Anda di halaman 1dari 19

Visi Program Studi :

Pada tahun 2025 menghasilkan Ners yang unggul dalam menerapkan ilmu dan teknologi
keperawatan lanjut usia

HUBUNGAN KARAKTERISTIK DAN PERILAKU PERAWAT TERHADAP PELAKSANAAN


DOKUMENTASI KEPERAWATAN

DI RUMAH SAKIT KANKER DHARMAIS

PROGRAM STUDI : Prodi Ners


MATA KULIAH : RISET
DOSEN : Dr.Ni made Riasmini, SKp.,M.Kep.Sp.Kom
DISUSUN OLEH : kelompok 5
1.Atoilah
2.Friska
3.Mardatiningsih
4.Nurul cholifah
5.Rini Manurung
6.Yuli Ernawati
7. Yuvita Dewi

JURUSAN KEPERAWATAN PRODI PROFESI NERS


POLTEKKES KEMENKES JAKARTA III
2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kualitas pelayanan keperawatan dilaksanakan oleh perawat yang terbanyak
berinteraksi secara langsung dengan pasien di rumah sakit, dapat dinilai sebagai
indikator baik dan buruknya kualitas pelayanan di rumah sakit. Penyebab buruknya
kualitas pelayanan antara lain karena keterbatasan kemampuan sumber daya pada
rumah sakit, yang meliputi sumber daya keuangan, teknologi maupun sumber daya
manusia baik secara kualitas maupun kuantitas (alkatiri, 2002). Hal ini perawat agar
dapat bekerja sesuai standar dengan perilaku yang tercermin pada saat memberikan
asuhan keperawatan yang baik untuk menunjang pelaksanaan pelayanan perawatan
yang berkualitas.

Skiner (1938) seorang ahli psikologis merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi
seseorang terhadap stimulus ( rangsangan dari luar ). Perilaku manusia cenderung bersifat holistik (
menyeluruh ) yang merupakan refleks dari berbagai gejala kejiwaan, seperti: keinginan, minat,
kehendak, pengetahuan, emosi, berfikir, sikap motivasi, reaksi dan sebagainya . Feldman (1999)
,menekankan bahwa perubahan perilaku disebut sebagai hasil belajar jika perubahan
tersebut terjadi sebagai konsekuensi dari pengalaman. Jadi dengan kesadaran perawat
berprilaku akan berpengaruh pada produktifitas kerja dan mengakibatkan pada mutu
pelayanan rumah sakit. Perilaku perawat ditentukan dari sikap ,pengetahuan dan
kesadarannya dalam dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien salah
satunya pendokumentasian keperawatan dalam melengkapi tindakan yang sudah
dilakukan dengan mengisi pencatatan keperawatan.

Trends dan perubahan yang terjadi dalam sistem pelayanan kesehatan berpengaruh
terhadap sistem dokumentasi keperawatan dan masalah-masalah kegiatan pencatatan
oleh perawat dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari. (Nursalam, 2002). Hal ini
dokumentasi keperawatan dalam prakteknya sudah mengalami perubahan , bagaimana
perawat memandang pentingnya dan bersikap saat melakukan pencatatan
keperawatan dengan lengkap dan benar.

Dokumentasi proses asuhan keperawatan merupakan tampilan perilaku atau kinerja


perawat pelaksanan dalam memberikan proses asuhan keperawatan kepada pasien
selama pasien dirawat di rumah sakit. Kualitas pendokumentasian keperawatan dapat
dilihat dari kelengkapan dan keakuratan menuliskan proses asuhan keperawatan yang
diberikan kepada pasien, yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, rencana
tindakan dan evaluasi (Nursalam,2007). Jadi setiap perilaku perawat dapat terlihat saat
melaksanakan dokumentasi keperawatan yang melengkapi semua pencatatan setiap
tindakan yang dilakukan pada pasien.

Menurut Suhartati (2012), bahwa standar pelayanan kanker diharapkan dapat


diterapkan bagi Rumah Sakit khusus Kanker pelayanan klinis keperawatan kanker
yang berisikan antara lain asuhan keperawatan, keterpaduan pelayanan keperawatan,
pendidikan dan konseling kesehatan kepada pasien serta pendokumentasian
keperawatan.
Dokumentasi asuhan keperawatan sangat penting bagi perawat karena pelayanan
asuhan keperawatan yang diberikan pada pasien membutuhkan catatan dan pelaporan
yang dapat digunakan sebagai tanggung jawab dan tanggung gugat dari berbagai
kemungkinan masalah yang dialami pasien baik masalah kepuasan maupun ketidak
puasan terhadap pelayanan yang diberikan (Patricia, 2004). Jadi perawat dalam
dokumentasi keperawatan sudah menjadi kewajiban yang harus dilakukan sebagai alat
bukti setelah tindakan keperawatan pada pasien.
Rumah Sakit Kanker Dharmais merupakan pusat rujukan nasional,dimana pada tahun
2019 didapatkan data yaitu jumlah karyawan 1.022 orang , perawat 514 orang yang
tersebar di rawat inap dan rawat jalan dengan SPK 2 orang, DIII kep 351 orang, SI
155 orang, S2 6 orang, sisanya tenaga medis dan tenaga Penunjang perawat non
paramedik & Administrasi 508 orang, Status kepegawaian PNS & Honor/kontrak .
Kapasitas ruangan sebanyak 405 tempat tidur, Tempat tidur , BOR 75-85%.
Berdasarkan wawancara dan pengamatan dengan beberapa perawat pelaksana
terungkap beberapa perilaku perawat dalam pelaksanaan dokumentasi keperawatan
kepada pasien yang dominan tingkat ketergantungan paling tinggi seperti tidak
melengkapi dokumentasi asuhan keperawatan dengan tindakan yang banyak yaitu
sikap menunda-nunda pencatatan, lupa mencatat,pencatatan yang tidak terinci dan
lengkap pada pencatatan observasi pasien kemoterapi, lupa mengisi identitas pasien,
discharge planning, pencatatan pada saat pasien meninggal tidak lengkap, pencatatan
observasi tindakan pasien yang tidak lengkap.

Berdasarkan data yang diperoleh di atas maka penulis tertarik untuk meneliti tentang
Hubungan karakteristik perawat, perilaku dengan pelaksanaan dokumentasi
keperawatan di rawat jalan RS.Kanker Dharmais.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas dapat dirumuskan masalah


penelitian ini yaitu menganalisa hubungan karakteristik dan Prilaku Perawat dalam
pelaksanaan dokumentasi keperawatan di Rumah Sakit Kanker Dharmais.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk menganalisa hubungan karakteristik dan
Prilaku perawat dalam pelaksanaan dokumentasi keperawatan di Rumah Sakit Kanker
Dharmais.

D. Manfaat Penelitiann

a. Hasil penelitian diharapkan memiliki kontribusi terhadap pengembangan keilmuan


manajemen dalam keperawatan terutama berkaitan dengan prilaku perawat dalam
dokumentasi keperawatan..

b. Hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan bagi pihak Manajemen Rumah Sakit
Kanker Dharmais dalam rangka pengelolaan karakteristik perawat, prilaku dalam
pelaksanaan dokumentasi keperawatan di rumah sakit kanker dharmais.
BAB II
Kerangka Teori

A. Pelayanan keperawatan
1. Defenisi pelayanan keperawatan
Menurut Handerson tahun 1980, pelayanan keperawatan adalah upaya untuk
membantu individu baik sehat maupun sakit, dari lahir sampai meninggal dalam bentuk
peningkatan pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki sehingga individu tersebut
dapat secara optimal melakukan kegiatan sehari – hari secara mandiri.
Jadi pelayanan keperawatan adalah suatu upaya tindakan pelayanan keperawatan
kepada individu baik sehat maupun sakit yang dilakukan oleh tenaga perawat yang
profesional.
2. Pengertian proses keperawatan
Proses keperawatan adalah merupakan cara yang sistimatis yang dilakukan oleh
perawat bersama pasien dalam menentukan kebutuhan asuhan keperawatan dengan
melakukan pengkajian, menentukan diagnosis, merencanakan tindakan yang akan
dilakukan, melaksanakan tindakan keperawatan dan melakukan evaluasi hasil asuhan
keperawatan yang telah dilakukan dengan berfokus pada
pasien, berorientasi pada tujuan pada setiap tahap saling ketergantungan dan
kesinambungan(supriyadi, 1993)
3. Tujuan proses keperawatan
Proses keperawatan bertujuan agar diperoleh hasil asuhan keperawatan yang bermutu,
efektif sesuai dengan kebutuhan dan agar pelaksanaannya dilakukan secara sistimatik,
dinamis, dan berkelanjutan.
4.. Tahapan – tahapan dalam proses asuhan keperawatan (nursalam, 2002)
a. Pengkajian
Menurut Iyer tahun 1996 tahap pengkajian merupakan dasar utama dalam memberikan
asuhan keperawatan sesuai dengan kebutuhan individu. Oleh karena itu pengkajian
yang akurat, lengkap, sesuai dengan kenyataan, kebenaran data sangat penting.
b. Diagnosa keperawatan
Menurut Gordon tahun 1976 diagnosa keperawatan adalah masalah kesehatan aktual
dan potensial dimana berdasarkan pendidikan dan pengalamannya, dia mampu dan
mempunyai kewenangan untuk memberikan tindakan keperawatan.
c. Perencanaan keperawatan
Merupakan langkah penentuan diagnosis keperawatan, penetapan sasaran dan tujuan,
penetapan kriteria evaluasi, dan dirumuskan intervensi keperawatan berdasarkan pada
masalah yang ditemukan. Dalam perencanaan strategi dikembangkan untuk mencegah,
membatasi, atau memperbaiki masalah yang
ditemukan .
d. Implementasi
Merupakan pelaksanaan dari rencana keperawatan yang telah ditentukan dengan
tujuan untuk memenuhi kebutuhan pasien secara optimal. Implementasi juga meliputi
pencatatan perawatan pasien dalam dokumen yang telah disepakati. Dokumen ini
dapat digunakan sebagai alat bukti apabila ternyata timbul masalah hukum terkait
dengan pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh
rumah sakit umumnya dan perawat khususnya.
e. Evaluasi
Merupakan proses terakhir keperawatan yang menentukan tingkat keberhasilan
keperawatan sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau tidak.
B.Perilaku
1. Definisi perilaku menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah tanggapan atau
reaksi individu yang terwujud di gerakan (sikap), tidak saja badan atau ucapan.
Perilaku adalah cara bertindak yang menunjukkan sikap seseorang dalam melakukan
suatu pekerjaan. Perilaku dapat juga diartikan sebagai fungsi dari interaksi antara
individu dengan lingkungannya. (Thoha, 2010).
Menurut Myers (1983), perilaku adalah sikap yang diekspresikan (expressed attitudes).
Perilaku dengan sikap saling berinteraksi, saling mempengaruhi satu dengan yang lain.
Berdasarkan teori diatas bisa disimpulkan bahwa perilaku merupakan sikap individu
dalam melakukan tindakan atau pekerjaan sebagai interaksi dengan keadaan
lingkungan sekitarnya.
Menurut Snehandu B. Kar menganalisa perilaku dengan bertitik tolak dari fungsi :
1. Nilai seseorang untuk bertindak sehubungan dengan kepentingan pribadinya
behavior intention )
2. Dukungan sosial dari lingkungannya
3. Ada atau tidak ada informasi atau fasilitas
4. Otonomi pribadi yang bersangkutan dalam hal tidak atau mengambil suatu
tindakan
5. Situasi yang memungkinkan untuk bertindak atau tidak bertindak
2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Manusia
Perilaku atau aktivitas pada individu atau organisme tidak timbul dengan sendirinya,
tetapi sebagai akibat dari stimulus yang diterima oleh organisme yang bersangkutan
baik stimulus eksternal maupun stimulus internal. Perilaku individu dapat
mempengaruhi individu itu sendiri, di samping itu perilaku juga berpengaruh pada
lingkungan. Demikian pula lingkungan dapat mempengaruhi individu, demikian
sebaliknya. Oleh sebab itu, dalam perspektif psikologi, perilaku manusia (human
behavior) dipandang sebagai reaksi yang dapat bersifat sederhana maupun bersifat
kompleks (Bandura, 1977; Azwar, 2003).
Jadi dalam hal ini perilaku manusia diakibatkan dengan adanya stimulus yang
mempengaruhi disekitar lingkungan individu itu sendiri .
1) Mengidentifikasi jenis-jenis pekerjaan yang akan diamati
2) Membagi jenis-jenis kerjaan yang akan diamati kedalam elemen-elemen kerja.
3) Masing-masing elemen harus mempunyai titik awal dan titik akhir yang pasti untuk
memudahkan pengukuran.
4) Menentukan berapa kali pengukuran atau pengamatan akan dilakukan terhadap
elemen-elemen kerja tersebut (berapa sampel yang diperlukan)
5) Mengamati dan mengukur waktu tiap elemen kerja dari titik akhir sebanyak sampel
yang telah ditentukan dan mencatat hasil pengukuran tersebut.
6) Menghitung jumlah waktu untuk pekerjaan yang telah diamati.
Pencatatan kegiatan sendiri (daily log) Merupakan bentuk sederhana dari work
sampling dimana orang yang diteliti menuliskan sendiri kegiatan dan waktu yang
akan digunakan untuk suatu kegiatan. Penggunaan teknik ini sangat bergantung
terhadap kerjasama dan kejujuran dari personil yang sedang diteliti. Peneliti biasanya
membuat pedoman dan formulir isian yang dapat dipelajari dan diisi sendiri oleh subyek
personil yang diteliti. Sebelum dilakukan penelitian perlu diberi penjelasan dan cara
pengiisian formulir.

C. Beban Kerja

1. Defenisi beban kerja

Menurut Marquis dan houston (2000) mendefenisiskan beban kerja perawat adalah
seluruh kegiatan atau aktivitas yang dilakukan oleh seorang perawat selama bertugas
di suatu unit pelayanan keperawatan. Beban kerja biasanya diartikan sebagai patient
days yang merujuk pada jumlah prosedur, pemeriksaan kunjungan pada klien.
Disebutkan pula beban kerja adalah tota waktu keperawatan baik secara langsung atau
tidak langsung dalam memberikan pelayanan keperawatan yang diperlukan oleh klien
dan jumlah perawat yang diperlukan untuk memberikan pelayanan tersebut (Gaudibe,
2000).

Ilyas (2004) mengatakan beban kerja perawat yang tinggi dapat menyebabkab
keletihan, kelelahan. Lebih lanjut ilyas menyebutkan keletihan, kelelahan perawat
terjadi bila perawat bekerja lebih dari 80% dari waktu kerja mereka. Maka dalam hal ini
kemungkingkan keletihan bisa disebabkan berbagai hal seperti tindakan keperawatan
yang berlebihan, pencatatan atau dokumentasi keperawatan yang banyak, tingkat
ketergantungan pasien dengan banyaknya jumlah perawat yang bertugas saat itu.
Menurut Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara 1997, pengertian beban kerja
adalah sekumpulan atau sejumlah kegiatan yang harus diselesaikan oleh suatu unit
organisasi atau pemegang jabatan dalam jangka waktu tertentu. Pengukuran beban
kerja diartikan sebagai suatu teknik untuk mendapatkan informasi tentang efisiensi dan
efektivitas kerja suatu unit organisasi, atau pemegang jabatan yang dilakukan secara
sistematis dengan menggunakan teknik analisis jabatan, teknik analisis beban kerja
atau teknik manajemen lainnya.

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa beban kerja perawat adalah
seluruh kegiatan atau aktifitas yang dilakukan perawat dengan jenis pekerjaan dan
beratnya pekerjaan yang ditetapkan dalam satuan waktu tertentu di suatu unit
pelayanan keperawatan.
2. Pengukuran beban kerja (ilyas,2002)
Untuk mengetahui beban kerja, suatu pekerjaan dapat dilakukan pengukuran kerja.
Pengukuran beban kerja adalah penerapan tehnik yang dirancang untuk menetapkan
bagi seorang pekerja yang memenuhi syarat untuk menyelesaikan suatu pekerjaan
tertentu
Pendekatan-pendekatan yang dapat digunakan untuk mengukur beban kerja perawat
antara lain :
a. Work sampling:
Teknik ini untuk melihat beban kerja personil pada suatu unit, bidang, ataupun jenis
tenaga kerja tertentu. Pada pengamatan dengan pendekatan worksampling dapat
diamati:
1) Aktivitas apa yang sedang dilakukan personil pada waktu jam kerja
2) Apakah aktivitas personil berkaitan dengan fungsi dan tugas pada waktu jam kerja
3) Proporsi waktu kerja untuk kegiatan produktif/ kegiatan langsung atau tidak produktif/
kegiatan tidak langsung.
4) Pola beban kerja personil dikaitkan dengan waktu dan skedul jam kerja
Untuk mendapatkan informasi tersebut dilakukan survei terhadap personil tertentu.
Pada Worksampling yang menjadi pengamatan adalah aktivitas keperawatan yang
dilaksanakan perawat dalam menjalankan tugasnya sehari-hari diruang kerjanya.
Langkah-langkah pengamatan beban kerja dengan metode work sampling yaitu :
1) Ditentukan personil yang akan diteliti
2) Bila jenis personil jumlahnya banyak dilakukan pemilihan sampel sebagai subyek
yang akan diamati
3) Membuat formulir daftar kegiatan perawat yang dapat diklasifikasikan sebagai
kegiatan produktif atau tidak produktif dapat juga kegiatan langsung atau tidak langsung
4) Pengamatan kegiatan perawat dilakukan dengan interval 2- 15 menit atau tergantung
kebutuhan peneliti, makin pendek jarak waktu pengamatan makin banyak sampel
pengamatan yang bisa diamati oleh peneliti. Personil yang
diamati tidaklah penting tetapi apa yang dikerjakan yang jadi pengamatan.
b. Time And Motion Studies
Pada teknik ini peneliti mengamati dengan cermat tentang kegiatan yang dilakukan oleh
personil yang sedang kita amati. Pelaksana pengamatan untuk pengambilan data ini
haruslah seorang yang mengetahui secara benar tentang kompetensi dan fungsi.
Pengamatan dapat dilakukan selama 3 shift dan pengamatan bisa dihentikan bila
pengamatan telah memenuhi standar kompetensi penelitian. Menurut Barry Rander
1991 time study atau studi waktu adalah sebuah metode pengukuran waktu kerja dari
suatu sampel penelitian kerja, para pekerja dan penggunaannya untuk menetapkan
standar waktu kerja. Langkah-langkahnya :
1. Mengidentifikasi jenis-jenis pekerjaan yang akan diamati
2. Membagi jenis-jenis kerjaan yang akan diamati kedalam elemen-elemen kerja.
3. Masing-masing elemen harus mempunyai titik awal dan titik akhir yang pasti untuk
memudahkan pengukuran.
4. Menentukan berapa kali pengukuran atau pengamatan akan dilakukan terhadap
elemen-elemen kerja tersebut (berapa sampel yang diperlukan)
5. Mengamati dan mengukur waktu tiap elemen kerja dari titik akhir sebanyak sampel
yang telah ditentukan dan mencatat hasil pengukuran tersebut.
6. Menghitung jumlah waktu untuk pekerjaan yang telah diamati.
c. Pencatatan kegiatan sendiri (daily log) Merupakan bentuk sederhana dari work
sampling dimana orang yang diteliti menuliskan sendiri kegiatan dan waktu yang
akan digunakan untuk suatu kegiatan. Penggunaan teknik ini sangat bergantung
terhadap kerjasama dan kejujuran dari personil yang sedang diteliti. Peneliti biasanya
membuat pedoman dan formulir isian yang dapat dipelajari dan diisi sendiri oleh subyek
personil yang diteliti. Sebelum dilakukan penelitian perlu diberi penjelasan dan cara
pengiisian formulir.
Dengan menggunakan formulir kegiatan dapat dicatat jenis kegiatan, waktu dan
lamanya kegiatan dilakukan. Kegiatan mulai masuk kerja sampai pulang, pencatatan
dilakukan oleh informan sendiri. Hasil analisis dapat digunakan untuk pola beban kerja,
kapan beban kerja tinggi, apa jenis kerjaan yang membutuhkan waktu banyak, sangat
membutuhkan kerja sama karyawan yang diteliti untuk menghasilkan perhitungan yang
baik lama waktu mengerjakan setiap jenis pekerjaan juga penting untuk melihat beban
kerja perlu waktu dan jumlah produksi, karena produktivitas dapat diukur dengan jumlah
produksi dibagi dengan waktu
3. Klasifikasi pasien
Klasifikasikan pasien sesuai ketergantungan pasien kepada perawat, sistim klasifikasi
pasien dikembangkan untuk mewujudkan asuhan keperawatan yang bermutu dan
efisien karena sistim ini memungkinkan bahwa asuhan atau pelayanan keperawatan
yang diberikan sesuai dengan kebutuhan terhadap pelayanan keperawatan. (wedati,
2005)
a. Manfaat sistim klasifikasi pasien
1) Mengukur beban kerja perawat dan jumlah yang dibutuhkan
2) Membantu dalam menentukan anggaran
3) Membantu dalam manajemen planning
4) Program peningkatan mutu
b. Jenis klasifikasi dasar pasien ( Gillies )
1) Sistem evaluasi faktor langkah – langkahnya:
a) Tiga atau lebih kategori pasien ditentukan untuk merefleksikan tingkat
ketergantungan pasien pada perawat
b) Pengidentifikasian elemen perawat ( elemen, sub elemen, standar waktu )
c) Standar waktu untuk masing – masing sub elemen harus ditentukan, disesuaikan
dengan situasi fisik, tehnologi, penugasan perawat
d) Beberapa sistim klasifikasi menggunakan diskriptor kebutuhan hidup sehari hari
e) Setelah diskriptor diidentifikasi, perancang sistim menentukan tingkat intensitas
perawat untuk masing – masing diskriptor, tingkatan ini dapat ditentukan dengan
jumlah waktu yang dibutuhkan untuk setiap diskriptor.
2) Sistim evaluasi prototip
Sistem ini dikembangkan berdasarkan pada potensi rehabilitasi pasien. Sistim dibagi
menjadi beberapa karateristik dan setiap karakteristik menggambarkan situasi pasien
tertentu
a) Kategori 1, pasien dengan penyakit akut, sementara yang dapat pulih sempurna.
Tujuan menghilangkan masalah kesehatan
b) Kategori 2, pasien penyakit kronik, potensial kembali kekeadaan akut. Tujuan
untuk memngelola penyakit kronik pasien bersama keluarga, untuk
memandirikan keluarga
c) Kategori 3, pasien dengan penyakit atau cacat kronik, tidak dapat dipulihkan,
tujuan rehabilitasi terhadap fungsi maksimal dengan bantuan berkelanjutan
tenaga kesehatan
d) Kategori 4, pasien penyakit kronik tidak dapat dipertahankan dirumah tanpa
bantuan tenaga kesehatan, tujuan mempertahankan fungsi maksimal dengan
bantuan terus menerus
e) Kategori 5, pasien dengan tahap terminal, tujuan mempertahankan kenyamanan
dan dignitas ( martabat ) fase terminal
3) Sistim prototip yang lain
Mengklasifikasikan pasien dalam 5 kategori
a) Self care pasien membutuhkan perawatan kurang dari 2 jam perawatan dalam sehari
b) Minimal care pasien membutuhkan perawatan 2 jam dalam sehari
c) Moderate care pasien membutuhkan 3,5 jam dalam sehari
d) Extensive care pasien memerlukan perawatan 5 – 6 jam dalam sehari
e) Intensive care pasien memerlukan perawatan 7 jam dalam sehari
D. Dokumentasi keperawatan

Dokumentasi secara umum merupakan suatu catatan otentik atau semua warkat asli
yang dapat dibuktikan atau dijadikan bukti dalam persoalan hukum. Sedangkan
dokumentasi keperawatan merupakan bukti pencatatan dan pelaporan yang dimiliki
perawat dalam melakukan catatan perawatan yang berguna bagi kepentingan klien,
perawat dan tim kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan dengan dasar
komunikasi yang akurat dan lengkap secara tertulis dengan tanggung jawab perawat
(Hidayat, 2002).
2.2 Tujuan Dokumentasi Keperawatan

Menurut Nursalam (2001) tujuan utama dari pendokumentasian adalah :

1. Mengidentifikasi status kesehatan klien dalam rangka mencatat kebutuhan klien,


merencanakan, melaksanakan tindakan keperawatan dan mengevaluasi
tindakan.
2. Dokumentasi untuk penelitian, keuangan , hukum, dan etika. Hal ini juga
menyediakan bukti asuhan keperawatan, bukti legal dokumentasi sebagai
pertanggungjawaban kepada klien, informasi terhadap perlindungan individu,
bukti aplikasi standart praktik keperawatan dan statistik pengurangan biaya
informasi, komunikasi, pengurangan biaya informasi, persepsi hak klien,
informasi data dan untuk murid, data keuangan yang sesuai, kerahasiaan
informasi klien dan data perencanaan pelayanan kesehatan dimasa mendatang.

Maka perlunya dokumentasi keperawatan sebagai bukti pencatatan yang telah


dilakukan oleh perawat yang dapat dipertanggungjawabkan.

2.3 Manfaat dan Pentingnya Dokumentasi Keperawatan

Menurut Nursalam (2001) dokumentasi keperawatan mempunyai makna yang penting


bila dilihat dari berbagai aspek antara lain :

a.Aspek Hukum

Semua catatan informasi tentang klien merupakan dokumentasi resmi dan bernilai
hukum. Bila terjadi suatu masalah yang berhubungan dengan profesi keperawatan
dimana perawat sebagai pemberi jasa dan klien sebagai penerima jasa, maka
dokumentasi diperlukan sewaktu-waktu. Dokumentasi tersebut dapat dipergunakan
sebagai barang bukti di pengadilan.

b. Jaminan Mutu (Kualitas Pelayanan)

Pencatatan data klien yang lengkap dan akurat, akan memberi kemudahan bagi
perawat dalam membantu menyelesaikan masalah klien. Dan untuk mengetahui sejauh
mana masalah klien dapat teratasi dan seberapa jauh masalah baru dapat diidentifikasi
dan dimonitor melalui catatan yang akurat.

c.Komunikasi

Dokumentasi keadaan klien merupakan alat perekam terhadap masalah yang berkaitan
dengan klien. Perawat atau tenaga kesehatan lainnya akan dapat melihat catatan yang
ada dan sebagai alat komunikasi yang dijadikan pedoman dalam memberikan asuhan
keperawatan.

d.Keuangan

Semua tindakan keperawatan yang belum, sedang, dan telah diberikan dicatat dengan
lengkap yang dapat dipergunakan sebagai acuan atau pertimbangan dalam biaya
keperawatan bagi klien.

d.Pendidikan

Dokumentasi mempunyai nilai pendidikan karena isinya menyangkut kronologis dari


kegiatan asuhan keperawatan yang dapat digunakan sebagai bahan atau referensi
pembelajaran bagi siswa atau profesi keperawatan.

e.Penelitian

Dokumentasi keperawatan mempunyai nilai penelitian, data yang terdapat didalamnya


mengandung informasi yang dapat dijadikan sebagai bahan atau obyek riset dan
pengembangan profesi keperawatan.

f.Akreditasi

Melalui dokumentasi keperawatan akan dapat dilihat sejauh mana peran dan fungsi
perawat dalam memberikan asuhan keperawatan kepada klien, guna pembinaan dan
pengembangan lebih lanjut. Hal ini selain bermanfaat bagi peningkatan mutu itu sendiri,
juga bagi individu perawat dalam mencapai tingkat kepangkatan yang lebih tinggi.
BAB III
HIPOTESIS
1. Ada hubungan antara umur perawat dengan pendokumentasian asuhan
keperawatan di instalasi rawat inap RS.Kanker Dharmais.
2. Ada hubungan antara pendidikan dengan pendokumentasian asuhan
keperawatan di instalasi rawat inap RS.Kanker Dharmais.
3. Ada hubungan antara pengetahuan perawat dengan pendokumentasian asuhan
keperawatan di instalasi rawat inap RS.Kanker Dharmais.
4. Ada hubungan antara sikap dengan pendokumentasian asuhan keperawatan di
instalasi rawat inap RS.Kanker Dharmais.
5. Ada hubungan antara beban kerja perawat dengan pendokumentasian asuhan
keperawatan di instalasi rawat inap RS.Kanker Dharmais
6. Ada hubungan antara ketersediaan fasilitas dengan pendokumentasian asuhan
keperawatan di instalasi rawat inap RS.Kanker Dharmais
DAFTAR PUSTAKA

Gillies,D.A. (1996). Nursing Management: A system approach.(edisi kedua),


(Dika Sukaman dan Widya Sukaman, penerjemah ). Philadelphia :W.B
Saunders Company
Hidayat, Alimul (2002). Dokumentasi proses Asuhan keperawatan. EGC
Hani (1989). Manajemen Personalia dan Sumberdaya Manusia. BpFE. Jogyakarta.
Kozier,B,et,al.(1995). Fundamental of nursing concepts, process and practice
(fifth edition). California : Eddison Wasley Publishing Company.
Kemenkes RI. (2012). Pedoman bimbingan teknis penyelenggaraan pelayanan
keperawatan di Rumah Sakit khusus. Jakarta
Nursalam (2002). Proses Dokumentasi Keperawatan. Salemba Medika. Jakarta.

Notoadmojo, Suekidjo (1996). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta.

Maltis, Robet (2000). Manajemen Sumberdaya Manusia. Salemba. Jakarta. 2000.


Potter, A.P & Perry, G.A (2007). Fundamental of nursing : conceps, process &
Practice. St Louis : Mosby Year Book.
Tjiptono, F. (2008). Service Management Mewujudkan Layanan Prima.
Yogyakarta : Andi
D. KERANGKA TEORI
Analisa hubungan karakteristik dan perilaku perawat dengan pelaksanaan dokumentasi
keperawatan.

Gambar 2.1 Kerangka teori.

Faktor predisposisi
- Karakteristik Pelayanan
demografi(umur,
pendidikan, keperawatan
masa kerja)
- Pengetahuan
- Sikap
- Nilai
- Keyakinan Pendokumentasian
asuhan
keperawatan
Faktor pendukung - Pengkajian
- tersedianya - Diagnosis
fasilitas / sarana - Perencanaan
Perilaku - Tindakan
Faktor pendorong - Evaluasi
- Sikap dan perilaku
Kelompok referensi

Metode pengukuran
beban kerja
- Work sampling
- Time and motion
study
- Daily log
- Sistim evaluasi
factor
- Sistim evaluasi
prototip

Anda mungkin juga menyukai