Makalah Aliran Murji'ah Untuk Kepangkatan
Makalah Aliran Murji'ah Untuk Kepangkatan
Segala puja dan puji penulis haturkan kehadirat Allah SWT yang mana atas
limpahan rahmat, hidayah dan inayahNya jualah penulis dapat menyusun
makalah ini untuk bahan kenaikan pangkat. Serta tak lupa pula Shalawat
berangkaikan salam semoga tetap tercurahkan kepada manusia paling sempurna
yakni Nabi Muhammad SAW, semoga syafaatnya selalu kita nantikan di padang
Mahsyar.
1
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 1
1.3 Tujuan ........................................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Aliran Murji`ah ......................................................................................... 2
2.2 Kemunculan Aliran Murji’ah .................................................................... 5
2.3 Doktrin – doktrin Murji`ah ....................................................................... 8
2.4. Sekte – sekte Murji`ah ............................................................................... 9
2.5 Tokoh-tokoh Murji’ah ............................................................................... 10
REFERENSI
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
BAB II
PEMBAHASAN
1. Atabik Ali dan Ahmad Zuhdi Muhdlor. Kamus Al Ashri. Yogyakarta : Multi Karya Grafika. 1998.
Hal. 76
2. Abi Al fath Muhammad Abd Al Karim. Milal Wa Al Nihal. Beirut : Dar Al Fikr. 2005. Hal. 112
4
kekal didalamnya. Dengan demikian orang yang berbuat dosa besar masih
mempunyai pengharapan akan dapat masuk surga.
d. Al Azhari
Menyebutkan perihal kata-kata Raja’ yang mempunyai arti ‘takut’ yaitu
apabila lafadz Raja’ bersama dengan huruf nafi. Dari pengertian-pengertian
diatas dapat disimpulkan bahwa pemikiran kalam Murji’ah merupakan suatu
aliran yang berpendapat bahwa orang yang melakukan dosa besar tidaklah
menjadi kafir, akan tetapi tetap mukmin dan urusan dosa besar yang telah
dilakukan ditunda penyelesaiannya sampai hari kiamat.
3[4] Dr. Abdul Rozak, M.Ag. dan Dr. Rosihon Anwar, M.Ag., Ilmu Kalam, CV Pustaka Setia, Bandung, 2006,
Cet II, hal 56
5
besar tetap mukmin tidak kafir sementara dosanya diserahkan kepada Allah,
apakah Dia akan mengampuninya atau tidak.4[5]
6[7] Harun Nasution, Teologi Islam Aliran – Aliran Sejarah Analisa Perbandingan, UI Press, Jakarta, cet 5,
1986, hal 22 – 23
6
Ajaran-ajaran pokok Murji’ah pada dasarnya bersumber dari gagasan
atau doktrin irja atau arja’a yang diaplikasikan dalam banyak persoalan, baik
persoalan politik maupun teologis. Berkaitan dengan doktrin teologi Murji’ah,
W. Montgomery Watt merincinya sebagai berikut:
a. Penangguhan keputusan terhadap Ali dan Muawiyah hingga Allah
memutuskannya di Akhirat kelak.
b. Penangguhan Ali untuk menduduki ranking keempat dalam peringkat Al-
Khalifah Ar-Rasyidin.
c. Pemberian harapan terhadap orang muslim yang berdosa besar untuk
memperoleh ampunan dan rahmat dari Allah.7[8]
7[8] Abdul Rozak dkk, ilmu kalam, (Bandung: Pustaka Setia, 2001), hlm.58.
8[9] Abdul Rozak dkk, ilmu kalam, (Bandung: Pustaka Setia, 2001), hlm.59.
7
d. Memberikan pengharapan kepada muslim yang berdosa besar untuk
memperoleh ampunan di sisi Allah.9[10]
Dari doktrin-doktrin teologi Murji’ah yang dikemukakan oleh W.
Montgomery Watt, Abu ‘A’la Al-Maududi, Harun Nasution dapat kita simpulkan
bahwa doktrin-doktrin Murji’ah sebagai berikut:
a. Penangguhan hukum atas Ali, Muawiyah, Amr bin Ash, dan Musa al Asy
‘ary yang terlibat tahkim.
b. Iman itu adalah tashdiq ( pembenaran ) saja, atau pengetahuan hati atau ikrar.
c. Amal tidak masuk dalam hakekat iman dan tidak masuk dalam bagiannya.
Mereka ( Murji’ah) berkata “iman adalah membenarkan dalam hati atau
membenarkan dalam hati dan di ungkapkan dengan lisan. Adapun amal,
menurut mereka merupakan syarat kesempurnaan iman saja dan tidak masuk
di dalam pengertian iman. Barangsiapa yang membenarkan dengan hatinya
dan mengucapkan dengan lisannya, maka dia adalah seorang beriman yang
sempurna imannya menurut mereka, walau dia telah meninggalkan
perbuatan–perbuatan yang berupa meninggalkan kewajiban, mengerjakan
keharaman, dia berhak masuk surga meskipun belum beramal kebaikan sama
sekali. Menetapkan atas hal itu ketetapan–ketetapan yang bathil, seperti :
membatasi kekufuran dengan kufur takdzib (kufur bohong) dan menganggap
halal hanya dengan hati.” (Majmu’ Fatawa Al Lajnah Ad Daimah).
d. Orang yang bermaksiat dikatakan mukmin yang sempurna imannya.
Sebagaimana sempurnanya tashdiq di akhirat kelak tidak akan masuk ke
neraka. Bahkan perbuatan kafir dan zindiq tak sedikitpun membahayakan
keimanan seorang muslim.
e. Manusia pencipta amalnya sendiri dan Allah tidak dapat melihatnya di akhirat
nanti (ini seperti faham mu’tazilah).
f. Sesungguhnya imamah ( khalifah ) itu boleh datang dari golongan mana saja
walaupun bukan dari Quraisy.
g. Iman adalah mengenal Allah secara mutlak, dan bodoh kepada Allah adalah
kufur kepada – NYA
9[10] Nasution, Teologi Islam. (Jakarta: Universitas Indonesia Press, 2002), hlm. 22
8
2.4 Sekte – sekte Murji`ah
Secara garis besar Murji`ah diklasifikasikan menjadi dua sekte. Yaitu
sekte yang moderat dan sekte yang ekstrim. Murji`ah moderat berpendirian
bahwa orang yang melakukan dosa besar tetap mukmin, tidak kafir, tidak pula
kekal dalam neraka. Mereka akan disiksa sebesar dosanya dan bisa juga diampuni
oleh Allah sehingga tidak masuk neraka sama sekali. Iman adalah pengetahuan
tentang Tuhan dan Rasul – RasulNya serta apa saja yang datang darinya secara
keseluruhan namun dalam garis besar. Iman dalam hal ini tidak bertambah dan
tidak pula berkurang. Tak ada perbedaan manusia dalam hal ini. Penggagas
pendirian ini adalah Al Hasan Bin Muhammad Bin Abi Thalib, Abu Hanifah,
Abu Yusuf, dan beberapa ahli hadits.10[11]
Sedangkan yang termasuk kelompok Murji`ah Ekstrim adalah sebagai
berikut :
a. Jahmiyah, kelompok Jahm Bin Shafwan dan para pengikutnya,
berpandangan bahwa orang yang percaya kepada Tuhan kemudian menyatakan
kekufurannya secara lisan, tidaklah menjadi kafir karena iman dan kufuran itu
bertempat di hati bukan pada bagian lain dalam tubuh manusia.
b. Shalihiyah, Kelompok Abu Hasan Al Shalihi, berpendapat bahwa iman
adalah mengetahui Tuhan, sedangkan kufur adalah tidak tahu Tuhan. Shalat
bukan merupakan ibadah kepada Allah. Yang disebut ibadah adalah iman
kepadaNya dalam arti mengetahui Tuhan. Begitu pula zakat, puasa dan haji
bukanlah ibadah, melainkan sekedar menggambarkan kepatuhan.
c. Yunusiyah dan Ubaidiyah melontarkan pernyataan bahwa melakukan
maksiat atau perbuatan jahat tidaklah merusak iman seseorang. Mati dalam iman,
dosa – dosa dan perbuatan – perbuatan jahat yang dikerjakan tidaklah merugikan
orang yang bersangkutan. Dalam hal ini Muqatil bin Sulaiman berpendapat
bahwa perbuatan jahat banyak atau sedikit, tidak merusak iman seseorang sebagai
musyrik.
9
d. Ghasaniyah menyebutkan bahwa jika seseorang mengatakan, “ Saya tahu
Tuhan melarang makan babi, tetapi saya tidak tahu apakah babi yang
diharamkan adalah kambing ini,” maka orang tersebut tetap mukmin bukan
kafir. Begitu pula yang mengatakan,” Saya tahu Tuhan mewajibkan naik haji ke
Ka’bah, tetapi saya tidak tahu apakah Ka’bah di India atau tempat lain.11[12]
10
Tokoh-tokoh Murji’ah, di samping yang telah di sebutkan dalam
pimpinan golongan-golongan di atas, dikenal pula:
a. Hasan bin Muhammad bin Ali bin Abi Thalib
b. Sa’id bin Zubair (seorang wara’ dan zuhud termasuk tabi’in)
c. Abu Hanifah (Imam Mazhab)
d. Abu Yusuf
e. Muhammad bin Hasan
f. Dan lain-lain dari ahli Hadis.13[14]
11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Bedasarkan uraian di atas, dapat kami simpulkan beberapa kesimpulan antara lain
adalah:
a. Aliran Murji’ah adalah salah satu Aliran yang yang menentang Aliran
Khawarij tentang status kafir bagi pelaku dosa besar.
b. Penyebab kemunculan Aliran Murji’ah adalah persoalan politik
c. Terdapat banyak pendapat dan teori tentang pengklasifikasian sekte – sekte
aliran Murji’ah.
d. Dalam doktrin – doktrinnya, Murji`ah memiliki empat ajaran pokok :
1). Menunda hukuman atas Ali, Muawiyah, Amr bin Ash, dan Abu Musa Al
Asy`ary yang terlibat tahkim dan menyerahkannya kepada Allah di hari
kiamat kelak.
2). Menyerahkan keputusan kepada Allah atas orang muslim yang berdosa
besar.
3). Meletakkan (pentingnya) iman dari pada amal.
4). Memberikan pengharapan kepada muslim yang berdosa besar untuk
memperoleh ampunan dan rahmat dari Allah
5. Tokoh-tokoh yang berpengaruh yaitu: Ghailan, Abi Syamar, Muhammad bin
Syahid al Basri, Jaham bin Safwan, Hasan bin Muhammad bin Ali bin Abi
Thalib, Sa’id bin Zubair (seorang wara’ dan zuhud termasuk tabi’in), Abu
Hanifah (Imam Mazhab), Abu Yusuf, Muhammad bin Hasan Dan lain-lain
dari ahli Hadis
12
pembuatan tugas dengan utuh dan agar tidak ada pihak yang merasa
dirugikan. Demikian sajian makalah ini mudah – mudahan apa yang kami
uraikan pada makalah ini bisa memberi manfaat bagi kami dan yang
mengkaji makalah ini. Dalam pembuatan makalah ini pasti masih banyak
kekurangan, untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat kami
harapkan demi kesempurnaan pada penulisan karya ilmiah mendatang.
Daftar Pustaka
13
18[5] Ibid, hal. 57
19[6] Ibid, hal. 39
20[7] Harun Nasution, Teologi Islam Aliran – Aliran Sejarah Analisa Perbandingan, UI Press, Jakarta, cet
5, 1986, hal 22 – 2321[8] Abdul Rozak dkk, ilmu kalam, (Bandung: Pustaka Setia, 2001), hlm.58.22[9]
Abdul Rozak dkk, ilmu kalam, (Bandung: Pustaka Setia, 2001), hlm.59.
23[10] Nasution, Teologi Islam. (Jakarta: Universitas Indonesia Press, 2002), hlm. 22
24[11] Ibid, hal. 24-25.
25[12] Ibid, hal. 26 - 27
26[13] Mulyono dan Bashori,Studi Ilmu Tauhid atau Kalam, h.122.
27[14] Muhammad Laily Mansur, Pemikiran Kalam dalam Islam (Jakarta:
Pustaka Firdaus, 1994) , 32-33.
14
15