Anda di halaman 1dari 16

Bukupandu-Direktorat Daktiloskopi/2011

Pengambilan Sidikjari
Pengambilan sidikjari merupakan tahap awal yang penting dalam karya sidikjari, baik yang dilakukan
secara manual maupun elektronis. Pengambilan sidikjari yang tidak tepat akan menghasilkan teraan
sidikjari tidak jelas yang pada gilirannya akan menghasilkan rumusan klasifikasi yang tidak akurat
dan akhirnya menghasilkan identifikasi seseorang yang keliru.
Sebelum memulai langkah-langkah pengambilan sidikjari, maka terlebih dahulu harus dibuat asumsi-
asumsi terhadap obyek yang akan diambil sidikjarinya. Terhadap obyek dengan kondisi normal,
maka langkah-langkah pengambilan sidikjari dapat langsung dilaksanakan. Namun, petugas juga
harus berasumsi pada obyek dengan kondisi ketidakmampuan sementara bahkan ketidakmampuan
tetap dimana ketidakmampuan sementara hadir pada kondisi jari-jari yang baru teriris, luka-luka atau
terbalut, lecet, melepuh, keringat berlebihan, sidikjari yang kecil dan halus (biasanya pada jari-jari
anak-anak). Sedangkan ketidakmampuan tetap hadir pada kondisi obyek yang terdapat kekurangan
jari (sejak lahir), amputasi, kelainan bentuk (jari-jari timpang, bengkok, atau patah), cacat
(berselaput), atau jari berlebih.
Antisipasi terhadap ketidakmampuan sementara seperti jari-jari baru teriris, luka-luka, terbalut, lecet,
atau melepuh adalah obyek yang seharusnya tidak diambil sidikjarinya sampai kondisi-kondisi
tersebut disembuhkan. Sedangkan pada kondisi keringat berlebih diantisipasi dengan penyediaan
kain pembersih dan cairan seperti alkohol, bensin atau cairan serupa sebagai bahan pengering.
Terhadap obyek yang memiliki ketidakmampuan tetap seperti kekurangan jari (sejak lahir) diberi
catatan/keterangan kondisi obyek pada blok sidikjari terkait pada slip sidikjari, demikian pula pada
obyek dengan kondisi jari teramputasi. Sedangkan pada obyek dengan kondisi kelainan bentuk (jari
timpang, bengkok, atau patah) diantisipasi dengan mempersiapkan alat-alat penintaan khusus bagi
pengambilan sidikjari untuk jenazah atau orang yang baru meninggal seperti penggulir kecil, kape
sidikjari, sendok sidikjari.
Langkah-langkah Pengambilan Sidikjari Manual
- Pengambilan sidikjari yang tepat diawali dengan persiapan perangkat pengambilan sidikjari
seperti blangko slip sidikjari, tinta sidikjari, pelat/kaca penintaan, roller/perata tinta, sendok
sidikjari, kape sidikjari, cairan pembersih, dan kain pembersih;
- Tinta sidikjari kemudian dibubuhkan pada 2 titik di pelat/kaca penintaan yang pada setiap titik
sebanyak sekali tekanan ringan dari tube tinta sidikjari. Setelah itu tinta diratakan dengan
menggunakan roller yang digunakan searah untuk menghasilkan lumuran tinta yang tipis-merata
pada permukaan pelat/kaca;

1
Bukupandu-Direktorat Daktiloskopi/2011

▲ Gbr-01: Blangko slip sidikjari


Sumber: Direktorat Daktiloskopi Kemenkumham RI

Gbr-02: Penjepit kertas/blangko slip sidikjari ►


Sumber: Science of Fingerprint (2006), FBI, Identification Division

- Setelah pelat/kaca terlumur tinta secara tipis-


merata, petugas memegang jari-jari tangan orang yang akan diambil sidikjarinya untuk dilumuri
tinta terlebih dahulu baru diterakan pada setiap kotak sesuai peruntukan jari pada blangko slip
sidikjari. Perhatikan Gbr-04-07, cermati bagaimana petugas menangani jari-jari orang yang akan
diambil sidikjarinya;

2
Bukupandu-Direktorat Daktiloskopi/2011

▲ Gbr-03: cara tepat memegang jari saat digulir pada pelat/kaca penintaan;
Gbr-04: cara tepat memegang jari saat digulir pada blangko slip sidikjari. ▲
Sumber: Science of Fingerprint (2006), FBI, Identification Division

- Dalam rangka mengambil keuntungan dari posisi yang canggung ke posisi mudah, maka ibu jari
harus tergulir ke arah menjauh dari pusat badan subyek. Proses ini mengurangi ketegangan dan
menjadikan ibu jari kendur saat melengkapi guliran dan dengan demikian dapat diangkat dengan
mudah dari kartu tanpa bahaya tergelincir yang mengaburkan dan mencoret teraan (Gbr-03 dan
Gbr-04), Metode yang membantu dalam mengefektifkan kekenduran tangan subyek adalah
menginstruksikan untuk melihat obyek yang jauh dan tidak melihat tangannya. Orang yang
mengambil sidik jari harus berdiri di kiri subyek ketika menerakan tangan kanan, dan di sebelah
kanan subyek ketika menerakan tangan kiri. Dalam beberapa kasus, posisi subyek dan operator
harus alami dan kendur jika ingin memperoleh sidik jari terbaik;

▲ Gbr-05: cara tepat memegang empat jari saksi saat diterakan bersamaan pada blangko slip;
Gbr-06: cara tepat memegang ibujari saksi saat diterakan pada blangko slip sidikjari. ▲
Sumber: Science of Fingerprint (2006), FBI, Identification Division

3
Bukupandu-Direktorat Daktiloskopi/2011

- Untuk memperoleh teraan biasa, semua jari tangan kanan harus ditekan ringan pada pelat
penintaan, kemudian ditekan bersamaan pada sudut bawah tangan kanan kartu pada ruang
yang tersedia. Tangan kiri harus diterakan serupa, dan ibu jari keduanya harus ditinta dan ditera
tanpa digulir di ruang tersedia (Gbr-06 dan Gbr-07);
- Beberapa diantara peralatan penintaan disiapkan untuk keadaan spesifik seperti sendok sidikjari
dan kape sidikjari dimana jari yang akan disidik dalam kondisi yang tidak bisa diterakan secara
normal/digulir pada blangko slip sidikjari, kape
sidikjari digunakan sebagai alat untuk melumuri jari
yang bengkok, kaku atau patah secara tipis-merata
dan selanjutnya jari diterakan pada sendok sidikjari
yang selanjutnya telah diletakkan potongan blok
sidikjari yang terkait untuk teraan jari yang bengkok,
kaku atau patah.
◄ Gbr-07: dari kiri: kape sidikjari; roller; sendok sidikjari.
Sumber: Science of Fingerprint (2006), FBI, Identification Division

- Langkah berikutnya adalah mengisi form isian pada


blangko slip sidikjari untuk data demografi (nama, tempat tanggal lahir, dsb) termasuk pasfoto
dan tandatangan, untuk memperkaya data identitas selain sidikjari;
- Pada pengambilan sidikjari elektronis tidak menggunakan tinta, melainkan menggunakan live-
scanner sidikjari (Gbr-08). Penangkapan gambar sidikjari secara elektronis ini berprinsip optikal
dengan cara meletakkan langsung setiap jari yang akan diambil sidikjarinya di atas permukaan
kaca berukuran kecil (+ 3 X 3 cm) (Gbr-08-10).
▼ Gbr-08-10: Live-scanner sidikjari

Sumber: Direktorat Daktiloskopi, Ditjen AHU.


Catatan :

4
Bukupandu-Direktorat Daktiloskopi/2011

 Terdapat 2 jenis teraan yang terlibat dalam proses pengambilan sidik jari. 10 teraan bagian atas
adalah pengambilan tersendiri: ibu jari, telunjuk, jari tengah, jari manis, dan kelingking untuk masing-
masing tangan dengan penamaan yang telah ditentukan. Teraan ini disebut Teraan Tergulir, jari-jari
yang digulirkan dari sisi ke sisi dalam rangka memperoleh semua rincian garis yang ada. Teraan
yang lebih kecil pada bagian bawah kartu diambil dengan diterakan bersamaan dari semua jari pada
masing-masing tangan dan kemudian ibu jari tanpa digulir. Teraan ini disebut Teraan Biasa atau
Teraan Saksi dan digunakan untuk pemeriksaan terhadap rangkaian dan akurasi Teraan Tergulir.
 Pengambilan sidikjari menghadapi tantangan ketika sidikjari yang akan diambil berasal dari jasad
jenazah. Biasanya pengambilan sidikjari demikian membutuhkan lebih banyak peralatan tambahan
dan teknik-teknik yang lebih sulit karena melibatkan unsur-unsur bahan kimiawi untuk memperlancar
pengambilan sidikjari. Situasi dan kondisi demikianpun masih terbagi lagi antara jenazah orang yang
baru meninggal dan jasad orang yang sudah lama meninggal, serta jasad dari jenazah yang sulit
teridentifikasi seperti korban kebakaran atau korban bencana.
 Jika pada jasad jenazah orang yang baru meninggal pengambilan sidikjari membutuhkan alat
tambahan seperti sendok sidikjari, kape sidikjari, dan roller kecil, namun pada jasad orang yang
sudah lama meninggal, karena terdapat kemungkinan pembusukan atau pembasahan pada kulit jari,
maka pada jari-jari yang akan diambil sidikjarinya dipulihkan terlebih dahulu dengan teknik yang lebih
spesifik. Sementara pada jenazah dalam kondisi sulit, teknik yang dibutuhkan semakin spesifik.

Rumus Klasifikasi Sidikjari


Setelah sidikjari berhasil diidentifikasi, ditentukan bentukannya apakah berbentuk busur, jerat,
maupun lingkaran, serta tarikan garis dan hitungan garisnya. Langkah selanjutnya adalah melakukan
klasifikasi atau perumusannya. Klasifikasi adalah upaya pengelompokan sidik jari berdasarkan
kelasnya. Tujuan klasifikasi adalah suatu cara mempermudah dan mempercepat pekerjaan
menyimpan dan menemukan kembali sinyalemen (berkas sidik jari) atau slip.
Dalam merumus klasifikasi perlu untuk menyebutkan bahwa ketika teraan diklasifikasi, tanda
diletakkan di bawah setiap blok jari untuk menggambarkan jenis bentukannya. Simbol-simbol yang
digunakan adalah:
- Di bawah jari telunjuk, huruf besar yang sesuai harus ditempatkan untuk setiap bentukan
kecuali jerat ulner, seperti A, T, R, U, atau W;
- Di bawah semua jari yang lain, huruf kecil yang sesuai harus ditempatkan untuk setiap
bentukan kecuali jerat ulner dan lingkaran seperti berikut ini:
Busur a
Busur Runcing t

5
Bukupandu-Direktorat Daktiloskopi/2011

Jerat Radial r

- Jerat ulner di jari manapun ditandai dengan garis diagonal yang kemiringannya searah
dengan jerat.
- Lingkaran di jari manapun ditandai dengan huruf “W”. Rumus klasifikasi tersusun dengan
bagian seperti berikut: 1. Primer; 4. Major Division;
2. Sekunder; 5. Final;
3. Subsekunder; 6. Key.
Posisi dalam urutan klasifikasi untuk bagian-bagian tadi saat lengkap diterapkan sebagai berikut:
Klasifikasi Klasifikasi
Key Major Division Klasifikasi Primer Final
Sekunder Subsekunder
20 M 1 U IOI 10
L 1 U IOI

Klasifikasi Klasifikasi
Key Major Division Klasifikasi Primer Final
Sekunder Subsekunder
4 O 5 U IOI 10
I 17 U IOI

Klasifikasi Primer: untuk tujuan memperoleh klasifikasi primer, nilai-nilai angka/numerik ditandai untuk
setiap dari 10 ruang jari seperti terlihat pada tabel di bawah ini. Dimanapun lingkaran muncul
dianggap sebagai nilai dari ruang jari yang memunculkannya. Ruang-ruang yang jenis bentukannya
selain dari lingkaran tidak dinilai dalam menghitung klasifikasi ini.
Nilai-nilai ditandai sebagai berikut:
Jari-jari No.1 dan No. 2 16
Jari-jari No.3 dan No. 4 8
Jari-jari No.5 dan No. 6 4
Jari-jari No.7 dan No. 8 2
Jari-jari No.9 dan No. 10 1

Klasifikasi Sekunder: Setelah klasifikasi primer, sidik jari terbagi lagi lebih jauh dengan menggunakan
klasifikasi sekunder. Sebelum terinci, harus dicatat bahwa setelah klasifikasi primer didapat, seluruh
bagian dari rumus klasifikasi didasarkan pada susunan teraan yang muncul di tangan kanan sebagai
pembilang, terhadap teraan yang muncul di tangan kiri sebagai penyebut. Susunan jari ganjil
terhadap jari-jari genap dibuang setelah klasifikasi primer didapat. Klasifikasi sekunder muncul tepat
di kanan angka pecahan yang mewakili primer. Diperlihatkan dalam rumus dengan huruf besar
mewakili jenis bentukan dasar yang muncul di setiap jari telunjuk, yang mana sebelah kanan menjadi
pembilang dan sebelah kiri menjadi penyebut.Terdapat 5 jenis bentukan dasar yang dapat muncul:

1 Arch (Busur Biasa) A

6
Bukupandu-Direktorat Daktiloskopi/2011

2 Tented Arch (Busur Runcing) T


3 Radial Loop (Jerat Radial) R
4 Ulnar Loop (Jerat Ulner) U
5 Whorl (Lingkaran) W

Klasifikasi Sekunder (kelompok huruf kecil): Teraan dengan Busur atau Busur Runcing di jari
manapun atau Jerat Radial di jari manapun kecuali di telunjuk dinyatakan dengan kelompok huruf
kecil untuk klasifikasi. Huruf kecil seperti itu dengan pengecualiannya muncul di jari-jari telunjuk di
bawa ke rumus klasifikasi dalam kaitan sesuai posisinya serta-merta berdekatan dengan jari telunjuk.
Tanda garis atau strip (-) digunakan untuk menunjukkan ketiadaan setiap huruf kecil antara jari
telunjuk dan huruf kecil lain atau antara 2 huruf kecil, seperti:
1 aUa- t dan 1 aU- t
1 R-a 1 1 U- a
Jadi jika Jerat Radial muncul di jempol, huruf kecil “r” akan dibawah di kolom pembilang dari rumus
klasifikasi dan ditempatkan tepat di sebelah kiri huruf besar yang mewakili jari telunjuk. Serupa
dengan itu, jika busur atau busur runcing atau jerat radial muncul di jari tengah, jari manis, atau
kelingking, huruf kecil mewakili bentukannya akan ditempatkan pada baris klasifikasi sebelah kanan
sekunder di kolom pembilang jika huruf hadir di tangan kanan, dan di kolom penyebut jika di tangan
kiri. Ketika 2 atau lebih huruf-huruf kecil jenis yang sama terdapat serta-merta berdekatan dengan
yang lain, ditunjukkan demikian:
1 rU-2 a dan 1 aTa- a
1 R-a 1 1 U- a
Kelompok-kelompok huruf kecil sangat penting untuk sistem klasifikasi seperti keberadaannya yang
jarang terjadi, dinyatakan kira-kira 7 – 10 % dari semua teraan. Pada umumnya, sejak bentukan-
bentukan ini jarang muncul, kehadirannya seringkali memungkinkan pada perumus untuk
melepaskan klasifikasi sekunder biasa dan major division yang mayoritas kasusnya digunakan untuk
kelompok-kelompok lebih besar.
Klasifikasi Subsekunder (Kelompok Jerat dan Lingkaran): Dalam mengklasifikasi teraan, perlu untuk
membagi lagi kelompok sekunder. Hal ini terjadi dengan mengelompokkan sesuai dengan hitungan-
hitungan garis Jerat dan tarikan garis lingkaran. Kelompok pertama diarsip dalam susunan yang akan
perlu dibagi lagi biasanya menjadi kelompok 1 R/1 R dimana tidak muncul huruf-huruf kecil.
Subsekunder ditempatkan di baris klasifikasi tepat sebelah kanan sekunder. Hitungan-hitungan garis
diterjemahkan dalam kecil dan besar diwakili simbol I dan O. Bentukan Lingkaran dibawa menjadi I,
M, dan O menunjukkan inner, meeting, dan outer pelacakan garis batas lingkaran. Hanya 6 jari yang
terlibat dalam subsekunder yaitu jari-jari nomor 2,3,4,7,8, dan 9 atau jari telunjuk, jari tengah, dan jari
manis baik pada tangan kanan maupun pada tangan kiri. Hitungan garis 1-9 inklusif pada telunjuk
dalam rumus subsekunder sebagai I, Hitungan 10 atau lebih sebagai O. Di jari tengah hitungan 1-10

7
Bukupandu-Direktorat Daktiloskopi/2011

inklusif dibawa sebagai I, 11 atau lebih sebagai O. Pada jari manis hitungan 1-13 dibawa sebagai I,
14 atau lebih sebagai O. Subsekunder jerat dapat muncul di rumus klasifikasi sebagai OIO/IIO.
Kajian contoh subsekunder ini, orang akan tahu bahwa pada telunjuk, jari tengah dan jari manis
tangan kanan ada hitungan garis lebih dari 9, kurang dari 11, dan lebih dari 13, sedangkan di tangan
kiri pada telunjuk, tengah, dan jari manis hitungan garis kurang dari 9, kurang dari 11, dan lebih dari
13 secara berturut-turut. Karena itu, klasifikasi subsekunder terkait pengelompokan teraan, dan tak
ada kesulitan yang dialami dalam mengetahui secara pasti apakah susunan I dan O dalam
subsekunder terkait Jerat atau Lingkaran ketika mengkaji klasifikasi, karena keterangan ini diperoleh
dari klasifikasi primer.
Major Division, ditempatkan tepat di kiri Primer pada rumus klasifikasi. Ketika lingkaran muncul di
ibujari, major division I terhadap M pada Primer 5/17 akan merefleksikan lingkaran Inner terhadap
lingkaran Meeting pada ibujari. Namun, dimana jerat muncul pada ibujari, tabel digunakan untuk
menerjemahkan hitungan garis ke dalam kelompok small, medium, atau large yang ditandai huruf S,
M, dan L. Pengembangan tabel digunakan untuk ibujari kanan ketika jerat hitungan garis yang besar
muncul di ibu jari kiri, seperti ditunjukkan tabel berikut. Tabel ini digunakan karena memberikan
penyebaran yang lebih wajar dari teraan secara keseluruhan, untuk tujuan penyimpanan dalam

kelompok yang ditunjukkannya. Tabel major division untuk Jerat:

Penyebut Ibujari Kiri Pembilang Ibujari Kanan


1-11 termasuk S (small),
1-11, termasuk S (small) 12-16 termasuk M (medium),
17 atau lebih garis, L (large).
1-11 termasuk S (small),
12-16, termasuk M (medium) 12-16 termasuk M (medium),
17 atau lebih garis, L (large)
1-17 termasuk S (small),
17 garis atau lebih, L (large) 18-22 termasuk M (medium),
23 atau lebih garis, L (large).

8
Bukupandu-Direktorat Daktiloskopi/2011

▲ Gbr-11: Contoh penulisan klasifikasi Major Division


Sumber: Science of Fingerprint (2006), FBI, Identification Division

Kartu sidik jari pada Gbr-11 memperlihatkan Major Division untuk L terhadap L yang diperoleh dari
hitungan garis (24 pada ibujari kanan dan 18 pada ibujari kiri) yang sesuai dengan tabel diindikasikan
pada L untuk kedua ibujari.

Final: tentunya ini diperlukan sekali untuk memiliki susunan pasti atau tata arsip teraan dalam
kelompok-kelompok yang terbagi lagi. Penataan ini dicapai lewat penggunaan Final, yang berdasar
kepada hitungan garis jerat pada kelingking kanan. Ini ditandai pada pembilang paling kanan di
klasifikasi. Catat Gbr-11. Jika jerat tidak muncul di kelingking kanan, jerat di kelingking kiri yang
digunakan. Ini kemudian ditunjukkan pada penyebut paling kanan (Gbr-12).
▼ Gbr-12: Contoh penulisan klasifikasi Final

9
Bukupandu-Direktorat Daktiloskopi/2011

Sumber: Science of Fingerprint (2006), FBI, Identification Division

Jika tak ada jerat muncul di kelingking, lingkaran boleh jadi digunakan untuk memperoleh final,
tarikan garis dari delta kiri ke titik pusat jika di tangan kanan, dan dari delta kanan ke titik pusat jika
pada tangan kiri. Jika terdapat 2 atau lebih titik pusat (biasanya diterapkan pada lingkaran luar biasa),
tarikan garis dibuat dari delta kiri (tangan kanan) atau delta kanan (pada tangan kiri) ke titik pusat
yang tarikan garisnya paling sedikit jauhnya dari delta.
Key: Key diperoleh dengan menghitung garis-garis jerat pertama yang muncul pada kartu sidik jari
(dimulai dengan ibujari kanan), terpisah dari jari kelingking yang tidak pernah dipertimbangkan
untuk Key seperti halnya untuk Final. Key dimanapun ditemukan, biasanya ditempatkan paling kiri
dari pembilang rumus klasifikasi.(Gbr-12)

10
Bukupandu-Direktorat Daktiloskopi/2011

Klasifikasi untuk jari yang putus atau hilang sejak lahir


Ketika satu atau lebih jari yang putus muncul pada kartu sidik jari, mungkin diarsipkan terpisah dari
arsip tanpa amputasi dalam memfasilitasi pencarian. Tercatat bahwa sebelumnya mungkin
diarsipkan dalam kelompok amputasi, kartu/slip harus berisi pernyataan pasti dan samar-samar
atau menandai perumus pada dampak bahwa jari-jari atau jari-jari tertentu telah terputus atau
hilang sejak lahir. Hal in mencegah kemunculan pada kartu sidik jari berikutnya terpikir telah
terputus tetapi secara nyata hanya cedera semata dan terbalut ketika teraan sebelumnya
disampaikan.
Jika 1 jari terputus, diberi klasifikasi identik dengan jari-jari berlawanan, termasuk teraan dan
hitungan garis, atau pelacakan, dan mengacu pada setiap kemungkinan klasifikasi lain. Jika 2 atau
lebih jari terputus, diberi klasifikasi identik dengan jari berlawanan, tanpa acuan-acuan tambahan.
Jika 2 jari terputus pada jari yang sama, keduanya diberi klasifikasi lingkaran dengan pelacakan
meeting (WM).
Ketika kartu sidik jari berisi catatan jari-jari yang hilang saat lahir diklasifikasi, jari yang hilang
seharusnya dianggap sebagai putus yang diberi klasifikasi identik dengan jari berlawanan dan
dianggap pada kelompok amputasi. Seperti jari-jari yang hilang tersebut dari pra persalinan, akan
selalu menerima klasifikasi identik dengan jari berlawanan pada tiap saat sebelumnya. Jika
kesemua 10 jari putus atau hilang sejak lahir, klasifikasinya akan menjadi:
M 32 W MMM
---------------------
M 32 W MMM
Jika kedua tangan putus/hilang sejak lahir, teraan kaki harus diambil juga, mengandung gesekan-
gesekan garis dengan bentukan-bentukan tertentu. Arsip teraan kaki diurus oleh FBI untuk tujuan
identifikasi dalam hal dimana subyek memiliki jari-jari putus atau hilang sejak lahir.
Jari-jari yang terputus sebagian sering menghadirkan masalah-masalah yang sangat kompleks dan
harus dipertimbangkan dengan hati-hati. Pertanyaan-pertanyaan yang sering muncul dengan
kelompok-kelompok yang sesuai dengan apa yang seharusnya diarsipkan, sebagai contoh yang
terputus atau tidak terputus. Sebagian aturan pasti yang dapat diterapkan adalah pengalaman dan
penilaian dalam klasifikasi yang lebih disukai.
Dalam hal dimana jari sebagian terputus memiliki setengah atau lebih dari setengah bidang bentuk
yang hilang, diberikan klasifikasi pada jari yang berlawanan. Bentukan tersebut akan diarsipkan
pada kelompok yang terputus dengan klasifikasi jari berlawanan dan pencarian referensi
seharusnya diarahkan pada semua kemungkinan klasifikasi dalam kelompok tidak terputus. Jika 2
atau lebih jari yang terputus dalam hal ini hanya diberi klasifikasi jari berlawanan dan diatur dengan
aturan yang terkait amputasi.

11
Bukupandu-Direktorat Daktiloskopi/2011

Umumnya, amputasi ujung jari, atau seseorang dengan kurang dari setengah ruas jari pertama
yang terputus akan selalu diterakan kemudian. Karenanya, jari terputus sebagian dengan kurang
dari setengah bidang bentuk hilang diklasifikasi seperti kemunculannya dan pencarian referensi
seharusnya diarahkan pada klasifikasi jari berlawanan, dan pada kelompok amputasi. Ia harus
direferensi demikian meskipun tidak pernah memiliki aslinya yang klasifikasinya pada jari
berlawanan.

Klasifikasi Jari Terbalut atau Tidak Tertera


Untuk mengembangkan klasifikasi pada jari-jari yang cedera, tidak mungkin untuk menjamin
teraan-teraan tinta dengan alat tinta khusus, jari-jari yang tidak tertera diklasifikasi identik dengan
klasifikasi jari berlawanan. Jika hanya 1 jari yang kurang, pencarian referensi seharusnya
diarahkan pada setiap klasifikasi yang mungkin. Jika lebih dari 1 jari yang kurang, seharusnya
diberikan klasifikasi jari yang berlawanan, tetapi tidak ada referensi pencarian. Jika ada 2
kekurangan, berlawanan satu dengan lainnya, seharusnya diklasifikasi sebagai lingkaran dengan
pelacakan meeting (WM).
Walaupun jika dalam hal 1 jari terluka, pengamatan dilakukan pada garis-garis jari itu sendiri dan
menunjuk pada teraan, klasifikasi ini seharusnya sejauh ini mungkin dapat dimanfaatkan. Sebagai
contoh, teraan hilang berlabel Jerat Ulnar hitungan 8 dari orang yang diambil sidik jarinya,
seharusnya dicari pada subsekunder baik sebagai I dan O tetapi tidak harus direferensikan sebagai
bentukan selain Jerat. Jika jari digunakan untuk Final atau Key, seharusnya cukup dicari pada
setiap sisi dari 8 untuk memungkinkan adanya kesalahan hitung dari perumus secara kasat mata.

Susunan Arsip Sidikjari


Urutan arsip harus disusun dengan tepat setiap waktu agar memungkinkan pelaksanaan kerja
yang sangat tepat. Teraan diurut dan diarsip dalam susunan ini, sesuai dengan:
I. PRIMER 1/1 sampai dengan 32/32
Dalam klasifikasi Primer penyebut masih konstan sampai semua angka-angka pembilang telah
habis dari 1 sampai dengan 32. Semua teraan dengan Primer 1/1 diarsip bersamaan. Ini diikuti
dengan 2/1, 3/1, 4/1, dan seterusnya sampai 32/1 tercapai. Primer berikutnya ½, kemudian 2/2 dan
seterusnya sampai 32/2 tercapai. Akhirnya, lewat penggunaan semua angka penyebut dan
penghapusan setiap pembilang terhadap setiap penyebut, Primer 32/32 akan tercapai.
Bahkan dalam kumpulan yang lebih kecil dari sidik jari akan ditemukan bahwa kelompok-kelompok
yang disusun pada arsip Primer tersendiri dalam rangkaian, dari 1/1 sampai 32/32, akan menjadi
terlalu banyak untuk pencarian yang cepat.

12
Bukupandu-Direktorat Daktiloskopi/2011

II. SEKUNDER
A. Sekunder kelompok huruf kecil: Ar/Ar sampai dengan W3r/W3r
Paling rumit dari semua urutan arsip tersendiri adalah rangkaian huruf-huruf kecil. Akan lebih
mudah jika metode-metode berikut ini digunakan:
1. Urutan menurut bentukan-bentukan pada jari-jari telunjuk, dikelompokkan A/A sampai
W/W ketika huruf-huruf kecil hadir, terdapat 25 kemungkinan kombinasi yang dapat muncul
pada jari-jari telunjuk, yaitu seperti berikut ini: A/A, T/A, R/A, U/A, W/A; A/T, T/T, R/T, U/T, W/T;
A/R, T/R, R/R, U/R, W/R; A/U, T/U, R/U, U/U, W/U; A/W, T/W, R/W, U/W, W/W.
2. Dalam urutan setiap kelompok:
a. Penyebut, dengan :
(1) Hitungan huruf-huruf kecil (yang lebih sedikit mendahului yang lebih
besar);
(2) Letak huruf-huruf kecil (yang di sebelah kiri mendahului yang di
sebelah kanan;
(3) Jenis huruf kecil (rangkaian a, t, r).
b. Pembilang, dengan:
(1) Hitungan;
(2) Letak;
(3) Jenis.
Maka A/A mendahului T/A; A/rAt mendahului A/A3t; A/aA mendahului A/Aa; A/At mendahului A/Ar;
aA/aAr mendahului aAa/aAr; rA/aA2a mendahului Ar/aA2a; aAtat/tA3r mendahului aAtar/tA3r.
Tabel berikut ini mewakili urutan penuh penyebut dari kelompok yang memiliki A/A pada
jari-jari telunjuk. Urutan penuh seperti terdaftar itu boleh digunakan sebagai pembilang
untuk setiap penyebut seperti terpasang di bawah ini. Mengikuti kelompok dengan A/A
pada jari-jari telunjuk adalah kelompok dengan T/A pada jari-jari telunjuk, urutannya
menjadi kebalikan yang sama. Kemudian R/A; U/A; A/T; sampai rW3r/rW3r.

A tAra aA2at tA2tr A2t Aa2r aArta rAart

aA tArt aA2ar tAtra Atr At2a aAr2t rAa2r

tA tA2r aAata tAtrt Ara Atat aArtr rAt2a

rA rA2a aAa2t tAt2r Art Atar aA2ra rAtat

Aa rAat aAatr tAr2a A2r A2ta aA2rt rAtar

At rAar aAara tArat aA2a A3t aA3r rA2ta

13
Bukupandu-Direktorat Daktiloskopi/2011

Ar rAta aAart tArar aAat A2tr tA3a rA3t

aAa rA2t aAa2r tArta aAar Atra tA2at rA2tr

aAt rAtr aAt2a tAr2t aAta Atrt tA2ar rAtra

aAr rAra aAtat tArtr aA2t At2r tAata rAtrt

tAa rArt aAtar tA2ra aAtr Ar2a tAa2t rAt2r

tAt rA2r aA2ta tA2rt aAra Arat tAatr rAr2a

tAr A3a aA3t tA3r aArt Arar tAara rArat

rAa A2at aA2tr rA3a aA2r Arta tAart rArar

rAt A2ar aAtra rA2at tA2a Ar2t tAa2r rArta

rAr Aata aAtrt rA2ar tAat Artr tAt2a rAr2t

A2a Aa2t aAt2r rAata tAar A2ra tAtat rArtr

Aat Aatr aAr2a rAa2t tAta A2rt tAtar rA2ra

Aar Aara aArat rAatr tA2t A3r tA2ta rA2rt

Ata Aart aArar rAara tAtr aA3a tA3t rA3r

B. Sekunder Kelompok Jerat dan Lingkaran: R/R sampai W/W.


Ketika tidak terdapat huruf-huruf kecil, maka terdapat 9 kemungkinan kombinasi yang dapat
muncul pada jari-jari telunjuk, seperti berikut ini:
R/R, U/R, W/R; R/U, U/U, W/U; R/W, U/W, W/W.
Dalam hal ini, baik untuk dicatat bahwa akan lebih baik dalam beberapa kejadian dimana arisp-
arsip kecil diperhitungkan hanya untuk bagian rumus klasifikasi dalam urutan arsip. Dalam kasus-
kasus seperti itu, hanya bagian-bagian itu saja dalam urutan arsip yang seharusnya perlu
digunakan bersamaan dengan Final dan Key.

III. SUBSEKUNDER: III/III sampai OOO/OOO


Urutan subsekunder adalah sebagai berikut:
III IIM IIO IMI IMM IMO IOI
III III III III III III III

IOM IOO MII MIM MIO MMI MMM


III III III III III III III

MMO MOI MOM MOO OII OIM OIO


III III III III III III III

14
Bukupandu-Direktorat Daktiloskopi/2011

OMI OMM OMO OOI OOM OOO dst, sampai OOO,


III III III III III III OOO

Setiap pembilang pada gilirannya akan menjadi penyebut untuk urutan yang lengkap dari
pembilang seperti terdaftar di atas.
IV. MAJOR
Urutan berikut ini digunakan ketika Jerat-jerat muncul di kedua ibujari:
S M L S M L S M L
- - - - - - - - -
S S S M M M L L L

Ketika Lingkaran muncul di kedua ibujari, urutannya adalah:


I M O I M O I M O
- - - - - - - - -
I I I M M M O O O
Ketika Lingkaran muncul di ibujari kanan dan jerat pada ibujari kiri, urutannya adalah:
I M O I M O I M O
- - - - - - - - -
S S S M M M L L L

Ketika Jerat muncul di ibujari kanan dan Lingkaran di ibujari kiri, urutannya adalah:
S M L S M L S M L
- - - - - - - - -
I I I M M M O O O

VIII. FINAL
Diarsip dalam urutan angka 1 dan seterusnya. Sebagai contoh, umpama terdapat 15 teraan dalam
kelompok yang memiliki Final 14. Semuanya harus diarsip bersamaan dan diikuti oleh teraan-
teraan dalam kelompok yang sama yang memiliki Final 15 dan seterusnya.

IX. KEY
Semua teraan yang muncul dalam kelompok Final yang telah ditandai, disusun oleh Key dalam
urutan angka 1 dan seterusnya. Sebagai contoh, umpama terdapat 5 teraan dalam kelompok yang
memiliki Key 14. Semuanya harus disimpan bersamaan dan diikuti oleh teraan-teraan dalam
kelompok yang sama yang memiliki Key 15, dan seterusnya.

Pustaka:
Hoover, John Edgar. Science of Fingerprints, Classification and Uses, 2006, Federal Bureau of
Investigation, Identification Division, Project Gutenberg ebook.

15
Bukupandu-Direktorat Daktiloskopi/2011

16

Anda mungkin juga menyukai