LEMBAR PENGESAHAN
Penanggung Jawab
Puput Yuniati, AMd.Rad
Radiologi
Kepala Instalasi
dr. Vininta Fazharyasti. Sp.Rad
Radiologi
Puji dan syukur kita panjatkan kepada Tuhan yang Maha Kuasa karena hanya atas perkenan-
Nya Pedoman Pelayanan Instalasi Radiologi Rumah Sakit Khusus THT-Bedah KL Proklamasi BSD
ini dapat selesai. Buku Pedoman Pelayanan Radiologi Rumah Sakit Khusus THT-Bedah KL
Proklamasi BSD ini akan digunakan dalam menjalankan kegiatan pelayanan bagi petugas yang ada di
Rumah Sakit Khusus THT-Bedah KL Proklamasi BSD.
Diharapkan dengan adanya buku ini dapat meningkatkan pelayanan dalam hal pelayanan
Instalasi radiologi di Rumah Sakit Khusus THT-Bedah KL Proklamasi BSD dan digunakan sebagai
acuan dalam melaksanakan tugas di Instalasi radiologi.
Tidak lupa penyusun sampaikan terima kasih yang sedalam dalamnya atas bantuan semua
pihak dalam menyelesaikan Buku Pedoman Pelayanan Instalasi Radiologi di Rumah Sakit Khusus
THT-Bedah KL Proklamasi BSD ini.
Kami sangat menyadari banyak terdapat kekurangan dalam buku ini. Kekurangan ini secara
berkesinambungan akan terus kami perbaiki sesuai dengan tuntutan dalam pengembangan rumah sakit
ini.
Tim Penyusun
ii
DAFTAR ISI
iii
F. Pelaksanaan dan Implementasi Sasaran Keselamatan Pasien di Instalasi Radiologi, meliputi
27
G. Pelaporan Insiden Keselamatan Pasien............................................................................. 27
BAB VII.......................................................................................................................................... 31
KESELAMATAN KERJA ........................................................................................................... 31
A. Pencegahan Kecelakaan Dan Penyakit Akibat Kerja ....................................................... 31
B. Pengendalian Bahaya Di Tempat Kerja ............................................................................ 31
C. Promosi Kesehatan ........................................................................................................... 35
D. Pengobatan Dan Rehabilitasi ............................................................................................ 36
BAB VIII ........................................................................................................................................ 40
PROTEKSI RADIASI .................................................................................................................. 40
A. Peralatan Proteksi Radiasi ................................................................................................ 40
B. Prosedur Umum Proteksi Radiasi ..................................................................................... 40
BAB IX ........................................................................................................................................... 42
PENGENDALIAN MUTU ........................................................................................................... 42
A. Pengendalian Mutu Angka Kerusakan Film (Reject Analysis Program) ......................... 42
B. Pengendalian Mutu Angka Pemeriksaan Ulang ............................................................... 43
C. Pengendalian Mutu Angka Penolakan Expertise .............................................................. 43
D. Pengendalian Mutu Angka Keterlambatan Penyerahan Hasil .......................................... 43
BAB X............................................................................................................................................. 44
PENUTUP ...................................................................................................................................... 44
iv
Lampiran : Pedoman Pelayanan Instalasi Radiologi
Nomor : 014/SK-DIR/RSPROKBSD/V/18
Tanggal : 5 Mei 2018
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pelayanan Instalasi Radiologi merupakan pelayanan penunjang diagnostik yang perlu
menjaga dan meningkatkan mutu pelayanannya di bidang Radiologi. Pelayanan Radiologi
merupakan pelayanan kesehatan menggunakan sinar peng-ion ataupun bahan radioaktif yang
mempunyai dua sisi yang saling berlawanan, disatu sisi bahwa Radiologi sangat berguna bagi
penegakan diagnosa dan terapi penyakit dan di sisi lainnya akan sangat berbahaya bila
penggunaannya tidak tepat dan tidak terkontrol, terlebih lagi bila di lakukan oleh tenaga yang
tidak kompeten atau bukan radiografer yang ahli di bidangnya.
Instalasi Radiologi merupakan salah satu bagian pelayanan rumah sakit yang terintegrasi
dengan pelayanan dari Instalasi lainnya, oleh sebab itu pelayanan Radiologi tidak hanya terfokus
pada tujuan pelayanan Radiologi dalam memanfaatkan radiasi tetapi juga tetap
mempertimbangkan dan memperhatikan pada tujuan system keselamatan pasien. Selama ini
Instalasi Radiologi dalam melaksanakan pelayanan kesehatan melalui pemanfaatan radiasi
pengion dan non pengion sangat terarah pada keselamatan terhadap radiasi karena diketahui
pemakaian radiasi pengion mengandung risiko bila digunakan tanpa mengkuti dan taat pada
peraturan dan perundang-undangan yang berlaku.
Kini saatnya semua individu yang terkait dalam pelayanan Radiologi mulai memikirkan,
membuat, menerapkan dan melaksanakan system keselamatan pasen, sehingga pelayanan
Radiologi (Radiodiagnostic) tidak hanya mampu memberikan layanan dan hasil layanan yang
bermutu tinggi tetapi juga memberikan kepastian terwujudnya keselamatan pasen (patien safety).
B. Tujuan Pedoman
1. Memberikan standar pelayanan Radiologi bagi seluruh staf di lingkungan Instalasi Radiologi
dalam memberikan pelayanan yang bermutu dan menjamin keselamatan pasien,
2. Menjamin kontinuitas pelayanan pasien Radiologi dalam mendapatkan kesembuhan, baik
yang membutuhkan pelayanan rawat inap, tindakan bedah, maupun rujukan ke tempat lain.
3. Sebagai acuan bagi fasilitas pelayanan kesehatan dalam melaksanakan pelayanan Radiologi
secara sistematik dan terarah.
1
Yaitu pelayanan penunjang diagnostik yang diberikan kepada pasien untuk mengetahui
kondisi/ keadaan / struktur tubuh pasien dengan menggunakan sinar x guna menegakkan
diagnosa medis. Saat ini Rumah Sakit Khusus THT-Bedah KL Proklamasi BSD melayani
pemeriksaan Radiologi Konvensional.
D. Batasan Operasional
Untuk saat ini di Radiologi Rumah Sakit Khusus THT-Bedah KL Proklamasi BSD terbatas dalam
melakukan pemeriksaan, hanya dapat melayani Radiologi Konvensional.
E. Landasan Hukum
1. Undang – Undang Pokok Kesehatan No.23 Tahun 1992.
2. Undang-undang Nomor 10 Tahun 1997 tentang Ketenaganukliran
3. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
4. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1997 tentang Tenaga Kesehatan
5. Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 2000 tentang Keselamatan dan Kesehatan terhadap
Pemanfaatan Radiasi Pengion
6. Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2007 tentang Keselamatan Radiasi Pengion dan
Keamanan Sumber Radioaktif
7. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 780/Menkes/Per/VIII/2008 tanggal 19 Agustus 2008
tentang Penyelenggaraan Pelayanan Radiologi.
8. Surat Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 410/Menkes/SK/III/2010 tanggal 25 Maret
2010 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1014/MENKES/SK/XI/2008 tentang Standar Pelayanan Radiologi Diagnostik di Sarana
Pelayanan Kesehatan.
2
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
B. Distribusi Ketenagaan
Pola distribusi tenaga Instalasi Radiologi diatur dan disesuaikan dengan waktu kerja yang sudah
ditentukan meliputi :
1. Dinas Pagi
a. Waktu kerja : 07.00 – 14.00 WIB
b. Jumlah personil pada hari kerja effektif
1 (satu) orang Radiografer (Ka.Instalasi/pelaksana radiologi)
2. Dinas Sore
a. Waktu kerja 14.00 – 21.00 WIB
b. Jumlah personil pada hari kerja effektif
1 (satu) orang tenaga Radiografer (pelaksana radiografi)
3. Untuk cito/segera : on call
4. Untuk pengaturan jadwal Petugas Proteksi Radiasi
a. Hari Kerja : Sabtu
b. Jam Kerja : 11:00 – Selesai
5. Untuk pengaturan jadwal Dokter Spesialis Radiologi
c. Hari Kerja : Senin, Rabu dan Jumat
d. Jam Kerja : 13:00 – 16:00
C. Pengaturan Jaga
1. Pengaturan Jaga Radiografer
a. Pengaturan dinas radiografer dibuat oleh Ka.Instalasi radiologi
3
b. Jadwal dinas dibuat untuk jangka waktu 1 (satu) bulan ke depan. Pembuatan jadwal dinas
dilakukan 1 (satu) minggu sebelum pelaksanaan dinas pada bulan berikutnya berjalan.
c. Jadwal dinas diatur oleh Ka.Instalasi radiologi terbagi dalam 2 shift, shift pagi dan shift
sore.
d. Apabila dalam suatu kondisi terdapat tenaga radiografer yang tidak masuk dikarenakan
sesuatu hal yang tidak dapat ditunda (misal Sakit, duka, dsb), radiografer segera
menginformasikan berita tersebut kepada Ka.Instalasi Radiologi agar pelaksanaan dinas
dapat digantikan oleh radiografer yang lainnya.
4
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. Denah Ruang
Ruangan Instalasi Radiologi terletak di Lantai 1 Rumah Sakit Khusus THT-Bedah KL
Proklamasi BSD. Ruang radiologi merupakan satu kesatuan dari gedung Rumah Sakit Khusus
THT-Bedah KL Proklamasi BSD dengan spesifikasi pembagian ruang sebagai berikut:
KETERANGAN GAMBAR :
A : Ruang Administrasi Radiologi G : Kamar Mandi
B : Meja Operator dan Jendela Pengamat H : Lorong dalam ruangan
C : Tube I : Lorong tunggu pasien
D : Tempat Tidur Pasien J : Rekam Medik
E : Bucky Stand K : Fisioterapi
F : Ruang Cuci Film/ kamar gelap
B. Standar Fasilitas
1. Fasilitas dan Sarana
5
Instalasi Radiologi berlokasi dilantai 1 dari gedung utama Rumah Sakit. Sebagai sarana
penunjang medik, Instalasi Radiologi dilengkapi dengan berbagai sarana pendukung dalam
memberikan informasi diagnostik Radiologi kepada pasien. Instalasi Radiologi mempunyai 1
(satu) ruangan radiodiagnostik dalam pelayanannya serta menyediakan fasilitas pelayanan
Radiologi yaitu Pelayanan Radiologi konvensional (non kontras)
Sesuai dengan macam ruangan yang terdapat pada Instalasi Radiologi Rumah Sakit;
Ruangan Radiologi dibagi menjadi beberapa ruangan untuk melaksanakan kegiatannya,
meliputi:
a. Ruang Radiodiagnostik dipergunakan untuk melakukan tindakan pemeriksaan
radiodiagnostik. Dilihat dari segi proteksi radiasi maka batasan ruang radiodiagnostik
berhubungan dengan :
1) Bagian Kanan : Ruang rekam medis
2) Bagian Kiri : Meja Operator dan Jendela Pengamat dan Ruang Cuci Film
3) Bagian Atas : Kamar Perawatan Lantai 2
4) Bagian Bawah : Basemen/Parkiran
5) Bagian Belakang : RAM
6) Bagian Depan : Ruang Administrasi Radiologi
7) Pintu dan ruangan dilapisi dengan 2,5 mm timah hitam (Pb)
8) Suhu ruangan pemeriksaan 18-24oC dengan kelembapan 35-60%RH
9) Pintu ruang pemeriksaan radiologi, dilengkapi dengan tanda bahaya radiasi.
b. Ruang pas untuk ganti pakaian pasien menggunakan kamar kandi
c. Ruang Kontrol table alat x-ray dipergunakan sebagai tempat untuk pengaturan kondisi
penyinaran alat radiodiagnostik berhubungan dengan : :
1) Bagian Kanan : Ruang Pemeriksaan
2) Bagian Kiri : Fisioterapi
3) Bagian Atas : Kamar Perawatan Lantai 2
4) Bagian Bawah : Basemen/Parkiran
5) Bagian Belakang : RAM
6) Bagian Depan : Kamar Mandi
7) Ruangan dilapisi timah hitam dengan ketebalan 2,5mm Pb.
d. Ruang kamar gelap dengan dipergunakan sebagai tempat prosesing film radiografi.
Berikut spesifikasi ruangan kamar gelap radiologi Rumah Sakit Khusus THT-Bedah KL
Proklamasi BSD;
1) Ukuran memanjang untuk manual prosesing film radiografi
2) Lantai tidak menyerap air, tidak licin dan tahan terhadap cairan prosesing.
3) Dinding kamar gelap dicat dengan warna yang gelap
2
4) Dilengkapi dengan exhaust fan yang kedap cahaya
5) Pintu masuk kamar gelap yang kedap cahaya
6) Terdapat safe light
7) Terdapat meja untuk melakukan penukaran film
8) Terdapat Barcode film manual
9) Terdapat beberapa dirigen untuk limbah cair radiografi dan cairan prosesing film
(developer dan fixer)
e. Ruang Tunggu Pasien, terletak di depan dari ruang instalasi Radiologi.
a. Ruang Radiodiagnostik
1) Meja pemeriksaan & bucky berbaring
2) Bucky stand
3) Generator
4) Air conditioner (AC)
5) Sampah non medis
6) Tempat baju kotor
7) Ruang ganti baju
8) Bantal &selimut
9) Apron 1 buah
10) Lampu penerangan 5 buah
11) Speaker
12) Stop kontak 2 buah
b. Ruang Kontrol Table alat X-Ray
1) Control table alat x-ray (1 buah) dan Box listrik PLN
Control table alat radiodiagnostik
2) Meja
3) Lampu penerangan 2 buah
4) Stop kontak 1 buah
5) Spray pewangi ruangan 1 buah
c. Ruang Kamar Gelap
1. 3 buah Kaset ukuran 18x24 cm
3
2. 1 buah Kaset ukuran 24x30 cm
3. 1 buah Kaset ukuran 35x35 cm
4. 1 buah Kaset ukuran 35x40 cm
5. 1 box Film ukuran 18x24cm dan 1 box stok
6. 1 box Film ukuran 24x30 cm 1 box stok
7. 1 box Film ukuran 35x35 cm1 box stok
8. 1 box Film ukuran 35x40 cm 1 box stok
9. Cairan developer 1 Tangki 20 ltr
10. Cairan fixer 1 Tangki 20 ltr
11. 2 buah Tanki Stainless 20 liter
12. 3 buah Hanger ukuran 18x24 cm
13. 4 buah Hanger ukuran 24x30 cm
14. 2 buah Hanger ukuran 35x35 cm
15. 2 buah Hanger ukuran 35x40 cm
16. Alat Tulis
17. Hairdryer
2. Peralatan
Peralatan yang tersedia di Instalasi Radiologi Rumah Sakit sesuai dengan Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 410/MENKES/SK/III/2010 tentang Perubahan
atas Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1014/MENKES/SK/XI/2008
tentang Standar Pelayanan Radiologi Diagnostik di Sarana Pelayanan Kesehatan dengan
kategori Rumah Sakit type C. Dengan fasilitas dan Sarana meliputi :
a. Alat Radiography
Aktifitas
No Sumber Radiasi Type & No Seri Keterangan
Total
1 Diagnostic x-ray X-Ray General HITACHI
(HITACHI) Purpose
Bucky Stand HITACHI
Control table DHF-122 H II & HITACHI
12BZ0058
X-Ray Tube U-6CC-210TLB 125 kV, 250 HITACHI
& KC12972701 mA, 5 s
Meja Stationery FIX UNIT HITACHI
Expose time 5s HITACHI
4
Generator Medium/HF DHF- HITACHI
122 H II &
12BZ0058
2 Mobile x-ray Belum dimiliki
3 Dental x-ray Belum dimiliki
3. Sarana Penunjang
Nama Type & No
No Jml Keterangan
Peralatan Seri
1 Cassette dan 18x24, 24x30, 3 buah
film 30x40, 35x35, 1 buah
35x43 1 buah
1 buah
1 buah
2. Hanger Film 18x24, 24x30, 3 buah
30x40, 35x35, 4 buah
35x43 2 buah
2 buah
0 buah
3. Grid Belum Ada
4. UPS Belum Ada
5. Film Badge / 4 HARSAW
TLD
6. Apron 1
7. Gonad Shiled 1
8. Ovarium Belum Ada
Shiled
9. Sarung tangan Belum Ada
10. Kaca mata Pb 1
11. Thyroid shiled 1
12. Tabir timah Belum Ada
5
radiofotography berjalan. Jenis dan macam obat obatan emergency yang harus terjangkau dari
Instalasi Radiologi, meliputi ;
a. Obat obatan
1) Obat-obatan Basic Life Support yang perlu disediakan berupa Ephinephrin, Lidocain,
Buscopan, Adrenalin, Anti Histamin, Cortisone, Kalmethason, Oradexon, Dopamine,
dsb
2) Cairan infuse
b. Peralatan
1) Oksigen (O2)
2) Suction
3) Infusion set
4) Wing needle
5) Termometer
6) Tensimeter
6
BAB IV
KEBIJAKAN PELAYANAN RADIOLOGI
A. Kebijakan Umum
1. Instalasi Radiologi merupakan Instalasi kerja dalam struktur organisasi Rumah Sakit Khusus
THT-Bedah KL Proklamasi BSD dengan fungsi dan tugas pokok penyelenggaraan
pelayanan radiologi paripurna, ditetapkan dengan surat keputusan Direktur.
2. Pelayanan Instalasi Radiologi berada di bawah tanggung jawab Penanggung Jawab
Radiologi yang dalam Pelaksanaanya dibantu oleh Ka.Instalasi Radiologi, petugas PPR, para
staf Radiografer,dan administrasi radiologi, yang berkualitas dan memenuhi kriteria yang
berlaku untuk menjamin standar pelayanan yang telah ditentukan.
3. Sebagai pedoman dokter dan staff dalam penyelenggaraan admininstrasi dan pengelolaan
Instalasi Radiologi digunakan buku petunjuk Standar Prosedur Operasi (SPO), buku
pedoman Radiologi dan buku-buku acuan dari pemerintah yang berlaku di Rumah Sakit
Khusus THT-Bedah KL Proklamasi BSD
4. Menyelenggarakan Administrasi dan Pelayanan di Instalasi Radiologi dilaporkan tiap bulan
kepada Kepala Instalasi Rekam Medis.
5. Fasilitas ruang pemeriksaan radiologi dirancang untuk memenuhi kriteria sesuai dengan
ketentuan pengamanan bahaya radiasi yang berlaku
6. Agar dapat meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan kemampuan dalam memberikan
pelayanan semua petugas diberikan program pendidikan dan pelatihan sesuai dengan bidang
pekerjaannya baik yang dilakukan di dalam Rumah Sakit maupun di luar Rumah Sakit.
B. Kebijakan Khusus
1. Pelayanan Radiologi rutin dan gawat darurat di Rumah Sakit Khusus THT-Bedah KL
Proklamasi BSD dilaksanakan selama 14 jam.
2. Pelayanan Radiologi dilaksanakan dua shift;
Shift pagi : Pukul 07.00 s/d 14.00 WIB
Shift Siang : Pukul 14.00 s/d 21.00 WIB
3. Untuk melaksanakan koordinasi dan evaluasi wajib dilaksanakan rapat rutin bulanan
minimal satu bulan sekali.
4. Untuk pelayanan Cito (diluar jam kerja 07:00-21:00) dapat dilakukan dengan On Call
petugas radiologi sesuai dengan jadwal on call.
5. Bila ada petugas radiologi yang berhalangan hadir, maka digantikan oleh petugas radiologi
lainnya.
7
6. Untuk menjamin mutu peralatan radiologi maka peralatan radiologi harus selalu dilakukan
pemeliharaan dan kalibrasi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
7. Instalasi Radiologi melakukan pelatihan untuk prosedur atau penggunaan alat yang
menggunakan bahan berbahaya baru jika ada.
8. Sertifikat kalibrasi sebagai bukti pelaksanaan /dokumentasi kalibrasi harus diarsipkan.
9. Peralatan radiologi yang mengalami kerusakan harus segera dilaporkan untuk dilakukan
perbaikan.
10. Jenis pemeriksaan Radiologi yang dapat dilaksanakan adalah pemeriksaan Radiologi
Konvensional tanpa kontras.
11. Untuk Pasien Luar RS Pemeriksaan dapat dilakukan bila pasien terlebih dahulu
menyelesaikan proses pembayaran baik dengan cash ataupun dengan jaminan. Untuk pasien
rawat Jalan pembayaran dilakukan di kasir. Untuk pasien rawat inap pembayaran dilakukan
jika pasien sudah mendapat pesanan pulang dari Instalasi keperawatan
12. Hari Minggu atau hari libur nasional Instalasi Radiologi tidak melayani pemeriksaan
Radiologi Konvensional, kecuali pada kasus cito/emergency.
13. Sebelum melakukan tindakan, petugas rontgen harus melakukan identifikasi pasien terlebih
dahulu ( meliputi : nama , tgl lahir , dan no MR )
14. Sebelum dilakukan pemeriksaan radiologi, pasien/perawat ruangan melakukan proses
verifikasi dengan petugas radiologi.
15. Instalasi Radiologi tidak melayani pembacaan / ekspertise foto dari eksternal Rumah Sakit
Khusus THT-Bedah KL Proklamasi BSD.
16. Instalasi Radiologi melayani pasien berdasarkan permintaan pemeriksaan dari dokter, baik
yang berasal dari internal maupun eksternal Rumah Sakit Khusus THT-Bedah KL
Proklamasi BSD
17. Untuk pemeriksaan tertentu yang memerlukan informed consent, pasien harus diberikan
informasi mengenai tujuan, proses dan resiko pemeriksaan yang akan dilakukan dan juga
harus mengisi form informed consent yang telah disediakan.
18. Dokter yang meminta pemeriksaan Radiologi wajib mengisi dan melengkapi identitas
pasien, keterangan klinis, jenis pemeriksaan yang diminta, tanggal, tanda tangan, dan nama
jelas
19. Instalasi Radiologi berhak menolak permintaan pemeriksaan Radiologi yang tidak
dilengkapi identitas pasien yang benar, atau keterangan klinis, atau jenis pemeriksaan yang
diminta, atau tanggal, atau tanda tangan, atau nama jelas dokter yang meminta.
20. Pelayanan pemeriksaan Radiologi tanpa kontras dilakukan oleh radiografer.
8
21. Semua hasil expertise akan dibaca dan ditanda tangani oleh Dokter Spesialis Radiologi.
Sebelum hasil dibaca oleh Dokter Spesialis Radiologi film dinilai dulu oleh Koordinator
radiologi atau Penanggung jawab shift apakah foto sesuai kulaitas yang diharapkan. Hasil
pemeriksaan radiodiagnostik dinyatakan secara tertulis, jelas dan bersifat rahasia ditujukan
kepada dokter yang merujuk. Hasil foto yang tidak diambil setelah 6 bulan akan ditempatkan
di gudang radiologi. Penyimpanan arsip hasil radiologi dilakukan minimal 5 tahun. Hasil
foto yang tidak diambil setelah 1 (satu) bulan pemeriksaan tidak menjadi tanggung jawab
Instalasi radiologi, serta menjadi hak milik Rumah Sakit Khusus THT-Bedah KL Proklamasi
BSD..
22. Pembacaan hasil pemeriksan Radiologi pada jam kerja akan diselesaikan pada hari
pemeriksaan oleh Dokter Radiologi yang berdinas. Untuk hasil pemeriksaan yang dilakukan
diluar jam kerja atau untuk kasus-kasus Cito, hasil foto akan diserahkan langsung ke dokter
pengirim tampa ekspertise radiolog.
23. Pembacaan hasil radiologi non kontras yaitu ≤ 4-6 jam,, untuk kasus sulit Radiolog akan
mengkonsulltasikannya terlebih dahulu ( pasien akan diberikan informasi kapan waktu
pengambilannya). Untuk kasus cito dan critical ≤ 30 menit. Kasus-kasus yang termasuk
critical di THT yaitu fraktur pada tengkorak (basis cranii), Fraktur kepala dengan kesadaran
menurun, dan fraktur os nasal.
24. Hasil pemeriksaan radiologi dicatat dalam rekam medik.
25. Kebijakan untuk pasien cito yang harus segera dibaca seperti kasus pasien gawat di IGD atau
minta langsung dibaca oleh dokter bersangkutan, dapat dipinjamkan film basahnya atas
permintaan dokter bersangkutan. Film basah untuk selanjutnya dapat di kembalikan ke
bagian radiologi untuk dibaca oleh Dokter Spesialis Radiologi.
26. Setiap foto harus dibaca atau diekspertise oleh dokter spesialis radiologi, kecuali kasus
cito/emergency, maka foto yang belum dibaca tersebut (foto basah) boleh dipinjam terlebih
dahulu. Untuk dokter spesialis Paru dan orthopedic boleh dipinjam terlebih dahulu (basah)
27. Ekspertise oleh Dokter Spesialis Radiologi diluar jam kerja karena CITO diatur dengan
adanya jadual on call
28. Setelah Dokter Spsialis Radiologi membaca foto yang dibuat, jawaban diketik dan ditanda
tangani oleh Dokter Radiologis yang membaca.
29. Batasan waktu peminjaman foto yang belum dibaca adalah maksimal 1 (satu) jam,
setelahnya harus sudah dikembalikan ke Instalasi Radiologi.
30. Kebijakan tentang pemeriksaan radiologi bagi wanita : Setiap pasien wanita usia produktif
(15-50 th) yang akan dilakukan tindakan pemeriksaan radiology diminta untuk
menandatangani pernyataan bahwa tidak dalam keadaan hamil.
9
31. Kebijakan tentang pemeriksaan radiologi bagi wanita hamil : Pada wanita hamil yang oleh
dokter pengirim dimintakan pemeriksaan radiology, Pasien diminta untuk menandatangani
pernyataan bahwa sedang hamil.
32. Pemeriksaan yang dilakukan pada wanita hamil yaitu sebelum dilakukan x-ray Harus
dipasang pelindung berupa double apron Pb dibagian perut.
33. Kebijakan tentang pengamanan Radiasi : Merujuk pada keputusan Menkes RI no.
1204/Menkes/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit Khusus
THT-Bedah KL Proklamasi BSD mempunyai organisasi proteksi Radiasi dimana petugas
Proteksi radiasi tersebut telah memiliki surat ijin sebagai petugas radiasi dari Badan
Pengawas (Bapeten). Pemeriksaan kesehatan pekerja radiasi dilakukan secara berkala 1 kali
dalam setahun. Diadakan sosialisali pemakaian Alat Perlindung Diri oleh Koordinator
Radiologi pada setiap karyawan baru pada masa orientasi atau pada saat ada alat baru.
34. Kebijakan tentang penyediaan obat, film, alkes habis pakai dan alat life support, Serta
peralatan medis dan oxygen melalui IGD dan farmasi
35. Pasien IGD atau rawat inap yang diperiksa di Instalasi Radiologi diantar dan dijemput oleh
perawat Instalasi yang bersangkutan.
36. Setiap radiografer dan dokter spesialis radiologi yang bertugas di Instalasi Radiologi wajib
memakai alat monitor radiasi personal
37. Hasil monitoring dosis radiasi personal direkapitulasi dalam kartu dosis perorangan oleh
Petugas Proteksi Radiasi
38. Setiap radiografer yang bekerja di Instalsi Radiologi minimal adalah tamatan DIII Radiologi
dan wajib memiliki Surat Tanda Registrasi (STR) radiografer.
39. Hasil pembacaan/ekspertise pemeriksaan Radiologi adalah untuk dokter perujuk, dan
petugas Instalasi Radiologi tidak diperbolehkan memberitahukan isi hasil pembacaan ke
pasien dan atau keluarganya.
40. Pengelolaan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) Instalasi Radiologi dilakukan
dengan cara dikirim ke pihak ke 3.
41. Pengelolaan sampah di Instalasi Radiologi sudah dibedakan untuk pembuangan sampah
medis, non medis dan benda tajam ( Sharp Container )
42. Untuk tindakan rujukan radiologi, dikarenakan Rumah Sakit Khusus THT-Bedah KL
Proklamasi BSD tidak mempunyai alat ataupun alat sedang rusak, maka akan dirujuk ke RS
luar yang sudah bekerjasama dengan Rumah Sakit Khusus THT-Bedah KL Proklamasi BSD.
Pasien diberikan informasi terlebih dahulu.
43. Peralatan radiologi harus selalu dilakukan pemeliharaan dan kalibrasi sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
10
44. Demi ketertiban dan kelancaran pelayanan radiologi, harus tersedia film dan bahan prosesing
lainnya yang memadai serta disimpan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
45. Pelayanan radiologi harus selalu berorientasi kepada mutu dan keselamatan pasien.
46. Dalam melaksanakan tugasnya, setiap petugas radiologi wajib mematuhi ketentuan dalam
K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja), termasuk penggunaan APD ( Alat Pelindung Diri ).
47. Setiap petugas radiologi harus bekerja sesuai dengan standar profesi, standar prosedur
operasional yang berlaku, etika profesi, etiket dan menghormati hak pasien.
48. Untuk mempertahankan dan meningkatkan kompetensi, setiap petugas wajib mengikuti
pelatihan yang diselenggarakan.
49. Penyediaan tenaga harus mengacu kepada pola ketenagaan.
11
BAB V
TATA LAKSANA PELAYANAN
12
c. Petugas Radiologi menyiapkan segala keperluan dan peralatan yang ada sebelum
dilakukannya pemeriksaan kepada pasien.
13
c. Penyampaian informasi dengan cara detil, tepat dan informatif dengan menunjukkan rasa
empati dan cara sensitif serta tidak membuat pasien merasa stres.
d. Memberikan cukup waktu bagi pasien dan atau keluarga pasien untuk memahami
informasi yang telah disampaikan serta memberikan waktu untuk menanyakan informasi
yang belum jelas/klarifikasi dan perlu detail kepada dokter yang memberikan informas
sebelum mengambil Peraturan.
14
h. Jika tindakan medik yang akan direncanakan mengandung risiko tinggi maka sebaliknya
persetujuan diberikan secara tersurat, dengan cara menandatangani atau membubuhkan
cap ibu jari tangan kiri pada formulir yang disediakan.
i. Jika orang yang berhak memberikan persetujuan menolak menerima informasi dan
kemudian menyerahkan sepenuhnya kepada kebijakan dokter maka orang tersebut
dianggap telah menyetujui kebijakan medik apapun yang akan dilakukan dokter.
j. Apabila yang bersangkutan sesudah menerima informasi, menolak untuk memberikan
persetujuannya maka ia harus menandatangani surat penolakan.
k. Jika pasien belum dewasa atau tidak sehat akalnya maka yang berhak memberikan atau
menolak memberikan persetujuan tindakan medik adalah orang tua, wali, kuratornya.
l. Persetujuan yang sudah diberikan dapat ditarik kembali setiap saat kecuali tindakan medik
yang direncanakan sudah sampai pada tahapan pelaksanaan yang tidak mungkin
dibatalkan.
m. Dalam hal persetujuan tindakan medik diberikan keluarga maka yang berhak menarik
kembali adalah anggota keluarga tersebut atau anggota keluarga lainnya yang
berkedudukan hukumnya lebih berhak sebagai wali.
n. Penarikan kembali persetujuan tindakan medik harus diberikan secara tertulis format
yang disediakan.
o. Semua hal-hal yang sifatnya luar biasa dalam proses mendapatkan persetujuan tindakan
medik harus dicatat dalam rekam medis.
p. Seluruh dokumen mengenai persetujuan tindakan medik harus disimpan bersama rekam
medik.
q. Demi kepentingan pasien, Informed Consent tidak diperlukan bagi pasien gawat darurat
dalam keadaan sadar dan tidak didampingi oleh keluarga pasien yang berhak memberikan
persetujuan atau penolakan medis.
20
BAB VI
LOGISTIK
Pengadaan atau permintaan barang untuk kebutuhan operasional di Instalasi Radiologi dapat
dilayani kebutuhannya oleh Instalasi Logistik Rumah Sakit. Jenis kebutuhan barang barang radiologi
dapat dikategorikan :
1. Kebutuhan barang barang medis sediaan
kebutuhan barang medis yang sudah tersedia di Instalasi Farmasi rumah sakit, berupa obat obatan
basic life support, Betadine, plester, dan sebagainya.
2. Kebutuhan barang barang non medis sediaan
Kebutuhan barang non medis yang sudah tersedia di gudang logistik rumah sakit berupa ATK,
formulir radiologi, kertas HVS/folio, dsb
3. Kebutuhan barang barang non medis non sediaan
Kebutuhan barang non medis yang belum tersedia di gudang logistic rumah sakit berupa Tinta
Printer, Film x-ray, pesawat telp, meja computer, dan sebagainya.
Semua permintaan kebutuhan barang barang radiologi akan didistribusi oleh bagian
gudanglogistik dan farmasi sesuai permintaan dan dapat dilakukan pembelian langsung oleh bagian
logistik bila barang barang yang dibutuhkan tidak tersedia di gudang.
Permintaan kebutuhan barang harus melalui prosedur yang sudah ada, permintaan barang
melalui program logistik Rumah Sakit yang sudah ada, pemenuhan kebutuhan logistic radiologi di
jadwal secara berkala untuk menghindari overload pengambilan di bagian gudang. Khusus untuk
pemenuhan barang dalam kategori CITO (segera dilakukan pembelian/pengadaan) pelayanan
pembelian harus segera dilakukan mengingat pentingnya kebutuhan barang tersebut pada Instalasi
terkait.
21
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
A. Pengertian
Keselamatan pasien adalah suatu sistem dimana rumah sakit khususnya Instalasi Radiologi
membuat pasien lebih aman yang meliputi asesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang
berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden
dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko dan
mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan
Radiologi atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil dalam pelaksanaan pelayanan
Radiologi.
1. Keselamatan Pasien (Patient Safety)
adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman.
Sistem tersebut meliputi:
Asesmen risiko
Identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien
Pelaporan dan analisis insiden
Kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya
Implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko
Sistem ini mencegah terjadinya cidera yang disebabkan oleh:
Kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan
Tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil
2. Kejadian Tidak Diharapkan (KTD)/Adverse Event
Adalah suatu kejadian yang tidak diharapkan, yang mengakibatkan cidera pasien akibat
melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil, dan
bukan karena penyakit dasarnya atau kondisi pasien. Cidera dapat diakibatkan oleh kesalahan
medis atau bukan kesalahan medis karena tidak dapat dicegah
3. KTD Yang Tidak Dapat Dicegah/Unpreventable Adverse Event
Suatu KTD yang terjadi akibat komplikasi yang tidak dapat dicegah dengan pengetahuan
mutakhir
22
Karena “ pencegahan ”
Karena “ peringanan ”
B. Tujuan
1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di Rumah Sakit khususnya Radiologi yang
berhubungan dengan radiasi atau sinar pengion
2. Meningkatnya akuntabilitas Rumah Sakit terhadap pasien dan masyarakat
3. Menurunnya KTD di Rumah Sakit.
4. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan KTD
26
3) Mengupayakan pemeriksaan radiologi cepat dan tepat agar pergerakan pasien dan
kemungkinan factor goyang pada film dapat diminimalisir.
27
c. Setelah selesai mengisi laporan, segera serahkan kepada atasan langsung pelapor. (Atasan
langsung disepakati sesuai Peraturan Manajemen : Supervisor/Kepala
Bagian/Instalasi/Departemen/Instalasi, Ketua Komite Medis/ Ketua KSMF)
d. Atasan langsung akan memeriksa laporan dan melakukan grading risiko terhadap insiden
yang dilaporkan
e. Hasil grading akan memeriksa laporan dan melakukan grading risiko terhadap insiden
yang dilakukan sebagai berikut : (Pembahasan lebih lanjut lihat BAB III)
f. Grade biru: investigasi sederhana oleh atasan langsung, waktu maksimal 1 minggu
g. Grade hijau: investigasi sederhana oleh Atasan langsung, waktu maksimal 2 minggu
h. Grade kuning: investigasi komprehensif/Analisis akar masalah/RCA oleh Tim KP di RS,
waktu maksimal 45 hari.
i. Grade merah: investigasi komprehensif/Analisis akar masalah/RCA oleh Tim KP di RS,
waktu maksimal 45 hari.
j. Setelah selesai melakukan investigasi sederhana, laporan hasil investigasi dan laporan
insiden dilaporkan ke Tim KP di RS.
k. Tim KP di RS akan menganalisa kembali hasil investigasi dan laporan insiden untuk
menentukan apakah perlu dilakukan investigasi lanjutan (RCA) dengan melakukan
Regrading.
l. Untuk grade Kuning/Merah, Tim KP di RS akan melakukan Analisa akr masalah/Root
Cause Analysis (RSC).
m. Setelah melakukan RCA, Tim KP di RS akan membuat laporan dan Rekomendasi untuk
perbaikan serta “Pembelajaran” berupa : Petunjuk/”Safety Alert” untuk mencegah kejadian
yang sama terulang kembali.
n. Hasil RCA, rekomendasi dan rencana kerja dilaporkan kepada Direksi.
o. Rekomendasi untuk “Perbaikan dan Pembelajaran” diberikan umpan balik kepada
Instalasi kerja terkait.
p. Instalasi Kerja membuat analisa dan trend kejadian di satuan kerjanya masing-masing.
q. Monitoring dan Evaluasi Perbaikan oleh Tim KP di RS
Bagaimana memulainya?
Dibuat suatu sistem pelaporan insiden di rumah sakit meliputi kebijakan, alur
pelaporan, formulir pelaporan dan prosedur pelaporan yang harus disosialisasikan
pada semua karyawan.
29
Laporan dipersepsikan sebagai “pekerjaan perawat”
Laporan sering disembunyikan, karena takut disalahkan.
Laporan sering terlambat
Bentuk laporan miskin data karena adanya budaya blame culture.
30
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
Upaya untuk memberikan jaminan keselamatan dan meningkatkan derajat kesehatan para karyawan
rumah sakit dilakukan dengan cara pencegahan kecelakaan dan penyakit akibat kerja, pengendalian
bahaya di tempat kerja, promosi kesehatan, pengobatan dan rehabilitasi.
31
h) Pastikan kerja aman sesuai prosedur dalam pengambilan dan penempatan bahan,
hindari terjadinya tumpahan/kebocoran
i) Laporkan segera bila terjadi kebocoran bahan kimia atau gas.
j) Laporkan setiap kejadian atau kemungkinan kejadian yang menimbulkan
bahaya/kecelakaan atau nyaris celaka (accident atau near miss) melalui formulir
yang telah disediakan dan alur yang telah ditetapkan.
2. Pengendalian dan Penanggulangan Kebakaran
a. Tata laksana identifikasi area berisiko kebakaran
1) Melakukan identifikasi area/lokasi yang berisiko
2) Melakukan inventarisasi bahan dan sumber yang berisiko terjadinya kebakaran
dimasing-masing Instalasi Rumah Sakit.
3) Melakukan mapping (denah) area berdasarkan kategori dan jenis/tingkat risiko bahaya
kebakaran.
4) Memberikan tanda dan symbol tempat serta bahan yang mengandung risiko kebakaran
5) Melakukan sosialisasi ke staf dan pengunjung tentang sumber risiko bila terjadi
kebakaran
b. Tata laksana pencegahan kebakaran
1) Memberikan informasi dan edukasi kepada staf, pasien, pengunjung tentang bahaya
kebakaran.
2) Memberikan pendidikan, pelatihan dan aplikasi/uji coba yang nyata kepada staf
tentang kebakaran secara berkala
3) Mengidentifikasi pemakaian, penggunaan dan penempatan bahan-bahan/sumber-
sumber/peralatan yang mengakibatkan kebakaran.
4) Menetapkan lokasi-lokasi yang dapat menyebabkan risiko kebakaran, baik risiko
kebakaran kecil maupun besar
5) Melakukan kontrol/inspeksi, perbaikan dan penggantian secara berkala
peralatan/fasilitas yang rusak atau sudah waktunya dilakukan pembaharuan.
6) Menjauhkan peralatan dan fasilitas yang berisiko terbakar dengan sumber/bahan yang
mudah terbakar.
7) Menempatkan alat pemadam kebakaran di area-area/titik-titik tertentu yang dapat
mudah dijangkau oleh semua orang.
8) Memasang label, symbol dan tanda peringatan pada lokasi-lokasi yang berisiko
terjadinya kebakaran.
9) Mengatur/mendesain bangunan, peralatan dan sumber-sumber risiko kebakaran sesuai
dengan jarak aman yang diperkenankan.
32
10) Melakukan pengawasan setiap pembangunan didalam atau berdekatan dengan
bangunan yang dihuni pasien
c. Tata laksana deteksi dini kebakaran
1) Deteksi asap (smoke detector) dan alarm kebakaran
a) Penempatan peralatan disesuaikan dengan fungsi dan area berisiko (public area)
b) Pastikan terlebih dahulu lokasi/area alarm kebakaran atau deteksi asap yang
bunyi/mendeteksi kebakaran.
c) Lakukan penanganan secepatnya bila sistem deteksi mengetahui adanya tanda-
tanda kebakaran dengan menuju lokasi terjadinya kebakaran.
d) Ambil peralatan kebakaran yang tersedia/terjangkau sekitar area/lokasi kebakaran
dan melakukan tindakan penyelamatan.
e) Pemeliharaan sistem/komponen deteksi kebakaran yang dilakukan secara berkala
f) Dilakukan uji coba/simulasi terhadap peralatan dalam periode tertentu untuk
memastikan fungsi dan kegunaan alat.
2) Patroli kebakaran
a) Penetapan/penunjukkan staf sebagai petugas patroli kebakaran
b) Adanya prosedur pengawasan yang menjadi prosedur baku yang ditetapkan
sebagai langkah control yang ada.
c) Adanya rute/jadwal ronda secara berkala untuk melakukan pemantauan
area/lokasi dan tempat/fasilitas yang berisiko terjadinya kebakaran
d) Adanya sistem/kategori tingkat pengawasan lokasi/fasilitas dan area public yang
menimbulkan bahaya kebakaran besar, sedang dan kecil.
d. Tata laksana penghentian/supresi atau pengendalian kebakaran
1) Memastikan sistem penghentian/supresi pemadam kebakaran dapat berjalan dengan
baik dengan melakukan inspeksi dan uji coba secara berkala atas fungsi alat.
2) Penggunaan dan penempatan peralatan disesuaikan dengan jenis bahan pada lokasi
yang mudah terjadinya kebakaran dan besarnya risiko yang terjadi (supresan kimia
dan springkler)
3) Gunakan sistem pemadaman sesuai dengan jenis/bahan yang terbakar, sistem isolasi,
sistem pendinginan dan sistem urai untuk mengurangi serta membatasi api.
4) Memastikan petugas patroli kebakaran, staf dan pengunjung dapat menggunakan
peralatan pemadam kebakaran dengan baik dan tepat sasaran sebagai fungsi
pengendalian tingkat pertama sebelum terjadinya kebakaran yang lebih besar lagi.
5) Memastikan ketersediaan APAR dan hydrant pada area/lokasi terdekat atau pada titik
rawan risiko terjadinya kebakaran
e. Tata laksana evakuasi
33
1) Pasien
a) Informasikan terjadinya kebakaran dengan membunyikan alarm/sirene tanda
bahaya kebakaran
b) Kepala ruangan/kepala Instalasi yang terkait dengan pelayanan pasien melakukan
instruksi untuk melakukan pengosongan ruangan dengan cara memindahkan
pasien ke ruangan yang lebih aman/titik kumpul.
c) Kepala ruangan/kepala Instalasi bekerjasama dengan kepala Instalasi perawatan
dan perawat yang ada untuk mengevakuasi pasien dengan terlebih dahulu
menginformasikan alasan dilakukannya evakuasi.
d) Kepala ruangan/kepala Instalasi dapat bekerjasama dengan keluarga dan
pengunjung yang berada dilokasi/ruangan untuk mempercepat jalannya evakuasi
pasien.
e) Lakukan evakuasi pada pasien yang mempunyai kondisi/keadaan yang lebih stabil
(dapat berjalan/menggunakan kursi roda), selanjutnya evakuasi pasien yang
berikutnya.
2) Karyawan & pengunjung/keluarga
a) Informasikan terjadinya kebakaran dengan membunyikan alarm/sirene tanda
bahaya kebakaran
b) Melakukan evakuasi terhadap staf/tamu/pengunjung yang berada dilokasi atau
dekat dengan lokasi kebakaran (pengosongan area atau gedung).
c) Mengarahkan dan memandu staf/tamu/pengunjung ke area yang aman (titik
kumpul) dari jangkauan kebakaran.
d) Mengamankan lokasi sekitar dari staf/tamu/pengunjung dan bantu kelancaran
jalur evakuasi petugas pemadam menuju area kebakaran
e) Lakukan pemadaman listrik instalasi yang terdekat dengan area/lokasi kebakaran
atau bahan-bahan/sumber yang dapat menimbulkan terjadinya kebakaran yang
lebih hebat.
f. Tata laksana penanganan korban kebakaran
1) Proses penanganan korban dilakukan secepatnya untuk mencegah risiko kecacatan
dan atau kematian
2) Menentukan prioritas penanganan terhadap korban dan penempatan korban sesuai
hasil triage
3) Evakuasi korban ke tempat yang lebih aman dan layak untuk dapat dilakukan
pertolongan
4) Melakukan stabilisasi atau tindakan dasar (basic live support) pada korban
34
5) Tindakan definitive sesuai kondisi kegawatan dan bila diperlukan Memberikan
tindakan perawatan lanjutan
C. Promosi Kesehatan
1. Melakukan pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja bagi SDM Rumah Sakit:
a. Pemeriksaan fisik lengkap
b. Kesegaran jasmani;
c. Rontgen paru-paru
d. Laboratorium rutin;
e. Pemeriksaan lain yang dianggap perlu;
f. Pemeriksaan yang sesuai kebutuhan guna mencegah bahaya yang diperkirakan
timbul, khususnya untuk pekerjaan-pekerjaan tertentu.
g. Jika 3 (tiga) bulan sebelumnya telah dilakukan pemeriksaan kesehatan oleh
dokter (pemeriksaan berkala), tidak ada keragu-raguan maka tidak perlu
dilakukan pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja.
2. Melakukan pemeriksaan kesehatan berkala bagi SDM Rumah Sakit
a. Pemeriksaan berkala meliputi pemeriksaan fisik lengkap, kesegaran
jasmani, rontgen paru-paru (bilamana mungkin) dan laboratorium rutin, serta
pemeriksaan-pemeriksaan lain yang dianggap perlu;
b. Pemeriksaan kesehatan berkala bagi SDM Rumah Sakit sekurang-kurangnya 1
tahun.
c. Melakukan pemeriksaan kesehatan khusus pada :
1) SDM Rumah Sakit yang telah mengalami kecelakaan atau penyakit
yang memerlukan perawatan yang lebih dari 2 (dua) minggu;
2) SDM Rumah Sakit yang berusia di atas 40 (empat puluh) tahun atau
SDM Rumah Sakit yang wanita dan SDM Rumah Sakit yang cacat serta SDM
Rumah Sakit yang berusia muda yang mana melakukan pekerjaan tertentu;
3) SDM Rumah Sakit yang terdapat dugaan-dugaan tertentu mengenai
gangguan-gangguan kesehatan perlu dilakukan pemeriksaan khusus
sesuai dengan kebutuhan;
4) Pemeriksaan kesehatan kesehatan khusus diadakan pula apabila
terdapat keluhan-keluhan diantara SDM Rumah Sakit, atau atas
pengamatan dari Organisasi Pelaksana K3RS.
d. Melaksanakan pendidikan dan penyuluhan/pelatihan tentang kesehatan kerja
dan memberikan bantuan kepada SDM Rumah Sakit dalam penyesuaian diri
35
baik fisik maupun mental.
Yang diperlukan antara lain:
1) Informasi umum Rumah Sakit dan fasilitas atau sarana yang terkait dengan K3;
2) Informasi tentang risiko dan bahaya khusus di tempat kerjanya;
3) SOP kerja, SOP peralatan, SOP penggunaan alat pelindung diri
dan kewajibannya;
4) Orientasi K3 di tempat kerja;
5) Melaksanakan pendidikan, pelatihan ataupun promosi/penyuluhan
kesehatan kerja secara berkala dan berkesinambungan sesuai kebutuhan
dalam rangka menciptakan budaya K3.
e. Meningkatkan kesehatan badan, kondisi mental (rohani) dan kemampuan fisik
SDM Rumah Sakit :
1) Pemberian makanan tambahan dengan gizi yang mencukupi untuk SDM
Rumah Sakit yang dinas malam, petugas radiologi, petugas lab, petugas kesling
dll;
2) Pemberian imunisasi bagi SDM Rumah Sakit;
3) Olah raga, senam kesehatan dan rekreasi;
4) Pembinaan mental/rohani.
36
bergilir, beban kerja, hubungan sesame pekerja/atasan) sehingga dapat mengakibatkan
penyakit dan kecelakaan akibat kerja. Faktor-faktor yang sangat mempengaruhi dari Penyakit
Akibat Kerja berupa :
a. Jenis pekerjaan (saat ini dan sebelumnya)
b. Gerakan dalam bekerja
c. Tugas yang berat / berlebihan
d. Perubahan / pergeseran kerja
e. Iklim di tempat kerja
Dalam pelaksanaan kerja di bidang Radiodiagnostik dan Radiologi Imaging, factor
keselamatan kerja bagi petugas yang berkecimpung selama proses pelayanan Radiologi perlu
menjadi perhatian serius mengingat pemanfaatan sumber radiasi (sinar x-ray) mempunyai
akibat / efek yang tidak baik bagi tubuh apabila cara kerja yang diterapkan oleh masing
masing personil / staf tidak sesuai dengan prinsip prinsip proteksi radiasi yang sudah
ditetapkan. Selama prinsip-prinsip proteksi radiasi diterapkan oleh setiap personil, maka
penerimaan dosis radiasi kepada petugas dapat ditekan seminimal mungkin tanpa adanya
kerugian sehingga pelayanan Radiologi diagnostic dapat berjalan dengan baik dan lancar.
Dalam upaya pengendalian, Pemerintah telah menerbitkan Peraturan Pemerintah nomor 33
tahun 2007 tentang Keselamatan Radiasi Pengion dan Keamanan sumber radioaktif, Surat
Peraturan Kepala Bapeten nomor 01/Ka-Bapeten/V-99 tentang Kesehatan terhadap radiasi
pengion disebut keselamatan radiasi, yang memuat nilai batas dosis yaitu pekerja radiasi < 50
mSv/tahun dan masyarakat umum < 5 mSv/tahun.
Berhubungan dengan konsep keselamatan kerja, maka perlu di ketahui bersama hal hal yang
menunjang keselamatan kerja bagi staf/petugas dapat dipantau dengan baik, berikut ini akan
dijabarkan hal hal yang berhubungan dengan konsep keselamatan kerja di bidang
radiodiagnostik, meliputi :
37
4. Penggunaan Alat Monitoring Radiasi Bagi Personil
Penggunaan alat monitoring radiasi bagi setiap personil Radiologi di Rumah Sakit pada saat dinas
/ bekerja dilingkungan sumber radiasi pengion dengan menggunakan TLD. Selama kurun waktu 3
(Tiga) bulan pemakaian oleh personil, TLD akan dilakukan evaluasi oleh BPFK (Badan
Pengamanan Fasilitas Kesehatan) berlokasi di BPFK Jakarta Pusat untuk mengetahui penerimaan
dosis radiasi yang diterima oleh petugas selama bekerja. Cara penggunaan TLD tertuang di dalam
SPO yang sudah di sediakan oleh Petugas Proteksi Radiasi
39
BAB VIII
PROTEKSI RADIASI
Sehubungan dengan prinsip kerja Instalasi Radiologi yaitu memanfaatkan sinar x-ray sebagai
sumber radiasi untuk memberikan informasi radiodiagnostik pada pasien, maka sinar x-ray yang
ditimbulkan juga memberikan efek yang berbahaya bagi manusia, yaitu pasien, pekerja serta
masyarakat lingkungannya. Sebagai sarana proteksi radiasi Instalasi Radiologi melengkapi segala
perlengkapan dan peralatan yang aman guna membatasi sinar radiasi yang ada meliputi :
40
b. Memperhatikan keamanan struktur bangunan Radiologi terhadap kebocoran radiasi.
c. Memberikan apron bagi keluarga pasien bila diperlukan untuk membantu petugas
Radiologi selama pemeriksaan.
d. Memberikan tanda atau lampu tentang adanya radiasi pada daerah tersebut.
41
BAB IX
PENGENDALIAN MUTU
2. Rejected rate :
Numbers of film Rejected not for patients (lost,`QC films. etc)
= 5X 100 %
All the films used by the department within period of interest
42
B. Pengendalian Mutu Angka Pemeriksaan Ulang
Indicator mutu Radiologi yang menilai terjadinya factor pemeriksaan ulang radiography yang
dapat disebabkan oleh kurangnya informasi yang diharapkan, kualitas peralatan yang kurang
mendukung dan kemampuan SDM yang perlu dilakukan pelatihan secara berkala.
43
BAB X
PENUTUP
Demikian Pedoman Pelayanan Instalasi Radiologi Rumah Sakit ini dibuat sebagai kerangka
acuan dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan khususnya di Instalasi kerja Radiologi, kami
berharap dengan adanya buku Pedoman Pelayanan Radiologi ini dapat berjalan dengan baik sesuai
yang diharapkan guna meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan yang ada di Instalasi Radiologi
Pada akhirnya Buku Pedoman Pelayanan Radiologi ini dapat digunakan sebagai dasar acuan
dalam penyelenggaraan pelayanan untuk peningkatan mutu secara berkelanjutan.
44