Latar Belakang
Matematika merupakan ide – ide yang diberikan secara abstrakk yang diubah dalam simbol
yang tersusun secara hirarkis dan penalaran deduktif, sehingga belajar matematika itu sering
diasumsikan sebagai ilmu mental yang tinggi (Mulyono, 2003). Oleh karena itu, kurikulum
pendidikan di Indonesia menempatkan matematika sebagai mata pelajaran wajib yang diberikan
kepada siswa sekolah dasar, sekolah menengah hingga perguruan tinggi.
Dalam pemecahan masalah terdapat aspek afektif yang harus diperhatikan siswa dalam
pembelajaran matematika yaitu Self confindece. Self confindece adalah keyakinan atau percaya
diri seseorang untuk berprilku yang diharapkan serta mempunyai suatu situasi untuk menghasilkan
yang positif (Ismawati, 2010). Siswa yang memiliki kepercayaan diri dapat menyelesaikan tugas
atau pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya, maka hal ini akan berdampak
positif terhadap dirinya sehingga siswa menjadi lebih yakin dan dapat meningkatkan prestasi yang
diperoleh. Pada masa ini siswa akan mengalami kekurangan rasa percaya diri, perubahan secara
fisik, sehingga mempengaruhi rasa percaya dirinya (Hurlock, 1980). Sementara itu, Lauster
(Hendriana, 2012), terdapat beberapa karakteristik untuk menilai kepercayaan diri individu,
diantaranya: a) percaya kepada kemampuan sendiri; b) bertindak mandiri dalam mengambil
keputusan; c) memiliki konsep diri yang positif; d) berani mengungkapkan pendapat. Sedangkan
indikator-indikator kepercayaan diri yang akan digunakan selama pembelajaran matematika
adalah indikator yang dikemukakan oleh Lauster (Hendriana, 2012), antara lain : 1) optimis: 2)
percaya pada kemampuan sendiri; 3) toleransi; 4) ambisi normal; 5) tanggung jawab; 6) rasa aman;
7) mandiri; dan 8) mudah menyesuaikan diri.
Salah satu model pembelajaran yang berbasis stundent teacher adalah Problem Based
Learning (PBL). Problem Based Learning (PBL) merupakan suatu model pembelajaran berbasis
masalah dimana permasalahan diberikan diawal pembelajaran kepada siswa untuk belajar
sehingga memiliki keterampilan untuk menyelesaikan suatu masalah (Kusuma, 2014). Esensi
pembelajaran dengan menggunakan model PBL adalah menyuguhkan berbagai situasi bermasalah
yang otentik dan bermakna bagi peserta didik, yang dapat berfungsi sebagai landasan bagi
investigasi dan penyelidikan peserta didik untuk lebih.
Self Confindece
NO Faktor Indikator
1 Kepercayaan terhadap pemahaman Percaya diri dalam menghadapi kegagalan
dan kesadaran diri terhadap dan keberhasilan
kemampuan matematikanya. Percaya diri dalam bersaing dan
dibandingkan dengan teman-temannya
2 Kemampuan untuk menentukan Tahu keterbatasan diri dalam menghadapi
secara realistic sasaran yang ingin persaingan dengan teman-temannya
dicapai dan menyusun rencana aksi
sebagai usaha untuk meraih sasaran Tahu keterbatasan diri dalam menghadapi
yang telah ditentukan matematka
3 Kepercayaan terhadap matematika Matematika sebagai Sesutu yang abstrak
itu sendiri. (matematika sebagai Matematika sebagai suatu yang sangat
ilmu) berguna
Matematika sebagai suatu seni, analisitis
dan rasional
Matematika sebagai suatu kemampuan
bawaan
Problem Based Learning (PBL) adalah pembelajaran atau pengajaran yang memberi siswa
pengalaman masalah dan menerima instruksi apapun sebelumnya (Merrit, 2017). Nurhadi,
(Sudarman: 2007) menyatakan bahwa PBL merupakan suatu model pembelajaran yang bersifat
konteks nyata bagi peserta didik untuk belajar sehingga bisa berfikir kritis dengan keterampilan
yang diperoleh dari pengetahuan yang didapatkan dalam proses belajar mengajar.
Pada kegiatan ini guru memulai pelajaran dengan memberikan salam pembuka,
mengingatkan siswa tentang materi pelajaran yang lalu, memotivasi siswa, menyampaikan
tujuan pembelajaran dan menjelaskan model pembelajarannya yang akan dijalani. Pada
kegiatan ini guru mengajukan permasalahan yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari
sesuai dengan materi yang diajarkan misalkan materi tentang persamaan kuadrat, melalui LKS
dan menyelesaikannya secara berkelompok.
Karakter yang dibentuk adalah self confindece (Percaya Diri) karena sesuai dengan
indikator self confindece yaitu “Percaya diri dalam menghadapi kegagalan dan
keberhasilan”
Dalam tahap ini pembagian kelompok dapat dilakukan berdasarkan kesepakatan bersama
antara siswa dan guru. Membimbing siswa untuk aktif dalam pembelajaran,
mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut.
Pada tahap ini, siswa melakukan penyelidikan/pemecahan masalah secara bebas dalam
kelompoknya. Guru memberikan dorongan kepada siswa untuk mengumpulkan data tentang
situasi permasalahanya.
Karakter yang dibentuk adalah self confindece (Percaya Diri) karena sesuai dengan
indikator self confindece yaitu “Percaya diri dalam menghadapi kegagalan dan
keberhasilan, dan percaya diri dalam bersaing dibandingkan dengan teman-temannya,
Karakter yang dibentuk yaitu self confindece (Percaya Diri) dengan faktor :
kepercayaan terhadap matematika itu sendiri (matematika sebagai ilmu) dengan
indikatornya yaitu : Matematika sebagai sesuatu yang abstrak.
Pada tahap ini guru memberikan kesempatan kepada kelompok untuk mempersentasikan
hasil diskusi dengan cara mengecek kelompok, serta membebrikan kesempatan kepada
kelompok lain untuk menanggapi permasalahan yang disajikan oleh kelompok yang maju ke
depan. Kegiatan ini berguna untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap materi yang
disajikan
Karakter yang dibentuk yaitu self confindece (Percaya Diri) tahu keterbatasan diri dalam
menghadapi persaingan dengan teman-temannya dan berdasrakan faktor self confindece :
kepercayaan terhadap matematika itu sendiri (matematika sebagai ilmu) dengan indikatornya
yaitu : Matematika sebagai sesuatu yang abstrak
Pada tahap ini guru membantu siswa menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan
masalah yang telah mereka kerjakan. Sementara siswa menyusun kembali hasil pemikiran dan
kegiatan yang dilampaui pada tahap penyelesaian masalah.
Kesimpulan
Dengan model pembelajaran PBL (Problem Based Learning) dapat mengembangkan
kemampuan karakter Self Confindece (Percaya Diri) dimana memenuhi indikator Self Confindece
melalui tahapan PBL (Problem Based Learning). Sehingga Self Confindece siswa bisa bisa
dikembangkan melalui model pembelajaran PBL.