Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH EKOLOGI

DOSEN PEMBIMBING
H. Kamsul, SST., M.Kes

OLEH :

Kelompok 8 :

1. Eti Septiana
2. Ghina Ajeng Felicia
3. Mirza Febriyanti
4. Veronica

PROGRAM STUDI DIPLOMA III


JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALEMBANG
2020
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala
limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada kami sehingga dapat menyelesaikan
makalah ini.
Kami menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini berkat bantuan dan
penuntutan Tuhan Yang Maha Esa dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak untuk
itu dalam kesempatan ini kami menghaturkan rasa hormat dan terimakasih yang
sebesar-besar nya kepada semua pihak yang membantu dalam pembuatan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan baik meteri maupun cara penulisan nya. Namun demikian, kami telah
berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat
selesai dengan baik dan oleh karena nya, kami dengan rendah hati dan dengan tangan
terbuka menerima masukan, saran dan usul guna menyempurnakan makalah ini.

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................(i)
DAFTAR ISI .............................................................................................................(ii)
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.......................................................................................................4
B. Rumusan Masalah……….……………………………………...………………...5
C. Tujuan……………………………………………………………...…………….6
D. Manfaat……………………....……………….…….……………...…..................6
BAB II PEMBAHASAN
A. Model Ekologi Terjadinya Penyakit Akibat Pencemaran Lingkungan……6
B. Prinsip Pengelolaan Sumber Daya Alam……………………………...….………7
C. Macam – Macam Model Ekologi…………………………………………….......9
D. Faktor – Faktor Intrinsik Pada Pejamu…………………………………………..12
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan............................................................................................................14
B. Saran………………………………………….…………………….……………14
DAFTAR PUSTAKA…………………………………….………………........…..15
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

“ Seserakah itukah manusia dalam mengekploitasi sumber daya alam yang berdampak
pada perubahan ekologi?” Benarkah semua tidak tanduk manusia mempengaruhi
ekosistem?” mengapa perubahan ekologi perlu diketahui oleh manusia” pertanyaan-
pertanyaan tersebut landasan dalam mempelajari dan memahami ekologi. Pemahaman
yang benar tentang interaksi manusia dengan ekologi diperlukan untuk dapat
menentukan apa yang seharusnya manusia lakukan dalam hubungan tersebut.
(Puspawati, Catur dkk, 2014)

Meskipun kecenderungan manusia mengekploitasi alam terus berlangsung sampai saat


ini, tetap masih ada manusia yang peduli lingkungan. Program konservasi dilakukan
dengan tujuan mengelola lingkungan dengan baik agar selama tetap bertahan dalam
kondisi yang seimbang di permukaan bumi ini. Kualitas lingkungan yang baik tentu
akan mendukung kelestarian hidup manusia juga pada akhirnya. Uraian berikut ini
bertujuan memberikan wawasan bahwa melakukan pelestarian dan perbaikan
lingkungan tidak mudah. Perlu menerap prinsip ekologi yang benar dan cara yang
sesuai untuk melakukan pelestarian dan perbaikan lingkungan yang rusak. (Puspawati,
Catur dkk, 2014)

Memahami dan mempelajari ekologi dalam kaitannya dengan kehidupan manusia


termasuk penyakit-penyakit disebabkan oleh rusaknya ekosistem lingkungan, fokus
pembahsannya tidak hanya berkaitan dengan ekosistem. Sosial, budaya dan ekologi
atau lingkungan itu sendiri, bukan hanya interaksi antar manusia dan makhluk lain,
tetapi juga dengan faktor abiotik dan juga dengan bentuk interaksi manusia dan
teknologi(budaya). (Puspawati, Catur dkk, 2014)
Lingkungan dapat mengubah kehidupan manusia, sebaliknya kehidupan manusia juga
dapat mengubah lingkungan. Manusia mempunyai sejumlah kebutuhan yang harus
dipenuhi untuk mempertahankan hidupnya. sejumlah kebutuhan manusia diambil dari
lingkungan di sekelilingnya. Hal ini merupakan fenomena yang alamia yang terjadi,
tetapi karena manusia memiliki kemampuan bertahan hidup yang tinggi, maka
lingkungan seringkali tidak sanggup memberikan dukungan terhadap jumlah populasi
manusia yang bertambah. Dewasa ini laju pertambahan manusia bertambah pesat.
Angka populasi terus bertambah bukan disebabkan oleh peningkatan kelahiran, tetapi
lebih disebabkan oleh adanya penurunan angka kematian. (Puspawati, Catur dkk, 2014)

Manusia dari penyakit yang disebabkan oleh pencemaran lingkungan. Disisi lain, kita
juga harus mempertimbangkan daya dukung,daya tampung, dan kelestarian lingkungan
itu sendiri. (Puspawati, Catur dkk, 2014)

Agar dapat bertahan hidup, manuisa beradaptasi dengan merancang, membentuk,dan


mengendalikan “ekologi” melalui penggunaan dan pemanfaat teknologi. Kita telah
membawa bumi banyak bergantung pada teknologi dan pada bagaimana kita
mengembangkan dan menggunakan teknologi. Sebagai akibatnya, hal itu akan
bergantung pada seberapa baik kita memahami bagaimana kerjanya teknologi dan
sosial, budaya,ekonomi serta sistem ekologi tempat kita hidup. Semakin tinggi
teknologi yang digunakan, semakin kompleks cara kita beradaptasi dengan lingkungan.
(Puspawati, Catur dkk, 2014)

Prinsipnya, kegiatan pembangunan yang di laksanakan pasti dan selalu dampak


terhadap lingkungan, baik dampak positif maupun dampak negatif. Hal yang perlu di
perhatikan adalah bagaimana melaksanakan pembangunan dengan hasil dan manfaat
yang optimal serta dampak negatif yang sekecil-kecilnya terhadap ekologi
pembangunan. (Puspawati, Catur dkk, 2014)

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu penerapan model ekologi terjadinya penyakit akibat pencemaran lingkungan?
2. Apa saja prinsip pengelolaan sumber daya alam?
3. Apa saja macam-macam model ekologi?
4. Apa saja model ekologi penyakit akibat pencemaran lingkungan?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui model ekologi terjadinya penyakit akibat pencemaran
lingkungan
2. Untuk mengetahui prinsip pengelolaan sumber daya alam
3. Dapat mengetahui macam-macam model ekologi
4. Dapat mengetahui model ekologi penyakit akibat pencemaran lingkungan

D. Manfaat
1. Agar mahasiswa mampu mengetahui model ekologi terjadinya penyakit akibat
pencemaran lingkungan
2. Agar mahasiswa mampu mengetahui prinsip pengelolaan sumber daya alam
3. Agar mahasiswa mampu mengetahui macam-macam model ekologi
4. Agar mahasiswa mampu mengetahui bagaimana model ekologi penyakit akibat
pencemaran lingkungan
BAB II
PEMBAHASAN

A. Model Ekologi Terjadinya Penyakit Akibat Pencemaran Lingkungan

Menurut Pasal 1 ayat (1) Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 pengertian


lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan
makhluk hidup termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi
kelangsungan peri kehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain.
Pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya terpadu untuk melestarikan fungsi
lingkungan hidup yang meliputi kebijaksanaan penataan, pemanfaatan,
pengembangan, pemeliharaan, pemulihan, pengawasan dan pengendalian lingkungan
hidup. Tujuan pengelolaan lingkungan hidup adalah agar tercapai keselarasan
hubungan antara manusia dan lingkungan hidup, terwujudnya manusia sebagai
pembina lingkungan hidup dan terlaksananya pembangunan berwawasan lingkungan.
Pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup adalah upaya sadar
dan terencana yang memadukan lingkungan hidup termasuk sumber daya ke dalam
proses pembangunan untuk menjamin kemampuan, kesejahteraan dan mutu hidup
generasi masa kini dan generasi masa depan ( Pasal 1 ayat (2) dan (3) Undang-undang
Nomor 23 Tahun 1997 ).
Salah satu komponen lingkungan hidup adalah sumber daya alam. Menurut
Suratmo (1995) sumber daya alam adalah segala sesuatu yang ada di alam yang dapat
digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia baik generasi sekarang maupun
generasi yang akan datang.

B. PRINSIP PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM


Pengelolaan sumber daya alam harus mengacu pada beberapa prinsip yaitu :
1) keadilan terhadap alam (lingkungan) dan manusia,
2) kelestarian dankeberlanjutan,
3) demokrasi,
4) transportasi,
5) koordinasi dan keterpaduan antar sektor,
6) efisiensi,
7) desentralisasi yang demokratis,
8) partisipasi publik,
9) akuntabilitas publik dan
10) free and priorinformed consent.
Menurut Kamil (2001) dalam Saptono (2005), ditinjau dari aspek alokasi
dan penggunaan sumber daya terdapat empat karakteristik penting yang selalu harus
diperhatikan yaitu equity, efektivitas dan efisiensi, ramah lingkungan dan
resources prudence.
Karakteristik equity maksudnya adalah kesamaan peluang bagi semua anggota
masyarakat untuk mempertahankan dan memperbaiki kesejahteraannya. Efektivitas
dan efisiensi menghendaki agar berbagai keputusan publik didasarkan pada
penggunaan sumber daya alam terbaik. Ramah lingkungan maksudnya adalah bahwa
pemanfaatan potensi sumber daya alam harus senantiasa diikuti dengan upaya untuk
melestarikan fungsi lingkungan hidup. Karakteristik resources prudence mensyaratkan
bahwah sumber daya dimanfaatkan secara optimal bagi kesejahteraan masyarakat
dengan memperhatikan kebutuhan masa sekarang maupun yang akan datang.
Salah satu konsep mengenai pembangunan berkelanjutan adalah sistem sosio-
ekologis sebagaimana yang dikembangkan oleh Stockholm Environment Institute
(Saptono, 2005). Sistem sosio-ekologis terdiri atas tiga sub sistem yang masing-
masing berkenaan dengan masyarakat (manusia), lingkungan hidup dan ekonomi.
Ketiga subsistem tersebut saling mempengaruhi satu sama lainnya sehingga bila terjadi
ketidakstabilan pada salah satu sub sistem, maka sub sistem yang lain akan terkena
dampaknya dan keseimbangan ketiga sub sistem tersebut akan terganggu.
Konsep pembangunan berkelanjutan merupakan pembangunan yang harus
menyeimbangkan ketiga sub sistem tersebut sehingga tingkat kesejahteraan manusia
dapat meningkat baik generasi sekarang maupun generasi yang akan datang.
Pembangunan yang dilaksanakan secara sembarangan tanpa memperhatikan
faktor lingkungan hidup dan kesehatan masyarakat dapat menimbulkan
terjadinya pencemaran lingkungan yang pada akhirnya dapat menimbulkan terjadinya
penyakit. Pencemaran lingkungan hidup adalah masuknya atau dimasukkannya
makhluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh
kegiatan manusia sehingga kualitasnya turun sampai ke tingkat tertentu yang
menyebabkan lingkungan hidup tidak dapat berfungsi sesuai dengan
peruntukkannya (UU No. 23 / 1997). Sebagai contoh terjadinya kasus pencemaran
lingkungan yang sangat menggemparkan dunia adalah terjadinya penyakit Minamata
di Jepang sebagai akibat tercemarnya laut oleh limbah Mercury dari perusahaan.

C. MACAM – MACAM MODEL EKOLOGI


Berikut ini beberapa model ekologi terjadinya penyakit akibat pencemaran
lingkungan:
1. Model Gordon
Teori ini di kemukakan oleh John Gordon pada tahun 1950 dan dinamakan model
Gordon sesuai dengan nama pencetusnya. Model gordon ini menggambarkan
terjadinya penyakit pada masyarakat, ia menggambarkan terjadinya penyakit sebagai
adanya sebatang pengungkit yang mempunyai titik tumpu di tengah-tengahnya, yakni
lingkungan (L). Pada kedua ujung batang tadi terdapat pemberat, yakni A, H. Dalam
model ini A, H dan L dianggap sebagai tiga elemen utama yang berperan dalam
interaksi ini, sehingga terjadi keadaan sehat ataupun sakit, dimana :
A = agent/penyebab penyakit
B = host/populasi berisiko tinggi, dan
C = lingkungan

Interaksi di antara tiga elemen tadi terlaksana karena adanya faktor penentu
pada setiap elemen. Faktor penentu yang terpenting antara lain adalah:
 Agent : Jumlahnya bila hidup, konsentrasinya bila tidak hidup, infektivitas /
patogenitas / virulensi bila hidup, reaktivitas bila tidak hidup.
 Host : Derajat kepekaan, imunitas terhadap A hidup, toleransi terhadap A mati,
status gizi, pengetahuan, pendidikan, perilaku dan lain-lain.
 Lingkungan : Kualitas dan kuantitas berbagai kompatemen lingkungan, yang
utamanya berperan sebagai faktor yang menentukan terjadinya atau tidak tidak
terjadinya transmisi agent (A) ke host (H). Kompartemen lingkungan dapat
berupa udara, tanah, air, makanan, perilaku, dan higiene perorangan, kuantitas
dan kualitas serangga vekor / penyebar penyakit.(Soemirat: 2000)

Model ini mengatakan bahwa apabila pengungkit tadi berada dalam keseimbangan,
maka dikatakan bahwa masyarakat berada dalam keadaan sehat.
Sebaliknya, apabila resultan daripada interaksi ketiga unsur tadi menghasilkan keadaan
tidak seimbang, maka didapat keadaan yang tidak tidak sehat atau sakit. Model gordon
ini selain memberikan gambaran yang umum tentang penyakit yang ada di masyarakat,
dapat pula digunakan untuk melakukan analisis, dan mencari solusi terhadap
permasalahan yang ada(Juli Soemirat, 2010:23-24).
Dalam pandangan epidemiologi klasik dikenal segitiga epidemiologi (epidemiologic
triangle) yang digunakan untuk menganalisis terjadinya penyakit.
Konsep ini bermula dari upaya untuk menjelaskan proses timbulnya penyakit menular
dengan unsur-unsur mikrobiologi yang infeksius sebagai agen, namun selanjutnya
dapat pula digunakan untuk menjelaskan proses timbulnya penyakit tidak menular
dengan memperluas pengertian agen.

2. The wheel of causation (Teori Roda)


Model ini menggambarkan hubungan manusia dan lingkungannya sebagai
roda. Roda tersebut terdiri atas manusia dengan substansi genetik pada bagian intinya
dan komponen lingkungan biologi, sosial, fisik mengelilingi penjamu. Ukuran
komponem roda bersifat relatif, tergantung problem spesifik penyakit yang
bersangkutan. Contoh pada penyakit herediter tentunya proporsi inti genetikrelatif
besar, sedang penyakit campak status imunitas penjamu dan biologik lebih penting
daripada faktor genetik. Peranan lingkungan sosial lebih besar dari yang lainnya dalam
hal stres mental, sebaliknya pada penyakit malaria peran lingkungan biologis lebih
besar.
Seperti halnya dengan model jaring-jaring sebab akibat, model roda
memerlukan identifikasi dari berbagai faktor yang berperan dalam timbulnya penyakit
dengan tidak begitu menekankan pentingnya agen. Di sini dipentingkan hubungan
antara manusia dengan lingkungan hidupnya. Besarnya peranan dari masing-masing
lingkungan bergantung pada penyakit yang bersangkutan.
Teori ini merupakan pendekatan lain untuk menjelaskan hubungan antara
manusia dan lingkungan. Roda terdiri daripada satu pusat (pejamu atau manusia) yang
memiliki susunan genetik sebagai intinya. Disekitar pejamu terdapat lingkungan yang
dibagi secara skematis ke dalam 3 sektor yaitu lingkungan biologi, sosial dan fisik.
Besarnya komponen-kompenen dari roda tergantung kepada masalah penyakit
tertentu yang menjadi perhatian kita. Untuk penyakit-peyakit bawaan (herediter) inti
genetik relatif lebih besar. Untuk kondisi tertentu seperti campak, inti genetik relatif
kurang penting oleh karena keadaan kekebalan dan sektor biologi lingkungan yang
paling berperanan. Pada model roda, mendorong pemisahan perincian faktor pejamu
dan lingkungan, yaitu suatu perbedaan yang berguna untuk analisa epidemiologi.

3. The web of causation (jaring-jaring sebab akibat)


Teori jaring-jaring sebab akibat ini ditemukan oleh Mac Mohan dan Pugh
(1970). Teori ini sering disebut juga sebagai konsep multi factorial. Dimana teori ini
menekankan bahwa suatu penyakit terjadi dari hasil interaksi berbagai factor. Misalnya
factor interaksi lingkungan yang berupa factor biologis, kimiawi dan social memegang
peranan penting dalam terjadinya penyakit.
Menurut model ini perubahan dari salah satu faktor akan mengubah
keseimbangan antara mereka, yang berakibat bertambah atau berkurangnya penyakit
yang bersangkutan. Menurut model ini, suatu penyakit tidak bergantung pada satu
sebab yang berdiri sendiri melainkan sebagai akibat dari serangkaian proses sebab dan
akibat. Dengan demikian maka timbulnya penyakit dapat dicegah atau dihentikan
dengan memotong mata rantai pada berbagai titik.
Hakikat konsep ini adalah efek yang terjadi tidak tergantung kepada penyebab-
penyebab yang terpisah secara mandiri, tetapi lebih merupakan perkembangan sebagai
suatu akibat dari suatu rangkaian sebab-akibat, dimana setiap hubungan itu sendiri hasil
dari silsilah (geneologi) yang mendahuluinya dan yang kompleks (complex geneology
of antecenden).
Suatu penyakit tidak tergantung kepada penyebab yang berdiri sendiri-sendiri,
melainkan sebagai akibat dari serangkaian proses sebab akibat. Penyakit juga dapat
dicegah atau dihentikan dengan memotong mata rantai di berbagai faktor.
Contoh: Jaringan sebab akibat yang mendasari penyakit jantung koroner (PJK) dimana
banyak faktor yang merupakan menghambat atau meningkatkan perkembangan
penyakit.

D. FAKTOR – FAKTOR INTRINSIK PADA PEJAMU


Beberapa dari faktor ini instrinsik pada pejamu dan tetap (umpama LDL genotip), yang
lain seperti komponen makanan, perokok, inaktifasi fisik, gaya hidup dapat
dimanipulasi.
Faktor perubahan lingkungan (yaitu banjir) memungkinkan munculnya dan
berkembangnya agen penyakit. Misalnya saja leptospirosis. Leptospirosis adalah
penyakit yang disebabkan oleh Leptospira interrogans. Bakteri ini bisa ditularkan
melalui kontak pada kulit, khususnya jika kulit terluka, atau kontak selaput lendir
dengan air, tanah basah atau tanaman yang terkontaminasi dengan urin hewan yang
terinfeksi, berenang, luka yang terjadi karena kecelakaan kerja; kontak langsung
dengan urin atau jaringan tubuh hewan yang terinfeksi; kadang kadang melalui
makanan yang terkontaminasi dengan urin dari tikus yang terinfeksi; dan kadang
kadang melalui terhirupnya droplet dari cairan yang terkontaminasi. Saat banjir, maka
daratan akan tertutupi oleh air. Keadaan seperti ini sangat memungkinkan terjadinya
kontaminasi air banjir dengan urin hewan yang terinfeksi. Akibatnya, karena saat banjir
lingkungan di sekitar manusia adalah air maka hal tersebut membuat manusia berada
dalam titik rentan untuk terkontaminasi.

Faktor perubahan lingkungan (yaitu banjir) juga memungkinkan menurunnya


pertahanan host. Kekurangan makanan, berada dalam suhu yang tidak nyaman,
kelembaban tinggi, sanitasi yang tidak memadai, banyaknya populasi pengungsi di
tempat pengungsian, dapat menaikkan kerentanan host untuk menjadi sakit. Pada
kondisi ini manusia terancam penyakit seperti tuberculosis, campak, skabies, hipo dan
hipertermia, dan sebagainya (Perrin: 2001, hlm.112-113). Selain itu, efek banjir jangka
panjang juga dimungkinkan dapat mempengaruhi kesehatan psikologis korban yang
risikonya lebih besar dari kesakitan atau cedera fisik biasa. Untuk sebagian besar orang,
trauma dapat terus berlanjut bahkan hingga air surut. Perbaikan pasca banjir seperti
melakukan perbaikan properti yang rusak, bersih-bersih rumah, dan mengajukan klaim
asuransi dapat menghadirkan stress tersendiri (Ohl:2000, 1167). Keadaan seseorang
yang dipenuhi stress, membuat seseorang senantiasa merasa khawatir, cemas, gelisah,
dan tidak mampu menguasai dirinya. Hal tersebut bisa mengantar seseorang pada
gangguan kesehatan atau bahkan kematian prematur (Wilkinson, ed: 2003, hlm. 12).
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Negara Indonesia termasuk salah satu negara yang pertumbuhan penduduknya
cepat dan persebaran penduduknya tidak merata pada tiap-tiap daerah (pulau).
Pertumbuhan dan perkembangan penduduk di Indonesia tidak sama antara daerah yang
satu dengan lainnya. Selama ini pertumbuhan dan perkembangan penduduk di Pulau
Jawa lebih pesat dibandingkan di daerah lainnya. Atas hal tersebut, Pulau Jawa sering
dianggap lebih cepat berkembang di bandingkan daerah - daerah lainnya.
Jenis-jenis pencemaran lingkungan, yaitu pencemaran air, pencemaran tanah,
pencemaran udara.Dampak pencemaran linkungan : Punahnya spesies tertentu,
Adanya ledakan hama tertentu, Gangguan keseimbangan lingkungan, Kesuburan tanah
berkurang, Timbulnya keracunan, penyakit atau gangguan kesehatan Terbentuknya
lubang Ozon, Timbulnya efek rumah kaca atau pemanasan global.
Menurut Pasal 1 ayat (1) Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 pengertian
lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan
makhluk hidup termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi
kelangsungan peri kehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain.
Pembangunan yang dilaksanakan secara sembarangan tanpa memperhatikan
faktor lingkungan hidup dan kesehatan masyarakat dapat menimbulkan
terjadinya pencemaran lingkungan yang pada akhirnya dapat menimbulkan terjadinya
penyakit.

B. Saran
Setiap masyarakat perlu memahami lebih dalam tentang lingkungan dan perlu
berpartisipasi dalam mengembalikan keseimbangan lingkungan, sebab kehidupan
generasi selanjutnya ada di tangan kita.
DAFTAR PUSTAKA

1. Soemarwoto, Otto, 2008, Ekologi, Lingkungan Hidup Dan Pembangunan, Djambatan,


Jakarta. Halaman : 236-256
2. Sastrawijaya, A. Tresna, 1991,Pencemaran Lingkungan, Rineka Cipta,
Jakarta. Halaman : 48
3. N.Daldjoeni, A. Suyitno,1979, Pedesaan Lingkungan dan Pembangunan, Alumni,
Bandung. Halaman : 7
4. Soemarwoto,Otto,1997, Analisis Mengenai Dampak Lingkungan, UGM-Press,
Yogyakarta. Halaman : 75
5. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1997 tentang
Pengelolaan Lingkungan Hidup. Halaman : -
6. Puspawati, Catur dkk, 2014, Kesehatan Lingkungan, Penerbit Buku Kedokteran
Jakarta. Halaman 112

Anda mungkin juga menyukai