Anda di halaman 1dari 15

KATA PENGANTAR

Segala puja dan puji penulis haturkan kehadirat Allah SWT yang mana atas
limpahan rahmat, hidayah dan inayahNya jualah penulis dapat menyusun
makalah ini untuk bahan kenaikan pangkat. Serta tak lupa pula Shalawat
berangkaikan salam semoga tetap tercurahkan kepada manusia paling sempurna
yakni Nabi Muhammad SAW, semoga syafaatnya selalu kita nantikan di padang
Mahsyar.

Berkat pertolongan Allah penulis mampu menyelesaikan penyusunan


makalah tentang Murji’ah, yang penulis susun sebagai syarat untuk untuk
kenaikkan pangkat dan golongandari III/b ke III/c, yakni membuat karya ilmiah.
Penulis berhararap makalah ini bisa menambah wawasan dan pemahaman bagi
teman – teman untuk mengenal salah satu golongan yang bernama Murji’ah.

Dalam penyusun makalah ini, penulis menyadari bahwa masih terdapat


banyak kekurangan baik dari sisi redaksi, diksi dan referensi yang berkaitan
dengan makalah ini. Oleh karena itu kritik dan saran dari pembaca sangat penulis
harapkan demi perbaikan dan penyusunan makalah ini yang akan datang.

Bangko , 25 Oktober 2018


Penulis,

ASNUL KABRI, S.Pd.I

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................... i


DAFTAR ISI .................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 1
1.3 Tujuan ........................................................................................................ 1

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Aliran Murji`ah ......................................................................................... 2
2.2 Kemunculan Aliran Murji’ah .................................................................... 5
2.3 Doktrin – doktrin Murji`ah ....................................................................... 8
2.4. Sekte – sekte Murji`ah ............................................................................... 9
2.5 Tokoh-tokoh Murji’ah ............................................................................... 10

BAB III PENUTUP


1.1 Kesimpulan................................................................................................. 15
1.2 Saran .......................................................................................................... 15

REFERENSI

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sudah kita ketahui bahwa dalam Islam banyak sekali aliran – aliran dan di
antaranya adalah Murji’ah. Aliran ini adalah satu di antara aliran – aliran yang
muncul ketika terjadi konflik antara Ali dan Muawiyah. Supaya kita lebih tahu
tentang aliran Murji’ah, maka dirasa perlu bagi kita membahas tentang aliran
Murji’ah.

1.2 Masalah yang dibahas


a. Apakah yang dimaksud dengan aliran Murji’ah?
b. Apa sebab munculnya aliran Murji’ah?
c. Apa saja doktrin – doktrin aliran Murji’ah?
d. Apa saja sekte – sekte aliran Murji’ah?
e. Siapa sajakah tokoh-tokoh dalam aliran murji’ah?

1.3 Tujuan Pembahasan


a. Mengetahui aliran Murji’ah.
b. Mengetahui sebab munculnya aliran Murji’ah.
c. Mengetahui doktrin – doktrin aliran Murji’ah.
d. Mengetahui sekte – sekte aliran Murji’ah.
e. Mengetahui siapa-siapa saja tokoh-tokoh dalam aliran murji’ah.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Murji’ah


Murji’ah berasal dari kata irja atau arja`a yang mempunyai makna
penangguhan atau penundaan.1 Kata arja’a juga mengandung arti memberi
harapan ( I’tho` Al Roja`) dan mengakhirkan (Al Ta`khir). Oleh karena itu
Murji’ah berarti orang yang menunda penjelasan kedudukan seseorang yang
bersengketa, yakni Ali dan Mu’awiyah serta pasukannya masing – masing ke hari
kiamat kelak. Selain itu juga berarti orang yang mengakhirkan amal dari pada
iman.2 Maksudnya menganggap iman lebih penting dari pada amal.
Murji’ah diambil dari kata irja atau arja’a. Ada beberapa pendapat tentang
arti arja’a, diantaranya ialah:
a. Menurut Ibn ‘Asakir,
Dalam uraiannya tentang asal-usul kaum Murji’ah mengatakan bahwa
arja’a berarti menunda. Dinamakan demikian karena mereka itu berpendapat
bahwa masalah dosa besar itu ditunda penyelesaiannya sampai hari perhitungan
nanti, kita tidak dapat menghukumnya sebagai orang kafir.
b. Ahmad Amin dalam kitabnya Fajr al-Islam
Mengatakan bahwa arja’a juga mengandung arti membuat sesuatu,
mengambil tempat-tempat dibelakang, dalam arti memandang sesuatu kurang
penting. Dinamakan sesuatu kurang penting, sebab yang penting adalah imannya.
Amal adalah nomor dua setelah iman.
c. Ahmad Amin
Mengatakan bahwa arja’a juga mengandung arti memberi pengharapan.
Dinamakan demikian, karena di antara kaum Murji’ah ada yang berpendapat
bahwa orang Islam yang melakukan dosa besar itu tidak berubah menjadi kafir, ia
tetap sebagai mukmin, dan kalau ia dimasukkan ke dalam neraka, maka ia tidak

1. Atabik Ali dan Ahmad Zuhdi Muhdlor. Kamus Al Ashri. Yogyakarta : Multi Karya Grafika. 1998.
Hal. 76

2. Abi Al fath Muhammad Abd Al Karim. Milal Wa Al Nihal. Beirut : Dar Al Fikr. 2005. Hal. 112

4
kekal didalamnya. Dengan demikian orang yang berbuat dosa besar masih
mempunyai pengharapan akan dapat masuk surga.
d. Al Azhari
Menyebutkan perihal kata-kata Raja’ yang mempunyai arti ‘takut’ yaitu
apabila lafadz Raja’ bersama dengan huruf nafi. Dari pengertian-pengertian
diatas dapat disimpulkan bahwa pemikiran kalam Murji’ah merupakan suatu
aliran yang berpendapat bahwa orang yang melakukan dosa besar tidaklah
menjadi kafir, akan tetapi tetap mukmin dan urusan dosa besar yang telah
dilakukan ditunda penyelesaiannya sampai hari kiamat.

2.2 Kemunculan Aliran Murji’ah


Ada beberapa teori yang berkembang mengenai asal – usul kemunculan
Murji’ah. Teori pertama mengatakan bahwa gagasan irja` atau arja
dikembangkan oleh sebagian sahabat dengan tujuan menjamin persatuan dan
kesatuan umat Islam ketika terjadi pertikaian politik. Murji’ah baik sebagai
kelompok politik maupun teologis, diperkirakan lahir bersamaan dengan
kemunculan Syi’ah dan Khawarij. Kelompok ini merupakan musuh berat
Khawarij.3[4]
Teori lain menceritakan bahwa ketika terjadi perseteruan antara Ali dan
Muawiyah, dilakukan tahkim ( arbitrase ) atas usulan Amr bin Ash, seorang kaki
tangan Muawiyah. Kelompok Ali terpecah menjadi dua kubu yang pro dan yang
kontra. Kelompok yang kontra akhirnya menyatakan keluar dari Ali, yakni kubu
Khawarij. Mereka memandang bahwa tahkim bertentangan dengan Al Qur’an,
dalam pengertian tidak bertahkim berdasarkan hukum Allah. Oleh karena itu,
mereka berpendapat bahwa melakukan tahkim itu dosa besar, dan pelakunya
dapat dihukumi kafir sama seperti perbuatan dosa besar lain seperti zina,
membunuh tanpa alasan yang benar. Pendapat ini ditentang sekelompok sahabat
yang kemudian disebut Murji`ah. Murji`ah mengatakan bahwa pembuat dosa

3[4] Dr. Abdul Rozak, M.Ag. dan Dr. Rosihon Anwar, M.Ag., Ilmu Kalam, CV Pustaka Setia, Bandung, 2006,
Cet II, hal 56

5
besar tetap mukmin tidak kafir sementara dosanya diserahkan kepada Allah,
apakah Dia akan mengampuninya atau tidak.4[5]

2.3 Doktrin – doktrin Murji`ah


Ajaran Murji’ah pada dasarnya bersumber pada gagasan atau doktrin irja`
atau arja`a yang diaplikasikan dalam banyak persoalan, baik persoalan politik
maupun persoalan teologis. Di bidang Politik, doktrin irja` diimplementasikan
dengan sikap politik netral atau nonblok, yang hampir selalu diekspresikan
dengan sikap diam. Itulah sebabnya kelompok Murji`ah dikenal sebagai the
queietists (kelompok bungkam). Sikap ini akhirnya berimplikasi begitu jauh
sehingga membuat Murji`ah selalu diam dalam persoalan politik.
Adapun dibidang teologi, doktrin irja` dikembangkan Murji`ah ketika
menanggapi persoalan – persoalan teologis yang muncul pada saat itu. Pada
perkembangan berikutnya, persoalan – persoalan yang ditanggapinya menjadi
semakin kompleks sehingga mencangkup iman, kufur, dosa besar dan ringan,
tauhid, tafsir Al Qur’an, eksatologi, pengampunan atas dosa besar, kemaksuman
Nabi, hukuman atas dosa, ada yang kafir dikalangan generasi awal Islam, hakikat
Al Qur’an, nama dan sifat Allah serta ketentuanNya.5[6]
Dalam doktrin – doktrinnya Murji`ah memiliki empat ajaran pokok :
a. Menunda hukuman atas Ali, Muawiyah, Amr bin Ash, dan Abu Musa Al
Asy`ary yang terlibat tahkim dan menyerahkannya kepada Allah di hari kiamat
kelak.
b. Menyerahkan keputusan kepada Allah atas orang muslim yang berdosa
besar.
c. Meletakkan (pentingnya) iman dari pada amal.
d. Memberikan pengharapan kepada muslim yang berdosa besar untuk
memperoleh ampunan dan rahmat dari Allah.6[7]

4[5] Ibid, hal. 57

5[6] Ibid, hal. 39

6[7] Harun Nasution, Teologi Islam Aliran – Aliran Sejarah Analisa Perbandingan, UI Press, Jakarta, cet 5,
1986, hal 22 – 23

6
Ajaran-ajaran pokok Murji’ah pada dasarnya bersumber dari gagasan
atau doktrin irja atau arja’a yang diaplikasikan dalam banyak persoalan, baik
persoalan politik maupun teologis. Berkaitan dengan doktrin teologi Murji’ah,
W. Montgomery Watt merincinya sebagai berikut:
a. Penangguhan keputusan terhadap Ali dan Muawiyah hingga Allah
memutuskannya di Akhirat kelak.
b. Penangguhan Ali untuk menduduki ranking keempat dalam peringkat Al-
Khalifah Ar-Rasyidin.
c. Pemberian harapan terhadap orang muslim yang berdosa besar untuk
memperoleh ampunan dan rahmat dari Allah.7[8]

Abu ‘A’la Al-Maududi menyebutkan dua doktrin pokok ajaran


Murji’ah, yaitu:
a. Iman adalah percaya kepada Allah dan Rasul-Nya saja. Adapun amal atau
perbuatan tidak merupakan suatu keharusan bagi adanya iman. Berdasarkan
hal ini, seseorang tetap dianggap mukmin walaupun meninggalkan perbuatan
yang difardukan dan melakukan dosa besar.
b. Dasar keselamatan adalah iman semata. Selama masih ada iman di hati,
setiap maksiat tidak dapat mendatangkan madarat ataupun gangguan atas
seseorang. Untuk mendapat pengampunan manusia cukup hanya dengan
menjauhkan diri dari Syirik dan mati dalam keadaan akidah tauhid.8[9]

Harun Nasution menyebutkan ajaran pokoknya yaitu :


a. Menunda hukuman atas Ali, Muawwiyah, Amr bin Ash, dan Musa al Asy’
ary yang terlibat tahkim dan menyerahkannya kepada Allah di hari akhir
kelak.
b. Menyerahkan keputusan kepada Allah atas orang muslim yang berdosa besar.
c. Meletakkan pentingnya iman daripada amal.

7[8] Abdul Rozak dkk, ilmu kalam, (Bandung: Pustaka Setia, 2001), hlm.58.

8[9] Abdul Rozak dkk, ilmu kalam, (Bandung: Pustaka Setia, 2001), hlm.59.

7
d. Memberikan pengharapan kepada muslim yang berdosa besar untuk
memperoleh ampunan di sisi Allah.9[10]
Dari doktrin-doktrin teologi Murji’ah yang dikemukakan oleh W.
Montgomery Watt, Abu ‘A’la Al-Maududi, Harun Nasution dapat kita simpulkan
bahwa doktrin-doktrin Murji’ah sebagai berikut:
a. Penangguhan hukum atas Ali, Muawiyah, Amr bin Ash, dan Musa al Asy
‘ary yang terlibat tahkim.
b. Iman itu adalah tashdiq ( pembenaran ) saja, atau pengetahuan hati atau ikrar.
c. Amal tidak masuk dalam hakekat iman dan tidak masuk dalam bagiannya.
Mereka ( Murji’ah) berkata “iman adalah membenarkan dalam hati atau
membenarkan dalam hati dan di ungkapkan dengan lisan. Adapun amal,
menurut mereka merupakan syarat kesempurnaan iman saja dan tidak masuk
di dalam pengertian iman. Barangsiapa yang membenarkan dengan hatinya
dan mengucapkan dengan lisannya, maka dia adalah seorang beriman yang
sempurna imannya menurut mereka, walau dia telah meninggalkan
perbuatan–perbuatan yang berupa meninggalkan kewajiban, mengerjakan
keharaman, dia berhak masuk surga meskipun belum beramal kebaikan sama
sekali. Menetapkan atas hal itu ketetapan–ketetapan yang bathil, seperti :
membatasi kekufuran dengan kufur takdzib (kufur bohong) dan menganggap
halal hanya dengan hati.” (Majmu’ Fatawa Al Lajnah Ad Daimah).
d. Orang yang bermaksiat dikatakan mukmin yang sempurna imannya.
Sebagaimana sempurnanya tashdiq di akhirat kelak tidak akan masuk ke
neraka. Bahkan perbuatan kafir dan zindiq tak sedikitpun membahayakan
keimanan seorang muslim.
e. Manusia pencipta amalnya sendiri dan Allah tidak dapat melihatnya di akhirat
nanti (ini seperti faham mu’tazilah).
f. Sesungguhnya imamah ( khalifah ) itu boleh datang dari golongan mana saja
walaupun bukan dari Quraisy.
g. Iman adalah mengenal Allah secara mutlak, dan bodoh kepada Allah adalah
kufur kepada – NYA

9[10] Nasution, Teologi Islam. (Jakarta: Universitas Indonesia Press, 2002), hlm. 22

8
2.4 Sekte – sekte Murji`ah
Secara garis besar Murji`ah diklasifikasikan menjadi dua sekte. Yaitu
sekte yang moderat dan sekte yang ekstrim. Murji`ah moderat berpendirian
bahwa orang yang melakukan dosa besar tetap mukmin, tidak kafir, tidak pula
kekal dalam neraka. Mereka akan disiksa sebesar dosanya dan bisa juga diampuni
oleh Allah sehingga tidak masuk neraka sama sekali. Iman adalah pengetahuan
tentang Tuhan dan Rasul – RasulNya serta apa saja yang datang darinya secara
keseluruhan namun dalam garis besar. Iman dalam hal ini tidak bertambah dan
tidak pula berkurang. Tak ada perbedaan manusia dalam hal ini. Penggagas
pendirian ini adalah Al Hasan Bin Muhammad Bin Abi Thalib, Abu Hanifah,
Abu Yusuf, dan beberapa ahli hadits.10[11]
Sedangkan yang termasuk kelompok Murji`ah Ekstrim adalah sebagai
berikut :
a. Jahmiyah, kelompok Jahm Bin Shafwan dan para pengikutnya,
berpandangan bahwa orang yang percaya kepada Tuhan kemudian menyatakan
kekufurannya secara lisan, tidaklah menjadi kafir karena iman dan kufuran itu
bertempat di hati bukan pada bagian lain dalam tubuh manusia.
b. Shalihiyah, Kelompok Abu Hasan Al Shalihi, berpendapat bahwa iman
adalah mengetahui Tuhan, sedangkan kufur adalah tidak tahu Tuhan. Shalat
bukan merupakan ibadah kepada Allah. Yang disebut ibadah adalah iman
kepadaNya dalam arti mengetahui Tuhan. Begitu pula zakat, puasa dan haji
bukanlah ibadah, melainkan sekedar menggambarkan kepatuhan.
c. Yunusiyah dan Ubaidiyah melontarkan pernyataan bahwa melakukan
maksiat atau perbuatan jahat tidaklah merusak iman seseorang. Mati dalam iman,
dosa – dosa dan perbuatan – perbuatan jahat yang dikerjakan tidaklah merugikan
orang yang bersangkutan. Dalam hal ini Muqatil bin Sulaiman berpendapat
bahwa perbuatan jahat banyak atau sedikit, tidak merusak iman seseorang sebagai
musyrik.

10[11] Ibid, hal. 24-25.

9
d. Ghasaniyah menyebutkan bahwa jika seseorang mengatakan, “ Saya tahu
Tuhan melarang makan babi, tetapi saya tidak tahu apakah babi yang
diharamkan adalah kambing ini,” maka orang tersebut tetap mukmin bukan
kafir. Begitu pula yang mengatakan,” Saya tahu Tuhan mewajibkan naik haji ke
Ka’bah, tetapi saya tidak tahu apakah Ka’bah di India atau tempat lain.11[12]

2.5 Tokoh-tokoh dalam aliran Murji’ah


Al Bagdhadi membagi aliran Murjiah kepada tiga golongan besar, yaitu:
 Murjiah dalam pengaruh faham Qadariah dengan pendukung-
pendukungnya:
a. Ghailan
b. Abi Syamar
c. Muhammad bin Syahib al Basri
Mereka ini menganut paham kehendak bebas yang dikaitkan ketentuan-ketentuan
efektif Tuhan terhadap setiap kejadian.
 Murjiah dalam pengaruh faham Jabariah dengan pendukung-
pendukungnya:
a. Jaham bin Safwan
Yaitu yang menganut paham bahwa iman dan kufur adalah terletak di hati dan
bukan terletak pada perbuatan manusia. Oleh karena itu, orang yang menyembah
berhala dan matahari dianggap tetap beriman.12[13]
 Murji’ah yang tidak dalam pengaruh faham Jabariah atau Qadariah dan
mereka ini terbagi dalam lima golongan:
a. Yunusiah
b. Ghassaniah
c. Tsaubaniah
d. Thumaniah
e. Marisiah

11[12] Ibid, hal. 26 - 27

12[13] Mulyono dan Bashori,Studi Ilmu Tauhid atau Kalam, h.122.

10
Tokoh-tokoh Murji’ah, di samping yang telah di sebutkan dalam
pimpinan golongan-golongan di atas, dikenal pula:
a. Hasan bin Muhammad bin Ali bin Abi Thalib
b. Sa’id bin Zubair (seorang wara’ dan zuhud termasuk tabi’in)
c. Abu Hanifah (Imam Mazhab)
d. Abu Yusuf
e. Muhammad bin Hasan
f. Dan lain-lain dari ahli Hadis.13[14]

13[14] Muhammad Laily Mansur, Pemikiran Kalam dalam Islam (Jakarta:


Pustaka Firdaus, 1994) , 32-33.

11
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Bedasarkan uraian di atas, dapat kami simpulkan beberapa kesimpulan antara lain
adalah:
a. Aliran Murji’ah adalah salah satu Aliran yang yang menentang Aliran
Khawarij tentang status kafir bagi pelaku dosa besar.
b. Penyebab kemunculan Aliran Murji’ah adalah persoalan politik
c. Terdapat banyak pendapat dan teori tentang pengklasifikasian sekte – sekte
aliran Murji’ah.
d. Dalam doktrin – doktrinnya, Murji`ah memiliki empat ajaran pokok :
1). Menunda hukuman atas Ali, Muawiyah, Amr bin Ash, dan Abu Musa Al
Asy`ary yang terlibat tahkim dan menyerahkannya kepada Allah di hari
kiamat kelak.
2). Menyerahkan keputusan kepada Allah atas orang muslim yang berdosa
besar.
3). Meletakkan (pentingnya) iman dari pada amal.
4). Memberikan pengharapan kepada muslim yang berdosa besar untuk
memperoleh ampunan dan rahmat dari Allah
5. Tokoh-tokoh yang berpengaruh yaitu: Ghailan, Abi Syamar, Muhammad bin
Syahid al Basri, Jaham bin Safwan, Hasan bin Muhammad bin Ali bin Abi
Thalib, Sa’id bin Zubair (seorang wara’ dan zuhud termasuk tabi’in), Abu
Hanifah (Imam Mazhab), Abu Yusuf, Muhammad bin Hasan Dan lain-lain
dari ahli Hadis

3.2 Saran – saran


a. Kami menghimbau kepada teman – teman seperjuangan untuk mencari
lebih luas tentang aliran Murji’ah yang belum bisa kami bahas pada
makalah kami ini.
b. Kami mengharap kepada teman – teman untuk lebih kompak dalam
mengerjakan tugas sehingga dapat mendapat manfaat dari adanya

12
pembuatan tugas dengan utuh dan agar tidak ada pihak yang merasa
dirugikan. Demikian sajian makalah ini mudah – mudahan apa yang kami
uraikan pada makalah ini bisa memberi manfaat bagi kami dan yang
mengkaji makalah ini. Dalam pembuatan makalah ini pasti masih banyak
kekurangan, untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat kami
harapkan demi kesempurnaan pada penulisan karya ilmiah mendatang.

Daftar Pustaka

Nasution Harun, Teologi Islam Aliran – Aliran Sejarah Analisa Perbandingan,


UI Press, Jakarta, cet 5, 1986
Rozak Abdul dan Anwar Rosihon, Ilmu Kalam, CV Pustaka Setia, Bandung,
2006, Cet II,
Ali Atabik dan Muhdlor Ahmad Zuhdi, Kamus Al Ashri, Multi Karya Grafika,
Krapyak, 1998,
Muhammad Abi Al fath, Milal Wa Al Nihal, Dar Al Fikr, Beirut, 2005,
14[1] Atabik Ali dan Ahmad Zuhdi Muhdlor, Kamus Al Ashri, Multi Karya Grafika, Krapyak, 1998, hal 76
15[2] Abi Al fath Muhammad Abd Al Karim, Milal Wa Al Nihal, Dar Al Fikr, Beirut, 2005, hal 112
16[3] http://www.referensimakalah.com/2012/07/pengertian-murjiah-
pengantar.html, 22 Oktober 2014, 11:00
17[4] Dr. Abdul Rozak, M.Ag. dan Dr. Rosihon Anwar, M.Ag., Ilmu Kalam, CV Pustaka Setia, Bandung,
2006, Cet II, hal 56

13
18[5] Ibid, hal. 57
19[6] Ibid, hal. 39
20[7] Harun Nasution, Teologi Islam Aliran – Aliran Sejarah Analisa Perbandingan, UI Press, Jakarta, cet
5, 1986, hal 22 – 2321[8] Abdul Rozak dkk, ilmu kalam, (Bandung: Pustaka Setia, 2001), hlm.58.22[9]
Abdul Rozak dkk, ilmu kalam, (Bandung: Pustaka Setia, 2001), hlm.59.
23[10] Nasution, Teologi Islam. (Jakarta: Universitas Indonesia Press, 2002), hlm. 22
24[11] Ibid, hal. 24-25.
25[12] Ibid, hal. 26 - 27
26[13] Mulyono dan Bashori,Studi Ilmu Tauhid atau Kalam, h.122.
27[14] Muhammad Laily Mansur, Pemikiran Kalam dalam Islam (Jakarta:
Pustaka Firdaus, 1994) , 32-33.

14
15

Anda mungkin juga menyukai