BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Dalam penyajian laporan kerja praktek ini, penyusun membagi dalam lima
(5) bab bahasan, yaitu Bab I Pendahuluan bab yang berisi tentang latar belakang,
rumusan masalah, tujuan, metode Kerja Praktik Industri, data-data yang
diperlukan, sistematika penulisan laporan dan waktu kerja praktek dilakukan,.
Bab II Profil Perusahaan, dimana bab ini berisikan tentang sejarah Perusahan,
lokasi dan tata letak pabrik, struktur organisasi dan kepegawaian, visi dan misi
perusahaan, hingga pembahasan logo PT PUPUK KUJANG dan definisinya,
hingga kebijakan mutu K3 dan Lingkungan Hidup (K3LH). Bab III uraian proses,
bab ini berisi tentang proses yang ada di PT PUPUK KUJANG dan produk –
produk yang dihasilkan oleh PT PUPUK Kujang. Bab IV Utilitas dan Pengolahan
limbah, bab ini berisikan tentang penjelasan mengenai proses pengolahan air
baku menjadi air proses dan pengolahan limbah pabrik. Bab V kesimpulan dan
saran yang berisikan hasil – hasil yang ada di perusahaan dan saran yang
diberikan oleh penulis untuk pembaca. Lalu pada bagian tugas khusus, penulis
membaginya pada 5 (lima) bab, yaitu pada BAB I pendahuluan, bab ini berisikan
tentang latar belakang, tujuan, manfaat, dan batasan – batasan masalah pada tugas
khusus. BAB II tinjauan pustaka, bab ini berisikan tentang pustaka yang akan
dibahas pada tugas khusus. BAB III data pengamatan dan analisa perhitungan,
bab ini berisikan tentang data – data yang didapat saat kerja praktik dengan
interval data tertentu dan cara menghitung data tersebut. BAB IV pembahasan,
bab ini berisikan tentang pembahasan hasil yang didapat dari BAB III. BAB V
penutup, bab ini berisikan kesimpulan dari tugas khusus ini dan saran untuk
pabrik dan pembaca.
Orientasi Umum
Orientasi Lapangan
BAB II
PROFIL PERUSAHAAN
PT Pupuk Kujang didirikan pada tanggal 9 Juni 1975 dengan dana US$
260 juta merupakan pinjaman dari Pemerintah Iran sebesar US$ 200 Juta, serta
Penyertaan Modal Pemerintah (PMP) Indonesia sebesar US$ 60 juta. Pinjaman
kepada Pemerintah Iran telah dilunasi tahun 1989. Pembangunan pabrik Pupuk
Kujang pertama yang kemudian diberi nama Pabrik Kujang 1A dengan kapasitas
produksi 570.000 ton/tahun urea dan 330.000 ton/tahun amoniak
pembangunannya dilaksanakan oleh kontraktor utama Kellogg Overseas
Corporation (USA) dan Toyo Engineering Corporation (Japan). Pembangunan
Pabrik Kujang 1A ini berhasil dibangun selama 36 bulan dan diresmikan oleh
Presiden Republik Indonesia pada tanggal 12 Desember 1978. PT Pupuk Kujang
merupakan anak perusahaan dari BUMN Pupuk di Indonesia yaitu PT Pupuk
Indonesia Holding Company.
ditempuh dalam waktu 36 bulan, dimulai tanggal 1 Oktober 2003 sampai dengan
6 September 2005. Selain dari equity yang dimiliki oleh PT Pupuk Kujang,
pendanaan proyek ini diperoleh dari pinjaman Japan Bank for International
Cooperation (JBIC) sebesar JPY 27.048.700.000. Peresmian Pabrik Kujang 1B
dilakukan oleh Presiden Republik Indonesia pada tanggal 3 April 2006.
Bahan baku utama dalam pembuatan urea adalah gas alam, air dan udara.
Ketiga bahan baku tersebut diolah sehingga menghasilkan amonia dan akhirnya
menjadi urea. Penyediaan gas bumi berasal dari Pertamina dan Perusahaan Gas
Swasta lainnya yang diambil dari sumber lepas pantai laut Jawa, sedangkan air
baku diambil dari Perum Jasa Tirta II Jatiluhur-Purwakarta.
Mengingat biaya produksi pupuk urea masih lebih tinggi dari Harga
Eceran Tertinggi (HET), maka Pemerintah memberikan subsidi melalui Peraturan
Menteri Keuangan No. 122/KMK.02/2006 tanggal 7 Desember 2006, tentang Tata
Cara Perhitungan dan Pembayaran Subsidi Pupuk Tahun Anggaran 2006 merubah
pola subsidi gas menjadi subsidi harga, dalam subsidi harga tersebut besaran
subsidi dari Pemerintah terhadap industri pupuk adalah seluruh biaya produksi
termasuk harga bahan baku utama yaitu gas alam ditambah margin 10 % dan
biaya distribusi dikurangi dengan Harga Eceran Tertinggi.
Sesuai dengan arahan dari Surat Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana
Pertanian Kementerian Pertanian No. 712/SR.130/B.5/8/2011 tanggal 23 Agustus
2011 perihal Pewarnaan pupuk Urea Bersubsidi, PT Pupuk Kujang per tanggal 1
Januari 2012 warna pupuk urea bersubsidi menjadi berwarna merah jambu (pink).
Tujuannya agar pengawasan pupuk tersebut bisa lebih mudah. Pewarna pupuk
yang digunakan dalam proses ini menggunakan bahan-bahan Food-edible-grade
atau aman untuk dikonsumsi, tidak beracun bagi tanaman, tidak mengubah
kandungan zat hara yang ada pada pupuk, serta sesuai dengan Standar Nasional
Indonesia (SNI).
2.3.1 Visi
2.3.2 Misi
S-I-A-P
Selamat
Mengutamakan keselamatan dan kesehatan kerja serta
mempedulikan lingkungan.
Menggunakan sumber daya perusahaan yang terbatas dengan
efektif dan efisien.
Integritas
Melakukan pekerjaan dengan (jujur) benar dan tepat
Memenuhi komitmen atau perjanjian kepada pelanggan
Menghargai orang berprestasi
Adaptif
Mendayagunakan inovasi dan kreatifitas karyawan
Mengantisipasi perubahan dalam lingkungan usaha
Secara terus menerus memperbaiki cara kerja
Menggunakan sumber daya dari luar untuk mencapai tujuan
Pelanggan
Memperoleh kepercayaan pelanggan.
Membangun aliansi strategis dengan organisasi lain.
B
C D
E
H
I
Keterangan Gambar :
2.5 Struktur
- Direktorat Produksi
- Direktorat Komersil
Sentra dari logo adalah Kujang yaitu senjata tajam Rakyat Jawa Barat
mengandung makna kejayaan
1. Hijau : Kesuburan
2. Kuning : Keagungan
3. Putih : Kesucian
4. Hitam : Keteguhan
Sembilan butir pada masing – masing batangnya dan enam butir titik
dalam lingkaran pada masing – masing sisi kanan dan kiri bermakna tanggal 9
bulan 6 (Juni) yaitu tanggal didirikannya PT Pupuk Kujang pada tahun 1975.
II. Hasil produk urea, amoniak, NPK dan produk turunannya jasa
perekayasaan dan engineering serta jaminan hasil pengujian
laboratorium yang bermutu tinggi
BAB III
URAIAN PROSES
3.1. Ammonia
Pabrik ini menggunakan proses ammonia dengan teknologi penghematan
energi yang lisensinya dipegang oleh Kellog Brown & Root, Inc. (KBR).
Kapasitas produksi ammonia inididesain sejumlah 1000 MT per hari. Umpan
untuk pabrik ammonia adalah gas alam. Produk ammonia dapat dikirim secara
keseluruhan berupa produk ammonia cair hangat untuk pabrik urea yang
berdekatan, ataupun sebagai ammonia cair yang dikirim ke tangki penyimpanan.
Semua kompresor di pabrik ammonia digerakkan oleh turbin uap. Pompa BFW
(Boiler Feed Water), ID (Induce Draft) fan, FD (Forced Draft) fan, dan pompa
oli pelumas kompresor juga digerakkan oleh turbin uap. Dalam operasi yang
normal, pabrik ammonia mensuplai uap air (steam) ke pabrik urea dan kebutuhan
di luar pabrik ammonia.Produksi pabrik ammonia dapat dikurangi hingga 80%
dari total kapasitas produksinya. Urutan skema proses pabrik ammonia berupa:
Penghilangan merkuri dengan adsorpsi oleh karbon
Penghilangan sulfur
Primary reforming
Secondary reforming
Shift conversion
CO2 removal
Methanasi
Kompresi gas sintesa
3.1.2. Desulfurisasi
CO + H2O CO2 + H2
Proses ini bertujuan mencegah terjadinya proses kondensasi dari uap air
yang ada di udara.
Sisa temperatur gas hasil pembakaran reformer (flue gas) dibuang
ke atmosfir melalui cerobong asap (stack reformer) (A – 101 – B1) dengan
temperatur minimal 1400C pada kondisi operasi normal.
D1) pada 3710C (A – 104 – D1) ada setelah bypass. Bypass ini juga
memberikan fleksibilitas dalam pembagian kerja antara produksi steam
dan pemanasan lanjut saturated steam menjadi superheated steam. Oleh
karena temperatur gas proses yang sangat tinggi (A – 107 – D) (A – 103 –
D) (A – 101 – C), dan (A – 102 – C) diisolasi bagian dalamnya dan
dilengkapi dengan jacket water. Air untuk jacket water ini disediakan dari
kondensat steam (steam condensate system).
CO + H2O CO2 + H2
yang melewati alat ini akan berkurang sampai sekitar 3,4% volume (basis
kering).
Aliran gas proses dari HTS menuju ke LTS didinginkan dahulu pada
HTS Effluent Steam Generator (A – 103 – C1/C2). Sebuah bypass
disediakan untuk mengatur temperatur masuk (inlet) LTS terjaga pada
209oC. Terdapat line by-pass (LTS full by-pass) yang dapat digunakan
bila katalis LTS akan diganti atau untuk masalah darurat.
yang teruapkan masuk ke absorber. Jumlah air dalam sistem juga dapat
diatur dengan mengubah laju make-up water yang dikirim ke suction A –
116 – J atau (jika memungkinkan) dengan membuang kondensat dari
suction A – 116 – J. Konsentrasi larutan dapat dinaikkan dengan
menambahkan aMDEA. Konsentrasi larutan dapat diturunkan dengan
membuang sejumlah larutan ke tangki larutan (solution tank) dan
menambahkan air ke dalam sistem.
Sebuah sistem pengamanan larutan aMDEA tersedia dan terdiri dari:
aMDEA Solution Storage Tank (A – 114 – F)
aMDEA Solution Sump (A – 115 – F)
aMDEA Transfer Pump (A – 111 – J)
aMDEA Sump Pump (A – 115 – J)
aMDEA Sump Filter (A – 115 – L)
Diperoleh dua aliran recovered gas. Aliran gas yang bertekanan tinggi,
diarahkan langsung ke suction tingkat dua synthesis gas compressor.
Aliran gas yang bertekanan rendah, diarahkan langsung ke suction tingkat
satu synthesis gas compressor dan atau PT PIP sebagai bahan baku pabrik
H2O2. Beberapa gas yang tidak berhasil melewati membran (reject gas)
memiliki kandungan gas seperti metana dan argon yang dibuang keluar
(purged) dari Ammonia Synthesis Loop dan sebagian besar gas nitrogen
dari purge stream. Reject Gas dikeringkan di A – 111 – D dan kemudian
digunakan untuk proses regenerasi Synthesis Gas Driers. Dari sana, gas
tersebut dialirkan ke Fuel Gas System. Akan tetapi, jika regenerasi
Synthesis Gas Driers menggunakan syn gas mode, maka reject gas ini
langsung dikirim ke Fuel Gas System.
Hydrogen Recovery System ini memiliki 10% kapasitas tambahan
yang memberikan fleksibilitas/keluwesan di dalam pengoperasian pabrik.
Terdapat aliran by-passes yang memungkinkan unit ammonia dapat
dioperasikan tanpa Hydrogen Recovery System nya.
3.2. Urea
Pabrik ini memproduksi pupuk urea dalam bentuk butiran (prill), dengan
bahan baku amonia (NH3) dan karbondioksida ( CO2 ) yang dihasilkan di
pabrik amonia. Proses yang digunakan adalah Mitsui Toatsu Total Recycle C
Improved dengan kapasitas terpasang 1.725 ton/hari.
Adapun keuntungan dari proses ini adalah:
a. Mudah dalam pengoperasian
b. Biaya konstruksi murah
c. Kualitas produk urea yang tinggi
Spesifikasi produk yang dikehendaki adalah sebagai berikut :
2 NH3 (g) + CO2 (g) ↔ NH2COONH4 (l) ∆HR (298 K) = -38 Kkal/mol (1)
Ammonia Karbondioksida Ammonium karbamat
NH2COONH4 (l) ↔ NH2CONH2 (l) + H2O ∆HR (298 K) = +7,7 Kkal/mol (2)
Amm. Karbamat Urea Air
a. Unit Sintesa.
b. Unit Pemurnian.
c. Gas Separator
c. Unit Recovery
- Crystalizer
- Centrifuge
- Fluidized Dryer
- Prilling Tower
Pada unit ini bertujuan untuk mensintesa urea. Umpan pada unit ini
terdiri dari gas karbondioksida, amonia cair, dan larutan karbamat recycle.
Alat utamanya adalah reaktor sintesa (DC-101) berupa bejana tegak yang
beroperasi pada suhu 195 °C dan tekanan 200 kg/cm2. Jika temperatur
Pada unit urea ini diproduksi melalui reaksi eksotermis yang tinggi
dari NH3 dan CO2 untuk membentuk amonium karbamat, diikuti oleh
dehidrasi endotermis amonium karbamat membentuk urea. Reaksi amonium
karbamat menjadi urea hanya berlangsung pada fase cair sehingga
dibutuhkan tekanan yang tinggi. Kenaikan temperatur dan tekanan akan
menambah konversi pembentukan urea hingga batas tertentu. Reaktor ini
mendapat umpan berupa gas CO2, amonia cair, dan larutan karbamat
recycle.
Gas CO2 yang berasal dari pabrik amonia dengan P = 0,6 kg/cm2 dan T
= 38 °C diinjeksikan dengan udara antikorosi sebesar 340 m 3 yang
mengandung oksigen 2.550 ppm, diumpankan ke Knock Out Drum (FA-
161) untuk menghilangkan partikel padatan dan tetesan cairan yang terdapat
di dalamnya. Penambahan udara bertujuan untuk menghambat terjadinya
korosi pada Urea Synthetic Reactor (DC-101) karena oksigen yang ada di
81,4 °C sebelum masuk ke reaktor urea, agar memberikan panas yang cukup
untuk mempertahankan suhu di puncak reaktor tetap sekitar 195 °C.
a. Temperatur
larutan karbamat recycle yang masuk reaktor. Selain itu dapat juga
dilakukan dengan mengatur temperatur amonia umpan di EA-101.
Temperatur di reaktor dicatat oleh suatu temperatur recorder yang
sensornya mengambil tempat di sepanjang reaktor.
b. Tekanan
d. Jumlah air
Unit ini bertujuan untuk memisahkan urea dari campuran yang tidak
dikehendaki yaitu memisahkan ammonia berlebih dan ammonium karbamat
yang belum bereaksi menjadi urea dengan tiga langkah dekomposisi yaitu
dengan tekanan 17 kg/cm2, tekanan 2,5 kg/cm2, dan tekanan atmosferik.
Campuran gas dan zat cair yang keluar dari reaktor urea (DC-101) mengalir
ke seksi dekomposisi di mana semua excess amonia dan amonium karbamat
dipisahkan sebagai gas-gas dari larutan urea dengan cara Thermal
Decomposition (penguraian dan pemanasan) yakni dengan menurunkan
tekanan dan menaikkan temperatur di dalam High Pressure Decomposer
(DA-201), Low Pressure Decomposer (DA-202), dan Gas Separator (DA-
203). Penurunan tekanan secara bertahap ini bertujuan untuk mengurangi
terjadinya reaksi samping yang tidak dikehendaki.
Ada beberapa reaksi yang perlu diperhatikan pada seksi ini, yaitu:
Reaksi ini berlangsung pada suhu tinggi, tekanan rendah dan waktu
tinggal lama.
Reaksi ini berlangsung pada tekanan parsial amonia yang rendah dan
suhu diatas 90oC.
1. Hidrolisa Urea
2. Pembentukan Biuret
Uraian proses
Proses yang terjadi pada sieve tray ini sama dengan yang terjadi
di bagian atas HPD (DA-201). Cairan mengalir ke bawah melalui
empat buah sieve tray pada bagian stripping section dan setelah
melewati Reboiler for Low Pressure Decomposer (EA-202) untuk
mengalami pemanasan, cairan turun ke bagian bawah LPD (DA-
202) berupa raschig ring packed bed. Larutan di dalam LPD (DA-
202) dpanaskan oleh Low Pressure Steam dengan tekanan 7 kg/cm2
dan temperatur 130 °C. Gas CO2 diinjeksikan dari bagian bawah
LPD oleh CO2 Booster Compressor (GB-102) dengan tekanan 27
kg/cm2 agar sisa amonia yang terdapat di dalam larutan dapat
distripping oleh sebagian gas CO2.
Unit ini betujuan untuk membentuk urea butiran dari larutan urea yang
berasal dari Gas Separator (DA-203) kemudian dilanjutkan ke proses
kristalisasi sehingga urea siap dijadikan butiran. Pada tahap ini terdiri atas
empat langkah, yaitu: pengkristalan, pemisahan, pengeringan, dan
pembutiran. Peralatan utama yang terlibat pada seksi ini adalah crystallizer,
centrifuge, fluidized dryer, dan prilling tower.
3.2.4.1. Pengkristalan
3.2.4.3. Pengeringan
3.2.4.4. Pembutiran
Pada bagian bawah bin storage teradapat mesin yang diatur untuk
menimbang denga kapasitas 50 kg, dengan akurasi timbang ± 300 gram.
Untuk memuat urea curah kedalam kantong operator tinggal memasang
kantong pada bagian bawah weighing machine, kemudian menginjak pedal
yang disebut foot pedal switch untuk mencurahkan urea. Bila urea dengan
tekanan yang diinginkan telah tercurah seluruhnya, maka kantong akan
terlepas secara otomatis dan dibawa oleh belt conveyer menuju bagian
penjahitan. Pada kondisi normal kapasitas mesin jahit adalah 12
bag/menit/mesin. Sesuai dengan bin storage yang beroperasi, maka jalur
penjahit ada 4 buah. Untuk kontrol mutu, setiap 20 bag diambil 1 sampel
untuk ditimbang ulang dan diteliti jahitannya. Bila hasilnya kurang, maka
mesin penimbang diset ulang dan mesin jahit diperbaiki atau diperlambat
kapasitas jahitnya.
Urea yang telah dikemas dalam karung plastik dan dijahit agar kuat
ketika akan dibawa ke sarana angkutan atau gudang penyimpanan dengan
belt conveyer. Sarana alat angkut yang tersedia adalah truk.
Urea kantong yang tidak termuat dalam truk atau kereta api disimpan
dalam gudang. Sistem penyimpanan yang digunakan adalah sistem
pindang, agar kapasitas penyimpanan dapat maksimum dan
pengambilannya mudah. Kapasitas penyimpanan digudang ini adalah
25.000 ton urea yang dikantongi.
BAB IV
4.1. Utilitas
Air dari kedua water intake ini dialirkan ke pabrik dan kolam
penampungan untuk persediaan jika suplai terputus. Ada 8 (delapan)
kolam penampungan di kawasan pabrik PT Pupuk Kujang. Kapasitas
total kolam ini adalah 700.000 m3. Kapasitas tempat penampungan cukup
untuk mensuplai kebutuhan air di pabrik selama 2 (dua) bulan.
Kebutuhan air untuk Plant Unit K-1A sebesar 900 m3/jam sedangkan
Plant Unit K-1B sebesar 850 m3/jam.
a. Tidak korosif
b. Tidak menimbulkan kerak
c. Tidak mengandung mikroorganisme
Menara pendingin yang digunakan terbuat dari kerangka kayu yang
kokoh dari jenis kayu Red Wood yang telah diproses agar tahan air asam
dan basa. Proses yang terjadi adalah sebagai berikut.
Air panas dari alat penukar panas dengan temperatur 46oC dialirkan
ke bagian atas menara pendingin dan dialirkan melalui distributor. Air
dicurahkan ke bawah melalui lubang saluran air (swirl) sambil
melepaskan panas karena kontak dengan udara yang melalui kisi-kisi
bagian samping menara pendingin. Sirkulasi udara terbentuk akibat
tarikan Induced Draft Fan pada bagian atas menara, sehingga udara yang
mengalir ke atas mengalami kontak dengan air dan akan menghasilkan
efek pendinginan air karena adanya perpindahan panas sehingga sebagian
air ikut menguap. Uap air dan udara mengalir melalui bagian atas menara
pendingin. Kemudian air yang sudah dingin dengan temperatur sekitar
32oC ditampung dalam bak penampung, dipompa dan didistribusikan
sebagian besar ke alat penukar panas di pabrik amonia, sisanya ke pabrik
Cosorb dan pabrik utilitas. Kebutuhan air pendingin total untuk proses
tersebut adalah 13.000 – 14.000 m3/jam.
Untuk mempertahankan kondisi air agar seperti yang diinginkan,
maka ke dalam air pendingin diinjeksikan bahan–bahan kimia sebagai
berikut :
a. Klorin untuk membunuh mikroorganisme dan mencegah
timbulnya lumut pada menara pendingin.
b. Senyawa Fosfat untuk mencegah timbulnya kerak pada
pipa exchanger.
c. Asam sulfat dan kaustik untuk mengatur pH air pendingin.
d. Seng Kromat , sebagai anti korosi.
- pH = 6,5 – 8,0
- Kekeruhan = < 1 ppm
- Klorin = < 0,00 ppm
Tahapan regenerasi pada carbon filter adalah sebagai
berikut:
a. Back wash (pencucian balik) untuk membuang
endapan lumpur dan partikel yang terdapat pada
lapisan atas filter.
4.1.3.3. Degasifier
Degasifier berfungsi untuk melepaskan CO2 dan
mengurangi alkalinity karena tidak terproses dalam Cation
Exchanger
Normal Capacity : 70.9 m3/h
Design Capacity : 170 m3/h
Degassified Capacity : 186 m3/h @ 5 kg/cm2g
4.1.3.4. Anion Exchanger
Seperti pada cation exchanger, anion exchanger ini
juga berupa tiga buah bejana tekan yang berisi resin. Resin
yang terdapat pada anion exchanger dapat dituliskan
dengan simbol R-OH. Misal anion SO42- Reaksi yang terjadi
pada unit ini adalah sebagai berikut:
SO42- + ROH ↔ RSO4 + 2 OH-
anion
Pada saat operasi, reaksi akan berlangsung ke kanan,
sehingga ion negatif akan diganti oleh ion OH- dari resin R-
OH. Air yang keluar dari anion exchanger diharapkan
mempunyai pH sekitar 8,3 – 9,8. Regenerasi dilakukan
dengan menambahkan larutan NaOH 4% dengan suhu 49 0C
sebagai regenerant. Reaksi berlangsung sehingga resin
jenuh akan kembali menjadi R-OH.Reaksi yang terjadi
adalah:
RSO4 + NaOH ↔ ROH + Na2SO4
Untuk menyempurnakan kerja kedua unit penukar ion
diatas, maka air dari anion exchanger selanjutnya dialirkan
ke mixed bed exchanger. Batasan operasi pada anion
exchanger adalah :
- pH : 8,0 – 9,8
- pH : 6,0- 6,5
CONDENSATE RETURN
VENT
STEAM DEMIN
LS
OXINON
BFW
NH3
Gambar 4.2 Deaerator
Air keluar dari deaerator, diinjeksikan amonia yang berfungsi
untuk mengontrol pH air umpan ketel, pH perlu dijaga karena jika terlalu
asam maka akan menyebabkan korosi atau terbentuknya kerak pada
bahan konstruksi. Air yang keluar dari deaerator diharapkan memiliki
pH 9,0 – 10,5 dengan temperatur sekitar 112,5oC dan tekanan 60 kg/cm2
sehingga air ini siap dipakai sebagai air umpan ketel.
- pH : 9,0-9,5
- Besi (Fe) : <0,25 ppm
- Konduktivitas : < 150 mmHous
- Silika (SiO2) : <5 ppm
- PO4 (fosfat) : 15-25 ppm
4.1.6. Plant Air dan Instrument Air (IA/PA)
Plant air adalah udara bertekanan yang dihasilkan oleh
compressor. Dalam kondisi normal plant air disupply dari centac (2004
JCM) dengan tekanan sesuai kebutuhan (4,0–6,0 kg/cm 2). Plant air yang
bebas debu dan oli dikirim ke batt. limit masing-masing unit antara lain
pabrik utility, pabrik ammonia, pabrik urea, pabrik bagging dan
perbengkelan.
Plant air digunakan untuk :
a. Purge (di boiler sebagai purge view pot)
b. Loading chemical (membelah drum kostik padat dan
bahan kimia di cooling tower)
c. Pengaduk chemical (alum sulfat dan coagulant aid)
d. Pembakaran di burning pit
e. Hose connection (blower, impact, blowing)
f. Regenerasi mix bed (pengaduk resin di utility dan
ammonia)
g. Pasivasi di reaktor urea (apabila GB 103 mati )
h. Blow out di ammonia heater (2101 C)
i. Pada waktu emergency bisa digunakan sebagai instrument
air.
Instrument air adalah udara bertekanan yang telah dikeringkan
dengan menggunakan dryer dengan media pengering adalah silica
gel/desiccant sebagai adsorber.
Fungsi instrument air adalah Media untuk sumber utama tenaga
dari alat-alat instrument (tenaga pneumatik ).
Sumber-sumber Instrument air :
b. PLN
Sumber ini hanya berfungsi untuk cadangan saja bila
generator yang digunakan mengalami kerusakan. Listrik dari
PLN dapat memenuhi tegangan sebesar 150 KVA dengan daya
15 MVA.
c. Stand by Generator.
3. Limbah Gas
TUGAS KHUSUS
KARAWANG
BAB I
PENDAHULUAN
1.2. Tujuan
Mengetahui cara kerja Prilling Tower pada proses pembuatan urea
pada Plant 1 – B di PT Pupuk Kujang.
Mengetahui efisiensi Boiler (B-BF 4101) Plant 1 – B pada proses
utilitas di PT Pupuk Kujang.
1.3. Manfaat
1.3.1. Manfaat Bagi Mahasiswa
Manfaat tugas khusus bagi mahasiswa adalah dapat
mengetahui cara kerja dari Prilling Tower (U-GB 301 D) pada
proses pembuatan urea pada Plant 1 – B PT Pupuk Kujang hingga
menghasilkan produk jadi, dan dapat mengetahui dan menghitung
efisiensi dari alat Boiler (B – BF 4101)
1.3.2. Manfaat Bagi Perusahaan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
FJ 301). Sementara urea cair turun dari menara, tetesan urea kontak
dengan udara yang naik sehingga urea menjadi dingin dan padat sebelum
mencapai Fluidizing Cooler (U – FD302) pada bagian bawah menara.
Butiran urea sudah benar – benar dingin menggunakan udara dingin yang
berasal dari Fluidizng Cooler (U – FD302).
Butiran urea akan dikumpulkan dan didinginkan di Fluidizing
Cooler (U – FD302) dibagian bawah menara dan diluapkan menuju
Trommel (U – FD303) yang mana akan memisahkan butiran produk yang
oversize. Butiran urea yang oversize akan larut dengan larutan dari Dust
Chamber (U – FC301) di Dissolving Tank (U – FA302).
Butiran urea yang telah diproduksi dikirim menggunakan Belt
Conveyor (U – JF301) untuk menuju ke proses pengemasan.
Udara panas yang mengandung debu urea dari Prilling Tower diolah
di Dust Recovery System yang ada dibagian atas menara, penyemprotan
dan Packed Bed dipersiapkan untuk menyaring kotoran dengan udara,
lalu udara dibuang ke atmosfer menggunakan Induced Fan untuk
Prilling Tower (U – GB301A).
Input urea yang masuk kedalam Prilling Tower adalah 1500 ton/hari,
dan output urea yang telah menjadi urea berbentuk prill adalah 1500
ton/hari karena kandungan air pada urea telah dihilangkan pada proses
sebelumnya sehingga urea telah mempunyai konsentrasi yang tinggi.
BAB III
Data yang diambil adalah data dari alat Package Boiler (BF –
4101), data yang digunakan adalah data per tanggal 20 – 22 April 2018
yang diambil dari Control Room Plant Unit K – 1B PT Pupuk Kujang
Cikampek, Karawang. Interval data yang diambil adalah per 24 jam.
Tabel 3.1. Data hasil pengamatan Boiler BF – 4101 Tanggal 20 - 22 April 2018
Keterangan :
η : Nilai efisiensi
*1 BTU = 1,055 Kj
*1 ton = 1000 kg
Tair = 157,97oC
675,57
653,88
160 157,9755 155
Dengan menggunakan interpolasi, didapat entalpi sebesar :
160−155 657,57−653,88
=
157,97−155 x −653,88
5 3,69
=
2,97 x−653,88
10,9593
5=
x−653,88
5 x−3269,4=10,9593
5 x=3280,35
x=656,071
hf = 656,071 Kj/Kg
3081,5
3093,3
0,5 −11,8
=
0,35 x−3093,3
−4,13
0,5=
x−3093,3
0,5 x−1546,65=−4,13
0,5 x=1542,52
x=3085,04
3214,4
4,5 4,35 4,0
Dengan menggunakan interpolasi, didapat entalpi sebesar:
4,5−4,0 3205,5−3214.4
=
4,35−4,0 x−3214,4
0,5 −8,9
=
0,35 x−3214,4
−3,115
0,5=
x−3214,4
0,5 x−1607,2=−3,115
0,5 x=1604,085
x=3208,17
3208,17
400 395,87 350
Dengan menggunakan interpolasi, didapat entalpi sebesar:
400−350 3085,04−3208,17
=
395,87−350 x−3208,17
50 −123,13
=
45,87 x−3208,17
−5647,9731
50=
x −3208,17
50 x−160408,5=−5647,9731
50 x=154760,5269
x=3095,2105
hg = 3095,2105 Kj/Kg
Dengan rumus metode langsung (direct method) yang digunakan
dan data hasil pengamatan yang didapat per tanggal 20 – 22 April 2018,
efisiensi boiler yang didapat yaitu:
Gms x (hg−hf )
η= x 100
Gfuel x GCV
Ton kg kj
82,41 x 1000 x ( 30 95,2105−656,071 )
h ton kg
η= x 100
BTU
992
N m3 SCF Kj
6211,38 x x 1,055
h SCF BTU
0,026
N m3
η = 80,39 %
Komponen % xi
Komponen % xi
CO2 5,53
C3H8 3,19
CO 0
i-C4H10 0,63
Ar 0
n-C4H10 0,79
N2 2,69
i-C5H12 0,27
CH4 83,3
n-C5H12 0,19
C2H6 3,05
n-C6H14 0,36
Data Gas Alam masuk Package Boiler (BF – 4101)
Hari ke- Steam Range Steam Flow Suhu steam boiler outlet
Komposisi %volume
CO2 0,03
N2 77,96
Ar 1,03
O2 20,98
BTU
Data Kapasitas Molar dalam Keadaan Gas Ideal ( lbmol .K)
Komponen % xi
CO2 9,87
O2 5,18
(K3 PT Pupuk Kujang, 2018)
Hasil Perhitungan Efisiensi pada tanggal 20-22 Oktober 2018
Perhitungan Neraca Massa
Flue Gas
Diketahui:
=
∑ BMx n
∑n
(44 x 0,0553)+(28 x 0,0269)+(16 x 0,833)+(30 x 0,0305)+( 44 x 0,0319)
(¿+(58 x 0,0063)+(58 x 0,0079)+(72 x 0,0027)+(72 x 0,0019)+(86 x 0,0036))
(0,0553+0,0269+ 0,833+ 0,0305+0,0319+0,0063+0,0079+ 0,0027+0,0019+0,0036)
= 20,2974 lb/lbmol
kg psia
Tekanan gas alam = 1,66 2 x 14,2 2
=23,631167 psia
cm kg/c m
BM
p=
{{(359 x 14,7)/ P }x {(T +460)/492 }}
20,2974
p=
359 x 14,7 89,6 +460
{{ }x { }}
23,6311 492
lb
p=0,0698 3
ft
lb
Keterangan: BM = berat molekul gas alam ( ¿
lbm
m3
Konsumsi gas alam masuk boiler = 5559,7
jam
lbmol
= 1413,7893
jam
100 lbmol
= ( 20,98 ) x 1413,7893
jam
lbmol
= 6738,7478
jam
lbmol
= 0,0003 x 6738,7478
jam
lbmol
= 2,0216
jam
= CO2 dalam gas alam + CO2 dalam reaksi + CO2 dalam udara
kering
lbmol
= 775,4546
jam
100 lbmol
= ( ) x 775,4546
9,87 jam
lbmol
= 7856,6828
jam
5,8 lbmol
= ( 100 ) x 7856,6828
jam
lbmol
= 455,6876
jam
Persen O2 excess
lbmol
455,6876
jam
= x 100
lbmol
1413,7893
jam
= 32,23 %
Jumlah O2 sebenarnya
lbmol
= (1+0,3223) x 1413,7893
jam
lbmol
= 1869,4535
jam
100 lbmol
= ( 20,98 ) x 1869,4535
jam
lbmol
= 8910,6458
jam
lbmol lbmol
CO2 = 0,0003 x 8910,6458 = 2,6731
jam jam
lbmol lbmol
N2 = 0,7796 x 8910,6458 = 6946,7394
jam jam
lbmol lbmol
O2 = 0,2098 x 8910,6458 = 1869,4534
jam jam
lbmol lbmol
Ar = 0,0104 x 8910,6458 = 92,6707
jam jam
= CO2 dalam reaksi + CO2 dalam gas alam + CO2 dalam udara
kering
lbmol
= 776,1061
jam
lbmol lbmol
= 18,1484 + 6946,7394
jam jam
lbmol
= 6964,8878
jam
lbmol
= 0 lb/ jam + 92,6707
jam
lbmol
= 92,6707
jam
lbmol
= 7833,6646
jam
lbmol
= ( 5,11008 ) x 7833,6646
jam
lbmol
= 405,7838
jam
Neraca Massa
N Masuk ( Keluar (
Komposisi
o lbmol lbmol
) )
jam jam
1 CH4 561,9955 0
2 C2H6 20,5772 0
3 C3H8 21,5217 0
4 i-C4H10 4,2503 0
5 n-C4H10 5,3298 0
6 i-C5H12 1,8215 0
7 n-C5H12 1,2818 0
8 C6H14 2,4287 0
9 CO2 37,3089 776,1061
11 N2 18,1484 6964,8878
12 O2 1869,4535 405,7838
Perhitungan Neraca Energi
∆Htotal ∆H2
T = 193,33oC
T= 320C
∆ H1
∆ H0
T = 25oC
∆ H Total = ∆ H 1 +∆ H o + ∆ H 2
Menghitung ∆ H 1
Persamaan yang berlaku :
T2
∆ H 1=m ∫ cp dT
T1
T2
∫ Cp ∆ T = ∫ a+bT +c T 2 +d T 3+ e T 4
T1
=
b c d e
a(T 2−T 1)+ ( T 22−T 12 ) + ( T 22−T 12 ) + ( T 22−T 12 ) + (T 22−T 12)
2 3 4 5
Menghitung ∆ Ho
∆Ho = ∑ ∆H0f produk -∑ ∆H0f reaktan
1 BTU
0,252kkal
BTU
= -1,9395 x 108
jam
∆Ho
Reaksi
( BTU
jam )
CH4 + 2O2 CO2 + 2H2O -1,9395 x 108
C2H6 + 3,5O2 2CO2 + 3H2O -1,2725 x 107
C3H8 + 5O2 3CO2 + 4H2O -1,8922 x 107
i-C4H10 + 2O2 4CO2 + 5H2O -4,8579 x 106
n-C4H10 + 6,5O2 5CO2 + 6H2O -7,5484 x 106
i-C5H12 + 8O2 5CO2 + 6H2O -2,5638 x 106
n-C5H12 + 8O2 5CO2 + 6H2O -1,8041x 106
C6H14 + 9,5O 6CO2 + 7H2O -4,0424 x 106
Total -2,4641 x 108
∫ Cp ∆ T = ∫ a+bT +c T 2 +d T 3+ e T 4
T1
=
b c d e
a(T 3−T 2)+ ( T 32−T 22) + ( T 32−T 22 ) + ( T 32−T 22 ) + (T 32−T 22 )
2 3 4 5
Menghitung ∆H2 N2 :
BTU lbmol
∆H = 3,051 x 103 x 6964,8878
lbmol jam
BTU
= 2,124 x 107
jam
∆ H steam
650−631,51 1351−H
=
650−600 1347,9−1351,0
-1,1463 = 1351 – H
BTU
H = 1352,1463
lbm
Interpolasi 2
BTU
T = 800 0F P = 600 psia H = 1407,9
lbm
H = 1408,7505 BTU/lb
BTU
T = 800 0F P = 631,51 psia H = 1408,7505
lbm
T= 744,56 0F P = 631,51 psia H=
BTU
T= 700 0F P = 631,51 psia H = 1352,1463
lbm
800−744,56 1407,0494−H
=
800−700 1349,8536−1407,0494
BTU
H = 1438,4307
lb m
BTU lbm
∆ H steam = 1438,4307 x 310877,5622 = 447175829,4
lb m jam
BTU
jam
∆ H flue gas:
Menghitung ∆H flue gas N2
BTU
= -2,94 x 103
lbmol
BTU lbmol BTU
∆H = -2,94 x 103 x 6964,8878 = -2,047 x 108
lbmol jam jam
Massa Keluar
Kompone
lbmol ∫ Cp ∆ T
n (jam ) ∆H
∆ H BFW
a B c d e
( ( ( ( (
Kompone
kJ kJ kJ kJ kJ
n
kmol . K kmol . K kmol . K kmol . K kmol . K
) ) ) ) )
0,008418 0,0000299
H2O 33,933 -7,78 x 10-8 3,69 x 10-12
6 6
Menghitung ∆H BFW
∆ H BFW
=
3
kmol Kj J kal 1 BTU
2567,1476 x 4,95 x 10 x 1000 x 0,2389 x
jam kmol . K Kj j 252,16 kal
x (385,6 - 298) K
9 BTU
= 1,05 x 10
jam
BAB IV
PEMBAHASAN
IV.1. Pembahasan
Package Boiler adalah suatu ketel uap yang telah tersedia secara
paket sehingga ketika suatu pabrik membeli package boiler, pabrik hanya
memerlukan pipa steam, pipa air, supply bahan bakar dan sambungan
listrik untuk dapat beroperasi.
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
5.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA