Anda di halaman 1dari 12

GENTA MULIA ISSN: 2301-6671

Volume IX No. 2, Juli 2018


Page : 150-161

DESKRIPSI BERPIKIR KRITIS DALAM MEMECAHKAN MASALAH


BANGUN DATAR PADA SISWA SMP KELAS VIII
Ollyfia Kristihana1)
Novisita Ratu2)
1)Universitas Kristen Satya Wacana, Jl. Diponegoro 52-60 Salatiga 50711, Jawa Tengah - Indonesia
E-mail: 202014043@student.uksw.edu
2)Universitas Kristen Satya Wacana, Jl. Diponegoro 52-60 Salatiga 50711, Jawa Tengah - Indonesia
E-mail: novisita.ratu@staff.uksw.edu

Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan berpikir kritis dalam memecahkan masalah
bangun datar pada siswa SMP kelas VIII di SMP Pangudi Luhur Salatiga tahun pelajaran 2017/2018. Jenis
penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah
trianggulasi metode. Subjek dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling yaitu 3 siswa kelas
VIII di SMP Pangudi Luhur Salatiga dengan kemapuan matematika tinggi. Data pada penelitian ini berupa
pemberin tes. Simpulan dalam penelitian ini yaitu subjek MB memiliki tingkat berfikir kritis kategori tinggi
karena pada ketiga soal yang diberikan subjek MB mampu melampaui 5 tahapan pada soal nomor 1, 6 tahapan
pada soal nomor 2, 4 tahapan pada soal nomor 3. Subjek DL memiliki tingkat berpikir kritis kategori sedang
karena pada soal nomor 1 subjek dapat melampaui 4 tahapan, pada soal nomor 2 dapat melampaui 3 tahapan dan
pada soal nomor 3 dapat melampaui 4 tahapan berpikir kritis. Subjek VM dikategorikan memiliki tingkat
berpikir kritis rendah karena pada soal nomor 1 subjek dapat melampaui 2 tahapan, pada soal nomor 2 dapat
melampaui 3 tahapan dan pada soal nomor 3 dapat melampaui 4 tahapan berpikir kritis. Hasil penelitian ini
menunjukan tingkat berpikir kritis siswa dalam memecahkan masalah memiliki tingkatan yang berbeda.
Penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan bagi guru tentang tingkat berpikir kritis siswa SMP kelas
VIII dalam memecahkan masalah terkait meteri bangun datar dan bagi siswa untuk lebih meningkatkan berpikir
kritis pada masalah matematika.

Kata Kunci : Berpikir kritis, Bangun Datar, Pemecahan Masalah

PENDAHULUAN oleh pengetahuan dasar dan mampu mengarah-


Matematika merupakan salah satu mata kan siswa untuk berpikir kritis dalam pembela-
pelajaran yang menjadi mata pelajaran wajib. jaran matematika. Pada Kurikulum 2013 tujuan
Menurut (Ibrahim dan Suparni, 2008: 35), mate- yang ingin dicapai adalah mencetak siswa untuk
matika merupakan ilmu universal yang menda- memiliki kemampuan berpikir kritis. Menurut
sari perkembangan teknologi modern, mempu- (King & Goodson, 2010; Ghokhale, 1995) ke-
nyai peran penting dalam berbagai disiplin dan mampuan berpikir kritis merupakan salah satu
memajukan daya pikir manusia. Mengetahui pen- tujuan dalam pembelajaran matematika. Pembe-
tingnya peran matematika di dalam kehidupan lajaran matematika ditingkat sekolah menengah
sehari-hari, maka guru diharuskan mampu me- pertama cenderung kurang melatih berpikir kritis
nyampaikan konsep secara benar dalam melaku- karena masih banyak cara guru yang menggu-
kan pembelajaran. Pembelajaran matematika nakan metode kontekstual yang mengarah pada
yang bertujuan untuk membantu siswa memper- guru yang aktif pada pembelajaran. Akibat dari

150
GENTA MULIA ISSN: 2301-6671
Volume IX No. 2, Juli 2018
Page : 150-161

hal itu, siswa kurang kurang aktif dalam melatih mencari sumber-sumber informasi yang relevan
berpikir kritisnya. Berpikir kritis diperlukan da- (Snyder & Snyder, 2008; Peter, 2012; Laila,
lam pembelajaran matematika karena mate- 2015). Melatih berpikir pada siswa bertujuan
matika tidak hanya mempelajari konsep tetapi agar secara perlahan siswa merasa terdorong un-
siswa perlu megembangkan keterampilan tam- tuk berpikir kritis. Bila dorongan untuk berpikir
bahan yaitu obsevasional (observasi), analysis kritis ini terus menerus diciptakan maka, secara
(analisis), reasoning (memberikan alasan), dan perlahan pula akan terbentuk dasar berpikir
persuasion (ajakan) (Cottrell, 2005:4). Pem- kritis. Setelah memiliki dasar berpikir kritis sis-
belajaran matematika ditingkat se-kolah mene- wa akan sensitif terhadap momen berpikir kritis.
ngah pertama cenderung kurang me-latih berpikir Dengan demikian siswa telah memiliki disposisi
kritis siswa, akibat dari hal itu sis-wa kurang ak- berpikir kritis.
tif dalam melatih berpikir kritisnya. Penguasaan Berpikir kritis sangat diperlukan oleh
mata pelajaran matematik pelajar SMP di In- setiap orang untuk meyikapi permasalahan dalam
donesia ternyata dari hasil laporan The Trends in kehidupan yang nyata. Kriteria TBK yang di-
International Mathematics and Science Study sesuaikan dengan indikator berpikir kritis me-
(TIMSS) yang dilaporkan pada tahun 1999, nurut Ennis (1993) yaitu mampu: (1) meru-
2003, dan 2000. Laporan TIMSS menunjukkan muskan pokok-pokok permasalahan; (2) me-
bahwa kualiti pembelajaran matematik di Indo- ngungkap fakta yang ada; (3) memilih argumen
nesia masih rendah dari yang diharapkan. Selaras yang logis; (4) mendeteksi bias dengan sudut
dengan hasil TIMSS, hasil penilaian Programme pandang yang berbeda; (5) menarik kesimpulan;
for International Student Assesment (PISA) 2003 sehingga dihasilkan kriteria sebagai berikut : 1)
dan 2006 yang dianjurkan oleh Organization for TBK 0, yaitu tidak ada jawaban yang sesuai de-
Economic Cooperation and Development ngan indikator berpikir kritis menurut Ennis, 2)
(OECD) menunjukkkan hasil yang serupa. Hasil TBK 1, yaitu jawaban siswa sesuai dengan dua
TIMSS dan PISA mengungkapkan bahwa ke- atau tiga indikator berpikir kritis menurut Ennis,
upayaan matematik pelajar SMP Indonesia untuk 3) TBK 2, yaitu jawaban siswa sesuai dengan
masalah tidak rutin dan pemahaman konsep ma- empat indikator berpikir kritis menurut Ennis, 4)
sih sangat lemah, namun mereka lebih ber- TBK 3, yaitu jawaban siswa sesuai dengan lima
keupayaan dalam menyelesaikan masalah fakta indikator berpikir kritis menurut Ennis.
dan prosedur (Mullis dkk, 2000, 2004, 2008) Sis- Berdasarkan latar belakang yang dike-
wa yang mampu berpikir kritis akan mampu me- mukakan diatas maka rumusan masalah dalam
nyelesaikan masalah secara efektif yang dapat penelitian ini adalah “Bagaimana berfikir kritis
dilihat dari menyimpulkan apa yang dike- siswa dalam menyelesaikan voume bangun ruang
tahuinya, dan mengetahui cara memanfaatkan in- ?” Oleh sebab itu, siswa perlu berpikir kritis
formasi untuk memecahkan masalah, dan untuk untuk menyelesaikan masalah. Menurut Ennis

151
GENTA MULIA ISSN: 2301-6671
Volume IX No. 2, Juli 2018
Page : 150-161

(2011), berpikir kritis adalah berpikir logis dan ini, kedua, dikarenakan lokasi tersebut meru-
reflektif yang difokuskan pada pengambilan pakan tempat dimana peneliti telah melak-
keputusan yang akan dipercayai atau dilakukan. sanakan program magang sehubungan dengan bi-
dang yang sedang peneliti tekuni yaitu pendi-
Penelitian yang berjalan ini, peneliti me-
dikan sehingga dalam hal ini peneliti terlebih
ngambil judul “Deskripsi Berpikir Kritis Dalam
mendapatkan data tentang kondisi sekolah mau-
Memecahkan Masalah Bangun Datar Pada Siswa
pun siswa sebagai subyek penelitian. Hal tersebut
SMP Kelas VIII”. Tujuan dari penelitian ini ada-
memberikan tambahan manfaat kepada peneliti
lah untuk mendeskripsikan berpikir kritis siswa
guna mendapatkan gambaran tentang tempat di-
SMP kelas VIII khususnya dalam memecahkan
mana peneliti akan melakukan penelitian, kondisi
masalah tentang bangun datar.
siswa dari sekolah tersebut dan juga tentang vari-
METODE abel apa yang layak untuk diteliti. Dan alasan se-
Penelitian ini merupakan penelitian des- lanjutnya kenapa mengambil termpat di sekolah
kriptif kualitatif. Menurut (Sanjaya, 2013: 59) tersebut ialah dikarenakan kondisi siswa sebagai
penelitian deskriptif adalah penelitian yang dila- sampel penelitian. Pada sekolah tersebut didapati
kukan untuk menggambarkan atau menjelaskan beberapa siswanya yang sering diikutkan dalam
secara sistematis, faktual dan akurat mengenai si- kegiatan olimpiade matematika. Hal tersebut se-
fat populasi tertentu, dengan kata lain peneliti suai dengan kebutuhan sample yang diinginkan
hendak menggambarkan suatu gejala (feno- peneliti dimana sampel yang dibutuhkan ialah
mena), atau sifat tertentu, mencari atau mene- siswa dengan kemampuan atau kompetensi di
rangkan keterkaitan antar variabel. Penelitian materi tersebut pada tingkat di atas rata-rata se-
deskripsi ini merupakan penelitian yang digu- hingga peneliti dengan tepat dapat meng-
nakan untuk menggambarkan atau menjelaskan gambarkan kondisi yang dimaksud untuk diteliti.
bagaimanakah bentuk ataupun proses berpikir Selain itu beberapa alasan lain seperti perihal
kritis oleh siswa SMP tingkat dua. Lokasi yang pihak sekolah telah bersedia memberikan duku-
diambil oleh peneliti untuk dijadikan tempat pe- ngan dan bersedia memberikan data yang dibu-
neltian adalah di SMP Pangudi Luhur Salatiga. tuhkan peneliti untuk melakukan penelitian ini
Peneliti mengambil lokasi tersebut dikareakan dan juga belum adanya penelitianyang sama atau
beberapa hal diataranya, karena lokasi tersebut sejenis di sekolah tersebut, sehingga mengurangi
dekat dengan kampus dimana peneliti belajar se- kemungkinan pelaksanaan penelitian yang sama
hingga selain karena mempersingkat jarak dan Penelitia tersebut diaksanakan dalam
waktu yag dibutuhkan utntuk mendapati lokasi jangka waktu 9 bulan yang dimulai dari bulan
tersebut, peneliti juga mendapat kemudahan da- oktober 2017 hingga bulan juni 2018 dengan
lam melakukan bimbingan kepada dosen ataupun perincian kegiatan dimulai dari pelaksanaan
dalam pencarian referensi penulisan penelititan observasi awal sebelum pelaksanaan, peren-

152
GENTA MULIA ISSN: 2301-6671
Volume IX No. 2, Juli 2018
Page : 150-161

canaan penelitian yang bertujuan menentukan validitas. Validitas merupakan derajad


variabel penelitian, materi yang diambil, tehnik ketepantan antara data yang terjadi pada obyek
dan referensi terkait. Kemudian dilanjutkan de- penelitian dengan data yang dilaporkan oleh
ngan pelaksanaan penelitian yang selanjutnya peneliti. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan
diselesaikan dengan analisis data dan uji validitas data dengan teknik triangulasi.
penyusunan hasil penelitian. Triangulasi dilaksanakan dengan cara penge-
cekan data dari berbagai sumber dengan berbagai
Dari penelitian tersebut didapatkan hal
cara, dan berbagai waktu. Triangulasi terdiri dari
ha yang harus dikaji dan dibutuhkan data yang
beberapa macam namun peneliti hanya meng-
digunakan untuk mendukung penelitian guna
guanakan triangulasi teknik sebagai teknik vali-
mendapatkan hasil yang menjadi tujuan peneliti.
ditas datanya. Triangulasi teknik ini merupakan
Adapun sumber data yang didapatkan peneliti
teknik validitas data yang digunakan untuk me-
sebagian besar berupa data kualitatif yang terdiri
nguji kreadibilitas data yang dilakukan dengan
dari dua sumber yaitu, data primer yang didapat
cara mengecek data kepada sumber yang sama
dari hasil observasi atau pengamatan terhadap
dengan teknik yang berbeda
kegiatan siswa dan juga dari kegiatan
Dalam bagian analisis data, peneliti men-
dokumentasi selama penelitian dilaksanakan.
cari dan menyusun secara sistematis data yang
Pemberian tes kepada siswa dengan hasi yang
diperoleh dari hasil observasi, wawancara, cata-
diperbandingkan dengan 6 indikator tentang
tan lapangan, tes dan dokumentsi dengan cara
variabel yang diteliti yaitu tentang berpikir kritis.
mengorganisasikan data ke dalam kategori, men-
Kemudia data sekunder yang didapat dari hasil
jabarkan dan mendeskripsikan ke dalam bagian
kegiatan wawancara terhadapa guru dan juga
bagian tertentu, menyususn data ke dalam pola
siswa sebagai perbandingan.
pola tertentu, kemudian untuk dilih mana yang
Data yang didapat dari hasil
penting dan mana yang akan dikaji terlebih lagi,
pengumpulan data harus memiliki kriteria-
untuk menghasilkan kesimpulan yang dapat dipa-
kriteria tertentu seperti valid atau keabsahannya,
hami khalayak umum. Dalam penelitian ini,
reliabel atau dapat diterima dari dan obyektif
peneliti menggunakan model analisis deskriptif.
yang berarti sesuai dengan kenyataannya. Perihal
Dalam kegiatan pembelajaran mate-
tersebut dibutuhkan bertujuan agar data yang
matika pada materi bangun datar di SMP Pangu-
didapatkan dan dipaparkan tersebut dapat
di Luhur Salatiga. Fenomena yang ingin di gam-
dipertanggungjawabkan kebenarannya sehingga
barkan peneliti dalam penelitian ini sebagai vari-
dapat dijadikan dasar yang kuat dalam menarik
abel utama adalah tentang berpikir kritis. Maksud
kesimpulan. Dari pengertian sebelumnya maka,
dari penggambaran berpikir kritis pada penelitian
data yang diambil yang diambil peneliti dalam
ini ialah memperlihatkan drajat atau tingkatan se-
kegiatan penelitian ini harus memiliki uji
orang siswa dalam pemecahan masalah matema-

153
GENTA MULIA ISSN: 2301-6671
Volume IX No. 2, Juli 2018
Page : 150-161

tika pada materi bangun datar yang ditinjau dari sudah ditentukan. Sebagai tambahan sampel
6 indikator berpikir kritis menurut Ennis yang merupakan siswa-siswa yang mengikuti lomba
disusun sebagai instrumen pengukuran. Enam in- olimpiade matematika. Pemilihan subjek dengan
dikator berpikir kritis tersebut meliputi : 1. Focus pertimbangan tertentu yaitu dipilihnya 3 siswa
(Fokus): Dalam memahami masalah adalah me- yaitu DL, MB, dan VM karena ketiga siswa
nentukan hal yang menjadi fokus (Fokus) dalam tersebut mengikuti lomba olimpiade matematika
masalah tersebut. Hal ini dilakukan agar ditingkat SMP kota Salatiga. Pemilihan subjek
pekerjaan menjadi lebih efektif, karena tanpa dengan pertimbangan tertentu yaitu dipilihnya 3
mengetahui fokus permasalahan, kita akan siswa tersebut karena DL, MB, dan VM mengi-
membuang banyak waktu, 2. Reason (Alasan): kuti lomba olimpiade matematika ditingkat SMP
yaitu memberikan alasan terhadap jawaban atau kota Salatiga. Penelitian ini dilakukan melalui
simpulan, 3. Inference (Kesimpulan): beberapa fase. Pertama, siswa dipersiapkan untuk
memperkirakan simpulan yang akan didapat, 4. mengikuti tes dengan soal terstruktur yang sudah
Situation (Situasi): yaitu menerapkan konsep dirancang oleh peneliti. Kedua, peneliti mela-
pengetahuan yang dimiliki sebelumnya untuk kukan observasi pada sampel selama proses pe-
menyelesaikan masalah pada situasi lain, 5. laksanaan tes. Ketiga, peneliti melakukan
Clarity (Kejelasan): yaitu memberikan contoh wawancara terhadap ketiga sampel dengan
masalah atau soal yang serupa dengan yang pokok-pokok yang ditanyakan seputaran soal tes,
sudah ada, dan 6. Overview (Tinjauan): proses pengerjaan, dan hal pokok yang diper-
memeriksa kebenaran jawaban. lukan. Keempat, melakukan analisis data yang
Pengukuran tingkat berpikir kritis didapat untuk diambil hasil.
tersebut dilakukan dengan melakukan
HASIL dan PEMBAHASAN
perbandingan dan observasi antara proses siswa
Berdasarkan hasil analisis tes dan wa-
dalam mengerjakan soal hingga pengkoreksian
wancara di SMP Pangudi Luhur Salatiga, diper-
hasil dengan dasar 6 indikator tersebut. Hasil
oleh bahwa tingkat kemampuan berpikir kritis
penelitian merupakan analisa dari 3 cara
setiap subjek melampaui tahapan yang berbeda
pengumpulan data yaitu tentang tingkat berpikir
beda.
kritis yang membuktikan adanya proses berpikir
Kemampuan berpikir kritis matematik
kritis dalam pembelajaran matematika tersebut.
memiliki indikator. Menurut Ennis bahwa dalam
Subjek penelitian ini adalah 3 siswa SMP
berpikir kritis terdapat enam indikator yaitu Fo-
Pangudi Luhur Salatiga kelas VIII tahun
kus (fokus), Reason (alasan), Inference (me-
pelajaran 2017/2018. Pengambilan sampel
nyimpulkan), Situasion (situasi), Clarity (ke-
tersebut dilakukan dengan teknik porposive
jelasan), and Overview (pandangan menyeluruh).
sampling dimana siswa merupakan orang-orang
tertentu yang dipilih berdasarkan kriteria yang

154
GENTA MULIA ISSN: 2301-6671
Volume IX No. 2, Juli 2018
Page : 150-161

Maka dari itu untuk mengetehui tingkat menggunakan indikator kemampuan berpikir kri-
berpikir yang dimiliki setiap subjek dengan tis yang dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Indikator Kemampuan Berpikir Kritis Pada Setiap Subjek


Subjek Subjek Subjek
MB DL VM
Indikator Kemampuan Berpikir Kritis
Soal Soal Soal
1 2 3 1 2 3 1 2 3
1. Focus Dalam memahami masalah
(Fokus) adalah menentukan hal
yang menjadi fokus
(Focus) dalam masalah
tersebut. Hal ini dilakukan         
agar pekerjaan menjadi
lebih efektif, karena tanpa
mengetahui fokus
permasalahan, kita akan
membuang banyak waktu.
2. Reason Reason (alasan) yaitu
(Alasan) memberikan alasan         
terhadap jawaban atau
simpulan
3. Inference Inference (simpulan) yaitu
        
(Simpulan) memperkirakan simpulan
yang akan didapat.
4. Situation Situation (situasi) yaitu
(Situasi) menerapkan konsep
pengetahuan yang dimiliki         
sebelumnya untuk
menyelesaikan masalah
pada situasi lain.
5. Clarity Clarity (kejelasan) yaitu
(Kejelasan) memberikan contoh
        
masalah atau soal yang
serupa dengan yang sudah
ada.
6. Overview Overview (pemeriksaan
(Tinjauan) atau tinjauan)yaitu         
memeriksa kebenaran
jawaban.
Catatan :

Tanda centang (  ) menyatalan bahwa jawaban siswa memenuhi Indikator yang diteliti.
Tanda silang (  ) menyatalan bahwa jawaban siswa tidak memenuhi Indikator yang diteliti.

Soal I 4 tahapan yaitu fokus, simpulan, situasi, dan


Soal nomor satu, dari hasil analisis yang dila- tinjauan. Sedangkan subjek VM hanya mampu
kukan subjek MB mampu melampaui 5 tahapan melampaui 2 tahapan yaitu alasan dan simpulan.
berpikir kritis yaitu fokus, alasan, simpulan, situ- Subjek MB mampu melampaui 5 tahapan pa-
asi, dan kejelasan. Subjek DL mampu melampaui da indikator berpirkir kritis. Pada tahapan focus

155
GENTA MULIA ISSN: 2301-6671
Volume IX No. 2, Juli 2018
Page : 150-161

(fokus) subjek mampu memahami dan menen- pada tahapan inference (simpulan), subjek mem-
tukan hal yang menjadi fokus masalah. Subjek berikan simpulan yang salah dan mengakibatkan
juga memberikan alasan pada jawaban yang jawaban juga salah. Namun, pada tahapan clarity
diperolehnya. Pada tahapan situation (situasi) (kejelasan), subjek mampu memberikan contoh
subjek juga mampu menerapkan konsep yang masalah atau soal yang serupa dengan yang su-
dimilikinya, namun konsep yang diterapkan dah ada. Adapun pekerjaan dari subjek MB dapat
justru mengarah ke jawaban yang salah. Dan dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Pekerjaan subjek MB pada soal nomor 1

Subjek DL mampu melampaui 4 tahapan pada lan yang akan didapat pada masalah tersebut.
soal nomor satu. Pada tahapan yang pertama Selanjutnya pada tahapan situation (situasi) sub-
yaitu fokus subjek DL mampu menentukan hal jek mampu menerapkan konsep pengetahuan
yang menjadi fokus dalam masalah tersebut. yang dimiliki sebelumnya untuk meneyelesaikan
Pada tahapan inference (simpulan) subjek mam- masalah pada situasi tersebut. Hasil pekerjaan
pu memperkirakan dan menemukan hasil simpu- subjek DL dapat dilihat pada Gambar 2

156
GENTA MULIA ISSN: 2301-6671
Volume IX No. 2, Juli 2018
Page : 150-161

Gambar 2. Pekerjaaan subjek DL pada soal nomor 1

Selanjutnya subjek VM pada soal nomor satu tahapan clarity (kejelasan) subjek mampu
hanya mampu melampaui 2 tahapan. Pada taha- memberikan contoh yang serupa dengan masalah
pan reason (alasan) subjek mampu memberikan yang sudah ada. Adapun pekerjaan subjek VM
alasan terhadap jawabannya. Sedangkan pada dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Pekerjaan subjek VM pada soal nomor 1

Soal 2 Subjek MB dapat melampaui semua tahapan


Soal nomor dua, dari hasil analisis yang dila- berpikir kritis dari tahapan focus (fokus) sampain
kukan subjek MB mampu melampaui semua dengan tahapan overview (tinjauan). Subjek da-
tahapan berpikir kritis yaitu focus (fokus), reason pat melalui tahapan focus (fokus) yaitu menen-
(alasan), inference (simpulan), situation (situasi), tukan hal yang menjadi focu) (fokus) dalam
clarity (kejelasan), dan overview (tinjuan). Selan- masalah soal nomor dua. Pada tahapan reason
jutnya subjek DL hanya mampu melampaui 3 (alasan), subjek juga memberikan alasan terha-
tahapan yaitu focus (fokus), situation (situasi), dap jawaban atau simpulan. Namun, alasan yang
dan overview (tinjauan). Sementara subjek VM di subjek utarakan itu kurang tepat. Subjek pada
juga sama hanya mampu melampaui 3 tahapn sa- tahapan inference (simpulan) mampu memper-
ja yaitu reason (alasan), inference (simpulan), kirakan simpulan yang akan didapat. Pada taha-
dan clarity (kejelasan). pan situation (situasi), subjek menerapkan kon-
sep pengetahuan yang dimiliki sebelumnya untuk

157
GENTA MULIA ISSN: 2301-6671
Volume IX No. 2, Juli 2018
Page : 150-161

menyelesaikan soal nomor dua tersebut. Selan- view (tinjauan), subjek memeriksa kebenaran
jutnya pada tahapan clarity (kejelasan), subjek jawaban yang ada dan menurutnya jawaban ter-
dapat memberikan contoh masalah yang serupa sebut benar. Namun, pada saat diwawancara sub-
pada soal nomor dua. jek memiliki pemikiran kritis yang berbeda de-
Menurut subjek pada saat diwawancara con- ngan jawaban pada saat tes dan subjek pun
toh gambar yang diberikan tersebut cara mencari mengakui bahwa jawaban yang itulis pada aat tes
luasnya sama seperti gamabar soal nomor dua. adalah jawaban yang salah. Adapun pekerjaan
Pada tahapan yang terakhir yaitu tahapan over- dari subjek MB dapat kita lihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Pekerjaan subjek MB pada soal nomor 2

Subjek DL mampu melampaui 3 tahapan menerapkan konsep yang dimiliki sebelumnya.


berpikir kritis yaitu fokus (fokus), subjek mampu Pada tahapan yang terakhir yaitu tahapan
menentukan hal yang menjadi fokus masalah overview (tinjauan), subjek dapat memeriksa
pada soal nomor dua tersebut. Pada saat diwa- kebenaran jawaban dan pada saat diwawancarai
wancarai subjek dapat menunjukan fokus subjek dapatmenjelaskan mengenai jawabannya.
masalah yang dimaksud pada soal. Tahapan Adapun hasil pekerjaan subjek DL dapat dilihat
situation (situasi), pada tahapan ini subjek pada Gambar 5.

Gambar 5. Pekerjaan subjek DL pada soal nomor 2

Selanjutnya subjek VM pada soal nomor berikan alasan karena luas segitiga pada soal
dua subjek hanya mampu melampaui 3 tahapan. berbeda-beda. Pada tahapan clarity (kejelasan)
Subjek hanya memberikan alasan. Pada saat subjek mampu menerapkan konsep yang dimili-
wawancara subjek menjawab “tidak” dan mem-

158
GENTA MULIA ISSN: 2301-6671
Volume IX No. 2, Juli 2018
Page : 150-161

kinya. Adapun hasil pekerjaan subjek VM dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Pekerjaan subjek VM pada soal nomor 2

Soal 3 memperikaan simpulan yang akan didapat pada

Soal nomor tiga, dari hasil analisis yang dila- oal nomor tiga. Subjek MB, DL, dan VM pada

kukan subjek MB, DL, dan VM dapat melalui 4 tahapan situation (situasi) subjek menerapkan

tahapan berpikir kritis yaitu tahapan focus konsep pengetahuan yang dimiliki sebelumnya

(fokus), inference (simpulan), situation (situasi), untuk menyelesaikan masalah tersebut. Selan-

dan overview (tinjauan). jutnya, pada tahapan overview (tinjauan) subjek

Subjek MB, DL dan VM pada tahapan focus mampu memeriks kebenearan jawaban yang

(fokus) subjek dapat menentukan hal yang men- didapat. Adapun hasil pekerjaan MB, DL, dan

jadi fokus masalah dalam soal nomor tiga. Pada VM dapat dilihat pada Gambar 7, Gambar 8, dan

tahapan inference (simpulan), subjek mampu Gambar 9.

Gambar 7. Pekejaan subjek DL pada soal nomor 3

159
GENTA MULIA ISSN: 2301-6671
Volume IX No. 2, Juli 2018
Page : 150-161

Gambar 8. Pekerjaan subjek DL pada soal nomor 3

Gambar 9. Pekerjaan Subjek VM pada soal nomor 3

KESIMPULAN subjek MB dapat melampaui 6 tahapan berpikir


kritis dan pada soal nomor tiga subjek dapat
Hasil menunjukkan bahwa kemampuan
melampaui 4 tahapan berpikir kritis yang sama
berpikir kritis subjek MB lebih tinggi dapat
dengan subjek yang lainya. Kemampuan berpikir
dibuktikan dari hasil pekerjaan ketiga soal yang
diberikan. Kemampuan berpikir kritis subjek MB kritis subjek DL pada soal nomor 1 dapat melam-

pada butir soal nomor satu dapat melampaui 5 paui 4 tahapan berpikir kritis. Pada soal nomor

tahapan berpikir kritis dengan baik. Soal nomor 2 dua, subjek dapat melampaui 3 tahapan berpikir

160
GENTA MULIA ISSN: 2301-6671
Volume IX No. 2, Juli 2018
Page : 150-161

kritis dan pada soal nomor 3 subjek dapat DAFTAR PUSTAKA


melampaui tahapan yang sama dengan subjek Sanjaya, Wina. (2013). Penelitian Pendidikan
yang lainnya yaitu 4 tahapan berpikir kritis. Jenis, Metode, dan Prosedur. Jakarta :
Prenada Media Group
Kemampuan berpikir kritis yang didapat oleh
subjek DL dapat dikatakan memiliki kemampuan Gokhale, A. (2005). Collaborative Learning
Enhaces Critical Thinking, Journal of
berpikir kritis sedang. Kemampuan berpikir kritis Tecnology Education, , 7(1) hal. 22-30.
subjek VM pada tiga soal yang diberikan dapat
Cottrell, S. (2005). Critical Thinking Skill :
dikatan memiliki kemampuan berpikir kritis Developing Effective Analysis and
Argument. New York: Palgrave
rendah karena pada soal nomor 1 hanya dapat
Macmillan.
melampaui 2 tahapan berpikir kritis saja. Soal
Snyder, L.G., & Snyder, M.J. (2008). Teaching
nomor dua, subjek VM hanya dapat melampaui 3 Critical Thinking and Problem Solving
tahapan berpikir kritis dan pada soal nomor tiga Skills. Delta Pi Epsilon Journal, 50(2), hal.
90-99.
subjek dapat melampaui tahapan yang sama
Peter, E. E. (2012). Critical Thinking : Essence
dengan subjek yang lainya yaitu 4 tahapan
for Teaching Mathematics and
berpikir kritis. Kesimpulan yang didapat yaitu Mathematics Problem Solving Skills.
African Journal of Matematics and
subjek MB memiliki kemampuan berpikir kritis
Computer Science Research, 5(3) hal. 39-
tinggi, subjek DL memiliki kemampuan berpikir 43.
kritis sedang, dan subjek VM memiliki kemam- Ennis, R.H. (2011). The Nature of Critical
puan berpikir kritis rendah. Jadi, kemampuan Thinking: A Outline of Critical Thinking
Isponsitions and Abilities. Ilionis :
berpikir siswa kelas VIII memiliki kemampuan University of Illionis.
berpikir kritis yang berbeda- beda.

SARAN
Menyadari bahwa penulis masih jauh
dari kata sempurna, kedepannya penulis akan
lebih fokus dan details dalam menjelaskan
makalah di atas dengan sumber-sumber yang
lebih banyak yang tentunya dapat di pertanggung
jawabkan. Untuk saran bisa berisi kritik atau
saran terhadap penulisan juga bisa untuk
menanggapi terhadap kesimpulan dari bahasan
makalah yang telah di jelaskan.

161

Anda mungkin juga menyukai