OLEH :
KELOMPOK 6
Mengetahui,
Halaman
HALAMAN JUDUL....................................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................................ ii
DAFTAR ISI ................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................... 1
BAB II KLINIS MEDIS ................................................................................................. 3
A. Definisi Vertigo ....................................................................................................... 3
B. Anatomi Klinik ........................................................................................................ 3
C. Etiologi .................................................................................................................... 11
D. Epidemiologi ........................................................................................................... 11
E. Tanda Dan Gejala .................................................................................................... 13
F. Patologi Anatomi..................................................................................................... 13
BAB II PATOKINESIOLOGI ........................................................................................ 16
A. Impairment ........................................................................................................... 16
B. Activity Limitation and Participation ................................................................... 16
C. Environmental Factors......................................................................................... 19
E. Personal Factors .................................................................................................. 20
BAB III MANAJEMEN FISIOTERAPI ........................................................................ 21
A. Anamnesis Umum Pasien .................................................................................... 21
B. Pemeriksaan Fisioterapi (CHARTS) .................................................................... 21
C. Diagnosis Fisioterapi ............................................................................................ 23
D. Problematik Fisioterapi......................................................................................... 23
E. Tujuan Fisioterapi/Plan Of Care.......................................................................... 23
F. Program dan Intervensi Fisioterapi ...................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 27
2
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
organ lain yang ada disekitarnya. Jean-Pierre Barral, seorang Fisioterapis dan
Osteopathy mengembangkan satu teknik pengobatan yaitu Visceral Manipulation
yang merupakan manipulasi soft tissue yang bertujuan untuk membantu
pengembalian fungsi organ interna yang lebih baik, serta memperbaiki dan
meningkatkan gerak organ interna serta jaringan ikat. Maka, penting bagi seorang
dengan kondisi vertigo diberikan teknik manipulasi organ interna oleh fisioterapis
sebagai salah satu solusi untuk dapat mengembalikan fungsi kerja hepar yang
terhambat dan mencegah terjadinya gangguan fungsi pada organ yang lainnya. 2
3
BAB II
KLINIKAL MEDIS
A. Definisi Vertigo
Vertigo berasal dari bahasa latin “vertere” yaitu memutar.Vertigo adalah
halusinasi gerakan lingkungan sekitar yang serasa berputar mengelilingi
pasien atau pasien serasa berputar mengelilingi lingkungan sekitar. Vertigo
tidak selalu sama dengan dizziness. Vertigo termasuk ke dalam gangguan
keseimbangan yang dinyatakan sebagai pusing, pening, sempoyongan, dan
rasa seperti melayang.3
B. Anatomi Klinik
Fungsi keseimbangan diatur oleh beberapa organ penting di tubuh yang
input sensoriknya akan diolah di susunan saraf pusat (SSP). Fungsi ini
diperantarai beberapa reseptor, yaitu:
1. Reseptor vestibular
2. Reseptor visual
3. Reseptor somatic
Reseptor vestibular sebagai pengatur keseimbangan diatur oleh organ
aparatus vestibularis (labirin) yang berada di telinga dalam. Labirin ini
terlindung oleh tulang yang paling keras. Labirin terbagi menjadi 2 bagian,
yaitu labirin tulang dan labirin membran. Di antara labirin tulang dan labirin
membran ini terdapat suatu cairan yang disebut perilimfa sedangkan di dalam
labirin membran terdapat cairan yang disebut endolimfa. 4 Labirin berfungsi
untuk menjaga keseimbangan, mendeteksi perubahan posisi, dan gerakan
kepala. Di dalam aparatus vestibularis selain mengandung endolimfa dan
perilimfa juga mengandung sel rambut yang dapat mengalami depolarisasi
dan hiperpolarisasi tergantung arah gerakan cairan.4 Labirin terdiri dari :
1. Labirin kinetik: Tiga kanalis semisirkularis
4
2. Labirin statis: Organ otolit (sakulus dan utrikulus) yang terdapat sel-
sel reseptor keseimbangan pada tiap pelebarannya.
A. Anatomi Hepar
Hepar merupakan organ terbesar dalam rongga perut, hepar terletak
pada bagian superior dari rongga perut. Terletak pada regio hipokondrium
kanan, epigastrium dan terkadang bisa mencapai regio hipokondrium kiri.
Hepar pada orang dewasa memiliki berat sekitar 2% dari berat badan.
Hepar dibagi menjadi 4 lobus, yaitu lobus dextra, lobus caudatus, lobus
sinistra dan quadratus. Memiliki lapisan jaringan ikat tipis yang disebut
kapsula Glisson, dan pada bagian luarnya ditutupi oleh peritoneum.6
7
Persarafan pada hepar dibagi menjadi dua yaitu bagian parenkim dan
permukaan hepar. Pada bagian parenkim, persarafan dikelola oleh N.
Hepaticus yang berasal dari plexus hepatikus. Mendapatkan persarafan
simpatis dan parasimpatis dari N.X. sedangkan pada bagian permukaannya
mendapatkan persarafan dari nervi intercostales bawah.
Batas atas hepar bagian anterior berhubungan langsung dengan
intercostal space kelima pada sisi kanan ke intercostal keenam pada sisi
8
kiri. Sedangkan pada sisi kiri memanjang kira-kira ke garis vertikal tubuh
pada ligamentum inguinalis kiri. Untuk bagian posterior berhubungan
langsung dengan T8-T9. Batas bawah hepar bagian anterior berhubungan
dnegan lengkungan costa terbawah kemudian naik dari kanan ke kiri
menuju ke garis tubuh, sedangkan bagian posterior berhubungan dengan
T11-T12.8
B. Histology Hepar
Bagian hepar yang disebut lobulus dipisahkan oleh jaringan ikat
dan pembuluh darah. Pembuluh darah pada hepar terdapat pada sudut-
sudut lobulus, yang akhirnya membentuk bangunan yang disebut trigonum
Kiernan atau area portal. Pada area portal dapat ditemukan cabang arteri
hepatica, cabang vena porta, dan duktus biliaris. 9
C. Fisiologi Hepar
Menurut Guyton & Hall (2008), hati mempunyai beberapa fungsi yaitu:
a. Metabolisme karbohidrat
Fungsi hati dalam metabolisme karbohidrat adalah menyimpan glikogen
dalam jumlah besar, mengkonversi galaktosa dan fruktosa menjadi
glukosa, glukoneogenesis, dan membentuk banyak senyawa kimia yang
penting dari hasil perantara metabolism karbohidrat.
b. Metabolisme lemak
Fungsi hati yang berkaitan dengan metabolisme lemak, antara lain:
mengoksidasi asam lemak untuk menyuplai energi bagi fungsi tubuh yang
lain, membentuk sebagian besar kolesterol, fosfolipid dan lipoprotein,
membentuk lemak dari protein dan karbohidrat.
c. Metabolisme protein
Fungsi hati dalam metabolisme protein adalah deaminasi asam amino,
pembentukan ureum untuk mengeluarkan amonia dari cairan tubuh,
pembentukan protein plasma, dan interkonversi beragam asam amino dan
membentuk senyawa lain dari asam amino.
d. Lain-lain
Fungsi hati yang lain diantaranya hati merupakan tempat
penyimpanan vitamin, hati sebagai tempat menyimpan besi dalam
bentuk feritin, hati membentuk zat-zat yang digunakan untuk
koagulasi darah dalam jumlah banyak dan hati mengeluarkan atau
mengekskresikan obat-obatan, hormon dan zat lain.
D. Movement Physiology
Organ hepar memiliki pergerakan secara motility dan mobility.
Motility hepar mengikuti arah dan aksis dari gerakan mobilitynya.
Sedangkan gerakan Mobility hepar secara pasif mengikuti gerakan dari
diafragma. Dimana terdiri dari tiga bidang yaitu2,8:
1. Bidang Frontal
10
2. Bidang Sagital
Pada akhir inhalasi, hepar berputar di bidang sagital ke anterior.
Karena itu aspek antero-inferior hepar bergerak ke inferior dan
posterior. Sumbu gerak melintang –itu berjalan di antara kedua
ligamen triangular. Sumbu ini disebut sebagai sumbu bi-triangular.
Axis frontotransversal gerakan ini melalui ligamen koroner.
11
3. Bidang Transversal
Hepar melakukan rotasi ke arah kiri dengan aksis frontosagital melalui
vena cava. Selama inhalasi, rotasi hepar yang terbatas juga terjadi:
perbatasan eksternal bergerak dari posterior ke anterior dan dari kanan
ke kiri. Gerakan selama pernafasan terjadi pada arah yang berlawanan
(Luc Peeters & Grégoire Lason, 2013).
C. Etiologi
Menurut Mohammad Maqbool, terdapat beberapa penyabab vertigo.
11
Penyebab vertigo terdiri dari:
1. Vascular : Penyebab vertigo dari gangguan vaskular terdiri atas
insufisiensi vertebrobasiler, stroke, migrain, hipotensi, anemia,
hipoglikemia, dan penyakit meniere. Kelainan vaskular dapat
ditandai seperti anemia. Anemia merupakan kondisi karena
kurangnya eritrosit atau kurangnya hemoglobin itu sendiri. Salah satu
pemeriksaan darah rutin untuk membuktikan bahwa seseorang
12
elastis lagi. 22
Ada beberapa mekanisme yang dapat menjelaskan hubungan antara
vertigo dan hiperlipidemia: Arteri vestibular anterior adalah arteri yang
memiliki ujung kecil dan kurang akan pasokan darah ; ini menjadikan bagian
superior labirin vestibular rentan terhadap iskemia. hiperkolesterolemia
secara reversibel menyebabkan disfungsi endothel yang mengganggu sintesis
15
BAB III
PATOKINESIOLOGI
A. Impairment
1. Muscle Perform: Spasme otot biasanya dapat disebabkan oleh kontraksi otot yang
berlebihan, rangsang berulang yang diberikan sebelum masa relaksasi akan
menghasilkan peningkatan terhadap elemen kontraktil, dan spasme kemungkinan
disebabkan oleh tidak tercukupinya aliran darah menuju otot. Misalnya, mereka
bisa terjadi setelah makan, ketika aliran darah terutama yang menuju saluran
pencernaan lebih banyak dibandingkan yang menuju otot. Kadar elektrolit yang
rendah pada darah, seperti potassium, bisa juga menyebabkan spasme. Kadar
potassium yang rendah bisa dihasilkan dari penggunaan beberapa diuretik atau
dari dehidrasi.
Pada organ viscera hepar persarafan simpatis hepar berasal dari segmen T7-
T10. Pada umumnya, hal yang sama berlaku pada persarafan kapsul hepar:
pemrosesan segmental aliran stimulus aferen menyebabkan hipertonisitas pada
otot segmental, yang dalam hal ini mengacu pada bagian otot perut, otot
interkostal, dan otot punggung autoktonik. Pada pasien yang mengalamimasalah
penyumbatan berulang pada vertebra atau costa yang sama - dalam kasus hati,
segmen T7-T10 diharapkan berhati-hati memeriksa organ yang terkait dengan
segmen ini.8 Timbulnya penurunan muscle perform pada pasien biasnya
dikarenakan suplai darah yang berkurang, hal ini dapat memicu terjadinya
tightness pada otot yang bersangkutan apabila tidak ditangani beberapa saat
kemudian.
2. Nyeri :Nyeri adalah pengalaman sensorik danemosional yang tidak
menyenangkan akibatkerusakan jaringan, baik aktual maupun potensialatau yang
digambarkan dalam bentuk kerusakantersebut. Nyeri adalah suatu pengalaman
sensorikyang multidimensional. Fenomena ini dapat berbedadalam intensitas
(ringan,sedang, berat), kualitas(tumpul, seperti terbakar, tajam), durasi
(transien,intermiten,persisten), dan penyebaran (superfisialatau dalam, terlokalisir
atau difus).
Meskipun nyeri adalah suatu sensasi, nyeri memiliki komponenkognitif
dan emosional, yang digambarkan dalamsuatu bentuk penderitaan. Nyeri juga
25
berkaitandengan reflex menghindar dan perubahan outputotonom Vertigo
sendiri merupakan perasaan seolah-olah penderita bergerak atau berputar, atau
17
berlangsung terus dan setelah 20-40 tahun plek yang makin besar dapat saluran
arteri dan menghambat suplai darah. Selain itu, darah dapat masuk ke dalam
dinding arteri yang mengalami penimbunan lemak sehingga bekuan darah dapat
terbentuk pada permukaan plek. Kerusakan yang ditimbulkan bergantung pada
banyaknya jaringan yang terkena oleh arteri yang terblokir tersebut.27 Bila
penyempitan dan pengerasan ini cukup berat menyebabkan suplai darah ke otak
akan semakin terhadap dan itu menyebabkan terjadinya gangguan keseimbangan
dan dapat beresiko tinggi terjadinya stroke.
4. Mobility Visceral : Pada organ viscera terdapat 2 jenis gerakan yakni
mobility dan motility. Gerak mobility adalah kemampuan organ interna
dalam menanggapi kekuatan dari luar (eksternal force), gerakan volunter
atau involunter seperti gerak diafragma saat respirasi, yang menciptakan
kekuatan-kekuatan eksternal yang dapat mendorong atau menarik organ
interna. Sedangkan, gerak motility adalah gerakan yang dihasilkan oleh
setiap organ interna dalam bidang gerak tranversal, sagital maupun
frontal2.
Adanya adhesi pada hepar menyebabkan fibrosa abnormal
menghambat sirkulasi yang baik, menghambat gerak dari hepar sehingga
kerja hepar dalam memetabolisme komponen nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh
menurun.Dalam hal ini, kolesterol dimetabolisme di hati, jika kadar kolesterol
berlebihan maka akan dapat mengganggu proses metabolisme sehingga kolesterol
tersebut menumpuk di hati. Kolesterol yang masuk ke dalam hati tidak dapat
diangkut seluruhnya oleh lipoprotein menuju ke hati dari aliran darah diseluruh
tubuh. Apabila keadaan ini dibiarkan untuk waktu yang cukup lama, maka
kolesterol berlebih tersebut akan menempel di dinding pembuluh darah dan
menimbulkan plak kolesterol. Akibatnya, dinding pembuluh darah yang semula
elastis (mudah berkerut dan mudah melebar) akan menjadi tidak elastis lagi.2,8
Manipulasi hepar memiliki peran ganda: untuk mengoptimalkan
aktivitas metabolismenya dan meningkatkan aliran darah, limfatik dan
produksi empedu . Hati adalah bagian penting dari sistem peredaran darah,
manipulasi eksternal dari manipulasi hepar dapat mempengaruhi peredaran
darah. Sistem Peredaran Darah akan menanggapi stimulasi tekanan dan
reseptor melalui sistem saraf, dan untuk meregangkan langsung jaringan
19
C. Environmental Factors : -
D. Personal Factors :
1. Jenis kelamin perempuan lebih rentan terkena Vertigo Sentral dibandingkan laki-
laki, dengan perbandingan 1,5 : 1.
2. Vertigo sentral biasanya diderita oleh populasi berusia tua karena adanya faktor
resiko yang berkaitan, diantaranya hipetensi, diabetes melitus, atherosclerosis, dan stroke.
Rata-rata pasien dengan infark serebelum berusia 65 tahun, dengan setengah dari kasus
terjadi pada mereka yang berusia 60-80 tahun. Dalam satu seri, pasien dengan hematoma
serebelum ratarata berusia 70 tahun.
21
BAB III
MANAJEMEN FISIOTERAPI
2. History of Illness
a) Pasien selalu merasakan nyeri dan pusing kepala setiap bangun (dari
posisi bangun ke duduk) di pagi hari.Sakit kepala yang dirasakan di
daerah tengah dan belakang kepala. Jika sakit kepala dan pusing
muncul pasien biasanya hanya minum air putih dan mendiamkan
selama satu jam atau mengkonsumsi obat sakit kepala. Pasien juga
merasakan air liur terasa pahit. Pusing dan sakit kepala juga muncul
jika berdiri lama. Pasien memiliki riwayat vertigo sejak 5 tahun yang
lalu. Pasien merupakan vegetarian. Pasien memiliki riwayat Kolesterol
tinggi, Gula Darah tinggi, dan Kadar Asam Urat yang tinggi. Memiliki
riwayat opname setahun yang lalu akibat Gula Darah tinggi (>400).
Tidak ada riwayat hipertensi. Mual dan muntah tidak ada. BAB dan
BAK lancar. Pasien mengeluhkan kesulitan tidur di malam hari.
22
3. Assymetric
a. Physical Assymetric
1) Gait : Dalam batas normal
2) Arm : Dalam batas normal
3) Leg : Semifleksi knee sinistra
4) Spine : a). Spasme m. rhomboid dextra dan m.subclavius bilateral
b). Thoracal kifosis
b. Psychological
1) Wajah pasien tampak cemas
4. Restrictive
a. Activity Limitation
1) Tidak bisa melakukan aktivitas membersihkan rumah, memasak
2) Tidak mampu bekerja berat karena mudah lelah dan pusing
b. Participation Limitation
1) Pasien lebih banyak menghabiskan waktu dirumah untuk beristirahat.
a. Palpasi
Hasil : Hipertonus m. Rhomboid dextra dan m.subclavius
bilateral
Interpretasi : Spasme m. Rhomboid dextra dan m.subclavius bilateral
b. Hepar Mobility Test
Hasil : (+) terbatas gerakan ke medial, antero-inferior
Interpretasi : Terjadi adhesive pada organ hepar
c. Gallbledder Mobility Test
Hasil : (+) terbatas gerakan ke medial, antero-inferior
Interpretasi : Terjadi adhesive pada organ hepar
d. Hamilton Anxiety Rating Scale
Hasil : 21
Interpretasi : Kecemasan sedang
e. IADL (Instrumental Activities of Daily Living)
Hasil : 7
Interpretasi : high functional and independent
C. Diagnosis Fisioterapi
“Vertigo dengan Gangguan Performa Otot, Gangguan mobilitas visceral,
Nyeri, dan Gangguan ADL”.
D. Problematik Fisioterapi
1. Adhesive hepar dan gallbladder
2. Spasme m. rhomboid dextra dan m.subclavius bilateral
3. Nyeri kepala
4. Sulit tidur
5. Kecemasan
6. Gangguan aktivitas sehari-hari
T : Interpersonal Approach
Gangguan Nyeri
T : Cranial Manipulation
Technique
T : ± 5 menit
T : ± 10 menit
T : direct technique
T : ± 10-15 menit
Visceral F : 1x/hari/terapi
Manipulation
Technique I : 100-200 gram, 7-8 cycle
T : indurasi technique
T : ± 10-15 menit
T : ± 10-15 menit
5 Gangguan Vaskularisasi
I : 7-8 cycle
T : ± 5 menit
Re-Examination/ Re-Evaluation
Intervensi 3x
No Problematik Parameter Interpretasi
Sebelum Setelah
Adanya penurunan
2 Gangguan Nyeri VAS 4 3
nyeri
26
Ketegangan
ringan pada
Ketegangan area organ Perubahan tingkat
4 tinggi pada hepar dan ketegangan area
Adhesive hepar dan Visceral
area organ gallbladder organ hepar dan
gallbladder Mobility Test
hepar dan dan nyri gallbladder
gallbladder tekan pada menjadi lebih baik
organ
berkurang
Outcome
1. Result
Hasil pemeriksaan awal pada pasien dan hasil yang diperoleh setelah
diberikan intervensi dan re-evaluasi menunjukkan adanya perubahan yang
cukup signifikan atas problem yang dialami oleh pasien. Untuk mengetahui
result dari intervensi yang dilakukan, maka sangat penting untuk melakukan
pemeriksaan ulang berkala untuk mengetahui apakah hasil yang diperkirakan
atau direncanakan telah mengalami peningkatan atau tidak berdasarkan dari
observasi atau hasil yang diperlihatkan oleh pasien.
Pada pasien Ny. A perlu melakukan tes laboratorim secara berkala
setelah diberikan intervensi fisioterapi sebagai pendukung evaluasi fisioterapis
terhadap pasien untuk menentukan modifikasi terapi ataukah discharge pada
pasien.
2. Discharge
Penghentian penanganan fisioterapi dilakukan ketika pasien menyatakan
keluhan yang dirasakan sudah tidak mengganggu aktivitas keseharian pasien.
27
DAFTAR PUSTAKA
1. Maruska d’ Aparecida Santos., Roseli Saraiva Moreira Bittar. 2012. Vertigo and
metabolic disorders. International Tinnitus Journal. 17(1):16-20
2. Jean-Pierre Barral.2004.The Barral Institute, Visceral Manipulation: Study Guide
Sampler (VM1 and VM2),.
3. Sura, DJ, Newell, S. 2010. Vertigo- Diagnosis and management in primary care,
BJMP 2010;3(4):a351
4. Lempert, T, Neuhauser, H. 2009. Epidemiology of vertigo, migraine and vestibular
migraine in Journal Nerology 2009:25:333-338
5. Wreksoatmojo BR. Vertigo-Aspek Neurologi. [online] 2009 [cited 2009 May 30th].
Available from : URL:http://www.google.com/vertigo/cermin dunia kedokteran .html
6. HA, LA Lesmana, HMS Noer. Buku ajar ilmu penyakit hati edisi pertama. Jakarta:
Jayaabadi; 2007
7. Sylvia A. Price LMW. Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit. edisi 6 ed.
Jakarta: EGC; 2006.
8. Hebgen, Eric U. 2011. Visceral Manipulation In Osteopathy. New York: Thieme
9. Sudoyo SB, Alwi I , Simadibrata M, Setiati S. Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid 1
edisi V: Jakarta: interna publishing; 2009)
10. Guyton & Hall. Buku ajar fisiologi kedokteran. edisi 11 ed. Jakarta: EGC; 2008
11. Jusuf, M.I., Sutarni, S., & Was’an, M., 2008. Hubungan gejala klinis dengan hasil
pemeriksaan Brainstem Evoked Response Auditory pada pasien vertigo, Tesis,
Bagian I.P.Saraf, FK UGM, Yogyakarta
12. Amroisa, N., Wibowo, S., Sutarni, S., & Asmedi, A., 2004. Profil Abnormalitas
BERA pada pasien vertigo di RS Dr Sardjito Yogyakarta, Makalah penelitian,
Bagian Ilmu Penyakit Saraf FK UGM, Yogyakarta
13. Guilemany, J.M., Martinez, P., Prades, E., Sanudo, I., Espana R., & Cuchi, A., 2004.
Clinical and epidemiological study of vertigo at an outpatient clinic, Acta
otolaryngol, 124: 49-52
14. Muzayyin, A., Sutarni, S., & Setyaningsih, I., 2007. Hasil guna pengobatan
betahistin dihidroklorid dibanding flunarisin pada vertigo perifer, Laporan
penelitian, Bagian Ilmu Penyakit Saraf FK UGM, Yogyakarta
15. Hamid, M. & Lorenzo, N., 2004, Dizziness, vertigo and imbalance, eMedicine
16. Lumbantobing, S.M., 2003. Vertigo, Fakultas kedokteran Universitas Indonesia,
Jakarta
28
17. Nasution, D., 2002. Migren basiler, Dalam: A.A. Joesoef, & K. Kusumastuti.,
Neurootologi klinis vertigo, Airlangga University Press, Surabaya
18. Marill, K., 2004, Central vertigo, eMedicine
19. Neuhauser, H.K., Andrea R., Michael V.B., Franziska L., Maria F. Thomas L., 2008.
Burden of dizziness and vertigo in the community. Arch Intern Med. 168 (19): 2118-
2124.
20. Bahrudin, M. Neurologi Klinis. Malang : UMM Press. 20132
21. Graner, Daryl K., Murray, Robert K. 2012. Biokimia Harper Edisi 29. Penerbit Buku
Kedokteran EGC: Jakarta
22. Santi, Yovina. 2012. Kolesterol? Siapa Takut!Panduan Hidup Sehat Tanpa
Kolesterol. Yogyakarta: Pinang Merah Publisher
23. Hanna A. Saadah, MD.1993. Vestibular Vertigo Associated With Hyperlipidemia:
Response to Antilipidemic TherapyOklahoma City, Okla
24. Meliala, L. 2004. Nyeri Keluhan yang Terabaikan: Konsep Dahulu, Sekarang, dan
Yang Akan Datang, Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar, Fakultas Kedokteran
Universitas GadjahMada.
25. Pasiak, Taufiq Fredrik dkk.2009..Jurnal Kedokteran & Kesehatan FK UNSRAT
Manado Volume 1 Nomor 1. Diakses dalam
http://repo.unsrat.ac.id/868/1/Jurnal_Tumou_Tou.pdf pada tanggal 16 Maret 2016
pukul 14.59
Lampiran