Anda di halaman 1dari 21

PEMERINTAH KOTA KUPANG

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH S.K. LERIK


Jl. Timor Raya - No. 134 - Pasir Panjang
 Telp./Fax. (0380) 824157  e-mail : rsudsklerik.pemkotkupang@gmail.com

PEDOMAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI

POKJA MANAJEMEN FASILITAS KESEHATAN


RSUD S.K. LERIK 2018
BAB I
PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG
Dalam setiap kegiatan melakukan pekerjaan seseorang yang
terlibat dengan pekerjaan yang dimaksud tidak akan lepas dengan
kemungkinan kecelakaan ataupun pengaruh yang berdampak pada
kesehatan itu sendiri. Keselamatan dan kecelakaan kerja adalah
keselamatan yang berkaitan dengan alat kerja, bahan dan proses
pengolahannya, tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara
melakukan pekerjaan. Kecelakaan adalah kejadian yang tak terduga dan
yang tak diharapkan yang dapat menyebabkan kerugian material
ataupun penderitaan dari yang paling ringan sampai yang yang paling
berat.
2. TUJUAN
Upaya kesehatan kerja adalah upaya penyerasian anatara
kapasitas kerja, beban kerja dan lingkungan kerja agar setiap pekerja
dapat bekerja secara sehat tanpa membahayakan dirinya sendiri
maupun masyarakat sekelilingnya, agar diperoleh produktifitas kerja
yang optimal.
Hazard adalah suatu potensi bahwa dari suatu urutan kejadian
akan timbul suatu kerusakan atau dampak yang akan merugikan.
Ruang lingkup upaya kesehatan kerja meliputi berbagai upaya
penyerasian antara pekerja dengan pekerjaan dan lingkungan kerjanya
baik fisik maupun psikis dalam hal cara maupun metode kerja dan
kondisi yang bertujuan untuk
a. Tujuan Umum
Penggunaan Alat pelindungan diri adalh untuk mengurangi faktor
resiko terburuk pada saat melaksanakan aktivitas pekerjaandengan
menggunakan alat yang sudah disediakan sesuai kebutuhan dan jenis
pekerjaan.
b. Tujuan Khusus
Memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan kerja Karyawan
Rumah Sakit disemua lapangan kerja.
1. Mencegah timbulnya gangguan kesehatan pekerja yang diakibatkan
oleh keadaan atau kondisi lingkungan pekerjaannya yang ada di
rumah sakit.
2. Memberikan perlindungan bagi pekerja dalam pekerjaannya dari
kemungkinan dari bahaya yang disebabkan oleh faktor-faktor yang
membahayakan kesehatan.
3. Menempatkan dan memelihara pekerja disuatu lingkungkan
pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan fisik dan psikis
pekerjanya.
3. RUANG LINGKUP PELAYANAN
Ruang lingkup APD antara lain :
a. Alat-alat pelindung diri
Adapun tujuan dari penggunaan Alat Pelindung Diri (APD), antara
lain:
1) Melindungi tenaga kerja apabila usaha rekayasa (engineering) dan
administrative tidak dapat dilakukan dengan baik.
2) Meningkatkan efektifitas dan produktivitas kerja.
3) Menciptakan lingkungan kerja yang aman.
b. Manfaat alat pelindung diri
Sedangkan manfaat dari penggunaan Alat Pelindung Diri (APD),
antara lain :
1) Untuk melindungi seluruh atau sebagian tubuhnya terhadap
kemungkinan adanya potensi bahaya/kecelakaan kerja.
2) Mengurangi resiko penyakit akibat kecelakaan.
c. Cara memilih alat pelindung diri
Jenis-jenis alat pelindung diri adalah alat pelindung kepala,muka dan
mata, telinga, pernafasan, tangan, kaki dan tubuh. Dimana
penggunaannya harus disesuaikan dengan jenis aktivitas/pekerjaan.
4. BATASAN OPRASIONAL
Ada beberapa metoda yang dapat dilakukan dalam mengendalikan
bahaya di tempat kerja untuk menurunkan tingkat kecelakaan akibat
kerja, yaitu:
a. Engineering control, yaitu dengan menambahkan berbagai
peralatan dan mesin yang dapat mengurangi bahaya dari
sumbernya. Contohnya adalah penggunaan exhaust dan system
ventilasi untuk meminimalisir bahaya debu atau gas. Akan tetapi
pengendalian dengan system engineering control membutuhkan
dana yang besar.
b. Administrative control, yaitu dengan membuat berbagai prosedur
kerja termasuk kebijakan manajemen dalam implementasi K3.
Tujuannya adalah agar pekerja bekerja sesuai dengan instruksi
yang sudah ditetapkan sehinggan kecelakaan atau kesalahan kerja
dapat dihindari. Termasuk didalam adminstarsi control yaitu
dengan menyediakan alat pelindung diri (APD) atau personnel
pertective equipment (PPE) bagi setiap pekerja yang terpajan
dengan bahaya di tempat kerja.
c. Metoda lain yang dapat digunakan untuk pengendalian bahaya
adalah Inherently Safer Alternative Method, dimana metoda ini
memiliki empat strategi pengendalian bahaya, yaitu:
1) Minimize; yaitu dengan cara meminimalkan tingkat bahaya
dari sumbernya dengan cara mengurangi jumlah pemakaian
atau volume penyimpanan dan proses
2) Substitue; yaitu dengan cara mengganti bahan yang
berbahaya dengan yang kurang berbahaya. Contohnya hádala
menggunakan metoda water base sebagai pengganti solven
base. Water base lebih aman dan ramah lingkungan
dibandingkan solven base.
3) Moderate; Mengurangi bahaya dengan cara menurunkan
konsentrasi bahan kimia yang digunakan. Contohnya adalah
menggunakan bahan kimia dengan konsentrasi yang lebih
rendah sehingga tingkat bahaya pajanannya menjadi lebih
rendah.
4) Simplify; Mengurangi bahaya dengan cara membuat
prosesnya menjadi lebih sederhana sehingga lebih mudah di
control.
Semua metoda pengendalian tersebut dapat dilakukan secara
bersamaan, karena tidak ada satu metodapun yang betul-betul bisa
menurunkan bahaya dan resiko sampai pada posisi nol, artinya para
pekerja masih besar kemungkinanya terpajan terhadap bahaya ditempat
kerja. Untuk itu sebagai pertahanan dan perlindungan terakhir bagi
pekerja adalah dengan menggunakan APD.
5. LANDASAN HUKUM
a. UU No 1 Th 1970 Ps 14 c tentang APD
b. Permenakertrans No. PER.08 MEN VII 2010 tentang Alat
c. Undang-undang No.1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
d. Permenakertrans No.Per.01/MEN/1981 tentang Kewajiban
MelaporPenyakit Akibat Kerja
e. Permenakertrans No.Per.03/MEN/1982 tentang Pelayanan Kesehatan
Tenaga Kerja
f. Permenakertrans No.Per.03/Men/1986 tentang Syarat-syarat
Keselamatan dan Kesehatan di Tempat Kerja Yang Mengelola Pestisida
BAB II
STANDAR KETENAGAKERJAAN

6. Kualifikasi sumber daya manusia ( SDM )


Didalam melakukan pekerjaan yang beresiko tinggi penggunaan
alat pelindung dir (APD) tidak ada kualifikasi dalam prosedur
penggunaannya, semua tenaga kerja yang beresiko terhdap
pekerjaanya wajib menggunakan APD yang sesuai dengan pekerjaan
yang dilakukan.
7. DISTRIBUSI KETENAGAAN
Semua jenis APD harus digunakan sebagaimana mestinya,
gunakan pedoman yang benar-benar sesuai dengan standar
keselamatan kerja (K3RS : Kesehatan, Keselamatan Kerja ). APD harus
digunakan sesuai dengan jenis pekerjaan dan dalam jumlah yang
memadai, memastikan APD yang dugunakan aman untuk keselamatan
pekerja, selain itu APD juga harus sesuai dengan standar yang telah
ditetapkan.
8. PENGATURAN JAGA
Alat Pelindung Diri (APD) adalah kelengkapan yang wajib
digunakan saat bekerja sesuai bahaya dan risiko kerja untuk menjaga
keselamatan pekerja itu sendiri dan orang di sekelilingnya. Kewajiban
itu sudah disepakati oleh pemerintah melalui Departement Tenaga
Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia. Hal ini tertulis di
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.
Per.08/Men/VII/2010 tentang pelindung diri
BAB III
STANDART FASILITAS

9. DENAH RUANG

Keterangan :
Daftar ruang Pengguna Alat Pelindung diri ( APD )
a. Ruang IGD
b. Ruang Icu
c. Ruang OK
d. Ruang Poli rawat jalan
e. Ruang rawat inap
f. Ruang Laboratorium
g. Ruang Radiologi
h. Ruang Apotik
i. Instalasi Gizi
j. Instalasi Loundry
k. Instalasi kamar Jenazah
l. Petugas pembuangan Limbah
m. Petugas Insatalasi Listrik
n. Petugas Instasi Air
o. Petugas Pengelasan

10. Standar fasilitas


Kewajiban ini sudah disepakati oleh pemerintah melalui Departement
Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia. Hal ini tertulis di
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.
Per.08/Men/VII/2010 tentang pelindung diri. Adapun bentuk dari
alat tersebut adalah :
a. Safety Helmet,
Berfungsi sebagai pelindung kepala dari benda yang bisa
mengenai kepala secara langsung.
b. Sabuk Keselamatan (safety belt),
Berfungsi sebagai alat pengaman ketika menggunakan alat
transportasi ataupun peralatan lain yang serupa (mobil, pesawat,
alat berat, dan lain-lain)
c. Sepatu Karet (sepatu boot),
Berfungsi sebagai alat pengaman saat bekerja di tempat yang
becek ataupun berlumpur. Kebanyakan di lapisi dengan metal
untuk melindungi kaki dari benda tajam atau berat, benda
panas, cairan kimia, dsb.
d. Sepatu pelindung (safety shoes),
Seperti sepatu biasa, tapi dari bahan kulit dilapisi metal dengan
sol dari karet tebal dan kuat. Berfungsi untuk mencegah
kecelakaan fatal yang menimpa kaki karena tertimpa benda
tajam atau berat, benda panas, cairan kimia, dsb.
e. Sarung Tangan,
Berfungsi sebagai alat pelindung tangan pada saat bekerja di
tempat atau situasi yang dapat mengakibatkan cedera tangan.
Bahan dan bentuk sarung tangan di sesuaikan dengan fungsi
masing-masing pekerjaan.
f. Tali Pengaman (Safety Harness)
Berfungsi sebagai pengaman saat bekerja di ketinggian.
Diwajibkan menggunakan alat ini di ketinggian lebih dari 1,8
meter .
g. Penutup Telinga (Ear Plug / Ear Muff),
Berfungsi sebagai pelindung telinga pada saat bekerja di tempat
yang bising.
h. Kaca Mata Pengaman (Safety Glasses),
i. Berfungsi sebagai pelindung mata ketika bekerja (misalnya
mengelas).
j. Masker (Respirator),
Berfungsi sebagai penyaring udara yang dihirup saat bekerja di
tempat dengan kualitas udara buruk (misal berdebu, beracun,
dsb).
k. Pelindung wajah (Face Shield),
Berfungsi sebagai pelindung wajah dari percikan benda asing
saat bekerja (misal pekerjaan menggerinda)
l. Jas Hujan (Rain Coat),
Berfungsi melindungi dari percikan air saat bekerja (misal
bekerja pada waktu hujan atau sedang mencuci alat).
Semua jenis APD harus digunakan sebagaimana mestinya,
gunakan pedoman yang benar-benar sesuai dengan standar
keselamatan kerja (K3RS : Kesehatan, Keselamatan Kerja)
BAB IV
TATA LAKSANANA PELAYANAN

Definisi APD adalah semua peralatan yang melindungi pekerja


selama bekerja termasuk pakaian yang harus di pakai pada saat bekerja,
pelindung kepala (helmet), sarung tangan (gloves),
pelindung mata (eye protection), pakaian yang bersifat
reflektive, sepatu, pelindung pendegaran (hearing
protection) dan pelindung pernapasan (masker).
Penggunaan APD di tempat kerja di sesuaikan
dengan pajanan bahaya yang di hadapi di area kerja.
Berikut adalah jenis bahaya dan APD yang diperlukan:

Tabel . Jenis bahaya dan APD yang diperlukan

No Tubuh Yang Bahaya APD


Dilindungi

Percikan bahan
1 Mata kimia, safety spectacles,
debu, proyektil, gas, goggles,
faceshields,
uap, radiasi visors.

2 Kepala Kejatuhan benda, Helmet


benturan, rambut
tertarik mesin

Debu, gas, uap,


3 Sistem fume, Respirator, alat
bantu
pernapasan kekurangan oksigen pernapasan

Cover all,
4 Melindungi Panas berlebihan, pakaian
badan tumpahan atau anti panas/api
percikan bahan
kimia

5 Tangan Panas, terpotong, Sarung tangan


bahan kimia,
sengatan
listrik

6 Kaki Tumpahan bahan Sepatu safety


kimia, tertimpa
benda,
sengatan listrik
BAB V
LOGISTIK

Seluruh kebutuhan Alat Pelindung Diri (APD)


disetiap bagian pengadaan didukung oleh pihak Rumah
Sakit, sedangkan untuk perawatan dilaksanakan dari
tiap – tiap bagian sedangkan jika ada Alat Pelindung Diri
(APD) yang sudah tidak layak pakai atau habis pakai
maka dilaporkan dalam bentuk tertulis dan penggantian
akan didukung sepunuhnya oleh pihak Rumah Sakit.

BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

Universal precation adalah tindakan pengendalian


infeksi sederhana yang digunakan oleh seluruh petugas
kesehatan, untuk semua pasien, setiap saat pada semua
tempat, pelayanan dalam rangka pengurangi resiko
penyebaran infeksi, kewaspadaan universal perlu
diterapkan dengan tujuan :
a. Mengendalikan infeksi secara konsisten.
b. Memastikan standar adekuat bagi mereka yang
tidak terdiagnosa atau tidak terlihat seperti resiko.
c. Mengurangi resiko bagi petugas kesehatan dan pasien
d. Asumsi bahwa resiko atau infeksi berbahaya.

Universal precautions saat ini dikenal dengan


kewaspadaan standar, adapun kewaspadaan standar
tersebut dirancang untuk mengurangi resiko infeksi
terinfeksi penyakit menular pada petugas kesehatan baik
dari sumber terinfeksi yang dketahui maupun yang tidak
diketahui (Depkes, 2008).
Menurut Depkes (2008), rekomendasi kewanpadaan
standar, terutama setelah terdiagnosis jenis infeksinya,
rekomendasi dikategorikan sebagai berikut:
a. Kategori IA
Sangat direkomendasikan untuk seluruh rumah
sakit, telah didukung peneitian dan studi
epidemiologi.
b. Kategori IB
Sangat direkomendasikan untuk seluruh rumah
sakit dan telah ditinjau efektif oleh ahli dilapangan,
dan besar kesepakatan HICPAC (Hospital Infection
Control Advisory Committee) sesuai dengan bukti
rasional walaupun mungkin sebelum dilaksanakan
suatu studi scientific.
c. Kategori II
Dianjurkan untuk dilaksanakna dirumah sakit.
Anjuran didukung studi klinis, dan epidemiologik,
teori rasional yang kuat, studi dilaksanakna
dibeberapa rumah sakit.
d. Tidak direkomendasikan
Masalahnya belum ada penyeesaiannya. Belum ada
bukti ilmiah yang menendai atau belum ada
kesepakatan mengenai efikasinya.

Kewaspadaan standar untuk semua pasien.


Kategori I meliputi:
a. Kebersihan tangan/hand higiene
b. Alat pelindung diri (APD): sarung tangan,
masker, google (kaca mata pelindung), face
shield (pelidung wajah), gaun.
c. Peralatan perawata pasien.
d. Pengendalian lingkungan.
e. Pemrosesan peralatan pasien dan
penatalaksanaan linen.
f. Kesehatan karyawan/pelindung petugas
kesehatan.
g. Higiene respirasi/etika batuk.
h. Praktek menyuntik yang aman.
i. Lumbal pungsi.
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

Untuk keselamatan kerja Penggunaan Alat


Pelindung Diri (APD) sangat diwajibkan, Alat pelindung
diri digunakan untuk melindungi kulit dan selaput lendir
petugas dari resiko pajanan darah, semua jenis cairan
tubuh, sekret, ekskreta kulit yang tidah utuh dan
selaput lendir pasien. Jenis tindakan yang beresiko
mencakup tindakan rutin, tindakan bedah tulang, otopsi
danperawatan gigi dimana menggunakan bor dengan
kecepatan putar yang tinggi (Depkes, 2003).
Peralatan pelindung diri meliputi sarung tangan,
masker/respirator, pelindng mata (perisai muka,
kacamata), kap, gaun, apron, da barang lainya (Tiedjen,
2004).
a. Sarung tangan
Melindungi tangan dari bahan infeksius dan mellindungi
pasien dari mikroorganisme pada tangan petugas. Alat
ini merupakan pembatas fisik terpenting untuk
mencegah penyebaran infeksi dan harus selalu diganti
untuk mecegah infeksi silang. Menurut Tiedjen ada tiga
jenis sarung tangan yaitu:
1) Sarung tangan bedah, dipaka sewaktu melakukan
tindakan infasif atau pembedahan.
2) Sarung tangan pemeriksaan, dipakai untuk
melindungi petugas kesehatan sewaktu malakukan
pemeriksaan atau pekerjaan rutin.
3) Sarung tangan rumah tangga, dipakai sewaktu
memprose peralatan, menangani bahan-bahan
terkontaminasi, dan sewaktu membersihkan
permukaan yang terkontaminasi.
b. Masker
Masker harus cukup besar untuk menutup hidung,
muka bagian bawah, rahang dan semua rambut
muka. Masker dipakai untuk menahan cipratan
yang keluar sewaktu petugas kesehatan atau
petugas bedah bicara, batuk, atau bersin dan juga
untuk mencegah cipratan darah atau cairan tubuh
yang terkontaminasi masik kedalam hidung atau
mulut petugas kesehatan. Masker jika tidak
terbuat dari bahan tahan cairan, bagaimanapun
juga tidak efektif dalam mencegah dengan baik.

c. Respirator
Masker jenis khusus, disebut respirator partikel,
yang dianjurkan dalam situasi memfilter udara
yang tertarik nafas dianggap sangat penting
(umpamanya, dalam perawatan orang dengan
tuberculosis paru).

d. Pelindung mata
Melindungi staf kalau terjadi cipratan darah atau
cairan tubuh lainya yang terkontaminasi dengan
melindungi mata. Pelindung mata termasuk
pelindung plastik yan jernih. Kacamata pengaman,
pelindung muka. Kacamata yang dibuat dengan
resep dokter atau kacamata dengan lensa normal
juga dapat dipakai.

e. Tutup kepala/kap
Dipakai untuk menutup rambut dan kepala agar
guguran kulit dan rambut tidak masuk dalam luka
sewaktu pembedahan. Kap harus dapat menutup
semua rambut.

f. Gaun
Gaun penutup, dipakai untuk menutupi baju
rumah. Gaun ini dipakai untuk melindungi
pakaian petugas pelayanan kesehatan. Gaun bedah
petama kali digunakan untuk melindungi pasien
dari mikroorganisme yang terdapat di abdomen dan
lengan dari staf perawatan kesehatan sewaktu
pembedahan.

g. Apron
Terbuat dari bahan karet atau plastik sebagai

suatu pembatas tahan air di bagian depan dari

petugas kesehatan.

h. Alas kaki
Dipakai untuk melindungi kaki dari perlukaan oleh
benda tajam atau berat atau dari cairan yang
kebetulan jatuh atau menetes pada kaki.
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Untuk mempertahankan mutu Alat Pelindung diri ( APD

) maka dilakukan cara memilih dan merawat APD a.

Cara memilih:

1) sesuai dengan jenis pekerjaan dan dalam


jumlah yang memadai
2) APD yang sesuai standar serta sesuai dengan
jenis pekerjaannya harus selalu digunakan
selama mengerjakan tugas tersebut atau
selama berada di areal pekerjaan tersebut
dilaksanakan.
3) APD tidak dibutuhkan apabila sedang berada
dalam kantor, ruang istirahat, atau tempat-
tempat yang tidak berhubungan dengan
pekerjaannya
4) Melalui pengamatan operasi, proses, dan
jenis material yang dipakai
b. Cara merawat:
1) meletakkan APD pada tempatnya setelah
selesai digunakan,
2) melakukan pembersihan secara berkala,
3) memeriksa APD sebelum dipakai untuk
mengetahui adanya kerusakan atau tidak
layak pakai,
4) memastikan APD yang digunakan aman
untuk keselamatan jika tidak sesuai maka
perlu diganti dengan yang baru.
5) dijaga keadaannya dengan pemeriksaan rutin
yang menyangkut cara penyimpanan,
kebersihan serta kondisinya
6) Apabila dalam pemeriksaan tersebut
ditemukan alat helm kerja yang kualitasnya
tidak sesuai persyaratan maka alat tersebut
ditarik serta tidak dibenarkan untuk
dipergunakan
BAB IX
PENUTUP

Alat pelindung diri (APD) merupakan upaya terakhir dan


meminimalkan resiko yang dapat terjadi akibat kecelakan atau
bahaya di sekeliling terutama pada dunia kerja baik di
laboratorium maupun di lingkungan. Klasifikasi APD
disesuaikan dengan fungsi dan kebutuhan, untuk itu
Pedoman Penggunaan Alat Pelindung Diri harus selalu menjadi
pegangan untuk menjaga keselamatan dan kesehatan kerja di
lingkungan RSUD S.K. Lerik.

Direktur RSUD S. K. Lerik

dr. Marsiana Y.Halek


Pembina Tk I
NIP. 19770712 200112 2 003

Anda mungkin juga menyukai