Gambar 1
Desai Struktur Pendukung Pada Keadaan Normal Elemen Dari Belt Conveyor
1.2 Pengaturan Penggerak
a. Single Drive (𝜃 = 180°) tanpa snub pulley
b. Single Drive dengan Snub Pulley. Snub Pulley digunakan untuk memperbesar
sudut (𝜃 = 190− 240°).
d. Tandem Drive
dua penggerak pulley ditempatkan berdekata satu sama lain, hanya satu yang
dari salah satu porosnya. Poros pulley yang lainnya digerakkan oleh rantai
oleh V-belt (𝜃 = 360° − 420°).
e) Dual Drive
sistem ini menggunaka dua pulley penggerak, keduanya digerakkan oleh
motor.
f) Penggerak Ganda
Memungkinkan untuk lebih dari satu belt conveyor dalam satuan panjangnya.
Dua dari pulley digerakkan oleh motor. Pengaturannya lebih mudah diaplikasikan
pada jarak jauh dan volume pengangkutan akan mengurangi beban maksimum dan
memelihara motor dari kelebihan muatan.
Tabel 4
Kecepatan Belt – Kecepatan Maksimum Belt
Dimana:
A. Butiran dan Material lepas lainnya
B. Tanah pucuk
C. Bijih keras, batuan dan material abrasive lainnya
2. Kapasitas Pengangkutan
Kapasitas pengangkutan konveyor per satuan waktu diatur oleh kecepatan
belt, tipe bawaan, sudut inklinasi, karakeristik dan bentuk dari material yang diangkut,
dll. Namun untuk mengetahui kapsitas dasar dpat dikalkulasikan dengan rumus
berikut:
2.1 Rumus Kalkulasi
Qt = 60. A. v. 𝛾 . s
Dimana:
Qt = Kapasitas Pengangkutan (ton/jam)
A = Luas penampang (m2)
v = Kecepatan Belts (m/menit)
𝛾 = Massa jenis (ton/m3)
S = koefisien sudut inklinasi (Tabel 8)
2.2 Luas Penampang “A”
luas penamang ditunjukkan pada diagram berikut. Biasanya hasil dari kalkulasi
bagian atas beban atau biasa disebut “arc” dan bagian bawah biasa disebut
“trapezoid” tapi sistem ini ukup rumit, rumus mudahnya adalah sebagai berikut:
A = K (0.B – 0,05)2
Dimana:
A = Bagian beban (m2)
K =Koefisien bagian area
B = Lebar Belt (m)
Tabel berikut merupakan nilai – nilai yang berubungan dengan pengaturan
bawaan roller dan sudut tambahan dari material yang diangkut
Tabel 5
Koefisien Bagian Area “K”
2. Kapasitas Pengangkutan
Catatan :
a) Berat jenis semu = 1.0 ton/m3
b) 3 roller bawaan
c) Kecepatan belt = 100 m/menit
Table 10
Kapasitas Pengangkutan
Dimana =
P = perhitungan dari tenaga penggerak pulley (kw)
P1 = beban horizontal (kw)
P2 = beban bawah (kw)
P3 = beban vertical (kw)
Pt = kekuatan penggerak (kw)
F = koefisien friction dari kemiringan idler
W = beban pindahan material yang diangkut (kg/m)
Wm = Berat materailpada conveyor (Kg/m)
V = kecepatan belt (m/menit)
H = Pengangkatan (m)
l = panjang konveyor (m)
lo = panjang horizontal konveyor (m)
Qt = Kapasitas angkutbawaan (ton/jam)
Rmus Perhitungan bantuan:
𝑾𝒄 𝑾𝒓
W = 𝒍𝒄 + 𝒍𝒓 + 2W1
H = l tan 𝛼
𝑸𝒕
Wm = 𝟎.𝟎𝟔 𝒗
Dimana:
W1 = berat belt per meter (kg/m)
Wc = berat bagian bawaan roller (kg)
Wr = berat bagian roller (kg)
Lc = Pitch bawaan roller (m)
Lr = Pitch roller (m)
𝜶 = Sudut inklinasi (derajat)
Dimana :
Fp = tegangan efektif (kg)
F1 = Teganga ketat (kg)
F2 = Tegangan Kendur (kg)
U = koefisin friction
𝜃 = sudut antara pulley dengan belt
L = log base
Diagram Distribusi Tegangan
4.1.3 Tegngan antara inklinasi “F3 dan F3”
Pada inklinasi konveyor, belt konveyor memberikan tegangan atas beratnya,
samping belakang belt, memberikan resistansi. Tegangan antara inklinasi dapat
dihitung dengan rmus berikut:
F3 = W1 . l (tan 𝜶 - f)
F3 = W1 .l. (tan 𝛼 + f)
Dimana :
F3 = Tegangan inklinasi kemiringan menanjak (kg)
F3 = Tegangan inklinasi kemiringan menurun (kg)
W1 = berat belt per meter (Kg/m)
L = panjang horizontal conveyor (m)
𝛼 = Sudut inklinasi (derajat)
F = perputaran idler