemeriksaan tekanan darah

3. Menempatkan penderita dalam keadaan duduk/berbaring dengan lengan rileks,


sedikit menekuk pada siku dan bebas dari tekanan oleh pakaian

4. Menempatkan tensimeter dengan membuka aliran air raksa, mengecek saluran


pipa dan meletakkan meteran secara vertikal

5. Mempersiapkan stetoskop dengan corong bel yang terbuka

6. Memasang manset sedemikian rupa sehingga melingkari lengan atas secara rapi dan
tidak terlalu ketat, 2 cm di atas fossa cubiti dan bagian balon karet yg menekan tepat
diatas arteri brachialis serta sejajar dengan jantung

7. Memastikan pipa karet tidak terlipat atau terjepit manset.

8. Meraba pulsasi a. brachialis di fossa cubiti sebelah medial

Menutup katup pengontrol pada pompa manset

9. Dengan tiga jari meraba pulsasi a. Brachialis pompa manset dengan cepat sampai
30 mmHg di atas hilangnya pulsasi

Menurunkan tekanan manset perlahan-lahan sampai pulsasi arteri teraba kembali.


Melaporkan hasil sebagai tekanan sistolik palpatoir.

10. Mengambil stetoskop dan memasang corong bel pada tempat perabaan pulsasi

11. Memompa kembali manset sampai 30 mmHg di atas tekanan sistolik palpatoir

112. Mendengarkan melalui stetoskop, sambil menurunkan perlahan-lahan (3 mmHg per


detik). Melaporkan saat mana mendengar bising pertama sebagai tekanan sistolik.
13. Melanjutkan penurunan tekanan manset sampai suara bising yang terakhir
sehingga setelah itu tidak terdengar bising lagi sebagai tekanan darah diastolik

14. Apabila ingin diulang tunggu minimal 30 detik

15. Melepas manset dan merapikannya.

16. Melaporkan hasil tekanan sistolik dan diastolik serat mendokumentasikan di rekam
medic

3. DENYUT NADI
Denyut nadi Frekunsi denyut nadi manusia bervariasi,tergantung dari banyak faktor
yang mempengaruhinya, pada saat aktivitas normal:
1) Normal: 60-100 x/mnt
2) Bradikardi: < 60x/mnt
3) Takhikardi: > 100x/mnt

Pengukuran denyut nadi dapat dilakukan pada:

1) Arteri Radialis. Terletak sepanjang tulang radialis, lebih mudah teraba di atas
pergelangan tangan pada sisi ibu jari. Relatif mudah dan sering dipakai secara rutin.
2) Arteri Brachialis. Terlertak di dalam otot biceps dari lengan atau medial di lipatan
siku. Digunakan untuk mengukur tekanan udara.
3) Arteri Karotis. Terletak di leher di bawah lobus telinga, di mana terdapat arteri
karotid berjalan di antara trakea dan otot sternokleidomastoideus.

Tujuan pemeriksaan nadi adalah :


a. Untuk mengetahui kerja jantung
b. Untuk menegetahui jumlah denyut jantung yang terasa pada pembuluh darah.
c. Untuk menentukan denyut nadi normal atau tidak. Kecepatan denyut jantung
bereaksi terdapat rangsangan yang ditimbulkan oleh system saraf simpatis dan saraf
parasimpatis, beberapa hal yang mempengaruhi jumlah denyut: emosi, nyeri,
aktivitas, dan obat-obatan. Kecepatan denyut nadi bertambah bila tekanan darah
turun karena jantung berusaha meningkatkan keluarnya darah.

Prosedur standar untuk memeriksa pulsus adalah

1. Palpasi arteri karotis pada tepi trakea atau arteri radial pada sisi ibu jari lengan. .
Penggunakaan arteri karotis untuk pengukuran pulsus memiliki beberapa
keuntungan. Pertama, arteri karotis cukup familiar karena umumnya dokter gigi
mendapatkan pelatihan resusitasi jantung paru (RJP). Kedua, arteri ini cukup
menggambarkan karena merupakan arteri utama yang mensuplai otak; terlebih pada
situasi kegawatdaruratan, arteri ini dapat dipalpasi ketika arteri perifer lainnya tidak
dapat dipalpasi. Terakhir, arteri ini letaknya mudah ditemukan dan mudah dipalpasi
karena ukurannya. Untuk pemeriksaan terbaik sebaiknya dilakukan selama satu
menit penuh untuk mendeteksi adanya ritme irregular.
2. Meraba dengan tiga jari tangan (digiti Ii, ii, iv manus) tepat di atas arteri radialis.
Digiti II dan IV digunakan untuk fiksasi dan digiti II untuk deteksi denyutan. Setelah
denyut nadi teraba jari-jari dipertahankan pada posisinya kemudian dilakukan
pengukuran frekuensi dan irama nadi.
4. Pernafasan
Laju pernafasan merupakan frekuensi pernapasan. Pengkuran laju pernapasan
dilakukan dengan menghitung jumlah pengembangan dada seseorang untuk menarik napas
dalam waktu satu menit. Pengukuran di lakukan pada saat istirahat, dan pengukuran ini
juga dapat menilai sulit tidaknya seseorang bernafas.
Respirasi normal atau pernafasan normal untuk orang dewasa adalah 12-20 kali
permenit. Laju pernapasan dapat mengalami peningkatan dengan olahraga, demam atau
karena penyakit paru, atau kondisi medis lainnya.

5. Suhu
Suhu tubuh merupakan ukuran panas badan seseorang. Pengukuran suhu tubuh dilakukan
dengan menggunkan alat ukur suhu yang disebut dengan thermometer. Tergantung jenis
thermometer yang digunakan pengukuran suhu tubuh dapat dilakukan melalui mulut,
ketiak, dubur, telinga dan kulit dahi.
Suhu tubuh normal untuk orang dewasa adalah 36,5 derajat Celcius – 37,5 derajat Celcius.
Suhu tubuh dapat bervariasi, tergantung aktivitas, makanan, konsumsi cairan, cuaca dan
jenis kelamin terutama wanita pada saat mengalami masa subur.
DAFTAR PUSTAKA

https://med.unhas.ac.id/fisioterapi/wp-content/uploads/2016/11/PEMERIKSAAN-VITAL-
SIGN.pdf
https://ibmm.fkg.ugm.ac.id/2017/11/03/vital-sign-tekanan-darah-dan-nadi/
Yuni Kusmiati. 2010. Keterampilan Dasar Praktik Klinik Keperawatan. Yogyakarta: Fitramaya .
https://dikbud.ntbprov.go.id

https://med.unhas.ac.id

Anda mungkin juga menyukai