Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

Anatomi Fisiologi Hepar

1) Anatomi

Hati adalah organ yang terbesar yang terletak di sebelah kanan atas rongga
perut di bawah diafragma. Beratnya 1.500 gr atau 2,5 % dari berat badan orang
dewasa normal. Pada kondisi hidup berwarna merah tua karena kaya akan
persediaan darah. Hati terbagi menjadi lobus kiri dan lobus kanan yang dipisahkan
oleh ligamentum falciforme. Lobus kanan hati lebih besar dari lobus kirinya dan
mempunyai 3 bagian utama yaitu : lobus kanan atas, lobus caudatus, dan lobus
quadratus.

Hati disuplai oleh dua pembuluh darah yaitu :

a. Vena porta hepatica yang berasal dari lambung dan usus, yang kaya akan
nutrien seperti asam amino, monosakarida, vitamin yang larut dalam air, dan
mineral.

b. Arteri hepatica, cabang dari arteri kuliaka yang kaya akan oksigen.

Cabang-cabang pembuluh darah vena porta hepatica dan arteri hepatica


mengalirkan darahnya ke sinusoid. Hematosit menyerap nutrien, oksigen, dan zat
racun dari darah sinusoid. Di dalam hematosit zat racun akan dinetralkan
sedangkan nutrien akan ditimbun atau dibentuk zat baru, dimana zat tersebut akan
disekresikan ke peredaran darah tubuh.
2) Fisiologi
Fungsi utama hati yaitu :
a. Untuk metabolisme protein, lemak, dan karbohidrat. Bergantung kepada
kebutuhan tubuh, ketiganya dapat saling dibentuk.

b. Untuk tempat penyimpanan berbagai zat seperti mineral (Cu, Fe) serta vitamin
yang larut dalam lemak (vitamin A,D,E, dan K), glikogen dan berbagai racun
yang tidak dapat dikeluarkan dari tubuh (contohnya : pestisida DDT).

c. Untuk detoksifikasi dimana hati melakukan inaktivasi hormon dan detoksifikasi


toksin dan obat.
d. Untuk fagositosis mikroorganisme, eritrosit, dan leukosit yang sudahtua atau
rusak.

e. Untuk sekresi, dimana hati memproduksi empedu yang berperan dalam


emulsifikasi dan absorbsi lemak.

(Suzanne C. Smeltser& Brenda G. Bare. 2002)


B. Definisi Ca Hepar

Menurut WHO, kanker adalah istilah umum untuk satu kelompok besar
penyakit yang dapat mempengaruhi setiap bagian dari tubuh. Istilah lain yang
digunakan adalah tumor ganas dan neoplasma. Salah satu fitur mendefinisikan
kanker adalah pertumbuhan sel-sel baru secara abnormal yang tumbuh melampaui
batas normal, dan yang kemudian dapat menyerang bagian sebelah tubuh dan
menyebar ke organ lain.

Menurut National Cancer Institute(2009), kanker adalah suatu istilah untuk


penyakit di mana sel-sel membelah secara abnormal tanpa kontrol dan dapat
menyerang jaringan di sekitarnya.

Kanker hati adalah penyakit kronis pada hepar dengan inflamasi dan fibrosis
hepar yang mengakibatkan distorsi struktur hepar dan hilangnya sebagian besar
fungsi hepar. ( Gips& Willson :1989 )

Kanker hati adalah penyakit gangguan pada hati yang disebabkan karna
hepatis kronik dalam jangka panjang yang menyebabkan gangguan pada fungsi
hati. ( Ghofar , Abdul : 2009 )

Kanker hepar atau kanker hati (hepatocellular carcinoma) adalah suatu


kanker yang timbul dari hati. Ia juga dikenal sebagai kanker hati primer atau
hepatoma. Hati terbentuk dari tipe-tipe sel yang berbeda (contohnya, pembuluh-
pembuluh empedu, pembuluh-pembuluh darah, dan sel-sel penyimpan lemak).
Bagaimanapun, sel-sel hati (hepatocytes) membentuk sampai 80% dari jaringan
hati. Jadi, mayoritas dari kanker-kanker hati primer (lebih dari 90 sampai 95%)
timbul dari sel-sel hati dan disebut kanker hepatoselular (hepatocellular cancer)
atau Karsinoma (carcinoma).

Ca Hepar atau yang biasa disebut kanker hati adalah Tumor ganas primer
pada hati yang berasal dari sel parenkim atau epitel saluran empedu atau
metastase dari tumor jaringan lainnya dan kanker hati terjadi apabila sel kanker
berkembang pada jaringan hati.

Etiologi

Kanker hati ( karsinoma hepatoseluler ) disebabkan adanya infeksi hepatis


B kronis yang terjadi dalam jangka waktu lama.(ghofar, Abdul : 2009)

Penyebab kanker hepar secara umum adalah infeksi virus hepatitis B dan C,
cemaran aflatoksin B1, sirosis hati, infeksi parasit, alkohol serta faktor keturunan.
(Fong, 2002).

Infeksi virus hepatitis B dan C merupakan penyebab kanker hepar yang


utama didunia, terutama pasien dengan antigenemia dan juga mempunyai
penyakit kronik hepatitis. Pasien laki-laki dengan umur lebih dari 50 tahun yang
menderita penyakit hepatitis B dan C mempunyai kemungkinan besar terkena
kanker hepar. (Tsukuma dkk., 1993; Mor dkk., 1998).

Faktor – faktor yang dapat merusak hati dan penyebab kanker hati :

1. Tidur terlalu malam dan bangun terlalu siang

2. Tidak buang air di pagi hari

3. Pola makan yang terlalu berlebihan

4. Tidak makan pagi

5. Terlalu banyak mengkonsumsi obat – obatan

6. Terlalu banyak mengkonsumsi bahan pengawet, zat tambahan, zat pewarna,


pemanis buatan.
7. Minyak goreng yang tidak sehat. Sedapat mungkin kurangi penggunaan minyak
goreng saat menggoreng makanan. Jangan mengkonsumsi makanan yang di
goreng bila kita dalam kondisi penat, kecuali dalam kondisi tubuh yang fit.

8. Mengkonsumsi makanan mentah ( sangat matang ) juga menambah beban hati.


Sayur yang digoreng harus dimakan habis saat itu juga, jangan disimpan.

9. Alkohol

10. Keturunan

11. Hepatis B, C

D. Patofisiologi

Kanker hati terjadi akibat kerusakan pada sel – sel parenkim hati yang biasa
secara langsung disebabkan oleh primer penyakit hati atau secara tidak langsung
oleh obstruksi aliran empedu atau gangguan sirkulasi hepatik yang menyebabkan
disfungsi hati. Sel parenkim hati akan bereaksi tehadap unsur – unsur yang paling
toksik melalui penggantian glikogen dengan lipid sehingga terjadi infiltrasi lemak
dengan atau tanpa nekrosis atau kematian sel. Keadaan ini sering disertai dengan
infiltrasisel radang dan pertumbuhan jaringan fibrosis. Regenerasi sel dapat terjadi
jika proses perjalanan penyakit tidak terlampau toksik bagi sel –sel hati. Sehingga
terjadi pengecilan dan fibrosis selanjutnya akan menjadi kanker hati.

Berdasarkan etiologi dapat dijelaskan bahwa Virus Hepatitis B dan Hepatitis


C, kontak dengan racun kimia tertentu (misalnya : ninil klorida, arsen), kebiasaan
merokok, kebiasaan minum minuman keras (pengguna alkohol), aftatoksik atau
karsinogen dalam preparat herbal, dan Nitrosamin dapat menyebabkan terjadinya
peradangan sel hepar.

Beberapa sel tumbuh kembali dan membentuk nodul yang menyebabkan


percabangan pembuluh hepatik dan aliran darah pada porta yang dapat
menimbulkan hipertensi portal. Hipertensi portal terjadi akibat meningkatnya
resistensi portal dan aliran darah portal karena tranmisi dari tekanan arteri hepatik
ke sistem portal. Dapat menimbulkan pemekaran pembuluh vena esofagus, vena
rektum superior dan vena kolateral dinding perut. Keadaan ini dapat menimbulkan
perdarahan (hematemesis melena). Perdarahan yang bersifat masif dapat
menyebabkan anemia, perubahan arsitektur vaskuler hati menyebabkan kongesti
vena mesentrika sehingga terjadi penimbunan cairan abnormal dalam perut
(acites) menimbulkan masalah kelebihan volume cairan .

Pada waktu yang bersamaan peradangan sel hepar memacu proses


regenerasi sel-sel hepar secara terus menerus (fibrogenesis) yang mengakibatkan
gangguan kemampuan fungsi hepar yaitu gangguan metabolik protein, yang
menyebabkan produksi albumin menurun (hipoalbuminenia), sehingga tidak dapat
mempertahankan tekanan osmotik koloid. Tekanan osmotik koloid yang rendah
mengakibatkan terjadinya acites dan oedema. Kedua keadaan ini dapat
menyebabkan masalah kelebihan volume cairan. Metabolisme protein
menghasilkan produk sampingan berupa amonia bila kadarnya meningkat dalam
darah dapat menimbulkan kerusakan saraf pusat (SSP) yang dapat menimbulkan
rangsangan mual dan ensefalopati hepatik.

Kerusakan sel hepar juga mempengaruhi terganggunya metabolisme


karbohidrat. Sel hati tidak mampu menyimpan glikogen sedangkan pemakaian
tetap bahkan meningkat akibat proses radang, menyebabkan depot glikogen di hati
menurun. Kurangnya asupan (perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan) akibat
anoreksia menyebabkan turunnya produksi energi sehingga timbul gejala lemas,
perasaan sepat lelah yang dapat mengganggu aktivitas. Peradangan hati
menyebabkan pembesaran pada hati yang menimbulkan nyari. Nyeri yang tidak
dapat ditoleransi menimbulkan penurunan nafsu makan, asupan berkurang
menyebabkan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.

Berdasarkan sumber lain fatofisiologi Ca. Hepar ada yang menjelaskan


bahwa :

1. Hepatoma 75 % berasal dari Sirosis hati yang lama / menahun. Khususnya yang
disebabkan oleh alkoholik dan post nekrotik.

2. Pedoman diagnostik yang paling penting adalah terjadinya kerusakan yang tidak
dapat dijelaskan sebabnya. Pada penderita sirosis hati yang disertai pembesaran
hati mendadak.

3. Tumor hati yang paling sering adalah metastase tumor ganas dari tempat lain.
Matastase ke hati dapat terdeteksi pada lebih dari 50 % kematian akibat kanker.
Hal ini benar, khususnya untuk keganasan pada saluran pencernaan, tetapi banyak
tumor lain juga memperlihatkan kecenderungan untuk bermestatase ke hati,
misalnya kanker payudara, paru-paru, uterus, dan pankreas.

4. Diagnosa sulit ditentukan, sebab tumor biasanya tidak diketahui sampai


penyebaran tumor yang sangat luas, sehingga tidak dapat dilakukan reseksi lokal
lagi.

v Pathway
Hepatitis B&C,racun kimia, merokok dll

Racun kimia ( ninil klorida,arsen)

Terjadinya peradangan sel hepar

percabangan pembuluh hepatik dan aliran darah pada porta

hipertensi portal (peningkatan tekanan aliran darah portal diatas 10-12 mmHg
yang menetap, dimana tekanan dalam keadaan normal berkisar 4-8 mmHg)

meningkatnya resistensi portal dan aliran darah portal

pemekaran pembuluh vena esofagus, vena rektum superior dan vena kolateral
dinding perut

perdarahan (hematemesis melena)

perubahan arsitektur vaskuler hati

kongesti vena mesentrika

penimbunan cairan abnormal dalam perut (acites)

kelebihan volume cairan

memacu proses regenerasi sel-sel hepar secara terus menerus (fibrogenesis)

gangguan kemampuan fungsi hepar

produksi albumin menurun


tidak dapat mempertahankan tekanan osmotik koloid

terjadinya acites dan oedema

depot glikogen di hati menurun


kanker hati

E. Manifestasi Klinik

Manifestasi dini penyakit keganasan pada hati mencakup tanda-tanda dan


gejala seperti :

1. Gangguan nutrisi : penurunan berat badan yang baru saja terjadi, kehilangan
kekuatan, anoreksia, dan anemia.

2. Nyeri abdomen

3. Pembesaran hati yang cepat

4. Pada pemeriksaan fisik, palpasi teraba permukaan hati yang ireguler

a. Gejala ikterus, terjadi jika saluran empedu yang besar tersumbat oleh tekanan
nodul malignan dalam hilus hati.

b. Acites timbul setelah nodul tersumbat vena porta atau bila jaringan tumor
tertanam dalam rongga peritoneal.

Manifestasi klinik berupa tanda dan gejala yang meliputi : Kulit menjadi
berwarna kuning, Deman, Menggigil, Merasa lelah yang luar biasa, Nausea, Nyeri
pada perut, Kehilangan nafsu makan, Berat badan yang turun drastis, Nyeri pada
punggung dan bahu, Urin yang berwarna gelap, Terjadi pendarahan di bagian
dalam tubuh.

F. Klasifikasi

Ca Hepar atau kanker hati dapat digolongkan beberapa type yaitu :

1. Kanker Hati Primer

· Cholangio Carcinoma – kanker yang berawal dari saluran empedu

· Hepatoblastoma – pada umumnya menyerang anak-anak atau anak yang


mengalami pubertas
· Angiosarcoma – kanker yang jarang terjadi, bermula di pembuluh darah yang
ada pada hati.

· Hepatoma (HCC) – berawal di hepatosit dan dapat menyebar ke organ yang


lain. Laki- laki dua kali lebih rawan terkena penyakit ini dibandingkan wanita.

2. Kanker Hati Sekunder

· Kanker hati sekunder dapat muncul dari kanker hati primer pada organ-organ
lain. Tetapi, pada umumnya bersumber dari perut, pankreas, kolon, dan rektum.

Kanker hepar memiliki beberapa stadium perkembangan yaitu;

1. Stadium 1, kanker berukuran tidak lebih dari 2 cm dan belum menyebar.


Stadium ini pasien kanker hepar dapat beraktivitas dan hidup secara normal,

2. Stadium 2, kanker mempengaruhi pembuluh darah di hepar atau terdapat lebih


dari satu tumor di hepar.

3. Stadium 3A, kanker berukuran lebih dari 5 cm dan telah menyebar ke


pembuluh darah di dekat hepar,

4. Stadium 3B, kanker telah menyebar ke organ terdekat seperti lambung namun
belum mencapai limfonodus,

5. Stadium 3C, kanker berada dalam berbagai ukuran dan telah mencapai
limfonodus,

6. Stadium 4, kanker telah menyebar ke organ yang jauh dari hepar misal paru-
paru. Saat stadium ini pasien kanker hepar sudah tidak dapat beraktivitas lagi
(Fong, 2002; Bruix dan Sherman., 2005).

Penatalaksanaan

1. Non Bedah .

a. Terapi Radiasi

Tujuan : Mengurangi nyeri dan gangguan rasa nyaman, gejala anoreksia, panas
dan kelemahan.

Pelaksanaan metode radiasi meliputi :


· Penyuntikan anti bodi berlabel isotop radio aktif secara intravena yang secara
spesifik akan menyerang antigen yang berkaitan dengan tumor.

· Penempatan sumber radiasi perkutan intensitas tinggi untuk terapi radiasi


interstisil.

b. Kemoterapi

Tujuan : Untuk memperbaiki kualitas hidup pasien dan memperpanjang


kelangsungan hidupnya.

Bentuk terapi ini juga dapat dilakukan sebagai terapi ajuan setelah dilakukan
reseksi tumor hati. Kemoterapi sistemik dan kemoterapi infus regional merupakan
dua metode yang digunakan untuk memberikan preparat antineoplastik kepada
pasien tumor primer dan metastasis hati.

Untuk memberikan kemoterapi dengan kosentrasi yang tinggi kedalam hati


melalui arteri hepatika dipasang pompa yang dapat ditanam. Metode ini
menghasilkan pemberian obat dengan cara infus yang kontinyu, dapat di andalkan
dan terkontrol yang dapat dilaksanakan sendiri dirumah.

c. Pendidikan Pasien dan Pertimbangan Perawatan di rumah

Tujuan :

· Membantu pasien dan keluarganya untuk mengatasi gejala yang dapat terjadi
serta prognosis penyakit tersebut

· Untuk mengidentifikasi dan mengimplementasikan strategi penanganan rasa


nyeri serta pendekatan terhadap penanganan masalah yang dapat terjadi.

d. Drainase Bilier Perkutan

Digunakan untuk melakukan pintasan saluran empedu yang tersumbat oleh


tumor hati, pankreas atau saluran empedu pada pasien tumor yang dianggap
beresiko. Dengan bantuan fluroskopi, sebuah kateter dimasukan melalui dinding
abdomen dengan melewati lokasi obstruksi kedalam deudenum. Sebagai hasil
prosedur ini pasiem merasa lebih nyaman, dan kualitas hidup hidup serta
kelangsungan hidupnya meningkat. Selama beberapa hari setelah dipasang kateter
tersebut dibuka untuk drainase eksternal. Cairan empedu yang mengalir keluar di
observasi dengan ketat untuk mengetahui jumlah , warna dan adanya darah serta
debris.

Kepada pasien dan keluarganya diberitahukan tentang strategi


penatalaksanaan dan peranan mereka dalam kemoterapi. Mereka diminta untuk
mengkaji sendiri dan melaporkan komlikasi serta efek samping kemoterapi yang
akan digunakan. Oleh karena itu, mereka harus mendapatkan informasi yang
benar tentang kerja kemoterapi dan efek yang di kehendaki serta yang tidak di
kehendaki. Perawat harus menekankan pentingnya kunjungan tindak lanjut untuk
memungkinkan pengkajian yang sering terhadap respon pasien dan tumor yang
diderita setelah dilakukan kemoterapi, kondisi tempat pompa di pasang dan
terjadinya efek yang bersifat toksik. Pasien didorong untuk melanjutkan kembali
semua aktivitas rutinya untuk menghindari aktivitas yang dapat merusak pompa
tersebut.

2. Penatalaksanaan Pembedahan

Lobektomi hepatik dapat dilakukan jika tumor hepatik primer adalah


setempet atau jika tempat primer dapat dieksisi secara keseluruhan dan metastasis
dapat di batasi. Dengan kemampuan kapasitas pada regenerasi sel-sel hepar, 90%
hepar telah dapat diangkat dengan berhasil. Adanya sirosis menyebabkan
keterbatasan kemampuan hepar untuk beregenerasi.

PEMERIKSAAN PENUNJANG
1) Laboratorium:
500 mg/dl, HbsAg positf dalam serum, Kalium, Kalsium, Darah lengkap ;
SGOT,SGPT,LDH,CPK, Alfa fetoprotein.
2. Radiologi :
Ultrasonografi (USG), CT-Scan, Thorak foto, Arteriography.
3. Biopsi jaringan liver.
Pemeriksaan diagnostik untuk menetapkan adanya gangguan fungsi hepar
meliputi pemeriksaan terhadap dan tindakan berupa :
a. Bilirubin terkonjugasi dan tak-terkonjugasi (meningkat)
b. Urobilinogen urine (meningkat)
c. Masa protrombin (memanjang)
d. Trombosit, eritrosit, leukosit (menurun)
e. Hipokalemia
f. Hiponatremia
g. Enzim-enzim serum : ALT, AST, LDH dan alkalin fosfatase
(meningkat)
h. CT scan

A. FORMAT PENGKAJIAN
1. Identitas klien : Tn P
Umur : 64
Status perkawinan : Kawin
Pekerjaan : Pensiun
Agama : Islam
Tgl masuk RS :12 November 2019
Tgl Pengkajian : 18 November 2019
Kamar : Ursinia 617
Diagnosa medis saat masuk : Obstruksi joundice
2. Keluhan Utama : Badan Lemas, nyeri abdomen
3. Riwayat penyakit sekarang : obstruksi jaundice
4. Riwayat penyakit dahulu : TBC
5. Riwayat kesehatan keluarga :

B. PENGKAJIAN POLA GORDON


1. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
a) Sebelum sakit : Kesehatan stabil
b) Sejak sakit : Kesehatannya menurun
2. Pola nutrisi dan metabolic
a) Sebelum sakit : Nafsu makan +
b) Sejak sakit : Nafsu makan -
3. Pola eliminasi
a) Sebelum sakit : Keadaan baik
b) Sejak sakit : Keadaan Menurun
4. Pola aktivitas dan latihan
a) Sebelum sakit : Kuat Berjalan
b) Sejak sakit : Mudah lelah
5. Pola tidur dan istirahat
a) Sebelum sakit : waktu tidur normal
b) Sejak sakit : pola tidur (–)
6. Persepsi dan kognitif
a) Sebeum sakit
b) Sejak sakit
7. Mekanisme koping dan toleransi terhadap stress
a) Sebelum sakit : tidak mudah stress
b) Sejak sakit : mudah stress karena sakit
8. Pola hubungan peran
a) Sebelum sakit : berperan aktif
b) Sejak sakit : kurang aktif dalam acara apapun
9. Pola reproduksi
a) Sebelum sakit : Normal
b) Sejak sakit : (-)
10. Pola nilai dan keyakinan
a) Sebelun sakit : selalu berpegang teguh pada Tuhan
b) Sejak sakit : (-) karena kondisi sakit

C. PEMERIKSAAN FISIK
a) Keadaan umum : dalam batas normal
b) Tanda-tanda vital : dalam batas normal
c) Pemeriksaan kepala dan leher : dalam batas normal
d) Pemeriksaan integument : keadaan tampak kuning
e) Pemeriksaan dada/ thorax : Keadaan dalam batas normal
f) Abdomen : Dalam batas normal
g) Genetalia : Dalam batas normal
h) Ekstrenitas : Dalam batas normal
i) Neurologis : Dalam batas normal

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG

JENIS HASIL SATUAN NILAI


PEMERIKSAAN NORMAL
HEMATOLOGI
Leukosit 7.790 ribu /uL 3.8-10.6
Eritrosit Juta/uL 4.4-5.9
Hemoglobin 10.3 g/dl 13.2-17.3
Hematokrit 27.2 % 40-52
Trombosit 195.000 Ribu/uL 150-440

JENIS HASIL SATUAN NILAI


PEMERIKSAAN NORMAL
ELEKTROLIT
Natrium 123 Mmo1/L
135-155
Kalium 3.4 Mmo1/L 3.6-5.5

Klorida 104 Mmo1/L 98-109

JENIS HASIL SATUAN NILAI


PEMERIKSAAN NORMAL
KIMIA HATI
AST/SGOT MU/dl <27
ALT/SGPT MU/dl <34

 Foto rogent :
 USG :
 CT Scan : serosis hepatis dengan splenomegali obstruksi
Bilear dengan out off diconfluence.

DIAGNOSA KEPERAWATAN

a. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


diet yang tidak adekuat,ketidakmampuan untuk memproses/mencerna
makanan,anorexia,mual dan muntah.

b. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan kelebihan natrium/masukan cairan


,penurunan protein plasma ,malnutrisi.

c. Resiko pola napas tidak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru
akibat pengumpulan cairan intra abdomen (asites).

d. Nyeri berhubungan dengan tegangnya dinding perut (asites).

e. Resiko terjadinya gangguan integritas kulit berhubungan dengan pruritus,edema


dan asites.
Fokus Intervensi dan Rasional

Diagnosa I

Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


diet yang tidak adekuat ,ketidakmampuan untuk memproses/mencerna makanan
,anorexia, mual dan muntah.

Mandiri :
 Dorong klien untuk makan,libatkan orang terdekat ,dan pilih makanan yang disukai
klien.

 Berikan makanan sedikit tapi sering

 Berikan perawatan mulut sebelum makan

 Timbang BB tiap hari

 Tambahkan garam bila diizinkan

Kolaborasi:
 Kolaborasi dengan ahli gizi untuk memberikan diit TKTP,KH,rendah lemak

 Kolaborasi pemberian obat penambah nafsu makan,anti mual/muntah.

 Awasi pemeriksaan lab : glukosa serum,albumin,protein total,ammonia.

Diagnosa II
Kelebihan volume cairan berhubungan dengan kelebihan natrium/masukan cairan,
penurunan protein plasma,malnutrisi.

Mandiri:
 Batasi asupan Na+ dan cairan jika diintruksikan.

 Ukur intake dan output,timbang BB tiap hari ,dan catat peningkatan BB> 5 kg/hari

 Awasi TD,CVP,dan catat DVJ

 Kaji derajat pitting edema

 Ukur lingkar abdomen

 Dorong untuk tirah baring bila ada asites


Kolaborasi:
 Awasi albumin serum dan e- (k+ dan Na+)

 Batasi Na+ dan cairan sesuai indikasi

 Berikan diuretik = furosemide (lasix),spirolaktan

Diagnosa III
Resiko pola napas tidak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru
akibat pengumpulan cairan intra abdomen (asites)

Mandiri:
 Awasi frekuensi ,kedalaman dan upaya pernapasan

 Pertahankan kepala TT tinggi

 Ubah posisi dengan sering ,dorong napas dalam,dan latihan

 Selidiki perubahan tingkat kesadaran

 Monitor TTV tiap 2 jam

 Anjurkan klien untuk banyak istirahat

Kolaborasi :
 Awasi seri AGD,Ro dada

 Berikan O2 sesuai indikasi

 Siapkan untuk prosedur parasentesis

Diagnosa IV

TUJUAN :

- Mendemontrasikan penggunaan keterampilan relaksasi dan aktivitas hiburan


sesuai indikasi nyeri.

- Melaporkan penghilangan nyeri maksimal / kontrol dengan pengaruh minimal


pada AKS.

INTERVENSI :
 Tentukan riwayat nyeri misalnya lokasi , frekwensi, durasi dan intensitas ( 0-10 )
dan tindakan penghilang rasa nyeri misalkan berikan posisi yang duduk tengkurap
dengan dialas bantal pada daerah antara perut dan dada.

 Berikan tindakan kenyamanan dasar misalnya reposisi, gosok punggung.

 Kaji tingkat nyeri.

RASIONAL :

 Memberikan data dasar untuk mengevaluasi kebutuhan / keefektifan intervensi

misalnya : nyeri adalah individual yang digabungkan baik respons fisik dan
emosional.

 Meningkatkan relaksasi dan membantu memfokuskan kembali perhatian.

 Kontrol nyeri maksimum dengan pengaruh minimum pada AKS.

Diagnosa V

TUJUAN :

- Mengedentifikasi fiksi intervensi yang tepat untuk kondisi kusus.

- Berpartisipasi dalam tehnik untuk mencegah komplikasi / meningkatkan


penyembuhan.

INTERVENSI :

 Kaji kulit terhadap efek samping terapi kanker. Perhatikan kerusakan atau
perlambatan penyembuhan.

 Mandikan dengan air hangat dan sabun.

 Dorong pasien untuk menghindari menggaruk dan menepuk kulit yang kering dari
pada menggaruk.

 Balikkan / ubah posisi dengan sering.

 Anjurkan pasein untuk menghindari krim kulit apapun ,salep dan bedak kecuali
seijin dokter.

RASIONAL :
 Efek kemerahan atau reaksi radiasi dapat terjadi dalam area radiasi dapat terjadi
dalam area radiasi. Deskuamasi kering dan deskuamasi kering, ulserasi.

 Mempertahankan kebersihan tanpa mengiritasi kulit.

 Membantu mencegah friksi atau trauma fisik.

 Untuk meningkatkan sirkulasi dan mencegah tekanan pada kulit/ jaringan yang
tidak perlu.

 Dapat meningkatkan iritasi atau reaksi secara nyata.

 Evaluasi

Setelah dilakukan implementasi keperawatan, maka hal yang perlu di evaluasi dari
tindakan yang telah kita lakukan yaitu :
1. Kebutuhan akan nutrisi dapat terpenuhi
2. Nyeri yang dirasakan klien dapat berkurang
3. Klien dapat melakukan aktivitas sesuai kemampuan tubuh
4. Klien dapat turut berpartisipasi dalam tehnik untuk mencegah komplikasi.

Anda mungkin juga menyukai