Anda di halaman 1dari 19

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat rahmat-
Nya kami dapat menyelesaikan makalah Asuhan Keperawatan Pada Pasien
dengan Halusinasi ini. Laporan ini diajukan guna memenuhi salah satu syarat
Mata Kuliah Keperawatan Jiwa.

Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah


membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah
ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat
membangun kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Semoga makalah ini memberikan informasi dan bermanfaat untuk


pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Cimahi, Agustus 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................i

DAFTAR ISI......................................................................................................................ii

BAB I.................................................................................................................................1

PENDAHULUAN.............................................................................................................1

A. Latar Belakang........................................................................................................1

B. Tujuan Umum.........................................................................................................1

C. Tujuan Khusus........................................................................................................2

BAB II...............................................................................................................................3

TINJAUAN TEORI...........................................................................................................3

A. Konsep Dasar Gangguan Persepsi Sensori Halusinasi.............................................3

B. Proses Asuhan Keperawatan..................................................................................8

BAB III............................................................................................................................19

PENUTUP.......................................................................................................................19

A. Kesimpulan...........................................................................................................19

B. Saran....................................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................20

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan jiwa merupakan bagian yang integral dari kesehatan. Kesehatan
jiwa bukan sekedar terbebas dari gangguan jiwa, akan tetapi merupakan
suatu hal yang dibutuhkan oleh semua orang. Kesehatan jiwa adalah
perasaan sehat dan bahagia serta mampu mengatasi tantangan hidup, dapat
menerima orang lain sebagai mana adanya. Serta mempunyai sikap positif
terhadap diri sendiri dan orang lain. (Menkes, 2005)

Halusinasi merupakan bentuk yang paling sering dari gangguan persepsi.


Bentuk halusinasi bisa berupa suara-suara yang bising atau mendengung,
tapi yang paling sering berupa kata-kata yang tersusun dalam bentuk
kalimat yang agak sempurna. Persepsi merupakan respon dari reseptor
sensoris terhadap stimulus eksternal, juga pengenalan dan pemahaman
terrhadap sensoris yang diinterpretasikan oleh stimulus yang diterima. Jika
diliputi rasa kecemasan yang berat maka kemampuan untuk menilai realita
dapat terganggu. Gangguan persepsi dapat terjadi pada proses sensori
penglihatan, pendengaran, penciuman, perabaan, dan pengecapan.

Berdasarkan hasil pengkajian pada pasien di rumah sakit jiwa ditemukan


85% pasien dengan kasus halusinasi. Sehingga kami merasa tertarik untuk
membuat makalah Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Halusinasi.

B. Tujuan Umum
Mengetahui Konsep dasar dan Asuhan Keperawatan pasien dengan
Halusinasi

1
C. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui definisi Halusinasi

2. Untuk mengetahui jenis Halusinasi

3. Untuk mengetahui tahapan Halusinasi

4. Untuk mengetahui tanda dan gejala Halusinasi

5. Untuk mengetahui etiologi Halusinasi

6. Untuk mengetahui bagaimana terjadinya Halusinasi

7. Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan pada pasien dengan


Halusinasi

2
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Gangguan Persepsi Sensori Halusinasi


1. Definisi Halusinasi
Halusinasi adalah suatu persepsi yang salah oleh panca indra tanpa
adanya rangsangan (stimulus) eksternal (Cook & Fontain, Essential of
Menthal Helath Nursing, 1987).
Halusinasi merupakan persepsi yang salah tentang suatu objek,
gambaran dan pikiran yang sering terjadi tanpa adanya pengaruh
rangsang dari luar yang terjadi pada semua system pengindraan dan
hanya dirasakan oleh klien tetapi tidak dapat dibuktikan dengan nyata
dengan kata lain objek tersebut tidak ada secara nyata (Erlinafsiah,
2010).
Halusinasi adalah perubahan dalam jumlah atau pola stimulus yang
datang disertai gangguan respon yang kurang, berlebihan, atau distorsi
terhadap stimulus tersebut (Nanda-I, 2012).
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa Halusinasi adalah
persepsi yang salah terhadap suatu stimulus, gambaran, atau pikiran,
tanpa adanya suatu objek dan tanpa adanya pengaruh dari luar yang
direspon secara kurang, berlebihan, atau distorsi terhadapnya.

2. Jenis Halusinasi
Menurut May Durant Thomas (1991) halusinasi secara umum
dapat ditemukan pada pasien gangguan jiwa seperti Skizofrenia, Depresi,
Delirium, dan kondisi yang berhubungan dengan penggunaan alkohol
dan substansi lingkungan. Jenis halusinasi yang umum terjadi adalah
halusinasi penglihatan dan pendengaran.
Jenis halusinasi antara lain (Stuart, 2007) :
a. Halusinasi pendengaran (Auditorik)
Karakteristik ditandai dengan mendengar suara, terutama suara
– suara orang, biasanya klien mendengar suara orang yang sedang

3
membicarakan apa yang sedang dipikirkannya dan memerintahkan
untuk melakukan sesuatu.
b. Halusinasi penglihatan (Visual)
Karakteristik dengan adanya stimulus penglihatan dalam bentuk
pancaran cahaya, gambaran geometrik, gambar kartun dan/atau
panorama yang luas dan kompleks. Penglihatan bisa menyenangkan
atau menakutkan.
c. Halusinasi penciuman (Olfactory)
Karakteristik ditandai dengan adanya bau busuk, amis dan bau
yang menjijikkan seperti : darah, urine atau feses. Kadang–kadang
terhirup bau harum.
d. Halusinasi peraba (Tactile)
Karakteristik ditandai dengan adanya rasa sakit atau tidak enak
tanpa stimulus yang terlihat. Contoh : merasakan sensasi listrik
datang dari tanah, benda mati atau orang lain.
e. Halusinasi pengecap (Gustatory)
Karakteristik ditandai dengan merasakan sesuatu yang busuk,
amis dan menjijikkan, merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urin
atau feses.
f. Halusinasi Sinestetik
Karakteristik ditandai dengan merasakan fungsi tubuh seperti
darah mengalir melalui vena atau arteri, makanan dicerna atau
pembentukan urine.
g. Halusinasi Kinesthetic
Merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa bergerak.

3. Tahapan Halusinasi
Menurut Yosep (2010), tahapan halusinasi ada lima fase yaitu :

Tahapan Halusinasi Karakteristik

Stage I : Sleep disorder Klien merasa banyak masalah, ingin


menghindar dari lingkungan, takut
Fase awal seseorang sebelum muncul
diketahui orang lain bahwa dirinya
halusinasi
banyak masalah. Masalah makin terasa
sulit karena berbagai stressor
terakumulasi, misalnya kekasih hamil,

4
terlibat narkoba, dihianati kekasih,
masalah dikampus, drop out, dst.
Masalah terasa menekan karena
terakumulasi sedangkan support sistem
kurang dan persepsi terhadap masalah
sangat buruk. Sulit tidur berlangsung
terus menerus sehingga terbiasa
menghayal. Klien menganggap
lamunan-lamunan awal tersebut sebagai
pemecahan masalah.

Stage II: Comforting Klien mengalami emosi yang berlanjut


seperti adanya perasaan cemas,
Halusinasi secara umum ia terima
kesepian, perasaan berdosa, ketakutan
sebagai sesuatu yang alami
dan mencoba memusatkan pemikiran
pada timbulnya kecemasan. Ia
beranggapan bahwa pengalaman pikiran
dan sensorinya dapat ia control bila
kecemasannya diatur, dalam tahap ini
ada kecenderungan klien merasa
nyaman dengan halusinasinya

Stage III: Condemning Pengalaman sensori klien menjadi


sering datang dan mengalami bias.
Secara umum halusinasi sering
Klien mulai merasa tidak mampu lagi
mendatangi klien
mengontrolnya dan mulai berupaya
menjaga jarak antara dirinya dengan
objek yang dipersepsikan, klien mulai
menarik diri dari orang lain dengan
intensitas waktu lama.

Stage IV : Controlling Severe Level Klien mencoba melawan suara-suara


of Anxiety atau sensori abnormal yang datang.

5
Fungsi sensori menjadi tidak relevan Klien dapat merasakan kesepian bila
dengan kenyataan halusinasinya berakhir. Dari sinilah
dimulai fase gangguan psikotik

Stage V : Conquering Panic Level of Pengalaman sensorinya terganggu.


Anxiety Klienmulai terasa terancam dengan
datangnya suara-suara terutamabila
Klien mengalami gangguan dalam
klien tidak dapat menuruti ancaman
menilai lingkungannya
atau perintah yang ia dengar dari
halusinasinya. Ha;usinasi dapat
berlangsung selama minimal empat jam
atau seharian bila klien tidak
mendapatkan komunikasi terapeutik.
Terjadi gangguan psikotik berat

4. Tanda dan Gejala Halusinasi


Tanda dan gejala halusinasi perlu diketahui oleh perawat agar dapat
menetapkan masalah halusinasi, antatra lain (Azizah 2016; hal. 296) :
1. Berbicara, tertawa, dan tersenyum sendiri.
2. Bersikap seperti mendengar sesuatu.
3. Berhenti berbicara sesaat ditengah-tengah kalimat untuk mendengar
sesuatu.
4. Disorientasi.
5. Tidak mampu atau kurang konsentrasi.
6. Cepat berubah pikiran.
7. Alur piker kacau.
8. Respon yang tidak sesuai.
9. Menarik diri.
10. Suka marah dengan tiba-tiba dan menyerang orang lain tanpa sebab.
11. Sering melamun.

5. Etiologi Halusinasi
a. Faktor Predisposisi
1) Biologis
Ganggguan perkembangan dan fungsi otak, susunan syaraf
– syaraf pusat dapat menimbulkan gangguan realita. Gejala yang
mungkin timbul adalah hambatan dalam belajar, berbicara, daya
ingat dan muncul perilaku menarik diri.

6
2) Psikologis
Keluarga pengasuh yang tidak mendukung (broken home,
overprotektif, dictator, dan lainnya) serta lingkungan klien
sangat mempengaruhi respon psikologis klien, sikap atau
keadaan yang dapat mempengaruhi gangguan orientasi realitas
adalah penolakan atau tindakan kekerasan dalam rentang
kehidupan klien.
3) Sosial budaya
Kondisi social budaya mempengaruhi gangguan orientasi
realita : dimana terjadi kemiskinan, konflik social budaya
(perang, kerusuhan, bencana alam) dan kehidupan terisolasi
yang disertai stress.
b. Faktor Presipitasi
Secara umum klien dengan gangguan halusinasi timbul
gangguan setelah adanya hubungan yang bermusuhan, tekanan,
isolasi, perasaan tidak berguna, putus asa dan tidak berdaya. (Erl
inafsiah, 2010)

6. Pohon Masalah Halusinasi

Stress Psikologis

Koping Maladaptif

Fokus pada Diri sendiri, tidak


peduli lingkungan

Stimulus SSO, Internal meningkat, Keluaran zat halusinasi


eksternal menurun dirangsang

Mempengaruhi neurutransmittre
Otak
Perubahan Persepsi Sensori:
Perubahan proses pikir, arus bentuk, Halusinasi
Isi Respon stimulus
(bisikan membunuh/
Bicara, tersenyum, tertawa sendiri, akan dibunuh, dll)
konsentrasi mudah berubah,
kekacauan arus pikiran.
Marah/ Anger

Kerusakan komunikasi meningkat7


Berani Tidak Berani
(Mencederai (Mencederai
orang lain) diri sendiri)
Isolasi sosial / menarik
diri

B. Proses Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian Keperawatan
a. Identitas klien
Meliputi nama klien, umur, jenis kelamin, status perkawinan,
agama, tanggal masuk RS, tanggal pengkajian, alamat rumah klien,
dan informan.
b. Keluhan utama
Merupakan keluhan klien mengenai gangguan-gangguan yang
diterimanya. Halusinasi yang berasal dari pendengaran, penglihatan,
dll.
c. Faktor Presipitasi
Secara umum klien dengan gangguan halusinasi timbul
gangguan setelah adanya hubungan yang bermusuhan, tekanan,
isolasi, perasaan tidak berguna, putus asa dan tidak berdaya.
d. Aspek fisik/biologis (Pemeriksaan Fisik)
Hasil pengukuran tanda vital (TD, Nadi, Suhu, Pernapasan, TB,
BB) dan keluhan fisik yang dialami oleh klien.
e. Aspek psikososial
1) Genogram yang menggambarkan tiga generasi
2) Konsep diri
a) Citra tubuh:
Klien dengan halusinasi akan memperlihatkan adanya
penurunan fungssi ego. Halusinasi tersebut akan
menimbulkan kewaspadaan dan dapat mengambil seluruh
perhatian klien dan tak jarang akan mengontrol semua
prilaku klien.
b) Identitas diri
Biasanya pasien halusinani mampu menyebut
identitasnya dengan baik, hanya saja saat ada halusinasi
pasien tersebut tidak kooperatif jika ditanya.
c) Peran

8
Berubah atau berhenti fungsi peran yang disebabkan
penyakit.
d) Ideal diri
Mengungkapkan keputusasaan karena penyakitnya:
mengungkapkan keinginan untuk sembuh dan halusinasi
nya hilang.
e) Harga diri
Perasaan malu terhadap diri sendiri, rasa bersalah
terhadap diri sendiri dan orang lain bila menyadari bahwa
klien dapat mencelakakan diri sendiri dan orang lain,
gangguan hubungan social.
f. Hubungan Sosial
Klien mengalami gangguan interaksi social dalam fase awal dan
comforting, klien menganggap bahwa hidup bersosialisasi di alam
nyata sangat membahayakan. Klien asyik dengan halusinasinya,
seolah – olah ia merupakan tempat untuk memenuhi kebutuhan akan
interaksi social, kontrol diri dan harga diri yang tidak didapatkan
dalam dunia nyata.
g. Kehidupan Spiritual
Secara spiritual klien halusinasi mulai dengan kehampaan hidup,
rutinitas tidak bermakna, hilangnya aktivitas ibadah dan jarang
berupaya secara spiritual untuk menyucikan diri. Irama sikardiannya
terganggu, karena ia sering tidur larut malam dan bangun sangat
siang. Saat terbangun merasa hampa dan tidak jelas tujuan hidupnya.
h. Status mental
1) Penampilan
Klien tampak kotor / bersih dan pakaian rapi / tidak rapi
dengan raut wajah cemas dan berjalan modar – mandir.
2) Pembicaraan
Saat ditanya oleh perawat biasa nya pasien halusinasi
kooperatif, namun saat timbul halusinasi, pasien akan
berkonsentrasi pada halusinasi yang ia rasakan.
3) Aktivitas Motorik (Psikomotorik)
Pasien halusinasi biasanya akan gaduh – gelisah (katatonik)
karena merasa cemas akan halusinasi yang ia rasakan
4) Afek dan Emosi

9
Pasien halusinasi biasanya akan merasa khawatir dan cemas
karena halusinasi yang ia rasakan.
5) Interaksi selama wawancara
Pasien kooperatif saat berinterksi dengan perawat namun
arah pandangan sering menengok ke arah lain.
6) Persepsi sensori
Pasien mengatakan bahwa ada suara – suara disekitar nya.
7) Proses Pikir
Pada pasien halusinasi biasanya pemikirannya tidak masuk
akal karena ia merasa yakin bahwa halusinasi yang ia rasakan
benar – benar nyata.
8) Tingkat Kesadaran
Kesadaran pasien baik, namun kadang – kadang pasein
dapat apatis pada dunia luar selain diri nya dan halusinasinya
sendiri.
9) Memory (Daya Ingat)
Daya ingat pasien baik.
10) Tingkat Konsentrasi dan Berhitung
Tidak ada gangguan pada tingkat konsentrasi dan berhitung
pasien.
11) Kemampuan penilaian/Mengambil Keputusan
Pasien biasanya dapat mengambil keputusan sendiri.
12) Daya Tilik Diri
Biasanya, pasien menyadari bahwa dirinya sakit dan butuh
bantuan agar dirinya sembuh.
i. Mekanisme koping
Klien apabila merasa cemas, takut tidak mau menceritakannya
pada orang lain (lebih sering menggunakan koping menarik diri)
j. Aspek medic
Terapi yang diterima klien bisa berupa therapy farmakologi,
Terapi kejang listrik / Electro Compulsive Therapy (ECT) dan Terapi
Aktivitas Kelompok (TAK).

2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan persepsi sensori: Halusinasi pendengaran
b. Isolasi Sosial / menarik diri

10
3. Rencana Keperawatan

TGL DX PERENCANAAN
TUJUAN KRITERIA EVALUASI INTERVENSI
1 2 3 4 5
Gangguan Pasien mampu : Setelah…. pertemuan pasien dapat SP. 1 (Tgl………………..)
persepsi  Mengenali menyebutkan isi, waktu, frekuensi,  Bantu pasien mengenal halusinasi:
- isi
sensori : halusinasi yang di situasi pencetus, perasaan dan mampu
- waktu
Halusinasi alaminya memperagakan cara dalam mengontrol - frekuensi
 Mengontrol - situasi pencetus
halusinasi
- perasaan saat terjadi halusinasi
halusinasinya
 Latih mengontrol halusinasi dengan cara
 Mengikuti
menghardik tahapan tindakan meliputi:
program
- Jelaskan cara menghardik halusinasi
pengobatan secara - Peragakan cara menghardik
- Minta pasien memperagakan ulang
optimal
- Pantau penerapan cara ini, beri
penguatan perilaku pasien
- Masukkan dalam jadwal kegiatan
pasien

Setelah…. pertemuan pasien mampu SP. 2 (Tgl………………..)


meyebutkan kegiatan yang sudah  Evaluasi kegiatan yang lalu (SP 1)
 Latih berbicara / bercakap dengan orang

13
dilakukan dan mampu memperagakan lain saat halusinasi muncul
 Masukkan dalam jadwal kegiatan pasien
cara bercakap-cakap dengan orang lain

Setelah…. Pertemuan pasien mampu SP. 3 (Tgl……………….)


menyebutkan kegiatan yang sudah  Evaluasi kegiatan yang lalu (SP 1&2)
 Latih kegiatan agar halusinasi tidak
dilakukan dan mampu membuat jadwal
muncul
kegiatan sehari-hari dan mampu
Tahapannya:
memperagakannya - Jelaskan pentingnya aktivitas yang
teratur / mengatasi halusinasi
- Diskusikan aktivitas yang biasa
dilakukan oleh pasien
- Latih pasien melakukan aktivitas
- Susun jadwal aktivitas sehari-hari
sesuai dengan aktivitas yang telah
di latih (dari bangun pagi sampai
tidur malam)
- Pantau pelaksanaan jadwal
kegiatan, berikan penguatan
terhadap perilaku pasien yang (+)

Setelah…. Pertemuan pasien mampu SP. 4 (Tgl………………..)


menyebutkan kegiatan yang sudah  Evaluasi kegiatan yang lalu (SP 1,2&3)

14
dilakukan dan mampu meyebutkan  Tanyakan program pengobatan
 Jelaskan pentingnya penggunaan obat pada
manfaat dari program pengobatan
gangguan jiwa
 Jelaskan akibat bila tidak digunakan sesuai
program
 Jelaskan akibat bila putus obat
 Jelaskan cara mendapatkan obat/berobat
 Jelaskan pengobatan (5 B)
 Latih pasien minum obat
 Masukkan dalam jadwal harian pasien

2. Isolasi Sosial / Keluarga mampu : Setelah…. Pertemuan keluarga mampu SP. 1 (Tgl………………..)
menarik diri Merawat pasien dirumah menjelaskan tentang halusinasi  Identifikasi masalah keluarga dalam
dan menjadi system merawat pasien
 Jelaskan tentang halusinasi :
pendukung yang efektif
- Pengertian halusinasi
untuk pasien - Jenis halusinasi yang dialami
pasien
- Tanda dan gejala halusinasi
- Cara merawat pasien halusinasi
(cara berkomunikasi pemberian
obat dan pemberian aktivitas
kepada pasien)
 Sumber-sumber pelayanan kesehatan yang

15
bisa dijangkau
 Bermain peran cara merawat
 Rencana tindak lanjut keluarga, jadwal
keluarga untuk merawat pasien

Setelah…. Pertemuan keluarga mampu SP. 2 (Tgl………………..)


menjelaskan kegiatan yang sudah  Evaluasi kemampuan keluarga (SP 1)
 Latih keluarga merawat pasien
dilakukan dan mampu memperagakan
 Rencana tindak lanjut keluarga untuk
cara merawat pasien
merawat pasien

Setelah…. Pertemuan keluarga mampu SP. 3 (Tgl………………..)


menyebutkan kegiatan yang sudah  Evaluasi kemampuan keluarga (SP2)
 Latih keluarga merawat pasien
dilakukan dan mampu membuat rencana
 Rencana tindak lanjut keluarga / jadwal
tindak lanjut
keluarga untuk merawat pasien

Setelah…. Pertemuan keluarga mampu SP. 4 (Tgl………………..)


menyebutkan kegiatan yang sudah  Evaluasi kemampuan keluarga
 Evaluasi kemampuan pasien
dilakukan dan mampu melaksanakan
 Rencana tindak lanjut keluarga:
Follow Up rujukan - Follow Up
- Rujukan

16
17
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Halusinasi adalah Persepsi yang salah terhadap suatu stimulus, gambaran,
dan pikiran, tanpa adanya suatu objek. Halusinasi secara umum dapat
ditemukan pada pasien gangguan jiwa seperti Skizofrenia, Depresi,
Delirium, dll.

Halusinasi dapat berupa halusinasi pendengaran, halusinasi penglihatan,


halusinasi penciuman, halusinasi peraba, halusinasi pengecap, halusinasi
sinestetik, dan halusinasi kinestetik.

Pasien dengan halusinasi cenderung menarik diri, sering didapatkan duduk


terpaku dengan pandangan mata pada satu arah tertentu, tersenyum atau
berbicara sendiri, secara tiba-tiba marah atau menyerang orang lain,
gelisah, melakukan gerakan seperti sedang menikmati sesuatu.

B. Saran
Semoga dengan adanya makalah ini, pembaca dapat mengambil manfaat
serta dapat digunakan sebagai pedoman pembelajaran. Namun, makalah
ini masih terdepat banyak kekurangan dan kesalahan, baik dari segi bahasa
maupun dari seri penyusunan kalimatnya. Oleh karena itu, kami dari tim
pembuat makalah ini sangat mengharapkan kepada para pembaca untuk
dapat memberikan kritk dan saran

19
DAFTAR PUSTAKA

Erlinafsiah. (2010). Modal Perawat dalam Praktik Keperawatan Jiwa. Jakarta :

CV. Trans Info Media


Yosep, Iyus. (2011). Keperawatan Jiwa. Jakarta : PT Refika Aditama
Azizah, Lilik Ma’rifatul. (2011). Keperawatan Jiwa (Aplikasi Praktik Klinik).

Yogyakarta : Graha Ilmu

Stuart, G. W. (2007). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.

L, Sheila. (2008). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC

20

Anda mungkin juga menyukai