Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT

MINI PROJECT

PENYULUHAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA, HIV/AIDS,


INFEKSI MENULAR SEKSUAL DI SMP SUNAN GIRI DI KECAMATAN
ARGOMULYO SALATIGA

Disusun Oleh:
dr. Berlian Adji P. A. W
dr. Cakradenta Yudha P.
dr. Joko Wibowo S.
dr. Oliviane Kurnia S.
dr. Osi Davianus
dr. Priska Forceviana P.
dr. Ulfa Elsanata

Pembimbing:
dr. Galuh Ajeng Hendrasti

Puskesmas Cebongan Kota Salatiga


Periode November 2017 - Maret 2018
Program Internsip Dokter Indonesia Kota Salatiga
Periode November 2017 - November 2018
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan Usaha Kesehatan Masyarakat (UKM)
Laporan F.7 Mini Project

Topik :

Penyuluhan Kesehatan Reproduksi Remaja, HIV/AIDS, Infeksi Menular


Seksual di SMP Sunan Giri di Kecamatan Argomulyo Salatiga

Diajukan dan dipresentasikan dalam rangka praktik klinis dokter internsip


sekaligus sebagai bagian dari persyaratan menyelesaikan program internsip dokter
Indonesia di Puskesmas Cebongan Kota Salatiga

Diajukan dan dipresentasikan dalam rangka praktik klinis dokter internship


sekaligus sebagai bagian dari persyaratan menyelesaikan program internship
dokter Indonesia
di Puskesmas Cebongan

Telah diperiksa dan disetujui pada tanggal Juli 2018

Mengetahui,
Dokter Pendamping Kepala UPTD Puskesmas Cebongan

dr. Galuh Ajeng Hendrasti drg. Yulia Kristiyany


NIP. 19821014 201001 2 017 NIP. 19740702 200604 2 002
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
HIV dan AIDS pertama kali ditemukan di Asia sekitar tahun 1980-an.
Sejak saat itu, lebih dari 6 juta orang di kawasan Asia terinfeksi HIV. Hubungan
heteroseksual (heteroseksual intercourse), khususnya pada pria yang berhubungan
seksual dengan pekerja seks wanita, telah ditemukan menjadi bentuk transmisi
utama penyakit tersebut.1 Saat ini prevalensi HIV, AIDS dan penyakit Infeksi
Menular Seksual (IMS) meningkat dengan cepat. Pada bulan Januari 2017 telah
dilaporkan kasus HIV di Indonesia sebanyak 10.376 orang sedangkan untuk
kasusu AIDS yang dilaporkan sebanyak 673 orang. Presentasi infeksi HIV
tertinggi pada kelompok umur 25-49 tahun dengan rasio laki-laki : perempuan 2:1
sedangkan presentasi AIDS tertinggi pada kelompok umur 30-39 tahun dengan
rasio yang sama. Sejak ditemukan pertama kali pada tahun 1987 hingga tahun
2017 HIV-AIDS tersebar di 407 dari 507 kabupaten/kota dari seluruh provinsi di
Indonesia dengan jumlah infeksi tertinggi yakni di daerah DKI Jakarta sebanyak
46.768 orang diikuti dengan Jawa Timur (33.043), Papua (25.586), Jawa Barat
(24.650) dan Jawa Tengah (18.038).
Estimasi jumlah orang terkena IMS yang dapat diobati (Curable
SexuallyTransmitted Infections) sekitar lebih dari 30 juta kasus setiap tahunnya.
Sepanjang tahun 2016-2017 kasus Duh Tubuh Uretra (DTU) telah dilaporkan
sebanyak 12.991 orang. Sedangkan kasus ulkus genital/luka pada alat kelamin
sebanyak 363 kasus, dimana rasio ulkus genital antara laki-laki dan perempuan
yakni 1:1. Kelompok resiko tertinggi kasus IMS adalah Wanita Pekerja Seksual
sebanyak 8.765, pasangan resiko tinggi sebanyak 6.783, LSL 4.144, Pelanggan
Pekerja Seks 1.448, Waria 553, IDU 237 dan Pria Pekerja Seks (PPS) sebanyak
84.
Pada tahun 2017 penderita HIV-AIDS yang aktif melaporkan data
layanannya sebanyak 3450 layanan konseling dan tes HIV sukarela, 705 layanan
PDP (Perawatan Dukungan dan Pengobatan), 92 layanan PTRM (Program Terapi
Rumatan Metadon), 1689 layanan IMS (infeksi menular seksual) dan 252 layanan
PPIA (Pencegahan Penularan dari Ibu ke Anak). Secara kumulatif dari 242.699
orang yang teridentifikasi terinfeksi HIV terdapat 79.833 orang yang sedang
mendapatkan pengobatan ARV sampai dengan 2017.
CDC (Center for Disease Control) melaporkan sebuah informasi
bagaimana HIV ditularkan, yaitu melalui hubungan seksual 69% dan meningkat
bersama dengan kejadian IMS, jarum suntik untuk obat lewat intravena 24%,
transfusi darah yang terkontaminasi atau darah pengobatan dalam pengobatan
kasus tertentu 3%, penularan sebelum kelahiran (dari ibu yang terinfeksi ke janin
selama kehamilan) 1%, dan model penularan yang belum diketahui 3%. 3 Melihat
cukup besar peluang HIV ditularkan melalui hubungan seksual, maka hubungan
berganti-ganti pasangan merupakan faktor khusus yang perlu diwaspadai.1
Peraturan Presiden No. 75 Tahun 2006 mengamanatkan perlunya
peningkatan upaya pengendalian HIV dan AIDS di seluruh Indonesia. Respon
harus ditujukan untuk mengurangi semaksimal mungkin peningkatan kasus baru
dan kematian. Salah satu langkah strategis yang akan ditempuh adalah
memperkuat Komisi Penanggulangan AIDS di semua tingkat. Masyarakat umum
termasuk LSM akan meningkatkan perannya sebagai mitra pemerintah sampai ke
tingkat desa.4
Seks komersial yang menjadi faktor penting di dalam penyebaran HIV
tidak dapat dipisahkan dengan kondisi prostitusi yang cukup eksis di Indonesia.
Di wilayah kabupaten Tulungagung sendiri resiko untuk meningkatnya angka
kejadian IMS dan HIV akibat mobilitas seks komersial cukup besar. Adanya 2
kawasan hiburan malam yang sering dimanfaatkan sebagai lokalisasi dengan
kawasan yang berdekatan dengan wilayah kerja Puskesmas Cebongan yaitu
kawasan wisata Kopeng dan Sembir yang menjadi salah satu faktor resiko
peningkatan angka kejadian IMS dan HIV di wilayah kota Salatiga.
Menurut data dari Dinas Kesehatan Kota Salatiga pada tahun 2015
terdapat 25 kasus baru, tahun 2014 sebanyak 23 kasus, tahun 2013 sebanyak 14
kasus dan tahun 2012 sebanyak 17 kasus.

Salah satu strategi utuk memutus rantai penularan penyakit HIV-AIDS


melalui transfusi darah adalah melalui skrining donor darah. HIV-AIDS
merupakan penyakit yang salah satunya dapat ditularkan melalui transfusi darah
sehingga setiap darah yang didonorkan harus di skrining HIV. Dimana jumlah
pendonor di Kota Salatiga melalui UTD PMI kota Salatiga pada tahun 2015
sebesar 8.906 dan 100% dilakukan skrining dengan hasil HIV positif 0,18% (16
kasus).
Semakin meningkatnya angka kejadian IMS dan HIV di kota Salatiga,
maka Puskesmas Cebongan memerlukan tindakan konsisten dalam hal
pengendalian jumlah kasus baik dengan pembinaan maupun pemeriksaan yang
dilakukan baik terhadap kelompok risti maupun non risti.

B. PERNYATAAN MASALAH
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka beberapa pertanyaan yang
dapat diajukan adalah Bagaimana cara melakukan pencegahan untuk mengurangi
angka kejadian HIV-AIDS serta angka kejadian IMS di Kota Salatiga ?
Bagaimana cara untuk memberikan pengetahuan yang benar terhadap masyarakat
khusunya remaja agar angka kejadian HIV-AIDS dan IMS di Kota Salatiga dapat
menurun ?

C. TUJUAN
C.1. TUJUAN UMUM
Untuk memberikan edukasi dan meningkatkan kesadaran terhadap
masyarakat khususnya remaja tentang kesehatan reproduksi dan bahaya
PMS (Penyakit Menular Seksual) sebagai langkah awal pencegahan
peningkatan angka kejadian HIV-AIDS serta IMS di Kota Salatiga.

C.2. TUJUAN KHUSUS


C.2.1. Dapat menurunkan hingga meniadakan angka HIV-AIDS dan IMS di
Kota Salatiga dengan cara memberikan pengertian terhadap remaja
tentang kesehatan reproduksi dan bahaya PMS (Penyakit Menular
Seksual)
C.2.2. Untuk meningkatkan pengetahuan pada usia remaja tentang kesehatan
reproduksi dan PMS (Penyakit Menular Seksual).
C.2.3. Untuk meningkatkan pengetahuan remaja tentang hidup sehat melalui
edukasi gizi seimbang dan olahraga.

D. MANFAAT
D.1 Diharapkan dapat menurunkan hingga meniadakan angka kejadian HIV-
AIDS dan IMS di Kota Salatiga.
D.2.Diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran atau tambahan
referensi dalam pengembangan ilmu pengetahuan di bidang kesehatan
masyarakat khususnya remaja.
D.3.Bagi penulis merupakan suatu pengalaman yang sangat berharga dalam
mengaplikasikan ilmu yang telah didapat dan menambah wawasan
pengetahuan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Kesehatan Reproduksi Remaja


Kesehatan reproduksi menurut (WHO) adalah suatu keadaan sehat
secara fisik, mental dan sosial yang utuh, bukan hanya bebas dari penyakit
atau kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem
reproduksi, fungsi serta prosesnya atau suatu keadaan dimana manusia dapat
menikmati kehidupan seksual serta mampu menjalankan fungsi dan proses
reproduksinya secara sehat dan aman. Sedangkan menurut konfrensi
internasional kependudukan dan pembangunan yaitu kesehatan reproduksi
adalah keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial yang utuh dalam segala hal
yang berkaitan dengan fungsi, peran dan sistem reproduksi (Desmarnita,
2014).
Kesehatan reproduksi remaja adalah suatu kondisi sehat yang
menyangkut sistem, fungsi, dan proses reproduksi yang dimiliki oleh remaja.
Pengertian sehat disini tidak semata-mata berarti bebas penyakit atau bebas
dari kecacatan namun juga sehat secara mental serta sosial kultural (Marmi
2013)
Berdasarkan pengertian tersebut dapat di simpulkan bahwa kesehatan
reproduksi remaja adalah suatu kondisi yang sehat pada sistem reproduksi
remaja sehat dalam artian bahwa bukan hanya bebas dari penyakit atau
kecacatan namun sehat secara mental dan memiliki peran serta fungsi secara
normal berdasarkan fungsinya.

B. Ruang Lingkup Kesehatan Reproduksi Remaja


Menurut Marmi (2013) ruang lingkup kesehatan reproduksi pada
remaja meliputi:

1. Gizi seimbang
Masa remaja merupakan masa keemasan tumbuh kembang
manusia, saat remaja itulah saat perkembangan organ-organ reproduksi
mulai optimal. Gizi seimbang dengan baik merupakan hal yang sangat
penting untuk menunjang kesehatan reproduksi pada remaja. Apabila
kesehatan reproduksi dapat terjaga dengan baik maka seiring berjalannya
waktu pertumbuhan manusia yang berkualitas juga akan terwujud. Pada
masa remaja berbagai aktivitas fisik maupun mental berjalan dengan
sangat optimal. Oleh karena itu, segala asupan yang berguna untuk
menunjang segala aktivitas tersebut juga harus terpenuhi dengan baik dan
teratur. Nutrisi yang di butuhkan pada remaja adalah karbohidrat, protein,
lemak, vitamin dan mineral.

2. Informasi tentang kesehatan reproduksi


Informasi tentang kesehatan reproduksi bagi remaja akan berguna
untuk:
a. Meningkatkan kesadaran dan pemahaman remaja maupun orang
dewasa mengenai pentingnya kesehatan remaja (KRR)
b. Mempersiapkan remaja menghadapi dan melewati masa
pubertas yang cukup berat
c. Melindungi anak dan remaja dari berbagai resiko kesehatan
reproduksi terhadap infeksi menular seksual (IMS) dan HIV/
AIDS serta kehamilan tak diharapkan
d. Membuka akses pada informasi dan pelayanan kesehatan
reproduksi remaja melalui sekolah maupun luar sekolah
3. Pencegahan kekerasan seksual
Salah satu praktek kekerasan seksual terhadap remaja yang dinilai
menyimpang adalah bentuk kekerasan seksual. Jelas praktek tersebut
bertentangan dengan nilai-nilai agama serta melanggar hukum yang
berlaku dan membuat masyarakat termotivasi untuk membasmi praktek
seks yang kini telah banyak dilakukan di kota-kota maupun di desa, disini
sangat penting peran aktif masyarakat, individu, dan pemerintah untuk
menanggulangi praktek kekerasan seksual terhadap remaja dan penjualan
serta tujuan prostitusi dan pornografi. Sebenarnya ditinjau dari faktor
penyebab terjadinya praktek kekerasan ataupun kejahatan seksual adalah
faktor kejiwaan pada pelaku. Hal-hal yang demikian perlu dicermati dan
diwaspadai terhadap pelaku kejahatan.
Kekerasan seksual yang sering terjadi di kalangan remaja antara
lain:
a. Pemerkosaan
b. Pelecehan seksual yang meliputi:
1) Pelaku memegang dan meraba atau mengelus organ vital
seperti alat kelamin, bagian payudara dan pantat.
2) Pelaku memasukkan bagian tubuhnya kedalam mulut, anus
atau pada alat kelamin vagina
3) Pelaku memaksa untuk memegang bagian tubuhnya sendiri,
bagian tubuh pelaku, atau bagian tubuh orang lain
Dampak kekerasan seksual pada remaja dapat menyebabkan
adanya gangguan pada remaja diantara adalah:
1) Psikologis
Dapat menimbulkan rasa trauma yang sulit untuk dilupakan
dan dapat merubah kepribadian seseorang seratus delapan
puluh derajat dari yang tadinya periang menjadi pemurung,
yang tadinya energik menjadi lesu dan kehilangan semangat
hidup.

2) Dampak kerusakan fisik


Secara fisik, remaja yang mengalami pelecehan seksual sering
kali mengalami kekerasan ataupun kerusakan pada fisiknya,
antara lain:
(a) Cedera.
pelecehan seksual anak dapat menyebabkan luka internal
dan pendarahan. Pada kasus yang parah, kerusakan organ
internal dapat terjadi dan dalam beberapa kasus dapat
menyebabkan kematian
(b) Infeksi.
Pelecehan seksual pada anak dapat menyebabkan infeksi
dan penyakit menular seksual. Tergantung pada umur anak,
karena kurangnya cairan vagina yang cukup, kemungkinan
infeksi lebih tinggi.

4. Pencegahan terhadap ketergantungan napza


Napza adalah bahan atau zat yang dapat mempengaruhi kondisi
kejiwaan atau psikologi seseorang (pikiran, perasaan dan perilaku) serta
dapat menimbulkan ketergantungan fisik dan psikologi. Di kalangan
remaja saat ini banyak ditemukan perilaku penggunaan napza, tentunya hal
tersebut sangat memprihatinkan karena dapat mengganggu kesehatan
tubuh salah satunya adalah kesehatan reproduksi. Dampak terhadap
kesehatan reproduksi adalah gangguan pada endokrin, seperti: penurunan
fungsi hormon reproduksi (estrogen, progesteron, testosteron), serta
gangguan fungsi seksual. Dampak terhadap kesehatan reproduksi pada
remaja perempuan antara lain perubahan periode menstruasi,
ketidakteraturan menstruasi, dan amenorhoe (tidak haid). Bagi pengguna
narkoba melalui jarum suntik, khususnya pemakaian jarum suntik secara
bergantian, resikonya adalah tertular penyakit seperti hepatitis B, C, dan
HIV yang hingga saat ini belum ada obatnya (Kusmaryani, 2009)

5. Pencegahan pernikahan usia dini


Pernikahan dini adalah sebuah bentuk pernikahan yang salah satu
atau kedua pasangan berusia di bawah 18 tahun. Dalam UU perkawinan
nomor 1 tahun 1974 dijelaskan bahwa batas minimal usia menikah bagi
perempuan 16 tahun dan lelaki 19 tahun. Pernikahan dini sering terjadi
pada anak yang sedang mengikuti pendidikan atau pada mereka yang
putus sekolah.Hal ini merupakan masalah sosial yang terjadi di masyarakat
yang penyebab dan damapaknya amat kompleks mencakup sosial-budaya,
ekonomi, pendidikan, kesehatan maupun psikis. Badan kependudukan dan
keluarga berencana (BKKBN), menyarankan usia 20-21 tahun untuk
perempuan dan 25 tahun untuk laki-laki, sebagai batas usia pernikahan
yang ideal pada saat usia tersebut (Azizah, 2014)
Perkawinan usia remaja berdampak pada rendahnya kualitas
keluarga, baik ditinjau dari segi ketidaksiapan secara psikis dalam
menghadapi persoalan sosial maupun ekonomi rumah tangga, resiko tidak
siap mental untuk membina perkawinan dan menjadi orangtua yang
bertanggung jawab, kegagalan perkawinan, kehamilan usia muda berisiko
terhadap kematian ibu karena ketidaksiapan calon ibu remaja dalam
mengandung dan melahirkan bayinya. Banyak faktor yang menyebabkan
usia muda melakukan pernikahan antara lain: pendidikan, status ekonomi,
persepsi orangtua dan karakteristik orang tua. Mengingat resiko yang besar
pada pernikahan diusia muda, sebaiknya pasangan muda ataupun orang
tua perlu adanya pengetahuan akan hal tersebut (BKKBN, 2013 dalam
Azizah, 2014).

C. Masalah Kesehatan Reproduksi Remaja


Menuurt Marmi (2013) & Citrawathi (2014) masalah kesehatan remaja
meliputi:
1. Perkosaan
Kejahatan dalam bentuk perkosaan ini banyak sekali modusnya.
Korbannya tidak hanya remaja perempuan, tetapi juga laki-laki (sodomi).
Remaja perempuan rentan mengalami perkosaan oleh sang pacar, karena
dibujuk dengan alasan untuk menunjukkan bukti cinta.

2. Seks bebas (Free sex)


Seks bebas ini dilakukan dengan pasangan atau pacar yang
berganti-ganti. Seks bebas pada remaja ini (di bawah usia 17 tahun)
secara medis selain dapat memperbesar kemungkinan terkena infeksi
menular seksual dan virus HIV (Human Immune Deficiency Virus), juga
dapat merangsang tumbuhnya sel kanker pada rahim remaja perempuan
karena pada remaja perempuan usia 12-17 tahun mengalami perubahan
aktif pada sel mulut rahimnya. Selain itu seks bebas biasanya juga di
iringi dengan penggunaan obat-obatan terlarang di kalangan remaja.
Sehingga hal ini akan semakin memperparah persoalan yang di hadapi
remaja terkait kesehatan reproduksi ini.

3. Kehamilan yang tidak diinginkan (KTD)


Kehamilan adalah suatu mata rantai yang berkesinambungan yang
terdiri dari ovulasi (pematangan sel) lalu petemuan sel telur (ovum)
dengan spermatozoa (sperma) sehingga terjadilah konsepsi atau
penyatuan sperma dengan sel telur di rahim, rahim (uterus) merupakan
tempat berkembang biaknya janin. Penyebab kehamilan menyatunya
sperma dengan sel telur yang di tandai dengan haid berhenti dan terasa
mual dan muntah.
Kehamilan tidak diinginkan (unwanted pregnancy) merupakan
terminiologi yang biasa dipakai sebagai istilah adanya kehamilan yang
tidak dikehendaki oleh wanita yang bersangkutan atau dilingkungannya.
KTD adalah suatu kehamilan yang terjadi dikarenakan suatu sebab
sehingga keberadanya tidak diinginkan oleh salah satu atau kedua orang
tua bayi tersebut. KTD pada remaja di sebabkan oleh beberapa faktor
yaitu:
a. Kurangnya pengetahuan tentang kesehatan reproduksi
b. Faktor dari dalam diri remaja itu sendiri yang kurang memahami
dirinya sebagai pelajar
c. Faktor dari luar, yaitu pergaulan bebas tanpa kendali orang tua
yang menyebabkan remaja merasa bebas untuk melakukan apa
saja yang diinginkannya.
d. Perkembangan teknologi media komunikasi yang semakin canggih
memperbesar kemungkinan remaja mengakses apa saja termasuk
hal-hal yang negative.
Sebagian besar kehamilan remaja merupakan kehamilan yang tidak
diinginkan. Banyak faktor yang dapat menyebabkan kehamilan remaja
yang tidak diinginkan, diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Usia menstruasi yang semakin dini di sertai usia kawin yang
semakin tinggi menyebabkan masa-masa rawan yaitu
kecendrungan perilaku seksual aktif semakin memanjang. Hal
ini terbukti dengan banyaknya kasus kehamilan remaja diluar
nikah.
b. Minimnya pengetahuan tentang perilaku seksual yang dapat
menyebabkan kehamilan.
c. Tidak menggunakan alat kontrasepsi
d. Kegagalan alat kontrasepsi akibat remaja menggunakan alat
kontrasepsi tanpa disertai pengetahuan yang cukup tentang
metode kontrasepsi yang benar.
e. Kehamilan akibat pemerkosaan, diantaranya pemerkosaan oleh
teman kencannya (date rape)
Beberapa pakar menyatakan bahwa aktivitas seksual pranikah
selalu membawa gangguan psikologis dan penyesalan berkepanjangan,
terlebih lagi jika kehamilan telah menjadi buah hubungan tersebut
sehingga hubungan seksual pranikah diketahui oleh orang lain.
4. Aborsi
Gugur kandungan atau aborsi (bahasa Latin: abortus) adalah
berhentinya kehamilan sebelum usia kehamilan 20 minggu yang
mengakibatkan kematian janin. Apabila janin lahir selamat (hidup)
sebelum 38 minggu namun setelah 20 minggu, maka istilahnya adalah
kelahiran prematur.
Aborsi adalah keluarnya embrio atau janin dalam kandungan
sebelum waktunya. Aborsi pada remaja terkait KTD biasanya tergolong
dalam kategori aborsi provokatus, atau pengguguran kandungan yang
sengaja dilakukan. Namun begitu ada juga keguguran secara alamiah atau
aborsi sepontan. Hal ini terjadi karena berbagai hal antara lain karena
kondisi remaja perempuan mengalami KTD umumnya tertekan secara
psikologis, karena secara psikososial belum siap untuk menjalani
kehamilan. Kondisi psikologis yang yang tidak sehat ini akan berdampak
pula pada kesehatan fisik yang tidak menunjang untuk melangsungkan
kehamilan.

5. Infeksi menular seksual (IMS) atau penyakit menular seksual (PMS)


Infeksi menular seksual (IMS) disebut juga penyakit menular
seksual (PMS) atau dalam bahasa Inggrisnya sexually transmitted disease
(STD), sexually transmitted infection (STI) atau venereal disease (VD).
Dimana pengertian dari IMS ini adalah infeksi yang sebagian besar
menular lewat hubungan seksual dengan pasangan yang sudah tertular.
IMS disebut juga penyakit kelamin atau penyakit kotor. Namun ini hanya
menunjuk pada penyakit yang ada di kelamin. Istilah IMS lebih luas
maknanya, karena menunjuk pada cara penularannya
Menurut Citrawathi (2014) ada berapa jenis PMS yang umum di
temukan di masyarakat yaitu:
a. Gonore (kencing nanah)
Penyakit ini ditularkan melalui hubungan seksual. Sebutan lain
penyakit ini adalah kencing nanah. Penyakit ini menyerang organ
reproduksi dan menyerang selaput lendir, mucus, mata, anus dan
beberapa organ tubuh lainnya. Bakteri yang membawa penyakit ini
adalah Neisseria Gonorrhoeae. Gejala akibat penyakit ini pada wanita
antara lain :
1) Keputihan kental berwarna kekuningan
2) Rasa nyeri di rongga panggul
3) Dapat juga tanpa gejala
Sedangkan gejala pada laki – laki antara lain:
1) Rasa nyeri pada saat kencing
2) Keluarnya nanah kental kuning kehijauan
3) Ujung penis agak merah dan bengkak
b. Sifilis
Penyakit ini disebut raja singa dan ditularkan melalui hubungan
seksual atau penggunan barang-barang dari seseorang yang tertular
(misalnya : baju, handuk dan jarum suntik). Penyebab timbulnya
penyakit ini adanya kuman treponema pallidum, kuman ini menyerang
organ penting tubuh lainya seperti selaput lender , anus, bibir, lidah
dan mulut. Penularan biasanya melalui kontak seksual, tetapi ada
beberapa contoh lain seperti kontak langsung dan kongenital sifilis
(penularan melalui ibu ke anak dalam uterus). Dengan gejala klinis :
Luka atau koreng, jumlah biasanya satu, bulat atau lonjong, dasar
bersih, dengan perabaan kenyal sampai keras, tidak ada rasa nyeri pada
penekanan
c. Chlamydia Trachomatis
Chlamydia trachomatis adalah salah satu dari tiga spesies
bakteri dalam genus Chlamydia, famili chlamydiaceae, kelas
Chlamydiae, filum Chlamydiae, domain Bacteria. Chlamydia
trachomatis adalah agen chlmydial pertama yang ditemukan dalam
tubuh manusia. Bakteri ini pertama kali diidentifikasi tahun 1907.
Infeksi chlamydia trachomatis sering tidak menimbulkan gejala dan
sangat beresiko bila terjadi pada ibu-ibu karena dapat menyebabkan
kehamilan ektopik, infertilitas dan abortus. Dengan gejala klinis :
1) Pada pria (sekret/cairan) tubuh uretra dapat disertai eritema
meatus
2) Pada wanita tumbuh serviks seropurulen, serviks mudah
berdarah.
d. Herpes Genitalia
Saat ini dikenal dua macam herpes yakni herpes zoster dan
herpes simpleks. Kedua herpes ini berasal dari virus yang berbeda.
Herpes zoster disebabkan oleh virus Varicella zoster, sedangkan herpes
simpleks disebabkan oleh herpes simplex virus (HSV). Gejala klinis
yang disebabkan oleh : Virus Herpes Simplex sebagai berikut :
1) Herpes genital pertama : diawali dengan bintil lentingan dan
luka/erosi berkelompok, di atas dasar kemerahan, sangat nyeri,
pembesaran kelenjar lipat paha dan disertai gejala sistemik
2) Herpes genital kambuhan : timbul bila ada faktor pencetus
yaitu : daya tahan tubuh menurun, stres pikiran, senggama
berlebihan, kelelahan.
e. Kutil Genitalis (kondiloma akuminata)
Kutil genitalis (Kondiloma Akuminata) merupakan kutil di
dalam atau di sekeliling vagina, penis atau dubur, yang ditularkan
melalui hubungan seksual. Kutil genitalis sering ditemukan dan
menyebabkan kecemasan karena tidak enak dilihat, bisa terinfeksi
bakteri, bisa merupakan petunjuk adanya gangguan sistem kekebalan.
Pada wanita, virus papiloma tipe 16 dan 18, yang menyerang leher
rahim tetapi tidak menyebabkan kutil pada alat kelamin luar dan bisa
menyebabkan kanker leher rahim. Virus tipe ini dan virus papiloma
lainnya bisa menyebabkan tumor intra-epitel pada leher rahim
(ditunjukkan dengan hasil pap smear yang abnormal) atau kanker pada
vagina, vulva, dubur, penis, mulut, tenggorokan atau kerongkongan.
f. HIV-AIDS
HIV singkatan dari Human Immuno Deficiency Virus, yaitu
sejenis virus yang menyebabkan AIDS. HIV ini menyerang sel darah
putih dalam tubuh sehingga jumlah sel darah putih semakin berkurang
dan menyebabkan sistem kekebalan tubuh menjadi lemas. AIDS
adalah singkatan dari Acquired Immune Deficiency Syndrome yang
merupakan dampak atau efek dari perkembang biakan virus HIV
dalam tubuh makhluk hidup. Sindrom AIDS timbul akibat melemah
atau menghilangnya sistem kekebalan tubuh karena sel CD4 pada sel
darah putih yang banyak dirusak oleh Virus HIV.
g. Ulkus mole
Ulkus mole disebabkan oleh Haemophillus Ducreyi, dengan
gejala klinis seperti koreng jumlahnya banyak, bentuk tidak teratur,
dasar kotor, tepi bergaung, sekitar koreng merah dan edema, sangat
nyeri.

6. Cara pencegahan masalah kesehatan reproduksi


Ada tiga cara utama Mencegah PMS termasuk HIV/AIDS
a. Pencegahan penularan melalui hubungan seksual dengan berprilaku
seksual yang aman (dikenal dengan singkatan “ABC”)
1) “Abstinensia” adalah tidak melakukan hubungan seksual sebelum
menikah
2) “Be faithful” adalah setia terhadap pasangan yang sah (suami-
istri)
3) “Condom” menggunakan kondom
b. Pencegahan penularan melalui darah
c. Pencegahan penularan darah ibu ke anak
7. Upaya Pencegahan IMS
Upaya pencegahan infeksi menular seksual ada 3 antara lain (Emilia, 12 :
1) Pencegahan Primer
Pencegahan primer dilakukan pada masing – masing individu sebelum
menderita sakit. Upaya yang dilakukan ialah:
a) Promosi kesehatan yang ditujukan untuk meningkatkan daya tahan tubuh
terhadap masalah kesehatan.
b) Perlindungan khusus (Specific protection) yaitu perlindungan spesifik untuk
mencegah terjadinya penularan penyakit tertentu misalnya melakukan
imunisasi, penggunaan kondom dalam melayani pelanggan.
2) Pencegahan Sekunder
Pencegahan dilakukan pada masa individu yang mulai sakit. Upaya yang
dilakukan ialah :
a) Diagnosis dini dan pengobatan segera (Early diagnosis and promptreatment)
yang ditujukan untuk mencegah penyebaran penyakit bila penyakit ini
merupakan penyakit menular, mengobati dan menghentikan proses penyakit,
menyembuhkan orang sakit dan mencegah terjadinya komplikasi serta cacat
misalnya melakukan tes skrinning secara teratur.
b) Pembatasan kecacatan (Disability limitation) pada tahap ini cacat yang
terjadi harus diatasi, terutama untuk mencegah penyakit menjadi
berkelanjutan misalnya pengobatan secara rutin.
3) Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier meliputi rehabilitasi, pada proses ini diusahakan agar
cacat yang diderita tidak menjadi hambatan sehingga individu yang menderita
dapat berfungsi optimal secara fisik, mental dan sosial.

BAB III
METODE DAN LANGKAH YANG DILAKUKAN

A. Desain Penelitian
Metode komunikasi yang digunakan berupa penyuluhan pada remaja kelas
VII dan VIII di SMP Sunan Giri Salatiga. Media atau saluran komunikasi yang
digunakan adalah slide power point melalui Laptop.
B. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni tahun 2018 di SMP Sunan Giri,
Kelurahan Ledok, Kecamatan Argomulyo, Kota Salatiga.

C. Penanggung Jawab
Penanggung jawab dari kegiatan ini terdiri dari dokter internsip dan
petugas PKM Cebongan.

D. Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan : Penyuluhan tentang Kesehatan Reproduksi Remaja,
Penyakit Menular Seksual, NAPZA, dan HIV/AIDS
Tujuan : Meningkatkan kesedaran dan pengetahuan tentang
Kesehatan Reproduksi Remaja, Penyakit Menular
Seksual, NAPZA, dan HIV/AIDS
Peserta : orang
Waktu : Rabu dan Kamis, tanggal 30-31 Mei 2018, pukul 09.00-
12.00 WIB
Metode : Pemberian materi melalui slide presentasi dengan Ms.
Power Point yang berisi materi penyuluhan Kesehatan
Reproduksi Remaja, Penyakit Menular Seksual,
NAPZA, dan HIV/AIDS.
Penanggung Jawab : Dokter internsip dan petugas PKM Cebongan

E. Monitoring dan Evaluasi


Kegiatan pemberian edukasi ke masyarakat dalam bentuk penyuluhan
seperti ini dilakukan secara rutin oleh Puskesmas Cebongan, Salatiga sebagai
upaya promosi kesehatan dan sarana tukar informasi guna terwujudnya
penurunan angka kejadian IMS dan HIV/AIDS khususnya di kota Salatiga.
Penyuluhan kali ini dilakukan pada tanggal 30-31 Mei 2018, bertempat di
aula SMP Sunan Giri Salatiga dan dihadiri oleh ± 60 siswa dan siswi. Tujuan
dilakukannya kegiatan ini adalah untuk memberikan edukasi dan
meningkatkan kesadaran terhadap masyarakat khususnya remaja tentang
kesehatan reproduksi dan bahaya PMS (Penyakit Menular Seksual) sebagai
langkah awal pencegahan peningkatan angka kejadian HIV-AIDS serta IMS
di Kota Salatiga.
Saat pemberian penyuluhan, peserta menyimak dengan tenang dan
terlihat antusias. Selama sesi diskusi, banyak dari peserta yang bertanya.
Adapun beberapa pertanyaan yang diajukan oleh peserta:
1. Apakah dengan meminum antibiotik teratur bisa terhindar dari IMS?
2. Apakah IMS bisa dihindari jika rutin mencuci alat kelamin?
3. Bagaimana penularan HIV dan kencing nanah dari ibu ke bayi?
4. Apakah HIV bisa menular dengan berciuman bibir?
5. Bagaimana contoh menu makanan dengan gizi seimbang?
6. Bagaimana menerapkan empat pilar gizi seimbang?
7. Apa dampak jika gizinya tidak seimbang?
8. Apa itu busung lapar?
9. Olahraga yang baik dan manfaatnya untuk remaja?
10. Mengapa seseorang bisa terkena HIV/AIDS?
11. Apakah penyakit HIV/AIDS bisa disembuhkan?
12. Apa saja tanda dan gejala HIV/AIDS?
13. Apakah memakai sabun sirih diperbolehkan dalam membersihkan
alat kelamin?
14. Bagaimana terjadinya mimpi basah itu?
15. Kenapa pernikahan dini dilarang oleh pemerintah?
Monitoring dan evaluasi dilakukan dengan pengecekan pemahaman
peserta penyuluhan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan seputar
materi yang telah disampaikan. Pertanyaan dijawab dengan benar oleh peserta
penyuluhan merupakan bukti keberhasilan bahwa penyuluhan yang dilakukan
mampu diterima dan dipahami oleh peserta. Dengan adanya pemahaman
tersebut diharapkan mampu menjadi lini pertama sebagai upaya pencegahan
meningkatnya angka kejadian IMS dan HIV/AIDS di kota Salatiga.
Proses penyuluhan berjalan lancar, sesuai dengan tujuan penyuluhan.
Para peserta berusaha untuk memahami materi, memanfaatkan sesi diskusi
dengan baik dan banyak dari peserta yang bertanya. Penyuluhan dimulai
pukul 9.00-12.00 dan ditutup dengan ucapan terima kasih kepada pihak SMP
Sunan Giri sebagai objek penyuluhan, penyerahan kenang-kenangan, foto
bersama dan diakhiri dengan pembacaan doa bersama-sama.
Target pemberian pengetahuan kepada siswa dan siswi SMP Sunan Giri
Salatiga sudah tercapai dan semoga menambah pengetahuan tentang
kesehatan reproduksi, penyakit menular seksual, NAPZA, gizi seimbang dan
olahraga, serta HIV/AIDS.

F. Dokumentasi
DAFTAR PUSTAKA

1. United Nations Joint Programme on HIV$/AIDS and World Health


Organization. Report of the global AIDS epidemic. Joint United Nations
Programme on HIV/AIDS/ UNHCR/ UNIOCEF/ WFP/ UNDP/
UNFPA/UNESC0/ WHO/ WORLD BANK. Geneva. 2006
2. United Nations Joint Programme on HIV/AIDS and World Health
Organization. AIDS Epidemic Update 2006. Joint United Nations Programme
on HIV/AIDS /World Health Organization. Geneva. 2006
3. Depkes RI. Buku Pegangan Pendidikan Kelompok Sebaya dalam
penanggulangan HIV/AIDS dan PMS lainnya di kalangan resiko tinggi.
Depkes RI Jakarta. 1996/1997.
4. KEMENKES RI. Buku Modul Kebijakan Dalam Penanggulangan IMS, HIV
dan AIDS, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, 2009.
5. KEMENKES RI. Program Pengendalian HIV/AIDS dan PIMS di Faskes
Tingkat Pertama, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta 2017.
6. KEMENKES RI. Laporan Perkembangan HIV/AIDS dan PIMS, Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, 2017
7. KEMENKES RI. Estimasi dan Proyeksi HIV/AIDS di Indonesia,
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, 2014
8. ________, Situasi HIV/AIDS di Jawa Tengah tahun 2005. Dinas Kesehatan
Kota, Makalah Seminar, Semarang, April 2005.
9. Terence H, Endang S, Gavin W. J. Prostitution in Indonesia (Its History and
Evolution). PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. 1999.
10. Kartono, K. Patologi Sosial. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. 2001.
11. BPS Propinsi Jawa Tengah. Laporan Hasil Survey Surveilans Perilaku (SSP)
2003 Jawa Tengah. Semarang. 2003.
12. __________, Mitos-mitos Seputar PMS Http://www.bkkbn.go.id.hqweb/ceria
/pengelolaceria/pp3pms.html , Diakses tanggal : 1 Nov 2012
13. Adhi, Djuanda. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. FKUI. Jakarta. 1987.
14. Hartadi. Penyakit Hubungan Seksual. FK Undip/RSU Kariadi Semarang.
1988.

Anda mungkin juga menyukai