Anda di halaman 1dari 26

-1-

PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/


KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

NOMOR TAHUN

TENTANG

PEDOMAN PERIZINAN PEMANFAATAN RUANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/


KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL,

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 167 ayat (4)


Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang
Penyelenggaraan Penataan Ruang perlu menetapkan
Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan
Pertanahan Nasional tentang Pedoman Perizinan
Pemanfaatan Ruang;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang
Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725);
2. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010
tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010
Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5103);
3. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2018
tentang Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi
Secara Elektronik (Lembaran Negara Republik
-2-

Indonesia Tahun 2018 Nomor 6215)


4. Peraturan Presiden Nomor 17 Tahun 2015
tentang Kementerian Agraria dan Tata Ruang
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015
Nomor 18);
5. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala
Badan Pertanahan Nasional Nomor 8 Tahun 2015
tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan
Pertanahan Nasional (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 694);

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/


KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL TENTANG
PEDOMAN PERIZINAN PEMANFAATAN RUANG.

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Izin adalah keputusan Pejabat Pemerintahan yang
berwenang sebagai wujud persetujuan atas
permohonan warga masyarakat sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
2. Izin Pemanfaatan Ruang adalah izin-izin yang
dipersyaratkan dalam kegiatan pemanfaatan ruang
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan
3. Izin Lokasi adalah izin yang diberikan kepada pelaku
usaha untuk memperoleh tanah yang diperlukan
-3-

untuk usaha dan/atau kegiatannya dan berlaku


pula sebagai izin pemindahan hak, dan untuk
menggunakan tanah tersebut untuk usaha dan/atau
kegiatannya.
4. Izin Mendirikan Bangunan Gedung yang selanjutnya
disebut IMB adalah perizinan yang diberikan oleh
pemerintah daerah kabupaten/kota kepada pemilik
bangunan gedung untuk membangun baru,
mengubah, memperluas, mengurangi, dan/atau
merawat bangunan gedung sesuai dengan
persyaratan adiministratif dan persyaratan teknis
yang berlaku.
5. Komitmen adalah pernyataan Pelaku Usaha untuk
memenuhi persyaratan Izin Usaha dan/atau Izin
Komersial atau Operasional
6. Penyelenggaraan Penataan Ruang adalah kegiatan
yang meliputi pengaturan, pembinaan, pelaksanaan,
dan pengawasan penataan ruang.
7. Pelaksanaan Penataan Ruang adalah upaya
pencapaian tujuan penataan ruang melalui
pelaksanaan perencanaan tata ruang, pemanfaatan
ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang.
8. Perencanaan Tata Ruang adalah suatu proses
untuk menentukan struktur ruang dan pola
ruang yang meliputi penyusunan dan penetapan
rencana tata ruang.
9. Pengendalian Pemanfaatan Ruang adalah upaya
untuk mewujudkan tertib tata ruang.
10. Rencana Tata Ruang yang selanjutnya disingkat RTR
adalah hasil perencanaan tata ruang.
11. Rencana Umum Tata Ruang adalah hasil
perencanaan tata ruang yang berhierarki, terdiri dari
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, Rencana Tata
-4-

Ruang Wilayah Provinsi, dan Rencana Tata Ruang


Wilayah Kabupaten/Kota.
12. Rencana Rinci Tata Ruang adalah hasil perencanaan
tata ruang yang disusun sebagai perangkat
operasional rencana umum tata ruang yang terdiri
dari RTR Pulau/Kepulauan, RTR KSN, RTR KSP dan
RTR KSK.
13. Rencana Tata Ruang Wilayah yang selanjutnya
disingkat RTRW adalah hasil perencanaan tata ruang
pada wilayah yang merupakan kesatuan geografis
beserta segenap unsur terkait yang batas dan
sistemnya ditentukan berdasarkan aspek
administratif.
14. Rencana Detail Tata Ruang yang selanjutnya
disingkat RDTR merupakan rencana rinci untuk
rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota.
15. Indikasi Arahan Peraturan Zonasi Sistem Nasional
yang selanjutnya disebut IAPZ Sistem Nasional
adalah ketentuan ruang sistem nasional yang
ditetapkan dalam RTRWN.
16. Arahan Peraturan Zonasi Sistem Nasional yang
selanjutnya disebut APZ Sistem Nasional adalah
ketentuan zonasi sektoral pada sistem nasional dan
merupakan penjabaran dari IAPZ sistem nasional.
17. Arahan Peraturan Zonasi Pulau/Kepulauan yang
selanjutnya disebut APZ Pulau/Kepulauan adalah
ketentuan zonasi sektoral pada sistem nasional yang
ditetapkan dalam RTR Pulau/Kepulauan.
18. Arahan Peraturan Zonasi Kawasan Strategis Nasional
yang selanjutnya disebut APZ KSN adalah ketentuan
zonasi sektoral atau kegiatan pada sistem nasional
yang ditetapkan dalam RTR KSN.
-5-

19. Indikasi Arahan Peraturan Zonasi Sistem Provinsi


yang selanjutnya disebut IAPZ Sistem Provinsi
adalah ketentuan ruang sistem provinsi yang
ditetapkan dalam RTRWP.
20. Arahan Peraturan Zonasi Sistem Provinsi yang
selanjutnya disebut APZ Sistem Provinsi adalah
ketentuan zonasi sektoral pada sistem provinsi dan
merupakan penjabaran dari IAPZ sistem provinsi.
21. Arahan Peraturan Zonasi Kawasan Strategis Provinsi
yang selanjutnya disebut APZ KSP adalah ketentuan
zonasi sektoral atau kegiatan pada sistem provinsi
yang ditetapkan dalam RTR KSP.
22. Peraturan Zonasi pada sistem Nasional, Provinsi, dan
Kabupaten/Kota adalah peraturan zonasi yang
disusun berdasarkan ketentuan zonasi ruang untuk
setiap hierarki wilayah perencanaan yang dijadikan
sebagai landasan utama pengendalian pemanfaatan
ruang bagi perwujudan tertib tata ruang.
23. Peraturan Zonasi Kawasan Strategis Kabupaten/Kota
yang selanjutnya disebut PZ KS Kabupaten/Kota
adalah ketentuan yang mengatur persyaratan
pemanfaatan ruang dan ketentuan pengendaliannya
untuk setiap zona peruntukan yang ditetapkan
dalam RTR KS Kabupaten/Kota.
24. Peraturan Zonasi RDTR Kabupaten/Kota yang
selanjutnya disingkat PZ RDTR adalah ketentuan
yang mengatur tentang persyaratan pemanfatan
ruang dan ketentuan pengendaliannya dan disusun
untuk setiap blok/zona peruntukan yang penetapan
zonanya dalam rencana rinci tata ruang.
25. Ketentuan umum Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota
yang selanjutnya disebut KUPZ Kabupaten/Kota
adalah ketentuan ruang yang dilengkapi dengan
-6-

ketentuan persyaratan pemanfaatan ruang untuk


setiap klasifikasi peruntukan/fungsi ruang dan
kawasan sekitar jaringan prasarana yang ditetapkan
dalam RTRW Kabupaten/Kota.
26. Pemerintah Pusat adalah Presiden Republik
Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan
Negara Republik Indonesia yang dibantu oleh
Wakil Presiden dan menteri sebagaimana dimaksud
dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945.
27. Pemerintah Daerah adalah kepala daerah sebagai
unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah yang
memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan
yang menjadi kewenangan daerah otonom.
28. Orang adalah orang perseorangan dan/atau
korporasi.
29. Masyarakat adalah orang perseorangan, kelompok
orang termasuk masyarakat hukum adat, korporasi,
dan/atau pemangku kepentingan non pemerintah
lain dalam penyelenggaraan penataan ruang.
30. Lembaga Pengelola dan Penyelenggara OSS yang
selanjutnya disebut Lembaga OSS adalah lembaga
pemerintah non kementerian yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
koordinasi penanaman modal.
31. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan dalam bidang penataan ruang.
-7-

BAB II
Maksud, Tujuan, dan Ruang Lingkup
Pasal 2
(1) Peraturan Menteri ini dimaksudkan sebagai pedoman
bagi pemerintah pusat dan pemerintah daerah dalam
menilai pemenuhan komitmen tata ruang untuk
penerbitan izin pemanfaatan ruang dalam Perizinan
Berusaha Terintegrasi secara elektronik
(2) Peraturan Menteri ini bertujuan untuk mewujudkan
tertib tata ruang wilayah nasional, provinsi, dan
kabupaten/kota melalui instrumen perizinan
pemanfaatan ruang.
(3) Ruang lingkup Peraturan Menteri ini meliputi:
a. Kedudukan, dan jenis izin pemanfaatan ruang ;
dan
b. Tata cara penilaian pemenuhan komitmen tata
ruang dalam penerbitan izin pemanfaatan ruang.

BAB III
KEDUDUKAN DAN JENIS IZIN PEMANFAATAN RUANG

Bagian Kesatu
Kedudukan Izin Pemanfaatan Ruang

Pasal 3
Kedudukan izin pemanfaatan ruang sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 ayat (3) huruf a sebagai
instrumen pengendali kegiatan pemanfaatan ruang dalam
hal:
a. mewujudkan tertib pemanfaatan ruang;
b. melindungi kepentingan umum dan masyarakat luas;
c. menghindari dampak negatif kegiatan pemanfaatan
ruang; dan
-8-

d. pengenaan sanksi pelanggaran pemanfaatan ruang

Bagian Kedua
Jenis Izin Pemanfaatan Ruang
Paragraf 1
Umum
Pasal 4

Izin pemanfaatan ruang diberikan mengacu kepada pola


dan struktur ruang, peraturan zonasi dan insentif
disinsentif pada setiap zona peruntukan ruang.

Pasal 5
Jenis Izin Pemanfaatan Ruang sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2 ayat (3) huruf a meliputi:
a. Izin Lokasi;
b. Izin Lingkungan; dan
c. Izin Mendirikan Bangunan;

Paragraf 2
Izin Lokasi
Pasal 6
(1) Izin lokasi diberikan kepada setiap kegiatan
pemanfaatan ruang dengan memperhatikan:
a. peruntukan ruang;
b. lokasi pemanfaatan ruang; dan
c. ketersediaan tanah;
dalam RTRW Kabupaten/Kota, ketentuan umum
peraturan zonasi dan/atau RDTR dan PZ.
(2) Persyaratan dan penerbitan izin lokasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diberikan melalui mekanisme
pelayanan perizinan berusaha terintegrasi secara
-9-

elektronik sesuai dengan ketentuan peraturan


perundang-undangan.

(3) Izin lokasi diterbitkan oleh lembaga OSS dan/atau


pemerintah, pemerintah daerah sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
(4) Izin Lokasi belum dapat dijadikan dasar untuk
pelaksanaan kegiatan pembangunan.

Paragraf 3
Pasal 7
Izin Lingkungan
(1) Izin lingkungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5
huruf b diberikan kepada pelaku usaha yang
usahanya dan/atau kegiatan yang wajib Amdal atau
UKL-UPL.
(2) Izin lingkungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
5 huruf b diterbitkan oleh lembaga OSS dan/atau
pemerintah, pemerintah daerah sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

Paragraf 4
Izin mendirikan bangunan
Pasal 8
(1) Izin Mendirikan Bangunan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 5 huruf c diterbitkan oleh lembaga OSS
dan/atau pemerintah daerah.
(2) Izin Mendirikan Bangunan diterbitkan oleh lembaga
OSS dan/atau pemerintah daerah sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
- 10 -

Paragraf 5
Pengaturan Izin Pemanfaatan Ruang dalam RTR
Pasal 9
(1) Izin pemanfaatan ruang diatur dalam bentuk arahan
perizinan, ketentuan perizinan, dan perizinan sebagai
bagian yang tidak terpisahkan dari RTR
(2) Arahan perizinan merupakan bagian tidak terpisahkan
dari RTRWN, RTRW Provinsi, RTR Pulau/Kepulauan,
RTR KSN, dan RTR KSP.
(3) Arahan perizinan merupakan arahan yang ditetapkan
oleh Pemerintah Pusat/Pemerintah Daerah Provinsi
sesuai kewenangannya sebagai dasar dalam menyusun
ketentuan perizinan oleh pemerintah kabupaten/kota.
(4) Ketentuan perizinan merupakan bagian tidak
terpisahkan dari RTRW Kabupaten/Kota
(5) Ketentuan perizinan merupakan ketentuan yang
ditetapkan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota
sesuai kewenangannya yang harus dipenuhi oleh
perorangan atau badan hukum sebelum melaksanakan
pemanfaatan ruang
(6) Perizinan RDTR dan PZ merupakan persyaratan
tentang tata bangunan, lingkungan dan ketentuan
pengendalian yang harus dipenuhi oleh perorangan
atau badan hukum sebelum memanfaatkan ruang

BAB IV
TATA CARA PENILAIAN PEMENUHAN KOMITMEN TATA
RUANG DALAM PEMBERIAN IZIN PEMANFAATAN RUANG

Bagian Kesatu
Umum
Paragraf 1
- 11 -

Pemenuhan Komitmen Tata Ruang di Dalam Pemberian


Izin Pemanfaatan Ruang
Pasal 10
Tata cara penilaian pemenuhan komitmen tata ruang
dalam penerbitan izin pemanfaatan ruang sebagaimana
dimaksud dalam pasal 2 ayat (3) huruf b terdiri dari:
a. Pemenuhan komitmen tata ruang dalam pemberian
izin lokasi;
b. Pemenuhan komitmen tata ruang dalam pemberian
izin lingkungan; dan
c. Pemenuhan komitmen tata ruang dalam pemberian
izin mendirikan bangunan;

Paragraf 2
Pemenuhan Komitmen Tata Ruang Dalam Pemberian Izin
Lokasi
Pasal 11
(1) Izin Lokasi diberikan oleh Lembaga OSS berdasarkan
komitmen pelaku usaha yang telah memperoleh
izin/persetujuan/pendaftaran atau yang serupa itu
dari pejabat yang berwenang di bidang penanaman
modal
(2) Izin Lokasi yang diberikan oleh Lembaga OSS dapat
diberikan tanpa Komitmen dalam hal :
a. tanah lokasi usaha dan/atau kegiatan terletak di
lokasi yang telah sesuai dengan peruntukannya
menurut Rencana Detail Tata Ruang dan/atau
rencana umum tata ruang kawasan perkotaan;
b. tanah lokasi usaha dan/atau kegiatan terletak di
lokasi kawasan ekonomi khusus, kawasan industri,
serta kawasan perdagangan bebas dan pelabuhan
bebas;
- 12 -

c. tanah lokasi usaha dan/atau kegiatan merupakan


tanah yang sudah dikuasai oleh Pelaku Usaha lain
yang telah mendapatkan Izin Lokasi dan akan
digunakan oleh Pelaku Usaha
d. tanah lokasi usaha dan/atau kegiatan berasal dari
otorita atau badan penyelenggara pengembangan
suatu kawasan sesuai dengan rencana tata ruang
kawasan pengembangan tersebut
e. tanah lokasi usaha dan/atau kegiatan diperlukan
untuk perluasan usaha yang sudah berjalan dan
letak tanahnya berbatasan dengan lokasi usaha
dan/atau kegiatan yang bersangkutan;
f. tanah lokasi usaha dan/atau kegiatan yang
diperlukan untuk melaksanakan rencana Izin
Lokasi tidak lebih dari:
1) 25 Ha (dua puluh lima hektar) untuk usaha
dan/atau kegiatan pertanian;
2) 5 Ha (lima hektar) untuk pembangunan rumah
bagi masyarakat berpenghasilan rendah; atau
3) 1 Ha (satu hektar) untuk usaha dan/atau
kegiatan bukan pertanian; atau
g. tanah lokasi usaha dan/atau kegiatan yang akan
dipergunakan untuk proyek strategis nasional

Pasal 12
(1) Izin lokasi yang diberikan oleh Lembaga OSS
berdasarkan kesesuaian lokasi dan kegiatan yang
dimohonkan dengan RDTR dan PZ
(2) Tata cara menilai kesesuaian lokasi dan kegiatan
dengan RDTR dan PZ dilakukan sebagai berikut :
a. Melakukan overlay antara peta/sketsa permohonan
izin lokasi yang telah dilengkapi dengan koordinat
dengan peta RDTR
- 13 -

b. Apabila lokasi dan kegiatan yang dimohonkan


sesuai dengan lokasi dan kegiatan pada peta RDTR
maka berdasarkan kesesuaian lokasi dan kegiatan
izin lokasi dapat diterbitkan
c. Apabila lokasi dan kegiatan yang dimohonkan tidak
sesuai dengan lokasi dan kegiatan pada peta RDTR
maka dilanjutkan dengan melihat kesesuaian
berdasarkan muatan PZ
d. Muatan PZ sebagaimana dimaksud huruf (c), dilihat
pada bagian ketentuan kegiatan dan penggunaan
lahan
e. Apabila kegiatan yang dimohonkan masuk dalam
klasifikasi kegiatan pemanfaatan bersyarat secara
terbatas (T), maka berdasarkan kesesuaian lokasi
dan kegiatan, izin lokasi dapat diterbitkan dengan
persyaratan kegiatan dan penggunaan lahan
dibatasi.
f. Apabila kegiatan yang dimohonkan masuk dalam
klasifikasi kegiatan pemanfaatan bersyarat tertentu
(B), maka berdasarkan kesesuaian lokasi dan
kegiatan, izin lokasi dapat diterbitkan dengan
persyaratan kegiatan dan penggunaan lahan harus
memenuhi persyaratan tertentu.
g. Apabila kegiatan yang dimohonkan masuk dalam
klasifikasi kegiatan yang tidak diperbolehkan (X),
maka berdasarkan kesesuaian lokasi dan kegiatan,
izin lokasi tidak dapat diterbitkan.

Pasal 13
(1) Pemenuhan komitmen izin lokasi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1), diberikan oleh
pemerintah daerah, berdasarkan kesesuaian lokasi dan
- 14 -

kegiatan yang dimohonkan dengan RTRW


Kabupaten/Kota
(2) Tata cara menilai kesesuaian lokasi dan kegiatan
dengan RTRW Kabupaten/Kota dilakukan sebagai
berikut :
a. Melakukan overlay antara peta/sketsa permohonan
izin lokasi yang telah dilengkapi dengan koordinat
dengan peta pola dan struktur RTRW
Kabupaten/Kota
b. Apabila lokasi dan kegiatan yang dimohonkan
sesuai dengan lokasi dan kegiatan pada peta pola
dan struktur RTRW Kabupaten/Kota maka
berdasarkan kesesuaian lokasi dan kegiatan izin
lokasi dapat diterbitkan
c. Apabila lokasi dan kegiatan yang dimohonkan tidak
sesuai dengan lokasi dan kegiatan pada peta pola
dan struktur RTRW Kabupaten/Kota maka
dilanjutkan dengan melihat kesesuaian
berdasarkan ketentuan umum peraturan zonasi
(KUPZ) dalam RTRW Kabupaten/Kota.
d. KUPZ sebagaimana dimaksud huruf (c), pada
bagian ketentuan kegiatan dan penggunaan lahan
e. Apabila kegiatan yang dimohonkan masuk dalam
kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat, maka
berdasarkan kesesuaian lokasi dan kegiatan, izin
lokasi dapat diterbitkan dengan persyaratan yang
tercantum dalam KUPZ.
f. Apabila kegiatan yang dimohonkan masuk dalam
klasifikasi kegiatan yang tidak diperbolehkan, maka
berdasarkan kesesuaian lokasi dan kegiatan, izin
lokasi tidak dapat diterbitkan.
- 15 -

Paragraf 3
Pemenuhan Komitmen Tata Ruang Dalam Pemberian Izin
Lingkungan
Pasal 14
(1) Izin lingkungan yang diberikan oleh Lembaga OSS
tidak dipersyaratkan untuk penerbitan Izin Usaha
dalam hal :
a. lokasi usaha dan/atau kegiatan berada dalam
kawasan ekonomi khusus, kawasan industri,
atau kawasan perdagangan bebas dan pelabuhan
bebas; atau
b. usaha dan/atau kegiatan merupakan usaha
mikro dan kecil, usaha dan/atau kegiatan yang
tidak wajib memiliki Amdal, atau usaha dan/atau
kegiatan yang tidak wajib memiliki UKL-UPL.
(2) Pelaku Usaha wajib memenuhi Komitmen Izin
Lingkungan yang telah diterbitkan oleh Lembaga OSS
dengan melengkapi:
a. UKL-UPL; atau
b. dokumen Amdal.
(3) Pemenuhan komitmen izin lingkungan diberikan oleh
pemerintah atau pemerintah daerah untuk
persyaratan kesesuaian lokasi usaha dan/atau
kegiatan yang dimohonkan dengan rencana tata ruang
berdasarkan RTRW kabupaten/kota dan/atau RDTR
dan PZ
(4) Tata cara menilai kesesuaian lokasi usaha dan/atau
kegiatan dengan RTRW Kabupaten/Kota dilakukan
sebagai berikut :
a. Melakukan overlay antara peta/sketsa
permohonan izin lingkungan yang telah
dilengkapi dengan koordinat dengan peta pola
dan struktur RTRW Kabupaten/Kota
- 16 -

b. Apabila lokasi usaha dan/atau kegiatan yang


dimohonkan sesuai dengan lokasi dan kegiatan
pada peta pola dan struktur RTRW
Kabupaten/Kota maka pemenuhan komitmen
kesesuaian lokasi kegiatan dengan rencana tata
ruang dapat diberikan
c. Apabila lokasi usaha dan/atau kegiatan yang
dimohonkan tidak sesuai dengan lokasi usaha
dan/atau kegiatan pada peta pola dan struktur
RTRW Kabupaten/Kota maka dilanjutkan dengan
melihat kesesuaian berdasarkan ketentuan
umum peraturan zonasi (KUPZ) dalam RTRW
Kabupaten/Kota
d. KUPZ sebagaimana dimaksud huruf (c), pada
bagian ketentuan kegiatan dan penggunaan
lahan
e. Apabila kegiatan yang dimohonkan masuk dalam
kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat,
maka pemenuhan komitmen kesesuaian lokasi
dan kegiatan, diberikan dengan persyaratan
yang tercantum dalam KUPZ.
f. Apabila kegiatan yang dimohonkan masuk dalam
klasifikasi kegiatan yang tidak diperbolehkan,
maka izin lingkungan tidak berlaku.
(5) Apabila usaha dan/atau kegiatan telah memiliki Izin
Lokasi maka kesesuaian lokasi rencana usaha
dan/atau kegiatan dengan rencana tata ruang wilayah
berdasarkan izin lokasi tersebut.
(6) Apabila usaha dan/atau kegiatan tidak memiliki izin
lokasi maka kesesuaian lokasi rencana usaha
dan/atau kegiatan dengan rencana tata ruang wilayah
berdasarkan rekomendasi kesesuaian lokasi rencana
- 17 -

usaha dan/atau kegiatan dengan rencana tata ruang


wilayah
(7) Rekomendasi kesesuaian lokasi rencana usaha
dan/atau kegiatan dengan rencana tata ruang wilayah
diterbitkan oleh pemerintah kabupaten/kota
(8) Format rekomendasi kesesuaian lokasi rencana usaha
dan/atau kegiatan dengan rencana tata ruang wilayah
tercantum dalam lampiran I
(9) Apabila lokasi usaha dan/atau kegiatan tersebut
sudah memiliki Perda RDTR dan PZ, maka
pemenuhan komitmen berdasarkan RDTR dan PZ
(10) Tata cara menilai kesesuaian lokasi dan kegiatan
dengan RDTR dan PZ dilakukan sebagai berikut :
a. Melakukan overlay antara peta/sketsa
permohonan izin lingkungan yang telah
dilengkapi dengan koordinat dengan peta RDTR
b. Apabila lokasi usaha dan/atau kegiatan yang
dimohonkan sesuai dengan lokasi dan kegiatan
pada peta RDTR maka pemenuhan komitmen
kesesuaian lokasi usaha dan/atau kegiatan
dengan rencana tata ruang dapat diberikan
c. Apabila lokasi usaha dan/atau kegiatan yang
dimohonkan tidak sesuai dengan lokasi dan
kegiatan pada peta RDTR maka dilanjutkan
dengan berdasarkan muatan PZ
d. Muatan PZ sebagaimana dimaksud huruf (c),
pada bagian ketentuan kegiatan dan penggunaan
lahan
e. Apabila usaha dan/atau kegiatan yang
dimohonkan masuk dalam klasifikasi kegiatan
pemanfaatan bersyarat tertentu (B), maka
berdasarkan kesesuaian lokasi usaha dan/atau
kegiatan, maka pemenuhan komitmen
- 18 -

kesesuaian lokasi usaha dan/atau kegiatan dapat


diberikan dengan kegiatan dan penggunaan
lahan harus memenuhi persyaratan tertentu.
f. Apabila kegiatan yang dimohonkan masuk dalam
klasifikasi kegiatan yang tidak diperbolehkan (X),
maka izin lingkungan tidak berlaku.

Paragraf 4
Pemenuhan Komitmen Tata Ruang Dalam Pemberian Izin
Mendirikan Bangunan
Pasal 15
(1) IMB tidak dipersyaratkan untuk penerbitan Izin
Usaha dalam hal bangunan gedung :
a. berada dalam kawasan ekonomi khusus, kawasan
industri, atau kawasan perdagangan bebas dan
pelabuhan bebas, sepanjang pengelola kawasan
telah menetapkan pedoman bangunan (estate
regulation)
b. merupakan proyek pemerintah atau proyek
strategis nasional sepanjang telah ditetapkan
badan usaha pemenang lelang atau badan usaha
yang ditugaskan untuk melaksanakan proyek
pemerintah atau proyek strategis nasional
(2) Izin Mendirikan Bangunan diterbitkan oleh Lembaga
OSS berdasarkan kesesuaian lokasi dan kegiatan,
dengan ketentuan persyaratan pemanfaatan ruang
dalam RDTR dan PZ kabupaten/kota.
(3) Kesesuaian lokasi dan kegiatan pemanfaatan ruang
dengan RDTR dan PZ dituangkan dalam Keterangan
Rencana Kota/Kabupaten.
(4) Keterangan Rencana Kota/Kabupaten sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) paling sedikit memuat:
a. Fungsi bangunan yang akan dibangun
- 19 -

b. Ketinggian maksimum
c. Jumlah lantai dibawah tanah
d. Garis sempadan dan jarak bebas bangunan
e. KDB maksimum
f. KLB maksimum
g. KDH maksimum
h. KTB maksimum
i. Jaringan utilitas
j. Ketentuan khusus
k. Keterangan lain yang terkait
(5) Ketentuan persyaratan pemanfaatan ruang dalam
RDTR dan PZ sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
paling sedikit memperhatikan:
a. Ketentuan kegiatan dan penggunaan lahan;
b. Ketentuan intensitas pemanfaatan ruang;
c. Ketentuan tata bangunan;
d. Ketentuan sarana dan prasarana minimal;
e. Ketentuan khusus;
f. Standar teknis;
g. Ketentuan pelaksana: dan
h. Teknik pengaturan zonasi.
(6) Penggunaan RDTR dan PZ untuk menerbitkan
Keterangan Rencana Kota/Kabupaten dapat dilihat
dalam Lampiran II yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari peraturan ini
(7) Format Keterangan Rencana Kota/Kabupaten
tercantum dalam Lampiran III yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari peraturan ini.

Bagian Kedua
Tata Cara Pemberian Pemenuhan Komitmen Tata Ruang
Untuk Izin Pemanfaatan Ruang
- 20 -

Paragraf 1
Tata Cara Pemberian Pemenuhan Komitmen Tata Ruang
Izin Lokasi
Pasal 16
(1) Pemenuhan komitmen Izin Lokasi diterbitkan oleh
organisasi perangkat daerah kabupaten/kota yang
membidangi penanaman modal dan pelayanan
terpadu satu pintu.
(2) Permohonan pemenuhan komitmen Izin Lokasi
dilengkapi persyaratan yang sesuai dengan peraturan
perundang-undangan
(3) Setiap pemohon mengajukan permohonan pemenuhan
komitmen izin lokasi secara dalam jaringan (online)
kepada Kepala perangkat daerah yang membidangi
penanaman modal dan perizinan terpadu satu pintu.
(4) Kepala perangkat daerah yang membidangi
penanaman modal dan perizinan terpadu satu pintu
mengajukan permohonan rekomendasi teknis
kesesuaian lokasi rencana kegiatan berdasarkan
RTRW Kabupaten/Kota kepada Kepala OPD yang
membidangi penataan ruang.
(5) Dalam hal perangkat daerah yang membidangi
penataan ruang tidak dapat memberikan rekomendasi
teknis, perangkat daerah tersebut dapat meminta
rekomendasi teknis dari TKPRD.
(6) Muatan dari rekomendasi teknis TKPRD sebagaimana
dimaksud ayat (5) tidak bertentangan dengan muatan
RTRW kabupaten/kota yang berlaku.
(7) Rekomendasi teknis TKPRD sebagaimana dimaksud
pada ayat (5), dikeluarkan dalam jangka waktu
sebagaimana diatur dalam ketentuan peraturan
perundang-undangan.
- 21 -

(8) Hasil rekomendasi teknis dan pertimbangan teknis


pertanahan menjadi dasar penerbitan izin lokasi.
(9) Bagan alur penerbitan rekomendasi teknis Izin Lokasi
tercantum dalam Lampiran IV yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

Paragraf 2
Tata Cara Pemberian Pemenuhan Komitmen Tata Ruang
untuk Izin Lingkungan
Pasal 17
(1) Pemenuhan komitmen izin lingkungan yang berupa
rekomendasi teknis kesesuaian lokasi rencana usaha
dan/atau kegiatan dengan rencana tata ruang
diterbitkan oleh organisasi perangkat daerah
kabupaten/kota yang membidangi penanaman modal
dan perizinan terpadu satu pintu.
(2) Rekomendasi teknis kesesuaian lokasi rencana
usaha dan/atau kegiatan dengan rencana tata ruang
diberikan apabila rencana usaha dan/atau kegiatan
tersebut tidak memiliki izin lokasi
(3) Apabila rencana usaha dan/atau kegiatan sudah
memiliki izin lokasi, maka kesesuaian lokasi rencana
usaha dan/atau kegiatan dengan rencana tata ruang
berdasarkan izin lokasi tersebut.
(4) Permohonan rekomendasi teknis kesesuaian lokasi
rencana usaha dan/atau kegiatan dengan rencana
tata ruang dilengkapi persyaratan antara lain:
a. Nomor Induk Berusaha;
b. Pernyataan komitmen
c. Proposal rencana kegiatan pemanfaatan ruang;
dan
d. Peta atau sketsa lokasi rencana usaha dan/atau
kegiatan yang memuat koordinat batas lokasi.
- 22 -

(5) Setiap pemohon mengajukan permohonan


rekomendasi teknis secara dalam jaringan (online)
kepada kepala perangkat daerah yang membidangi
penanaman modal dan perizinan terpadu satu pintu.
(6) Kepala perangkat daerah yang membidangi
penanaman modal dan perizinan terpadu satu pintu
mengajukan permohonan rekomendasi teknis
kesesuaian lokasi rencana kegiatan berdasarkan
RTRW Kabupaten/Kota kepada Kepala OPD yang
membidangi penataan ruang.
(7) Dalam hal perangkat daerah yang membidangi
penataan ruang tidak dapat memberikan
rekomendasi teknis, perangkat daerah tersebut dapat
meminta rekomendasi teknis dari TKPRD.
(8) Muatan dari rekomendasi teknis TKPRD
sebagaimana dimaksud ayat (6) tidak bertentangan
dengan muatan RTRW kabupaten/kota yang berlaku.
(9) Rekomendasi teknis kesesuaian lokasi rencana
usaha dan/atau kegiatan dengan rencana tata ruang
menjadi salah satu dasar penerbitan izin lingkungan
(10) Bagan alur penerbitan rekomendasi teknis tercantum
dalam Lampiran V yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

Paragraf 3
Tata Cara PemberianPemenuhan Komitmen Tata Ruang
Izin Mendirikan Bangunan
Pasal 18
(1) Pemenuhan komitmen Izin Mendirikan Bangunan
diterbitkan oleh organisasi perangkat daerah
kabupaten/kota yang membidangi penanaman modal
dan pelayanan terpadu satu pintu.
- 23 -

(2) Permohonan Izin Mendirikan Bangunan dilengkapi


persyaratan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
(3) Apabila pemohon belum memiliki Keterangan Rencana
Kabupaten/Kota (KRK), pemohon mengajukan
permohonan KRK secara dalam jaringan (online)
kepada Kepala organisasi perangkat daerah
kabupaten/kota yang membidangi penanaman modal
dan pelayanan terpadu satu pintu.
(4) Kepala organisasi perangkat daerah kabupaten/kota
yang membidangi penanaman modal dan pelayanan
terpadu satu pintu mengajukan permohonan
rekomendasi teknis kesesuaian rencana kegiatan
dengan RDTR dan PZ kepada Kepala OPD yang
membidangi penataan ruang.
(5) Rekomendasi teknis dari Kepala OPD yang
membidangi penataan ruang dituangkan dalam
keterangan rencana kota/kabupaten (KRK).
(6) Dalam hal RDTR dan PZ belum ada, pemberian
rekomendasi teknis berdasarkan RTRW
kabupaten/kota yang berlaku dengan tetap
memperhatikan pedoman bidang penataan ruang yang
ditetapkan oleh Menteri/menteri terkait.
(7) Dalam hal perangkat daerah yang membidangi urusan
penataan ruang tidak dapat memberikan rekomendasi
teknis berdasarkan pada RTRW kabupaten/kota,
perangkat daerah tersebut dapat meminta
rekomendasi teknis dari TKPRD.
(8) Dalam memberikan rekomendasi teknis sebagaimana
dimaksud pada ayat (7) TKPRD dapat meminta
masukan dari tim ahli bangunan gedung.
- 24 -

(9) Muatan dari rekomendasi teknis TKPRD sebagaimana


dimaksud ayat (7) tidak bertentangan dengan muatan
RTRW yang berlaku.
(10) Hasil rekomendasi teknis yang dituangkan dalam
keterangan rencana kota/kabupaten menjadi salah
satu dasar penerbitan Izin Mendirikan Bangunan.
(11) Bagan alur penerbitan rekomendasi teknis tercantum
dalam Lampiran VI yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

BAB V
KETENTUAN LAIN-LAIN

Pasal 19
Izin Mendirikan Bangunan pada kawasan non perkotaan
yang tidak diatur dengan RDTR dan PZ diberikan
berdasarkan RTR KSK atau RTRW Kabupaten/kota.

BAB VI
KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 20
Pada saat peraturan ini mulai berlaku:
a. Izin Pemanfaatan Ruang yang telah dikeluarkan
sebelum berlakunya peraturan ini tetap berlaku
sampai jangka waktunya habis, dengan tidak
melakukan pelanggaran lebih lanjut sesuai peraturan
ini.
b. Izin Pemanfaatan Ruang yang sedang dalam proses
dan belum diterbitkan sampai peraturan ini berlaku,
wajib mengikuti ketentuan dalam peraturan ini.
c. Peraturan perundang-undangan lain yang berkaitan
dengan izin pemanfaatan ruang dinyatakan masih
- 25 -

tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan


peraturan menteri ini

BAB VII
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 21
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan


pengundangan Peraturan Menteri ini dengan
penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal ………2019

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/


KEPALA BADAN PERTANAHAN
NASIONAL

Ttd

SOFYAN A. DJALIL

Diundangkan di Jakarta
pada tanggal

DIREKTUR JENDERAL
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
- 26 -

WIDODO EKATJAHJANA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN NOMOR

Anda mungkin juga menyukai