Anda di halaman 1dari 5

35

Analisa Debit Banjir Melalui Pendekatan HSS Nakayasu pada


DAS Binau
(Flood Debit Analysis Through HSS Nakayasu Approach in Binau
Watershed)

Dimas Aji Purnomo


Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas 17 Agustus 1945 Banyuwangi

Banjir merupakan kejadian yang tidak terduga dan dapat menimbulkan kerugian baik berupa korban jiwa maupun material.
Hal tersebut terjadi pada daerah di sekitar DAS Binau. Agar kejadian tersebut tidak terulang lagi maka dilakukan studi tentang
perhitungan debit banjir rancangan. Metode yang digunakan untuk perhitungan banjir rancangan di Sungai Binau Kecamatan
Rogojampi yaitu dengan menggunakan Hidrograf Satuan Sintetis Metode Nakayasu. Dari hasil analisis, diperoleh debit banjir
rencana Hidrograf Satuan Sintetis Metode Nakayasu dengan kala ulang 2 tahun sebesar 89,81 m3/dtk, 5 tahun sebesar 101,40 m3/
dtk, 10 tahun sebesar 108,37 m3/dtk, 25 tahun sebesar 116,57 m3/dtk, 50 tahun sebesar 122,33 m3/dtk, 100 tahun sebesar 127,61 m3/
dtk.

Kata kunci: kala ulang, banjir rancangan, hidrograf satuan sintetis

Flooding is an unexpected event and can cause harm either in the form of casualties or material. This occurs in the area around
the Binau Basin. In order for this incident not to happen again, a study of flood discharge design calculation is done. The method
used for the calculation of flood design in Binau River Rogojampi District is by using Synthetic Unit Hidrograph Method Nakayasu.
From the results of the analysis, obtained the flood discharge plan Synthetic Unit Hydrograph Method Nakayasu with 2-year repeat
time of 89.81 m3/s, 5 years of 101.40 m3/s, 10 years of 108.37 m3/s, 25 years of 116, 57 m3/s, 50 years of 122,33 m3/s, 100 years
equal to 127,61 m3/s.

Keywords: reordering, flooding, synthetic unit hydrograph

pertanian. Apabila air di Sungai Binau meluap akan


mengakibatkan genangan permukiman warga sekitar dan
Banjir merupakan bahaya yang rutin mengancam jalan-jalan sehingga mengganggu aktivitas warga.
masyarakat sehingga dapat menimbulkan kerugian besar. [3]“Untuk mengurangi risiko terjadinya kerusakan
[1]“Jumlah kejadian banjir dalam musim hujan terus akibat meluapnya air sungai dibutuhkan upaya
meningkat, demikian juga dengan jumlah korban manusia pengendalian banjir”. [4]“Perencanaan pengendalian
dan kerugian harta benda serta sarana dan prasarana banjir di suatu DAS dapat dilakukan dengan baik apabila
umum/sosial, prasarana transportasi dan prasarana debit banjir rencana diketahui”. Ada dua pendekatan
pertanian/pengairan”. [2]“Faktor-faktor penyebab banjir untuk menghitung banjir rancangan yaitu dengan
antara lain adalah curah hujan yang tinggi, penutupan menggunakan metode non-hidrograf dan hidrograf.
lahan di daerah hulu berkurang dan kapasitas alur sungai Metode Non Hidrograf adalah merupakan hasil analisis
terutama di daerah hilir berkurang karena sedimentasi yang berupa debit banjir puncak. Metode yang dipakai
dan topografis daerah”. adalah Melchior, Weduwen, Haspers dan Rasional.
Sungai Binau terletak di Kecamatan Rogojampi Sedangkan untuk Metode hidrograf diperoleh nilai
Kabupaten Banyuwangi dan juga merupakan sungai puncak banjir pada setiap tiap-tiap jamnya. Untuk itu
terpanjang yang berada di kecamatan tersebut cara yang digunakan adalah Hidrograf Satuan Sintetis
dengan panjang 56,7 km. Bilamana terjadi hujan Limantara, Hidrograf Satuan Sintetis SCS, Hidrograf
dengan intensitas tinggi area di sekitar DAS tersebut Satuan Sintetis Nakayasu, Hidrograf Satuan Sintetis
mengakibatkan volume air yang mengalir tahap demi Snyder dan Hidrograf Satuan Sintetis Gamma I.
tahap akan bertambah melebihi daya tampung sungai. Analisis perhitungan debit banjir rancangan di Sungai
Sungai Binau mempunyai peranan yang vital bagi Binau Kecamatan Rogojampi yaitu dengan menggunakan
kehidupan sekitar karena digunakan sebagai irigasi HSS Nakayasu.
36 Jurnal Saintek, Vol. 15. No. 2 Desember 2018: 35–39

[5]“Cara ini cocok untuk kawasan dengan topografi rata/


datar”. Hasil dari analisis curah hujan rata-rata harian
Pengumpulan data berupa data curah hujan wilayah, maksimum disajikan seperti Tabel 2.
peta topografi, kemudian Analisis Data curah hujan
di 3 stasiun penakar hujan yang mewakili DAS Binau Analisa Frekuensi
dengan menggunakan metode rata-rata dan selanjutnya Analisis Distribusi Probabilitas Curah Hujan
dilakukan uji konsistensi data. perhitungan distribusi Dalam penentuan jenis distribusi yang cocok
frekuensi dan mencocokkan distribusi frekuensi mana dengan data, maka harus dilakukan pengujian dengan
yang cocok. Menghitung hujan rancangan berbagai kala menggunakan parameter statistik. Ada beberapa metode
ulang dan hidrograf satuan sintetis (HSS) Nakayasu. distribusi probabilitas yang bisa digunakan untuk
Sebelum perhitungan HSS Nakayasu data parameter yang menghitung hujan rencana atau debit rencana, seperti Log
digunakan harus disiapkan terlebih dahulu. Kemudian Pearson Tipe III, Normal, Gumbel, Log Normal.
menggambarkan grafik hidrograf aliran berbagai kala Penyeleksian jenis distribusi curah hujan yang cocok
ulang. digunakan berdasarkan nilai koefisien variasi (Cv) dan
koefisien keruncingan (Ck), dan koefisien asimetris (Cs),
Berdasarkan hasil analisis didapatkan Cs= 0,542 dan Ck=
2,856
Berdasarkan Tabel 2 maka dapat disimpulkan bahwa
Analisis Hidrologi
3 tipe distribusi diatas tidak memenuhi syarat dalam
Intensitas hujan dapat ditentukan dengan analisis menghitung distribusi curah hujan. Oleh karena itu maka
hidrologi. Data curah hujan yang diperoleh selama kurun dipilih metode yang cocok. Adapun metode tersebut yaitu
waktu 15 tahun mulai dari tahun 2001–2015. Kemudian metode log pearson III.
data tersebut dilakukan perhitungan curah hujan dengan
metode aritmetik yang dilanjutkan dengan analisis Analisis Log Pearson Type III
frekuensi hujan. Maka berdasarkan perhitungan pada tabel Log
Pearson Type III didapat nilai G = 2,57 untuk kala ulang
Analisis Curah Hujan Rata-rata Harian Maksimum
2 tahun sehingga;
Data curah hujan di peroleh dari dinas pengairan Log X = logX + G. Sd
banyuwangi yang meliputi 3 stasiun hujan yaitu stasiun Log X = 1,74 + 2,57. 0,200)
Turus, stasiun Songgon, dan stasiun Gambor. Untuk Log X = 2,08
perhitungan curah hujan menggunakan metode rata-rata. X 2th = 120,33 mm

Tabel 1. Hasil Analisis Curah Hujan Rata-Rata

Tahun Turus Songgon Gambor Rata-Rata


2001 135 149 149 144
2002 84 89 132 102
2003 150 96 128 125
2004 86 122 93 100
2005 106 105 111 107
2006 108 156 119 128
2007 115 125 131 124
2008 104 148 95 116
2009 109 97 138 115
2010 152 164 152 156
2011 96 182 160 146
2012 68 103 136 102
2013 148 125 140 138
2014 138 108 115 120
2015 128 105 92 108
Budhiyanto: Analisa Debit Banjir Melalui Pendekatan HSS Nakayasu 37

Tabel 2. Tinjauan Kesesuaian Tipe Distribusi

Tipe Distribusi Syarat Parameter Statistik Parameter Statistik Data Pengamatan Keterangan
2.70<Ck<3.30 Ck = 2,856
Normal tidak memenuhi
- 0.05<Cs<0.05 Cs=0,542
Cs = 1.1395 Cs=0,542
Gumbel tidak memenuhi
Ck = 5,4003 Ck = 2,856
Cs = 3xCv Cs=0,542
Log Normal tidak memenuhI
Cs ≈ 3 bertanda + Ck = 2,856

Tabel 3. Perhitungan dengan metode Log Pearson Type III

Tahun Xi (mm) log Xi (logXi -log Xi) (logXi -log Xi)² (logXi -log Xi)³ (logXi -log Xi)4
2001 144 2,159 0,077 0,00591 0,00045 0,00003
2002 102 2,007 -0,075 0,00567 -0,00043 0,00003
2003 125 2,096 0,013 0,00018 0,00000 0,00000
2004 100 2,001 -0,081 0,00656 -0,00053 0,00004
2005 107 2,031 -0,052 0,00268 -0,00014 0,00001
2006 128 2,106 0,024 0,00056 0,00001 0,00000
2007 124 2,092 0,010 0,00010 0,00000 0,00000
2008 116 2,063 -0,019 0,00037 -0,00001 0,00000
2009 115 2,059 -0,023 0,00053 -0,00001 0,00000
2010 156 2,193 0,111 0,01225 0,00136 0,00015
2011 146 2,164 0,082 0,00671 0,00055 0,00004
2012 102 2,010 -0,072 0,00525 -0,00038 0,00003
2013 138 2,139 0,056 0,00318 0,00018 0,00001
2014 120 2,080 -0,002 0,00000 0,00000 0,00000
2015 108 2,035 -0,048 0,00228 -0,00011 0,00001
Jumlah 1830,667 31,237 0,052 0,001 0,0004
Rata-rata 122,044 2,082

Tabel 4. Hujan Rancangan Berdasarkan Metode Log Pearson Tabel 5. Perhitungan Distribusi Curah Jam-Jaman
III dengan Berbagai Periode Ulang
Durasi Hujan (Jam) Rt (mm) Rt (mm)
Kala Ulang Hujan
Rencana SD Cs G Rancangan 1 0,550 0,550
(Tahun) (mm) 2 0,350 0,150
2 0,061 0,208 -0,03 120,33 3 0,265 0,095
5 0,061 0,208 0,83 135,86 4 0,220 0,085
10 0,061 0,208 1,30 145,19 5 0,190 0,070
25 0,061 0,208 1,820 156,183 6 0,170 0,070
50 0,061 0,208 2,163 163,891
100 0,061 0,208 2,464 170,964
38 Jurnal Saintek, Vol. 15. No. 2 Desember 2018: 35–39

Tabel 6. Perhitungan Distribusi Curah Hujan Netto Jam-Jaman Analisis Debit Banjir Rancangan
Untuk perhitungan distribusi curah hujan hujan
Curah Hujan
Kata Ulang Koef. Curah Hujan disajikan pada Tabel 5.
Rencana
(Tahun) Pengaliran Netto (mm)
(mm)
Curah Hujan Netto Jam-jaman
2 120,33 0,750 90,246 Untuk perhitungan curah hujan netto jam-jaman
5 135,86 0,750 101,894 disajikan pada Tabel 6 ini.

10 145,19 0,750 108,896 Perhitungan Debit Banjir Rancangan


25 156,18 0,750 117,137 Untuk perhitungan debit banjir rancangan dalam
penelitian ini menggunakan metode HSS Nakayasu.
50 163,89 0,750 122,918 [6] “Dalam penggunaan metode hidrograf satuan
100 170,96 0,750 128,223 sintetik Nakayasu, diperlukan beberapa parameter yang

Tabel 7. Perhitungan Nisbah Hujan Jam-jaman

Durasi Hujan (jam) Rt (mm) 90,246 101,894 108,896 117,1373 122,9185 128,2232
1 0,550 49,635 56,042 59,893 64,426 67,605 70,523
2 0,150 13,537 15,284 16,334 17,571 18,438 19,233
3 0,095 8,573 9,680 10,345 11,128 11,677 12,181
4 0,085 7,671 8,661 9,256 9,957 10,448 10,899
5 0,070 6,317 7,133 7,623 8,200 8,604 8,976
6 0,070 6,317 7,133 7,623 8,200 8,604 8,976

140.00

120.00

100.00

kala ulang 2 tahun


80.00
Q(m3/dtk)

kala ulang 5 tahun


kala ulang 10 tahun

60.00 kala ulang 25 tahun


kala ulang 50 tahun
kala ulang 100 tahun
40.00

20.00

0.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
t (jam)

Gambar 1. Hidrograf Satuan Sintetis Nakayasu dengan Berbagai Kala Ulang


Budhiyanto: Analisa Debit Banjir Melalui Pendekatan HSS Nakayasu 39

berhubungan dengan karateristik daerah aliran sungai Dari Gambar 1, dapat diperoleh data debit banjir
yaitu luas daerah aliran sungai, panjang sungai utama, rencana Hidrograf Satuan Sintetis Metode Nakayasu
dan koefisien pengaliran”. [7]“Keunggulan metode ini dengan kala ulang 2 tahun sebesar 89,81 m3/dtk, 5 tahun
tidak hanya dapat memberikan besarnya debit banjir sebesar 101,40 m3/dtk, 10 tahun sebesar 108,37 m3/dtk,
maksimum tetapi dapat juga memberikan durasi hujan. 25 tahun sebesar 116,57 m3/dtk, 50 tahun sebesar 122,33
Keunggulan lainnya adalah dari metode hidrograf ini m3/dtk, 100 tahun sebesar 127,61 m3/dtk.
adalah kemampuannya untuk melakukan analisis terhadap
kolam detensi karena dapat dilakukan analisis terhadap
routing banjir sampai ke spillway kolam tersebut”.
Adapun beberapa parameter DAS binau Kecamatan
Rogojampi Kabupaten banyuwangi yaitu panjang sungai Dari hasil perhitungan di atas maka dapat di
(L) 56,70 km, koefisien limpasan 1 dan curah hujan kesimpulan sebagai berikut;
satuan (Ro) 1 mm (hujan satuan) sebesar 21,4 km2, 1. Pola distribusi curah hujan yang cocok untuk
Untuk panjang sungai L > 15 km, maka; Tg = 0,4 + Sungai Binau di Kecamatan Rogojampi Kabupaten
0,058 L Banyuwangi adalah distribusi frekuensi Log Pearson
Tipe III.
Tg = 0,4 + 0,058*56,70 = 1,641 jam
2. Hasil dari analisis debit Banjir rancangan pada Sungai
Binau dengan menggunakan HSS Nakayasu dengan
Tp = Tg + 0,8*Tr
kala ulang 2 tahun sebesar 89,81 m3/dtk, 5 tahun
Tp = 1,641 + (0,8. 1,641) = 2,954 jam sebesar 101,40 m3/dtk, 10 tahun sebesar 108,37 m3/
dtk, 25 tahun sebesar 116,57 m3/dtk, 50 tahun sebesar
α = 2 diambil untuk sungai dengan daerah pengaliran biasa 122,33 m3/dtk, 100 tahun sebesar 127,61 m3/dtk.

T0,3 = α. Tg

T0,3= 2. (1,641) = 3,282 jam


[1] S. H. Hasibuan, “Analisa Debit Banjir Sungai Bonai Kabupaten Rokan
Hulu,” J. Aptek, vol. 4, pp. 23–28, 2009.
Tp + T0,3 = 2,954 + 3,282 = 6,237 jam [2] L. Kawet and F. Halim, “Studi Perbandingan Hidrograf Satuan Sintetik
Pada Daerah Aliran Sungai Ranoyapo,” Sipil Statik, vol. 1, no. 4, pp.
Tp + T0,3 + 1,5 T0,3 259–269, 2013.
[3] I. R. Mangangka, F. Teknik, J. Teknik, S. Universitas, S. Ratulangi,
M. Rasional, S. Molompar, L. B. Penelitian, K. M. Tenggara, R.
= 2,954 + 3,283 +( 1,5 *3,282) Masalah, P. Masalah, and T. Penelitian, “Analisis Debit Banjir Sungai
Molompar Kabupaten Minahasa Tenggara,” Sipil Statik, vol. 4, no.
= 11,160 jam 2, pp. 123–133, 2016.
[4] S. Marthina, E. Rapar, T. Mananoma, E. M. Wuisan, and A. Binilang,
‫ܴ כ ܣ כ ܥ‬ை “Analisis Debit Banjir Sungai Tondano Menggunakan Metode HSS
ܳ௉ ൌ Gama I Dan HSS Limantara,” Sipil Statik, vol. 2, no. 1, pp. 13–21,
͵ǡ͸Ͳ൫Ͳǡ͵Ͳܶ௉ ൅ ܶ଴ǡଷ ൯
2014.
[5] Suripin, Sistem Drainase Perkotaan yang Berkelanjutan, Edisi 1.
QP = 1,426 m3/dtk/mm Semarang: Andi Yogyakarta, 2004.
[6] N. Hadisusanto, Aplikasi Hidrologi. Malang: Jogja Mediautama,
2010.
[7] M. A. Nugraha, “Analisis Hidrograf Banjir Pada DAS Boang,” J. Tek.
Sipil dan Lingkung., vol. 2, no. 4, pp. 638–641, 2014.

Anda mungkin juga menyukai