Mini Project Pusk Cebongan
Mini Project Pusk Cebongan
MINI PROJECT
Disusun Oleh:
dr. Berlian Adji P. A. W
dr. Cakradenta Yudha P.
dr. Joko Wibowo S.
dr. Oliviane Kurnia S.
dr. Osi Davianus
dr. Priska Forceviana P.
dr. Ulfa Elsanata
Pembimbing:
dr. Galuh Ajeng Hendrasti
Topik :
Mengetahui,
Dokter Pendamping Kepala UPTD Puskesmas Cebongan
A. LATAR BELAKANG
HIV dan AIDS pertama kali ditemukan di Asia sekitar tahun 1980-an.
Sejak saat itu, lebih dari 6 juta orang di kawasan Asia terinfeksi HIV. Hubungan
heteroseksual (heteroseksual intercourse), khususnya pada pria yang berhubungan
seksual dengan pekerja seks wanita, telah ditemukan menjadi bentuk transmisi
utama penyakit tersebut.1 Saat ini prevalensi HIV, AIDS dan penyakit Infeksi
Menular Seksual (IMS) meningkat dengan cepat. Pada bulan Januari 2017 telah
dilaporkan kasus HIV di Indonesia sebanyak 10.376 orang sedangkan untuk
kasusu AIDS yang dilaporkan sebanyak 673 orang. Presentasi infeksi HIV
tertinggi pada kelompok umur 25-49 tahun dengan rasio laki-laki : perempuan 2:1
sedangkan presentasi AIDS tertinggi pada kelompok umur 30-39 tahun dengan
rasio yang sama. Sejak ditemukan pertama kali pada tahun 1987 hingga tahun
2017 HIV-AIDS tersebar di 407 dari 507 kabupaten/kota dari seluruh provinsi di
Indonesia dengan jumlah infeksi tertinggi yakni di daerah DKI Jakarta sebanyak
46.768 orang diikuti dengan Jawa Timur (33.043), Papua (25.586), Jawa Barat
(24.650) dan Jawa Tengah (18.038).
Estimasi jumlah orang terkena IMS yang dapat diobati (Curable
SexuallyTransmitted Infections) sekitar lebih dari 30 juta kasus setiap tahunnya.
Sepanjang tahun 2016-2017 kasus Duh Tubuh Uretra (DTU) telah dilaporkan
sebanyak 12.991 orang. Sedangkan kasus ulkus genital/luka pada alat kelamin
sebanyak 363 kasus, dimana rasio ulkus genital antara laki-laki dan perempuan
yakni 1:1. Kelompok resiko tertinggi kasus IMS adalah Wanita Pekerja Seksual
sebanyak 8.765, pasangan resiko tinggi sebanyak 6.783, LSL 4.144, Pelanggan
Pekerja Seks 1.448, Waria 553, IDU 237 dan Pria Pekerja Seks (PPS) sebanyak
84.
Pada tahun 2017 penderita HIV-AIDS yang aktif melaporkan data
layanannya sebanyak 3450 layanan konseling dan tes HIV sukarela, 705 layanan
PDP (Perawatan Dukungan dan Pengobatan), 92 layanan PTRM (Program Terapi
Rumatan Metadon), 1689 layanan IMS (infeksi menular seksual) dan 252 layanan
PPIA (Pencegahan Penularan dari Ibu ke Anak). Secara kumulatif dari 242.699
orang yang teridentifikasi terinfeksi HIV terdapat 79.833 orang yang sedang
mendapatkan pengobatan ARV sampai dengan 2017.
CDC (Center for Disease Control) melaporkan sebuah informasi
bagaimana HIV ditularkan, yaitu melalui hubungan seksual 69% dan meningkat
bersama dengan kejadian IMS, jarum suntik untuk obat lewat intravena 24%,
transfusi darah yang terkontaminasi atau darah pengobatan dalam pengobatan
kasus tertentu 3%, penularan sebelum kelahiran (dari ibu yang terinfeksi ke janin
selama kehamilan) 1%, dan model penularan yang belum diketahui 3%. 3 Melihat
cukup besar peluang HIV ditularkan melalui hubungan seksual, maka hubungan
berganti-ganti pasangan merupakan faktor khusus yang perlu diwaspadai.1
Peraturan Presiden No. 75 Tahun 2006 mengamanatkan perlunya
peningkatan upaya pengendalian HIV dan AIDS di seluruh Indonesia. Respon
harus ditujukan untuk mengurangi semaksimal mungkin peningkatan kasus baru
dan kematian. Salah satu langkah strategis yang akan ditempuh adalah
memperkuat Komisi Penanggulangan AIDS di semua tingkat. Masyarakat umum
termasuk LSM akan meningkatkan perannya sebagai mitra pemerintah sampai ke
tingkat desa.4
Seks komersial yang menjadi faktor penting di dalam penyebaran HIV
tidak dapat dipisahkan dengan kondisi prostitusi yang cukup eksis di Indonesia.
Di wilayah kabupaten Tulungagung sendiri resiko untuk meningkatnya angka
kejadian IMS dan HIV akibat mobilitas seks komersial cukup besar. Adanya 2
kawasan hiburan malam yang sering dimanfaatkan sebagai lokalisasi dengan
kawasan yang berdekatan dengan wilayah kerja Puskesmas Cebongan yaitu
kawasan wisata Kopeng dan Sembir yang menjadi salah satu faktor resiko
peningkatan angka kejadian IMS dan HIV di wilayah kota Salatiga.
Menurut data dari Dinas Kesehatan Kota Salatiga pada tahun 2015
terdapat 25 kasus baru, tahun 2014 sebanyak 23 kasus, tahun 2013 sebanyak 14
kasus dan tahun 2012 sebanyak 17 kasus.
B. PERNYATAAN MASALAH
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka beberapa pertanyaan yang
dapat diajukan adalah Bagaimana cara melakukan pencegahan untuk mengurangi
angka kejadian HIV-AIDS serta angka kejadian IMS di Kota Salatiga ?
Bagaimana cara untuk memberikan pengetahuan yang benar terhadap masyarakat
khusunya remaja agar angka kejadian HIV-AIDS dan IMS di Kota Salatiga dapat
menurun ?
C. TUJUAN
C.1. TUJUAN UMUM
Untuk memberikan edukasi dan meningkatkan kesadaran terhadap
masyarakat khususnya remaja tentang kesehatan reproduksi dan bahaya
PMS (Penyakit Menular Seksual) sebagai langkah awal pencegahan
peningkatan angka kejadian HIV-AIDS serta IMS di Kota Salatiga.
D. MANFAAT
D.1 Diharapkan dapat menurunkan hingga meniadakan angka kejadian HIV-
AIDS dan IMS di Kota Salatiga.
D.2.Diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran atau tambahan
referensi dalam pengembangan ilmu pengetahuan di bidang kesehatan
masyarakat khususnya remaja.
D.3.Bagi penulis merupakan suatu pengalaman yang sangat berharga dalam
mengaplikasikan ilmu yang telah didapat dan menambah wawasan
pengetahuan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Gizi seimbang
Masa remaja merupakan masa keemasan tumbuh kembang
manusia, saat remaja itulah saat perkembangan organ-organ reproduksi
mulai optimal. Gizi seimbang dengan baik merupakan hal yang sangat
penting untuk menunjang kesehatan reproduksi pada remaja. Apabila
kesehatan reproduksi dapat terjaga dengan baik maka seiring berjalannya
waktu pertumbuhan manusia yang berkualitas juga akan terwujud. Pada
masa remaja berbagai aktivitas fisik maupun mental berjalan dengan
sangat optimal. Oleh karena itu, segala asupan yang berguna untuk
menunjang segala aktivitas tersebut juga harus terpenuhi dengan baik dan
teratur. Nutrisi yang di butuhkan pada remaja adalah karbohidrat, protein,
lemak, vitamin dan mineral.
BAB III
METODE DAN LANGKAH YANG DILAKUKAN
A. Desain Penelitian
Metode komunikasi yang digunakan berupa penyuluhan pada remaja kelas
VII dan VIII di SMP Sunan Giri Salatiga. Media atau saluran komunikasi yang
digunakan adalah slide power point melalui Laptop.
B. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni tahun 2018 di SMP Sunan Giri,
Kelurahan Ledok, Kecamatan Argomulyo, Kota Salatiga.
C. Penanggung Jawab
Penanggung jawab dari kegiatan ini terdiri dari dokter internsip dan
petugas PKM Cebongan.
D. Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan : Penyuluhan tentang Kesehatan Reproduksi Remaja,
Penyakit Menular Seksual, NAPZA, dan HIV/AIDS
Tujuan : Meningkatkan kesedaran dan pengetahuan tentang
Kesehatan Reproduksi Remaja, Penyakit Menular
Seksual, NAPZA, dan HIV/AIDS
Peserta : orang
Waktu : Rabu dan Kamis, tanggal 30-31 Mei 2018, pukul 09.00-
12.00 WIB
Metode : Pemberian materi melalui slide presentasi dengan Ms.
Power Point yang berisi materi penyuluhan Kesehatan
Reproduksi Remaja, Penyakit Menular Seksual,
NAPZA, dan HIV/AIDS.
Penanggung Jawab : Dokter internsip dan petugas PKM Cebongan
F. Dokumentasi
DAFTAR PUSTAKA