Anda di halaman 1dari 17

KEWAJIBAN AHLI K3 :

-Membantu mengawasi pelaksanaan peraturan perundang-undangan K3 sesuai


dengan bidang yang ditentukan.
-Memberikan laporan kepada Menteri atau pejabat yang ditunjuk sesuai
keputusan penunjukannya yaitu tiap 3 bulan atau ditentukan lain bagi Ahli K3
Umum serta setiap selesai memberikan jasa bagi Ahli K3 yang berada pada
perusahaan jasa.
-Merahasiakan segala keterangan tentang rahasia perusahaan/instansi yang di
dapat berhubungan dengan jabatannya.
WEWENANG AHLI K3 :
-Memasuki tempat kerja sesuai dengan penunjukan.
-Meminta keterangan dan atau informasi mengenai pelaksanaan syarat-syarat K3
di tempat kerja sesuai sengan penunjukan.
-Memonitor, memeriksa, menguji, menganalisa, mengevaluasi dan memberikan
persyaratan serta pembinaan K3 yang meliputi :

 Keadaan dan fasilitas tenaga kerja


 Keadaan mesin, pesawat, alat-alat kerja, instalasi serta peralatan
lainnya
 Penanganan bahan-bahan
 Proses produksi
 Sifat pekerjaan
 Cara kerja
 Lingkungan kerja
Peraturan-peraturan yang mengatur standar kompetensi K3 :
1.Undang-undang No. 1 tahun 1970
2.Undang-undang Uap dan Peraturan Uap 1930
3.Permen No. 01/Men/1976 tentang Wajib Latihan Hyperkes bagi Dokter
Perusahaan.
4.Permen No. 03/Men/1978 tentang Penunjukan dan Wewenang serta Kewajiban
Pegawai Pengawas Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
5.Permen No. 01/Men/1979 tentang Wajib Latihan Hyperkes bagi Para Medis
Perusahaan.
6.Permen No. 02/Men/1982 tentang Klasifikasi Juru Las.
7.Permen No. 03/Men/1982 tentang Pelayanan Kesehatan Tenaga Kerja.
8.Permen No. 04/Men/1987 tentang P2K3.
9.Permen No. 01/Men/1988 tentang Klasifikasi dan Syarat-Syarat Operator
Pesawat Uap.

10. Permen No. 01/Men/1989 tentang Klasifikasi dan Syarat-syarat


Operator Keran Angkat.
11. Permen No. 02/Men/1992 tentang TataCaraPenunjukan
Kewajiban&Wewenang Ahli K3.
12. Permen No. 04/Men/1995 tentang Perusahaan Jasa K3.
13. Permen No. 05/Men/1996 tentang Sistem Manajemen K3.
14. Permen No. 03/Men/1999 tentang Pengawasan Lift Listrik.
15. Keputusan Menteri Tenaga Kerja R.I. No. Kep. 186/Men/1999 tentang
Unit Penanggulangan Kebakaran di Tempat Kerja.
Kewajiban dan Hak Tenaga Kerja – Dalam menjalankan pekerjaan sehari-hari sebagai tenaga

kerja harus ikut serta dalam menciptakan area kerja yang aman dan menjalankan pekerjaan

tanpa mengalami kecelakaan. Berikut adalah Kewajiban dan Hak Tenaga kerja yang diatur

dalam UU No 01 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.

1. Memberikan keterangan yang benar bila diminta oleh pegawai pengawas dan atau ahli

keselamatan kerja;

2. Memakai alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan;

3. Memenuhi dan mentaati semua syarat-syarat keselamatan dan kesehatan kerja yang

diwajibkan;

4. Meminta pada pengurus (perusahaan) agar dilaksanakan semua syarat keselamatan dan

kesehatan kerja yang diwajibkan;

5. Menyatakan keberatan kerja pada pekerjaan di mana syarat keselamatan dan kesehatan

kerja serta alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan diragukan olehnya kecuali dalam

hal-hal khusus ditentukan lain oleh pegawai pengawas dalam batas-batas yang masih dapat

dipertanggung- jawabkan.

Tenaga kerja atau karyawan diwajibkan memberikan keterangan yang benar saat dimintai
seperti pada saat pemeriksaan kecelakaan, dan senantiasa mengikuti aturan yang berlaku di
lingkungan perusahaan.
Selain itu, karyawan atau tenaga kerja juga dapat menolak jika syarat keselamatan diragukan
atau tidak tersedia, sebagai contoh saat diperintahkan melakukan pekerjaan di atas ketinggian
namun perlengkatan keselamatan seperti safety harness tidak tersedia.

umber:

Indonesia.Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Tenaga Kerja.


Indonesia.Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
Indonesia. Undang - Undang No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan
Indonesia. Peraturan Menteri No. 5 tahun 1996 mengenai Sistem Manajemen Keselamatan
dan Kesehatan Kerja
KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA R.I.

NO. KEP-186/MEN/1999
TENTANG
UNIT PENANGGULANGAN KEBAKARAN DI TEMPAT KERJA

BAB 1

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam peraturan ini yang dimaksud dengan:

Tempat kerja ialah tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap,
dimana tenaga kerja bekerja, atau yang sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu
usaha dan dimana terdapat sumber atau sumber-sumber bahaya.
Tenaga kerja ialah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan baik di dalam maupun
diluar hubungan kerja, guna menghasilkan jasa atau barang untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat.
Penanggulangan kebakaran ialah segala upaya untuk mencegah timbulnya kebakaran dengan
berbagai upaya pengendalian setiap perwujudan energi. Pengadaan sarana proteksi
kebakaran dan sarana penyelamatan serta pembentukan organisasi tanggap darurat untuk
memberantas kebakaran.
Unit penanggulangan kebakaran ialah unit kerja yang dibentuk dan ditugasi untuk menangani
masalah penanggulangan kebakaran ditempat kerja yang meliputi kegiatan administrasi,
identifikasi sumber-sumber bahaya, pemeriksaan pemeliharaan dan perbaikan sistem proteksi
kebakaran.
Petugas peran penanggulangan kebakaran ialah petugas yang ditunjuk dan diserahi tugas
tambahan untuk mengidentifikasi sumber bahaya dan melaksanakan upaya penanggulangan
kebakaran di unit kerjanya.
Regu penanggulangan kebakaran ialah satuan tugas yang mempunyai tugas khusus fungsional
di bidang penanggulangan kebakaran.
Pegawai pengawas ialah pegawai teknis berkeahlian khusus dari Departemen Tenaga Kerja
yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja.
Pengurus ialah orang yang mempunyai tugas memimpin langsung suatu tempat kerja atau
bagiannya yang berdiri sendiri.
Pengusaha ialah:
1). Orang perorangan, persekutuan, atau badan hukum yang menjalankan suatu perusahaan
milik sendiri;

2). Orang perorangan, persekutuan, atau badan hukum yang secara berdiri sendiri
menjalankan perusahaan bukan miliknya;

3). Orang perorangan, persekutuan, atau badan hukum yang berada di Indonesia mewakili
perusahaan sebagaimana dimaksud dalam angka 1 dan angka 2 yang berkedudukan diluar
wilayah Indonesia.

k. Menteri ialah Menteri yang membidangi ketenagakerjaan.

Pasal 2
(1). Pengurus atau pengusaha wajib mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran,
latihan penanggulangan kebakaran di tempat kerja.

(2). Kewajiban mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran ditempat kerja


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:

Pengendalian setiap bentuk energi;


Penyediaan sarana deteksi, alarm pemadam kebakaran dan sarana evakuasi;
Pengendalian penyebaran asap, panas dan gas;
Pembentukan unit penanggulangan kebakaran di tempat kerja;
Penyelenggaraan latihan dan gladi penanggulangan kebakaran secara berkala;
Memiliki buku rencana penanggulangan keadaaan darurat kebakaran, bagi tempat kerja yang
mempekerjakan lebih dari 50 (lima puluh) orang tenaga kerja dan atau tempat kerja yang
berpotensi bahaya kebakaran sedang dan berat.
(3). Pengendalian setiap bentuk energi, penyediaan sarana deteksi, alarm, pemadam
kebakaran dan sarana evakuasi pengendalian penyebaran asap, panas dan gas sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf a, huruf b dan huruf c dilaksanakan sesuai dengan peraturan
perundangan yang berlaku.

(4). Buku rencana penanggulangan keadaan darurat kebakaran sebagaimana dimaksud


pada ayat (2), huruf f, memuat antara lain;

a. Informasi tentang sumber potensi bahaya kebakaran dan cara pencegahannya;

Jenis, cara pemeliharaan dan penggunaan sarana proteksi kebakaran di tempat kerja;
Prosedur pelaksanaan pekerjaan berkaitan dengan pencegahan bahaya kebakaran;
Prosedur dalam menghadapi keadaan darurat bahaya kebakaran.
BAB II
SMK3
A. Latar Belakang
Keselamatan dan kesehatan kerja mengalami beberapa perkembangan, antara lain;
1. Pada jaman manusia batu dan gua, dimana mereka tidak nyaman dengan
peralatan dan sering menimbulkan luka
2. Kesehatan kerja dan sanitasi lingkungan sejak era Ramses dan Paracelsius serta
ramazini.
3. Era manajemen, terjadi pergeseran-pergeseran konsep K3 mulai dari factor
manusia sampai kepada elaborasi manusia dalam frame system manejemen
terpadu
4. Terkini bahwa K3 mempunyai ruang lingkup yang luas, tidak lagi hanya dalam
industri.

Langkah dalam pendekatan modern mengenai pengelolaan K3 adalah saat K3


masuk sebagai bagian dari manajemen perusahaan. Hal ini dikarenakan data
menunjukkan terjadinya kecelakaan akan merugikan perusahaan yang cukup besar.
Seperti halnya teori “gunung es”, bahwa banyak sekali biaya-biaya yang berupa
kerugian yang tidak nampak (hidden cost) yang besarnya mencapai 50 kali lipat atau
lebih dari biaya yang nampak, yaitu; missal biaya pengobatan, ganti rugi dll yang
diberikan perusahaan pada saat itu. Dengan banyaknya resiko yang diperoleh
perusahaan, maka mulailah diterapkan manajemen resiko (Risk Management).
Penerapan ini dimulai dengan langkah preventif untuk mencegah terjadinya
accident. Semua konsep-konsep tersebut kemudian menyadarkan akan pentingnya
pengelolaan K3 dalam bentuk manajemen yang sistematis dan mendasar agar
dapat terintegrasi dengan unsur manajemen perusahaan secara umum.
Pengelolaan ini memiliki pola “total loss contol” yaitu sebuah kebijakan untuk
menghindarkan kerugian bagi perusahaan, mencakup seluruh aspek. Pola
penerapan prinsip manajemen yaitu; Planning, Do, Check and Improvement (PDCI).
Standar-standar K3 di dunia;
– OHSAS
– BS 8000
– International Safety Rating System (ISRS)
– Safety Map
– Process Safety Mangement (PSM)
– Dll

B. Pengertian Sistem Manajemen K3


Definisi sesuai dengan Permenakertrans adalah bagian dari system manajemen
secara keseluruhan yang meliputi, struktur organisasi, perencanaan, tanggung
jawab, pelaksanaan prosedur, proses dan sumberdaya yang dibutuhkan untuk
pengembangan, penerapan, pencapaian, pengkajian dan pemeliharaan kebijakan
K3 dalam rangka pengendalian resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna
terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif.
Tujuannya adalah menciptakan suatu system K3 di tempat kerja dengan melibatkan
unsur manajemen, tenaga kerja, kondisi dan lingkungan kerja yang terintegrasi
dalam rangka mencegah dan mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja
serta terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif.

C. Dasar Hukum dan Standar Sistem Manajemen K3


1. Undang-undang no.1 tahun 1970
2. Permenaker No.PER.05/MEN/1996
3. Peraturan Perundangan lainnya
4. Standar nasional maupun internasional

D. Prinsip Dasar Sistem Manajemen K3


Prinsip dasar SMK3 terdiri dari 5 prinsip yang dilaksanakan secara
berkesinambungan, yaitu
1. Komitmen
Tiga hal yang menjadi perhatian penting; Kepemimpinan dan komitmen, Tinjauan
awal K3, Kebijakan K3
Yang perlu diperhatikan adalah pentingnya komitmen untuk menerapkan SMK3 di
tempat kerja dari seluruh pihak yang ada di tempat kerja, terutama dari
pengurus/pengusaha dan tenaga kerja serta pihak-pihak lain.
Tinjauan Awal K3;
– Identifikasi kondisi yang ada di perusahaan
– Identifikasi sumber bahaya
– Pemenuhan pengetahuan dan peraturan perundangan
– Studi Banding/komparasi
– Meninjau sebab akibat
– Menilai efisiensi dan efektifitas sumberdaya

Kebijakan K3
Sebagai wujud kesungguhan akan komitmen, maka komitmen yang dimiliki tersebut
harus tertulis dan ditanda tangani pengurus tertinggi. Komitmen tertulis tersebut
kemudian disebut kebijakan dan harus memuat visi, misi, kerangka dan program
kerja baik bersifat umum atau operasional. Kebijakan ini harus melewati proses
konsultasi dengan pekerja atau wakil pekerja dan disebar luaskan kepada seluruh
pekerja.

2. Perencanaan
Perencanaan yang dibuat harus efektif dengan memuat sasaran yang jelas sebagai
pengejawantahan dari kebijakan K3. Hal yang harus diperhatikan dalam
perencanaan adalah; identifikasi sumber bahaya, penilaian dan pengendalian resiko
serta hasil tinjauan awal K3.

3. Implementasi
Setelah membuat komitmen dan perencanaan, maka tiba pada implementasi atau
penerapan. Yang harus diperhatikan pada tahap ini adalah;
– Adanya jaminan kemampuan
– Kegiatan pendukung
– Identifikasi sumber bahaya, penilaian dan pengendalian resiko

4. Pengukuran/Evaluasi
Pengukuran dan evaluasi berguna untuk;
– Mengetahui keberhasilan penerapan SMK3
– Melakukan identifikasi tindakan perbaikan
– Mengukur, memantau dan mengevaluasi kinerja SMK3
Untuk memperoleh tingkat kepercayaan, maka alat atau peralatan harus dikalibrasi.
Terdapat 3 hal dalam kegiatan pengukuran dan evaluasi, yaitu;
– Inspeksi dan pengujian
– Audit
– Tindakan perbaikan dan pencegahan

5. Peninjauan ulang dan perbaikan


Tinjauan ulang harus meliputi;
– Evaluasi terhadap penerapan kebijakan K3
– Tujuan, sasaran dan kinerja K3
– Hasil temuan audit SMK3
– Evaluasi efektifitas penerapan SMK3
– Kebutuhan untuk mengubah SMK3
Keuntungan dari pelaksanaan audit SMK3, adalah;
a. Bagi Pemerintah
– Sebagai salah satu alat untuk melindungi tenaga kerja di bidang K3
– Meningkatkan mutu kehidupan bangsa
– Mengurangi angka kecelakaan kerja
– Mengetahui daya serap kepatuhan perusahaan terhadap peraturan perundangan
b. Bagi Perusahaan
– Mengetahui pemenuhan perusahaan terhadap peraturan perundangan dibidang
K3
– Mengetahui efektifitas, efisiensi dan kesesuaian serta kekurangan dari penerapan
SMK3
– Mengetahui kinerja SMK3 perusahaan
– Meningkatkan citra perusahaan
– Meningkatkan kepedulian dan pengetahuan terhadap K3
– Terpantaunya bahaya dan resiko di dalam perusahaan
– Mencegah kerugian perusahaan
– dll

E. Audit Sistem Manajemen K3 (SMK3)


Sejak diberlakukan SMK3 ada beberapa kemajuan dimana jumlah perusahaan yang
diaudit dari tahun ke tahun semakin meningkat. Selain karena tingkat kesadaran
meningkat, tuntutan pasar turut mempengaruhi peningkatan tersebut. Berdasarkan
uraian tersebut, maka audit SMK3 bertujuan untuk;
1. Menilai secara kritis dan sistematis semua potensi bahaya pada kegiatan
perusahaan
2. Memastikan bahwa pengelolaan K3 di perusahaan telah benar-benar
dilaksanakan sesuai ketentuan perundangan
3. Menentukan langkah untuk mengendalikan bahaya potensial sebelum timbul
gangguan atau kerugian.

Audit SMK3 merupakan alat untuk mengukur besarnya keberhasilan pelaksanaan


dan penerapan SMK3, secara sistematik, independent. Berdasarkan pelaksanaan
audit SMK3, jenis-jenis audit dapat dikelompokkan menjadi 2 (dua), yaitu;
1. Audit Internal
Penilaian dilakukan oleh perusahaan itu sendiri, yang bertujuan untuk menilai
efektifitas penerapan SMK3 serta memberi masukkan kepada manajemen.
Pelaksanaan internal audit, idealnya dilaksanakan 2 kali setahun dengan melibatkan
seluruh bagian perusahaan dengan metode uji silang (cross check) lintas
departemen atau bagian. Audit internal dilaksanakan oleh personil yang
independent, artinya bukan dari bagian atau departemen personil audit/auditor.
Audit dilaksanakan oleh suatu tim dengan anggota tetap ganjil dan tidak melebihi 7
orang. Komposisi anggota tetap, sebagai berikut;
a. 1 orang tim manajemen senior
b. 2 orang anggota P2K3
c. 2 orang ahli dalam bidang operasi/produksi
d. 2 orang ahli K3 atau ahli lain yang ditunjuk
Tim audit diangkat resmi oleh pimpinan perusahaan dan bertanggung jawab
langsung dan melaporkan hasil audit. Tim terdiri dari;
a. Ketua tim
b. Sekretaris tim
c. Anggota tetap
d. Anggota tidak tetap
Tugas dan tanggung jawab tim audit, meliputi;
a. Menentukan sasaran, cakupan dan metode audit
b. Mengembangkan daftar periksa dan daftar pertanyaan
c. Melakukan pemeriksaan secara obyektif
d. Menyusun laporan audit
Tahapan-tahapan audit, yaitu;
a. Mengkaji informasi yang didapat dari unit kerja yang diaudit
b. Menyiapkan lembar kerja audit
c. Memahami semua informasi-informasi penting
d. Menyiapkan rekomendasi
e. Menyiapkan rekomendasi akhir
f. Memberkas dan menyimpan semua lembaran kerja.
Agar dapat melaksanakan audit dengan baik, maka setiap auditor harus mengetahui
dasar-dasar pengetahuan, antara lain;
a. Sifat-sifat dan bahaya-bahaya yang dapat timbul bahan baku, bahan pembantu
dll
b. Tata cara penyimpanan dan pengelolaan bahan baku
c. Proses dan peralatan produksi
d. Sistem transportasi dalam pabrik
e. Tata cara pembuangan limbah
f. dll
Pelaksanaan audit, yaitu;
a. Persiapan
b. Pertemuan pra-audit dengan pimpinan setempat
c. Pemeriksaan lapangan
d. Pemeriksaan informasi

2. Audit Eksternal
Adalah audit yang dilaksanakan oleh badan audit independent, bertujuan untuk
menunjukkan penilaian terhadap system manajemen K3 di perusahaan secara
obyektif dan menyeluruh sehingga diperoleh pengakuan dari pemerintah atas
penerapan SMK3. Fungsinya sebagai umpan balik untuk mendukung pertumbuhan
serta peningkatan kualitas SMK3 perusahaan tersebut. Pada audit eksternal, akan
diberikan sertifikat dari Pemerintah. Audit eksternal merupakan kegiatan yang
komplek dan membutuhkan waktu lama. Hal-hal yang terkait dengan audit
eksternal ini adalah;
a. Mekanisme pelaksaan audit
Perusahaan yang telah menerapkan SMK3 dapat mengajukan permohonan audit
kepada Dirjen Binawas, melalui disnaker setempat. Permohonan tersebut akan
diinventarisir dan dievaluasi, untuk perusahaan yang telah memenuhi criteria,
permohonan akan diteruskan ke Badan Audit
b. Pelaksanaan audit eksternal terhadap perusahaan
Secara garis besar, adalah;
– Memberitahukan kepada perusahaan yang akan diaudit
– Pertemuan pra audit
– Kunjungan ke lapangan untuk orientasi
– Wawancara kepada manajemen
– Pemeriksaan semua informasi hasil wawancara
– Pemeriksaan dokumen
– Wawancara tenaga kerja
– Pemeriksaan kondisi fisik lapangan
– Pertemuan penutup (close of meeting)
c. Manfaat audit eksternal
– Memberikan suatu evaluasi yang kuat mengenai pelaksanaan K3
– Memberikan tata cara penyelenggaraan system pengawasan mandiri
– Memberikan pengetahuan dan ketrampilan kerja
– Membangkitkan daya saing positif
– Dll
Perbedaan antara inspeksi dan audit
Inspeksi adalah kegiatan yang dilakukan secara periodic untuk memeriksa
kelengkapan secara teknik suatu tempat atau plant.
Audit K3 adalah pengujian secara detail dari suatu obyek seperti, tempat kerja,
departemen atau bagian, unit mesin, instalasi atau proses.
Aspek yang mempengaruhi seberapa sering inspeksi dilakukan, adalah;
a. Potensi kecelakaan
b. Sejarah kecelakaan
c. Persyaratan perlengkapan
d. Usia peralatan
e. Persyaratan hukum

F. Elemen Audit SMK3


Audit SMK3, baik internal maupun eksternal didasarkan pada 12 elemen audit,
yaitu;
1. Pembangunan dan pemeliharaan komitmen
2. Srategi pendokumentasian
3. Peninjauan ulang perancangan
4. Pengendalian dokumen
5. Pembelian
6. Keamanan bekerja
7. Standar pemantauan
8. Pelaporan dan perbaikan kekurangan
9. Pengelolaan material
10. Pengumpulan dan penggunaan data
11. Audit SMK3

Tingkat keberhasilan SMK3 dalam perusahaan diukur sebagai berikut;


a. Ukuran tingkat pencapaian penerapan 0 – 59 % dan pelanggaran perundangan
(non conformance) dikenai tindakan hokum
b. Untuk tingkat pencapaian 60 – 84 % diberikan sertifikat dan bendera perak
c. Untuk tingkat pencapaian penerapan 85 – 100 % diberikan sertifikat dan bendera
emas.
Hasil audit dan evaluasi
Isi pokok suatu audit adalah;
– Hasil temuan ketidaksesuaian
– Kelemahan unsur system dan saran perbaikan.
PELAYANAN KESEHATAN KERJA
A. Materi pelayanan kesehatan kerja atau PKK
a. Peraturan perundangan yang terkait dengan PKK
Peraturan perundangan yang terkait dengan penyelenggaran
pelayanan kesehatan kerja adalah permennaker No. Per. 03
Men/1982 tentang pelayanan kesehatan kerja. Selain itu terdapat
juga petunjuk pelaksanaan permennaker No. Per. 03/Men/1982.
Dalam penyelenggaran pelayanan kesehatan tenaga kerja pengurus
wajib menyampaikan laporannya sesuai dengan keputusan Dirjen
binawas No. Kep. 157/M/BW/1989 tentang tata cara dan bentuk
laporan penyelenggaraan pelayanan kesehatan kerja.
b. Pengertian-pengertian tentang :
1. Pelayanan kesehatan kerja adalah usaha kesehatan dilaksanakan
dengan tujuan
- Memberikan bantuan kepada tenaga kerja dalam penyesuaian diri
baik fisik maupun mental, terutama dalam penyesuaian pekerjaan
dengan tenaga kerja.
- Melindungi tenaga kerja terhadap setiap gangguan kesehatan yang
timbul dari pekerjaan atau lingkungan kerja.
- Meningkatkan kesehatan badan, kondisi mental atau rohani dan
kemampuan fisik tenaga kerja.
- Memberikan pengobatan dan perawatan serta rehabilitasi bagi
tenaga kerja yang menderita.
2. Dokter perusahaan adalah setiap dokter yang ditunjuk atau bekertja
diperusahaan yang bertugas atau bertanggung jawab atas hygiene
perusahaan keselamatan dan kesehatan kerja.
3. Dokter pemeriksa kesehatan tenaga kerja adalah dokter yang
ditunjuk oleh pengusaha yang telah mengikuti training hygiene
perusahaan keselamatan dan kesehatan kerja dan dibenarkan atau
mendapat pengesahan oleh direktur jendral BINAWAS-DEPNAKER.
4. Para medis perusahaan adalah tenaga para medis yang ditunjuk
atau ditugaskan untuk melaksanakan atau membantu
penyelenggaraan tugas-tugas hygiene perusahaan keselamatan dan
kesehatan kerja di perusahaan atas petunjuk dokter perusahaan.
c. Tugas pokok PKK
Berdasarkan peraturan menteri tenaga kerja No. Per. 03/Men/1982
Pasal 2 bahwa tugas pokok pelayanan kesehatan kerja meliputi:
1. Melakukan pemeriksaan kesehatan kepada tenaga kerja yang
meliputi pemeriksaan sebelum kerja, pemeriksan berkala dan
pemeriksaan khusus dan purnabakti.
2. Melakuan pembinaan dan pengawasan atau penyesuaian pekerjaan
terhadap tenaga kerja.
3. Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap lingkungan kerja
4. Melakukan pembinaan dan pengawasan perkengkapan-
perlengkapan kesehatan sanitair.
5. Melakukan pembinaan dan pengawasan perlengkapan kesehatan
kerja
6. Melakukan pencegahan dan pengobatan terhadap penyakit umum
dan penyakit akibat kerja.
7. Melakukan pertolongan pertama pada kecelakaan.
8. Melakukan pendidikan kesehatan kepada tenaga kerja dan latihan
untuk petugas pertolonganpertama pada kecelakaan.
9. Memberikan nasihat mengenai perencanaan dan pembuatan tempat
kerja, pemilikan alat pelindung diri yang diperlukan dan gizi serta
penyelenggaraan makan di tempat kerja.
10. Membantu usaha rehabilitasi akibat kecelakaan atau penyakit akibat
kerja.
11. Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap tenaga kerja yang
mempunyai kelainan tertentu dalam kesehatan.
12. Memberikan laporan berkala tentang pelayanan kesehatan kerja
kepada pengurus atau pimpinan perusahaan.

d. Tata cara penyelenggaraan pelayanan kesehatan kerja.


Sesuai dengan peremennaker No. Per. 03/Men/1982 pasal 4
bahwa penyelenggaraan kesehatan kerjadapat:
1. Diselenggarakan sendiri oleh pengurus.
2. Diselenggarakan oleh pengurus dengan mengadakan ikatan dengan
dokter atau pelayanan kesehatan lain.
3. Pengurus dari beberapa perusahaan secara bersama-sama
menyelenggarakan suatu pelayanankesehatan kerja.
4. Pelayanan kesehatan kerja dapat berupa poliklinik atau pusat
kesehatan kerja di perusahaan, rumah sakit perusahaan, poliklinik /
pusat kesehatan kerja / rumah sakit / pelayanan kesehatan lainnya
diluar perusahaan baik milik pemerintah atau swasta yang
mendapatkan tugas dari perusahaan untuk melakukan pelayanan
kesehatan kerja.
Pembentukan dan cara penyelenggaraan pelayanan kesehatn kerja
tergantung pada jumlah tenaga kerja dan tingkat bahaya yang ada
ditempat kerja sesuai dengan petunjuk pelaksanaan permennaker
No. Per. 03/Men/1982

e. Tenaga, organisasi, dan sarana


1. Berdasarkan permennaker No. Per. 03/Men/1982, penyelenggaran
pelayanan kesehatan kerja dipimpin dan dijalankan oleh dokter
pemeriksa kesehatan tenagakerja.
2. Penyelenggraan pelayanan kesehatan kerja harus memenuhi
ketentuan dan syarat yang ditentukan dan mendapatkan pengesahan
dari Disnaker setempat. Dokter pemeriksa kesehatan tenaga kerja
sebagai pimpinan unit pelayanan kesehatan kerja dan dapat dibantu
oleh paramedis perusahaan yang telah mengikuti training Hyperkes.
3. Dalam penyelenggaraan PKK harus ada sarana dan prasarana
antara lain:
- Ruang tunggu
- Ruang pemeriksa
- Kamar obat
- Ruang pengobatan/operasi/suntik
- WC
- Kamar mandi
- Kamar periksa
- Laboratorium klinik
- Laboratorium hyperkes
- Peralatan bantu diagnosa yang lain
- Unit pelayanan KB
- Unit kebidanan
- Unit gawat darurat
- Rawat inap (bila mungkin)
- Lain-lain

PERATURAN
MENTERI TENAGA KERJA
REPUBLIK INDONESIA
No : PER.05/MEN/1985
TENTANG
PESAWAT ANGKAT DAN ANGKUT
MENTERI TENAGA KERJA

BAB II
RUANG LINGKUP
Pasal 5
(1) Peraturan ini berlaku untuk perencanaan, pembuatan, pemasangan, peredaran,
pemakaian, perubahan dan atau perbaikan teknis serta pemeliharaan pesawat angkat
dan angkut.
(2) Pesawat angkat dan angkut dimaksud ayat (1) adalah:
a. Peralatan angkat;
b. Pita transport;
c. Pesawat angkutan di atas landasan dan di atas permukaan;
d. Alat angkutan jalan ri
Kewajiban dan Hak Tenaga Kerja – Dalam menjalankan pekerjaan sehari-hari sebagai tenaga

kerja harus ikut serta dalam menciptakan area kerja yang aman dan menjalankan pekerjaan

tanpa mengalami kecelakaan. Berikut adalah Kewajiban dan Hak Tenaga kerja yang diatur

dalam UU No 01 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.

6. Memberikan keterangan yang benar bila diminta oleh pegawai pengawas dan atau ahli

keselamatan kerja;

7. Memakai alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan;

8. Memenuhi dan mentaati semua syarat-syarat keselamatan dan kesehatan kerja yang

diwajibkan;

9. Meminta pada pengurus (perusahaan) agar dilaksanakan semua syarat keselamatan dan

kesehatan kerja yang diwajibkan;

10. Menyatakan keberatan kerja pada pekerjaan di mana syarat keselamatan dan kesehatan

kerja serta alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan diragukan olehnya kecuali dalam

hal-hal khusus ditentukan lain oleh pegawai pengawas dalam batas-batas yang masih dapat

dipertanggung- jawabkan.

Tenaga kerja atau karyawan diwajibkan memberikan keterangan yang benar saat dimintai
seperti pada saat pemeriksaan kecelakaan, dan senantiasa mengikuti aturan yang berlaku di
lingkungan perusahaan.
Selain itu, karyawan atau tenaga kerja juga dapat menolak jika syarat keselamatan diragukan
atau tidak tersedia, sebagai contoh saat diperintahkan melakukan pekerjaan di atas ketinggian
namun perlengkatan keselamatan seperti safety harness tidak tersedia.

umber:

Indonesia.Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Tenaga Kerja.


Indonesia.Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
Indonesia. Undang - Undang No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan
Indonesia. Peraturan Menteri No. 5 tahun 1996 mengenai Sistem Manajemen Keselamatan
dan Kesehatan Kerja

Anda mungkin juga menyukai