Makalah Akidah Akhlak
Makalah Akidah Akhlak
AKHLAK TERPUJI
TAHUN PELAJARAN 2019/2020
C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan dari makalah ini antara lain :
a. Bentuk penyelesaian tugas mata pelajaran aqidah akhlak
b. Menjelaskan akhlak terpuji dan macam-macam akhlak terpuji dan akhlak tercela dengan
macam-macam akhlak tercela.
c. Mengetahui penerapan akhlak terpuji dan akhlak tercela dalam kehidupan sehari-hari.
D. Manfaat Penulisan
Kami berharap makalah ini mampu menambah wawasan pembaca mengenai akhlak
terpuji yang di ridhoi Allah SWT dan Penerapannya dalam kehidupan sehari-hari yang
mampu menambah iman para pembaca
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Akhlak
Akhlak berasal dari bahasa Arab “akhlaqun” yang merupakan bentukjamak dari
“khuluqun”, atau akhlak juga berarti budi pekerti, tabia’at atau tingkah laku,
watak,dan perangai.
Sedangkan menurut istilah akhlak didefenisikan oleh beberapa ahli sebagai berikut:
a. Menurut Al-Ghazali, segala sifat yang tertanam dalam hati yang menimbulkan kegiatan-
kegiatan dengan ringan dan mudah tanpa memerlukan pemikiran tanpa pertimbangan.
b. Menurut Abdul Karim Zaidan, nilai dan sifat yang tertanam dalam jiwa sehingga seseorang
dapat menilai perbuatan baik atau buruk, kemudian memilih melakukan atau meninggalkan
perbuatan tersebut.
c. Menurut Ahmad Amin ialah membiasakan kehendak. Ini berari bahwa kehendak itu apabila
dibiasakan terhadap maka kebiasan itu akan dapat membentuk akhlak.
d. Menurut Ibnu Maskawaih, akhlah adalah perilaku jiwa seseorang yang mendorong untuk
melakukan kegiatan-kegiatan tanpa melalui pertimbangan (sebelumnya).
Jadi, ilmu akhlak ialah ilmu yang berusaha untuk mengenal tingkah laku manusia
kemudian memberi hukum/nilai kepada perbuatab itu bahwa ia baik atau buruk sesuai dengan
norma-norma akhlak dan tata susila.
B. Pengertian Akhlak Terpuji & Akhlak Tercela
Akhlak terpuji disebut juga akhlakul kharimah atau akhlakul mahmudah, artinya
segala macam perilaku atau perbuatan baik yang tampak dalam kehidupan sehari-hari.
Sedangkan akhlak buruk yang disebut juga akhlak mazmumah, yaitu segala macam perilaku
atau perbuatan buruk/tercela yang tampak dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut ajaran Islam penentuan baik dan buruk harus didasarkan pada petunjuk al-
qur’an da al-hadis. Jika kita perhatikan al-qur’an atau hadis dapat dijumpai berbagai istilah
yang mengacu kepada baik dan ada pula yang mengacu kepada yang buruk. Diantara istilah
yang mengacu kepada yang baik misalnyaal-hasanah, thayyibah, khairah, karimah,
mahmudah, azizah dan al-birr.
Keutamaan akhlak terpuji disebutkan dalam hadist salah satunya adalah hadis yang
diriwayatkan oleh Abu dzar dari Nabi Muhammad saw, yang artinya:
“ wahai abu dzar! ‘maukah aku tunjukan dua hal yang sangat ringan dipunggung,
tetapi sagat berat ditimbangan(pada hari kiamat kelak?)’, Abu dzar menjawab, ‘hendaklah
kamu melakukan akhlak terpuji dan banyak diam. Demi Allah yang tanganku berada
digenggamannya, tidak ada makhluk lain yang dapat bersolek dengan dua hal tersebut”
(H.R Al-baihaqi)
Akhlak buruk atau akhlakul mazmumah adalah akhlak yang tercela dan akhlak baik
pun bisa menjadi akhlak tercela jika dalam melakukan perbuatan baik itu niat dan cara
melakukannya dengan cara tidak baik.
Segala bentuk akhlak yang bertentangan dengan akhlak terpuji disebit dengan akhlak
tercela. Akhlak terceka merupakan tingkah laku yang tercela yang dapat merusak keimanan
seseorang dan adapat menjatuhkan amartabatnya sebagai manusia.
Sebagai maunsia yang beriman kita harus menjauhi akhlat tercela, sebagaimana yang
nyatakan dalam beberapa keterangan.
1. Rasulullah saw.bersabda:
“ seandainya akhlak buruk itu seseorang yang berjalan ditengah-tengah manusia, ia
pasti seseorang yang buruk. Sesungguhnya Allah tidak menjadikan perangiku jahat.”
2. Rasulullah saw bersabda:
“ sesungguhnya akhlak tercela merusak kebaikan sebagaimana cuka merusak madu”.
C. Macam- Macam Akhlak Terpuji
a. Husnuzan
a) Pengertian
Husnuzan secara bahasa berarti “berbaik sangka” lawan katanya adalah su’uzan yang
berarti berburuk sangka atau apriori dan sebagainya. Husnuzan adalah cara pandang
seseorang yang membuatnya melihat segala sesuatu secara positif, seorang yang memiliki
sikap husnuzan akan mepertimbangkan segala sesuatu dengan pikiran jernih, pikiran dan
hatinya bersih dari prasangka yang belum tentu kebenaranya. Sebaliknya orang yang
pemikirannya senantiasa dikuasai oleh sikap su’uzan selalu akan memandang segala sesuatu
jelek, seolah-olah tidak ada sedikit pun kebaikan dalam pandanganya, pikirannya telah
dikungkung oleh sikap yang menganggap orang lain lebih rendah dari pada dirinya. Sikap
buruk sangka identik dengan rasa curiga, cemas, amarah dan benci padahal kecurigaan,
kecemasan, kemarahan dan kebencian itu hanyalah perasaan semata yang tidak jelas
penyebabnya, terkadang apa yang ditakutkan bakal terjadi pada dirinya atau orang lain sama
sekali tak terbukti.
Kembali kepada husnuzan, secara garis besar dapat dibagi menjadi tiga macam, yaitu :
1. Husnuzan kepada Allah, ini dapat ditunjukan dengan sifat tawakal, sabar dan ikhlas dalam
menjalani hidup.
2. Husnuzan kepada diri sendiri, ditunjukan dengan sikap percaya diri dan optimis serta
inisiatif
3. Husnuzan kepada sesama manusia, ditunjukan dengan cara senang, berpikir positif dan
sikap hormat kepada orang lain tanpa ada rasa curiga.
b) Macam-macam husnuzan
1. Husnuzan Kepada Allah
Salah satu sifat terpuji yang harus tertanam pada diri adalah adalah sifat husnuzan
kepada Allah, sikap ini ditunjukan dengan selalu berbaik sangka atas segala kehendak allah
terhadap hamba-Nya. Karena banyak hal yang terjadi pada kita seperti musibah membuat kita
secara tidak langsung menganggap Allah telah tidak adil, padahal sebagai seorang mukmin
sejati semestinya kita harus senantiasa menganggap apa yang ditakdirkan Allah kepada kita
adalah yang terbaik.Seseorang boleh saja sedih, cemas dan gundah bila terkena musibah,
akan tetapi jangan sampai berlarut-larut sehingga membuat dirinya menyalahkan Allah
sebagai Penguasa Takdir. Sikap terbaik yang dapat dilakukan adalah dengan cara segera
menata hati dan perasaan kemudian menegguhkan sikap bahwa setiap yang ditakdirkan Allah
kepada hamba-Nya mengandung hikmah. Inilah yang disebut dengan sikap husnuzan kepada
Allah.
Sebagai seseorang mukmin yang meyakini bahwa Allah Maha Tahu atas apa yang
terjadi terhadap hamba-Nya, karena itu kita semestinya berpikir optimis, yakin bahwa rahmat
dan karunia yang diberikan Allah kepada manusia tidak akan pernah putus. Sebagaimana
Firman Allah Swt :
شوشريحشمستي شوسسشع ي
ت ككلُل ششييءء
س شولش يشيذكككروشن ا
اش إسللُ قشسليِلل صلشسة قشاَّكموُيا ككشساَّشلىَ يكشرآَكؤوشن النلُاَّ ش
ُاش شوهكشوُ شخاَّسدكعهكيم شوإسشذا قشاَّكموُيا إسشلىَ ال ل
إسلُن ايلكمنشاَّفسسقيِشن يكشخاَّسدكعوُشن ا
Artinya : “Sesungguhnya orang-rang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan
membalas tipuan mereka. Dan jika mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan
malas, mereka bermaksud riya’ (dengan shalat itu) dihadapan manusia, dan tidaklah
mereka dzkiri kepada Allah kecuali sedikit sekali.”
Dalam sebuah hadis, Rasulullah bercerita, ”Di hari kiamat nanti ada orang yang mati
syahid diperintahkan oleh Allah untuk masuk ke neraka. Lalu orang itu melakukan protes,
‘Wahai Tuhanku, aku ini telah mati syahid dalam perjuangan membela agama-Mu, mengapa
aku dimasukkan ke neraka?’ Allah menjawab, ‘Kamu berdusta dalam berjuang. Kamu hanya
ingin mendapatkan pujian dari orang lain, agar dirimu dikatakan sebagai pemberani. Dan,
apabila pujian itu telah dikatakan oleh mereka, maka itulah sebagai balasan dari
perjuanganmu’.”
Orang yang berjuang atau beribadah demi sesuatu yang bukan ikhlas karena Allah SWT,
dalam agama disebut riya. Sepintas, sifat riya merupakan perkara yang sepele, namun
akibatnya sangat fatal. Sifat riyadapat memberangus seluruh amal kebaikan, bagaikan air
hujan yang menimpa debu di atas bebatuan. Allah SWT berfirman :
ال شوقشسديمنشاَّ إسشلىَ شماَّ شعسمكلوُا سمين شعشمءل فششجشعيلنشاَّهك هشبشاَّء لُمنكثوُر
Artinya : ”Dan Kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu Kami jadikan
amal itu (bagaikan) debu yang beterbangan”. (QS. Al-Furqan : 23)
Abu Hurairah r.a. juga pernah mendengar Rasulullah bersabda :
”Banyak orang yang berpuasa, namun tidak memperoleh sesuatu dari puasanya
itu kecuali lapar dan dahaga, dan banyak pula orang yang melakukan shalat malam yang
tidak mendapatkan apa-apa kecuali tidak tidur semalaman.”
Begitu dahsyatnya penyakit riya ini, hingga pernah seseorang bertanya kepada
Rasulullah, ”Apakah keselamatan itu?” Jawab Rasulullah, ”Apabila kamu tidak menipu
Allah.” Orang tersebut bertanya lagi, ”Bagaimana menipu Allah itu?” Rasulullah menjawab,
”Apabila kamu melakukan suatu amal yang telah diperintahkan oleh Allah dan Rasul-
Nya kepadamu, maka kamu menghendaki amal itu untuk selain Allah.”
Meskipun riya sangat berbahaya, tidak sedikit di antara kita yang teperdaya oleh
penyakit hati ini. Kini tidak mudah untuk menemukan orang yang benar-benar ikhlas
beribadah kepada Allah tanpa adanya pamrih dari manusia atau tujuan lainnya, baik
dalam masalah ibadah, muamalah, ataupun perjuangan. Meskipun kadarnya berbeda-
beda antara satu dan lainnya, tujuannya tetap sama: ingin menunjukkan
amaliyahnya, ibadah, dan segala aktivitasnya di hadapan manusia.
Secara tegas Rasulullah pernah bersabda, ”Takutlah kamu kepada syirik kecil.” Para
shahabat bertanya, ”Wahai Rasulullah, apa yang dimaksud dengan syirik kecil?” Rasulullah
berkata, ”Yaitu sifat riya. Kelak di hari pembalasan, Allah mengatakan kepada mereka
yang memiliki sifat riya, ‘pergilah kalian kepada mereka, di mana kalian
pernah memperlihatkan amal kalian kepada mereka semasa di dunia.
Lihatlah apakah kalian memperoleh imbalan pahala dari mereka’
a) Perbedaan amal perbuatan yang diridhai allah dengan amal perbuatan riya’
Antara amal perbuatan yang diredhai oleh Allah dengan amal perbuatan riya’ dapat
dibedakan sebagai berikut :
Amal perbuatan yang diridhai Allah :
a. Niat karena Allah
b. Ikhla
c. Sesuai dengan kemampuan
d. Tidak pilih kasih
e. Rahmat bagi seluruh alam
Amal perbuatan riya’
a. Niat bukan karena Allah
b. Tidak ikhlas
c. Mengada-ada
d. Pilih kasih
e. Ingin dipuji
f. Mengharap imbalan
b) Macam-macam riya’
Dilihat dari bentuknya, ria dapat digolongkan 2 macam, yaitu :
1. Ria dalam niat
Ria yang berkaitan dengan hati, maksud ria dalam niat, yaitu sejak awal perbuatan
bahkan yang dilakukannya tidak didasari ikhlas sebelumnya sudah didasari ria. Yang
mengetahui hanya Allah SWT dan dirinya saja. Apabila seseorang ingin melakukan amal
perbuatan baik atau tidak tergantung pada niat. Rasulullah Saw. bersabda :
e) Tanda-tanda riya’
Tanda-tanda penyakit hati ini pernah dinyatakan oleh Ali bin Abi Thalib. Kata beliau,
”Orang yang riya itu memiliki tiga ciri, yaitu malas beramal ketika sendirian dan giat beramal
ketika berada di tengah-tengah orang ramai, menambah amaliyahnya ketika dirinya dipuji,
dan mengurangi amaliyahnya ketika dirinya dicela.”
f) Kebiasaan yang dapat menghindari perbuatan riya
a. Memfokuskan niat ibadah (ikhlas) hanya semata-mata karena Allah SWT
b. Membiasakan diri membaca basmallah sebelum memulai pekerjaan
c. Membiasakan menjaga lisan saat bekerja
d. Membiasakan diri menolong atau membantu pekerjaan orang lain tanpa harus disuruh
dan meminta imbalan
e. Membiasakan bersedekah atau mengeluarkan infaknya setiap mendapat rezeki atau
kesenangan
f. Tidak mudah tergiur atau terpengaruh dengan kemewahan orang lain
g. Tidak membuat kecemburuan kepada orang lain
h. Saling menasehati untuk kebaikan dan kesabaran dalam beribadah
i. Tidak memamerkan sesuatu karena pada dasarnya semua yang dimiliki adalah dari Allah
dan akan kembali kepada-Ny
j. Membiasakan diri untuk bersyukur kepada Allah SWT
شوإسيذ تشأ شلُذشن شردﺑكﻜيم لشسئن شششﻜيرتكيم لشسزيشدﻧِلُكﻜيم شولشسئن شكفشيرتكيم إسلُن شعشذاسﺑي لشششسديطد
Artinya : “Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika
kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu
mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih." (Q.Ibrahim : 7)
b. Aniaya (Dzalim)
Menurut ajaran islam, aniaya atau yang biasa disebut dzalim adalah berasal dari
(dzolama-yadzlimu-dzulman) yang artinya aniaya. Pelakunya disebut dzalim dan
perbuatannya disebut dzulmun. Ahli mauidzah mendefinisikan dzalim yaitu meletakkan
sesuatu tidak pada tempatnya. Dzalim adalah perbuatan dosa yang harus ditinggalkan. Karena
tindakan aniaya akan dapat merusak kehidupan pribadi, keluarga dan masyarakat. Tindakan
aniaya digolongkan sebagai perbuatan yang menyesatkan dan menyengsarakan.
Perkataan aniaya berasal dari bahasa Sangsekerta yang berarti perbuatan bengis,
penyiksaan atau zalim, zalim artinya: tidak menempatkan sesuatu dengan semestinya atau
sesuai dengan ketentuan Allah Swt. Atau bisa diartikan tindakan yang tidak manusiawi, yang
bertentangan dengan hak azasi manusia dan Allah swt.
c. Diskriminasi
a) Pengertian
Secara bahasa diskriminasi berasal dari bahasa Inggris “Discriminate” yang berarti
membedakan.Dan dalam bahasa arab istilah diskriminasi dikenal dengan Al-Muhabbah yang
artinya membedakan kasih antara satu dengan yang lain atau pilih kasih.Kosakata
discriminate ini kemudian diadopsi menjadi kosa kata bahasa
Indonesia “Diskriminasi” yaitu suatu sikap yang membeda-bedakan orang lain
berdasarkan suku, ras,bahasa,budaya,ataupun agama.
Diskriminasi artinya memandang sesuatu tidak secara adil dan memperlakukannya
pula secara pilih kasih.Agar kita terhindar dari perbuatan diskriminasi ini perlu sekali
memahami tentang hak-hak dan kewajiban seseorang. Jika kita mau melakukan diskriminasi,
maka perhatikan dulu apakah dia memang berhak atau tidak, jika memang berhak, maka kita
harus mengurungkan diri untuk berbuat diskriminasi.
b) Jenis Perbuatan Diskriminasi
Adapun bentuk penyimpanan perilaku-perilaku penyimpangan individual menurut
kadar penyimpangan nya adalah sbb :
a. Penyimpangan tidak patuh pada nasihat orang tua agar mengubah pendiriannya yang tidak
sesuai dengan nilai islam.
b. Penyimpangan karena tidak taat terhadap pimpinan yang disebut pembangkang
c. Penyimpangan karena melanggar norma umum yang berlaku disebut pelanggar.
d. Penyimpangan karena tidak menepati janji,berkata bohong,berkhianat kepercayaan.Khianat
dan berlagak membela,disebut munafik.
Terjadinya bentuk-bentuk perbedaan sosial (diferensiasi) dalam masyarakat
diakibatkan oleh adanya ciri-ciri tertentu, yaitu ciri-ciri fisik, social, dan budaya.
1. Ciri-ciri fisik, yang berkaitan dengan ras, yaitu penggolongan manusia atas dasar
persamaan cirri-ciri fisik yang tampak dari luar, seperti bentuk kepala, badan, hidung, rambut,
muka, dan tulang rahang bawah, serta warna kulit, rambut, dan mata. Perbedaan cirri-ciri
fisik sangat dirasakan pada masyarakat dalam Negara yang menjalankan politik diskriminasi
social, misalnya politik Apartheid di Afrika Selatan, sebelum Presiden Nelson Mandela.
2. Ciri-ciri sosial, yaitu yang berkaitan dengan status dan peran para warga masyarakat dalam
kehidupan sosial.
3. Ciri-ciri budaya, yaitu ciri yang merupakan pembeda budaya dan suku.
Dengan adanya perbedaan social (diferensiasi) maka dapat kita katakana bahwa
diferensiasi merupakan awal adanya stratifikasi dan menjadi pemicu munculnya sikap
diskriminasi.
c) Dampak Negatif Diskriminasi
1. Memicu munculnya sektarianisme
2. Memunculkan antar kelompok
3. Mengundang masalah social yang baru
4. Menciptakan penindasan dan otoritarianisme dalam kehidupan
5. Menghambat kesejahteraan kehidupan
6. Menghalangi tegak nya keadilan
7. Mempersulit penyelesaian masalah.
d) Cara Menghindari Diskriminasi
Untuk menghindari sikap diskriminasi,maka setiap muslim harus mengedepankan
sikap musawah.Sikap Musawah (persamaan) cukup urgen dalam kehidupan modern.Sikap ini
memiliki tujuan untuk menciptakan rasa kesejajaran,persamaan dan kebersamaan serta
penghargaan terhadap sesama manusia sebagai makhluk Tuhan.
Adapun hal-hal untuk menghindari diskriminasi, yaitu :
a. Ta’aruf adalah, saling kenal mengenal yang tidak hanya bersifat fisik atau biodata ringkas
belaka,tetapi lebih jauh lagi menyangkut latar pendidikan,budaya,keagamaan,pemikiran,ide-
ide,cita-cita serta problem kehidupan yang dihadapi
b. Tafahum adalah, saling memahami kelebihan dan kekurangan,kekuatan dan kelemahan
masing-masing,sehingga segala macam bentuk kesalahpahaman dapat dihindari
c. Ta’awun adalah, saling tolong menolon
d. Takaful adalah, saling memberikan jaminan.
e) Hikmah Menghindari Diskriminasi
1. Mengutamakan orang lain
2. Meringankan beban orang lai
3. Tidak menjadi beban orang lain
4. Ramah tamah terhadap sesama manusia
5. Berperilaku sesuai ajaran islam
6. Wajar dan realistis.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam islam akhlak merupakan hal yang sangat diperhatikan, sehingga dalam islma
akhlak terbagi atas dua akhlak terpuji dan akhlak tercela. Akhlak terpuji adalah akhlak yang
disukai , disenangi oleh Allah swt bahakn dianjurkan dan diwajibkan. Akhlak tercela adalah
akhlak yang dilarang dan diharamkan oleh Allah swt. Akhlak terpuji dan akhlak tercela begitu
banyak, tetapi pada intinya niatkan hati kita hanya untuk beribadah kepada Allah swt.
B. Saran
Alhamdulillah akhirnya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini, segala koreksi
dan saran demi kesempurnaan makalah ini penyusun harapkan sebagai bentuk kepedulian
bagi yang ingin menambah khazanah kekeliruan dan sebagai bahan untuk memperbaiki dari
apa yang telah disusunnya. Sehingga mudah-mudahan kedepannya bisa lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
http://syafrisalmi.wordpress.com/2012/10/25/makalah-aqidah-akhlak-tentang-pembahasan-
akhlak-terpuji/
http://asno-dharmasraya.blogspot.com/2012/04/perilaku-terpuji.html
http://ahmadfauzani.wordpress.com/materi-akhlak-tercela/
http://asno-dharmasraya.blogspot.com/2012/04/perilaku-tercela-riya.html
http://boxuchul.blogspot.com/2012/03/akhlak-terpuji-dan-akhlak-tercela.html
Buku modul Al-Hikmah akidah akhlak kelas x semester I & II
Syeikh Ibrahim Jalhum. 2003. Pelita As-Sunnah Petunjuk Jalan Bagi Kaum
Muslimin. Bandung. Pustaka Setia
Mustofa H. 1997. Filsafat Islam. Bandung: Pustaka Setia
Nata, Abuddin. 2010 .Akhlak Tasawuf. Jakarta : Rajawali Pers