Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
BAB I Pendahuluan
BAB II Pembahasan
A. Kesimpulan……………………………………………………………20
Daftar Pustaka…………………………………………………………….…..21
0
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja macam-macam aliran pendidikan
2. Bagaimana gerakan pembaharuan pendidikan dan pengaruhnya
terhadap pelaksanaannya di Indonesia
3. Bagaimana aliran pokok pendidikan di Indonesia
C. Tujuan
1. Mengetahui macam-macam aliran pendidikan
2. Mengetahui gerakan pembaharuan pendidikan dan pengaruhnya
terhadap pelaksanaanya di Indonesia
3. Mengetahui pokok dan karakteristik aliran pendidikan yang ada di
Indonesia.
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Aliran-Aliran Pendidikan
1. Aliran Empirisme
Tokoh perintis pandangan ini adalah filsuf Inggris bernama John Locke
(1704-1932) yang mengembangkan teori “Tabula rasa” , yakni anak lahir di
dunia bagaikan kertas putih yang bersih. Pengalaman empirik yang diperoleh
dari lingkungan akan berpengaruh besar dalam menentukan perkembangan
anak.
2. Aliran Nativisme
2
Tokoh aliran Nativisme adalah Schopenhauer seorang filsuf Jerman yang
hidup pada tahun 1788-1880. Aliran ini berpendapat bahwa perkembangan
individu ditentukan oleh faktor-faktor yang dibawa sejak lahir. Faktor
lingkungan kurang berpengaruh terhadap perkembangan anak laki-laki dan
perempuan.
3. Aliran naturalisme
3
dibuat-buat (artificial) dan dapat membawa anak kembali ke alam untuk
mempertahankan segala hal baik. Jadi dengan kata lain pendidikan tidak
diperlukan.
4. Aliran konvergensi
4
5. Aliran progesivisme
Peserta didik tidak hanya dipandang sebagai kesatuan jasmani dan rohani,
namun juga termanifestasikan di dalam tingkah laku dan perbuatan yang
berada dalam pengalamannya. Jasmani dan rohani, terutama kecerdasan perlu
dioptimalkan. Artinya, peserta didik diberi kesempatan untuk bebas dan
sebanyak mungkin mengambil bagian dalam kejadian-kejadian yang
berlangsung disekitarnya, sehingga suasana belajar timbul di dalam maupun di
luar sekolah.
6. Aliran konstruktivisme
5
Aliran Kontruktivisme ini menegaskan bahwa pengetahuan mutlak
diperoleh dari hasil konstruksi kognititf dalam diri seseorang, melalui
pengalaman yang diterima oleh pancaindra. Aliran ini menolak adanya
transfer pengetahuan yang dilakukan dari seseorang kepada orang lain. Jika
pembelajaran ditujukan untuk mentransfer ilmu, perbuatan itu akan sia-sia
saja. Sebaliknya, kondisi akan berbeda jika pembelajaran ini ditujukan untuk
menggali pengalaman.
6
(Centres d’interet), tentang pengajaran global. Pendidikan menurut
Decroly berdasar pada semboyan ; Ecole pour la vie, par la vie (sekolah
untuk hidup dan oleh hidup). Anak harus dididik untuk dapat hidup dalam
masyarakat, anak harus diarahkan kepada pembentukan individu dan
anggota masyarakat. Menurut Decroly dunia ini terdiri dari alam dan
kebudayaan. Dunia harus hidup dan dapat mengembangkan kemampuan
untuk mencapai cita-cita. Dari penelitian secara tekun Decroly
menyumbangkan dua pendapat yang dapat berguna bagi pendidikan dan
pengajaran, yaitu:
a. Metode Global (keseluruhan)
3. Sekolah kerja
7
J.H.Pestalozi (1746-1827) mengajarkan berbagai macam mata pelajaran
pertukaran disekolahnya. Namun sering dipandang sebagai bapak sekolah
kerja adalah G.Kerschensteiner (1854-1932) dengan Arbeitschule-nya
(sekolah kerja) di Jerman. Bahwa sekolah kerja itu bertolak dari pandangan
bahwa pendidikan tidak hanya demi kepentingan individu tetapi juga
kepentingan masyarakat. Sekolah berkewajiban menyiapkan warga Negara
yang baik, antara lain:
8
4. Sekolah rumah tangga kota
5. Sekolah rumah tangga desa
4. Pengajaran Proyek
9
5. Pengaruh gerakan baru dalam pendidikan terhadap penyelenggaraan
pendidikan di Indonesia
10
Setelah kemerdekaan, telah diupayakan pengembangan satu sistem
pendidikan nasional sesuai ketetapan Ayat 2 Pasal 31 dari UUD 1945. Seperti
telah dikemukaan bahwa menjelang PJP II telah diletakkan landasan yuridis
untuk penataan Sisdiknas dengan ditetapkannya UU RI No 2 Tahun 1989
beserta peraturan pelaksanaannya. Sebagai satu Sisdiknas, seluruh upaya dan
lembaga pendidikan di Indonesia seyogianya berada dan sesuai dengan aturan
dari Sisdiknas tersebut termasuk gagasan atau aliran pendidikan yang telah
dikembangkan di Indonesia. Dalam ketetapan itu dengan tegas dinyatakan
“satu” dan bukannya “suatu” Sisdiknas itu. Oleh karena itu, kajian terhadap
dua aliran pokok tersebut (Taman Siswa dan INS) seyogianya dalam latar
Sisdiknas tersebut.
11
dengan memberi kesempatan kepada anak didik untuk berjalan sendiri,
dan tidak terus menerus dicampuri, diperintah atau dipaksa. Jadi “Sistem
Among” adalah cara pendidikan yang dipakai dalam sistem Taman Siswa
dengan maksut mewajibkan kepada guru supaya mengingati dan
mementingkan kodrati adatnya pada siswa dengan tidak melupakan segala
keadaan yang mengelilinginya.
2) Bahwa pengajaran harus memberi pengetahuan yang berfaedah yang
dalam arti lahir dan batin dapat memerdekakan diri. Dalam asas kedua ini
masih mengandung keterangan lebih lanjut tentang prinsip kemerdekaan
yang terdapat di dalam asas pertama, yakni dengan memberi ketegasan
bahwa kemerdekaan itu hendaknya dikenakan terhadap cara siswa berfikir,
yaitu agar siswa jangan selalu decekoki atau disuruh menerima buah
pikiran saja, melainkan para siswa hendaknya dibiasakan
mencari/menemukan sendiri berbagai nilai pengetahuan dan keterampilan
dengan menggunakan pikiran dan kemampuannya sendiri.
3) Bahwa pengajaran harus berdasarkan kebudayaan dan kebangsaan sendiri.
Dengan asas ini Taman Siswa ingin mencegah sistem pengajaran yang
bersifat intelektualitis dan pola hidup yang “kebarat-baratan” yang dapat
memisahkan orang-orang terpelajar dengan rakyat jelata pada umumnya.
4) Bahwa pengajaran harus tersebar luas sampai dapat menjangkau kepada
seluruh rakyat. Dari asas ini tampak jelas pendirian Taman Siswa yaitu
lebih baik memajukan pengajaran untuk rakyat umum dari pada
mempertinggikan pengajaran tapi mengurangi tersebarnya pendidikan dan
pengajaran.
5) Bahwa untuk mengejar kemerdekaan hidup yang sepenuhnya lahir
maupun batin hendaknya diusahakan dengan kekuatan sendiri, dan
menolak bantuan apapun dan dari siapapun yang mengikat, baik ikatan
lahir maupun ikatan batin.
6) Bahwa sebagai konsekuensi hidup dengan kekuatan sendiri maka mutlak
harus membelanjai sendiri segala usaha yang dilakuakan. Dari asas ini
tersirat keharusan untuk hidup sederhana dan hemat.
7) Bahwa dalam mendidik anak-anak perlu adanya keikhlasan lahir dan batin
untuk mengorbankan segala kepentingan pribadi demi keselamatan dan
kebahagiaan anak-anak. Asas “berhamba kepada anak didik” ini
menunjukan hasrat Taman Siswa untuk menampilkan pendidik-
pendidiknya dalam arti yang semurni-murninya, pendidik yang bekerja
tanpa pamrih, ikhlas, penuh pengorbanan, demi kebahagiaan anak-anak
semata. Kualifikasi pendidik yang seperti inilah yang berhak memiliki
sebutan “Pamong”, atau istilah sekarang “Pahlawan Tanpa Tanda Jasa”.
12
Ketujuh asas tersebut diumumkan pada tanggal 3 Juli 1922, bertepatan
dengan berdirinya Taman Siswa, dan disahkan oleh kongres Taman Siswa
yang pertama di Yogyakarta pada tanggal 7 Agustus 1930. Ketujuh asas itu
akan tetap hidup sebagai sifat-sifat yang hakiki dari Taman Siswa yang tidak
dapat diubah, dikurangi atau ditambah selama nama (Taman Siswa) dipakai,
meskipun bentuk, isi, dan cara melaksanakannya harus selalu disesuaikan
dengan alam dan zamannya (Ki Hadjar Dewantara, 1952: 54-58; Wawasan
Kependidikan Guru, 1982: 91-98).
1) Asas Kemerdekaan harus diartikan disiplin pada diri sendiri oleh diri
sendiri atas dasar nilai hidup yang tinggi, baik hidup sebagai individual
maupun sebagai anggota masyarakat.
2) Asas kodrat alam berarti bahwa pada hakikatnya manusia itu sebagai
makhluk adalah satu dengan kodrat alam ini. Ia tidak bisa lepas dari
kehendaknya, tetapi akan mengalami bahagia jika bisa menyatukan diri
dengan kodrat alam yang mengandung kemajuan yang dapat kita
gambarkan sebagai bertumbuhnya tiap-tiap benih sesuatu pohon yang
kemudian berkembang menjadi besar dan akhirnya berbuah dan setelah
menyebarkan benih biji yang baru pohon tersebut mengakhiri hidupnya,
dengan keyakinan bahwa dharmanya akan dibawa terus dengan
tumbuhnya lagi benih-benih yang disebarkan.
3) Asas kebudayaan Taman Siswa tidak berarti asal memelihara kebudayaan
kebangsaan itu kearah kemajuan yang sesuai dengan kecerdasan zaman,
kemajuan dunia, dan kepentingan hidup rakyat lahir dan batin tiap-tiap
zaman dan keadaan.
4) Asas kebangsaan Taman Siswa tidak boleh bertentangan dengan
kemanusiaan, malahan harus menjadi bentuk dan fiil kemanusiaan yang
nyata dan oleh karena itu tidak mengandung arti permsuhan dengan
bangsa lain, melainkan mengandung rasa satu dengan bangsa sendiri, rasa
satu dalam suka dan duka, rasa satu dalam kehendak menuju kepada
kebahagiaan hidup lahir dan batin seluruh bangsa.
5) Asas kemanusiaan menyatakan bahwa darma tiap-tiap manusia itu adalah
mewujudkan kemanusiaan, yang berarti memajuakan manusia lahir dan
batin yang setinggi-tingginya, dan juga bahwa kemajuan kemanusiaan
13
yang tinggi itu dapat dilihat pada kesucian hati orang dan adanya rasa
kasih terhadap sesama manusia dan terhadap makhlik tuhan seluruhnya,
tetapi cinta kasih yang tidak bersifat kelembekan hati, melainkan bersifat
keyakinan adanya hukum kemajuan yang meliputi alam semesta.
Tujuan perguruan Taman Siswa dapat dibagi dua jenis, yakni tujuan
yayasan atau keseluruhan perguruan dan tujuan pendidikan. Tujuan yang
pertama itu (Pasal 8) adalah:
14
Disamping upaya-upaya dalam lingkungan perguruan, untuk mencapai
tujuan Taman Siswa (seperti tersebut pada pasal 8), Taman Siswa berusaha
diluar lingkungan perguruan dengan jalan (Pasal 10) sebagai berikut:
15
dibumihanguskan, termasuk ruang pendidikan, pengajaran, dan kebudayaan
(RPPK) di Padang Panjang. Baru pada bulan Mei 1950 Ruang pendidik INS
Kayu Tanam bangkit kembali dan Moh. Sjafei mulai lagi dengan 30 orang
siswa. Pada tahun 1952, INS mendirikan percetakan Sridharma yang
menerbitkan majalah bulanan sendi dengan sasaran khalayak adalah anak-
anak.
16
17) Jasmani sehat dan kuat
18) Cakap berbahasa Indonesia, Inggris, dan Arab
19) Sanggup hidup sederhana dan susah payah
20) Sanggup mengerjakan sesuatau pekerjaan dengan alat serba kurang
21) Sebanyak mungkin memakai kebudayaan nasional waktu mendidik
22) Waktu mengajar para guru sebanyak mungkin menjadi objek, dan murid-
murid menjadi subjek. Bila hal ini tidak mungkin barulah para guru
menjadi subjek dan murid menjadi objek
23) Sebanyak mungkin para guru mencontohkan pelajaran-pelajarannya, tidak
hanya pandai menyuruh saja
24) Diusahakan supaya pelajar mempunyai darah ksatria; berani karena benar
25) Mempunyai jiwa konsentrasi
26) Pemelihara (perawatan) suatu usaha
27) Menepati janji
28) a. Sebelum pekerjaan dimulai dibiasakan menimbangnya dulu sebaik-
baiknya
b.kewajiban harus dipenuhi
29) Hemat.
17
Beberapa usaha yang dilakukan Ruang Pendidik INS Kayu Tanam yang
dalam bidang kelembagaan antara lain menyelenggarakan berbagai jenjang
pendidikan, seperti ruang randah (7 tahun, setara sekolah dasar), ruang dewasa
(4 tahun setara sekolah menengah), dan sebagainya. Ruang Pendidik INS
Kayu Tanam juga menyelenggarakan usaha lain sebagai bagian mencerdaskan
kehidupan bangsa, yakni penerbitan Sendi (majalah anak-anak), buku bacaan
dalam rangkapemberantasan buta huruf/aksara dan angka dengan judul Kunci
13, mencetak buku-buku pelajaran, dan laim-lain.
Seperti harapan kepada Taman Siswa, Ruang Pendidik INS Kayu Tanam
juga diharapkan melakukan penyelenggaraan dan dinamisasi, seiring dengan
perkembangan masyarakat dan iptek. Disamping itu, upaya-upaya
pengembangan Ruang Pendidik INS tersebut seyogianya dilakukan dalam
kerangka pengembangan sisdiknas, sebagai bagian dari usaha mewujudkan
cita-cita Ruang Pendidik INS, yakni mencerdaskan seluruh rakyat Indonesia.
18
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan yang ada macam-macam aliran yang ada saat ini
adalah;
1. Aliran empiris
2. Aliran nativisme
3. Aliran naturalisme
4. Aliran konvergensi
5. Aliran progesivisme
6. Aliran konstruktivisme
19
DAFTAR PUSTAKA
20