Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Islam adalah agama yang pada saat ini sudah menyebar ke seluruh Benua dan
Negara yang ada dipermukaan bumi ini. Karena memang didalam ajaran Islam itu sendiri
memberikan kebebasan kepada orang yang memeluk agama Islam untuk menyebarkannya
kepada umat-umat yang lainnya yang belum kenal Islam, di dalam Islam pun ajaranya
mudah dimengerti sesuai rasional dan juga banyak bukti-bukti alam bahwa agama Islam
adalah agama yang benar.
Maka orang Islam yang berakhlak baik memudahkan dalam penyebaranya agar
penduduk sekitar yang non Islam mau menerima, mengikuti, dan masuk agama Islam.
Salah satu fakta tentang orang yang paling berpengaruh diseluruh dunia adalah
Nabi kita Rasulullah Muhammad Shallallahu‘alaihiwasallam. Beliau menyebarkan Islam
di Mekkah yang saat itu penduduknya jahiliyah dan kemudian berubah menjadi
masyarakat yang berakhlak baik dengan memeluk Agama Islam yang dibawa oleh beliau.
Dari sinilah sejarah penyebaran Islam semakin luas ke seluruh dunia hingga sampai ke
Benua Asia. Sebagaimana Islam telah menyebar dari Timur Tengah menuju Asia Tengah
dan dari Afghanistan menuju India, maka Islam menyebar dari berbagai wilayah di India
dan Arabia ke semenanjung Malaya dan kepulauan Indonesia. Islam dikenalkan ke
wilayah Asia Tenggara dan berkembang dalam bentuk berbeda jika dibandingkan dengan
bentuknya yang berkembang di Timur Tengah dan anak benua India. Sementara pada
beberapa daerah Islam disebarkan melalui penakhlukan Arab dan Turki, tetapi di Asia
Tenggara Islam disebarluaskan melalui kegiatan kaum pedagang dan Sufi.
Kemudian seiring berjalanya waktu dari penyebaran Islam di Mekkah sampai ke
penjuru dunia, maka para pakar sejarah melakukan penelitian dan menceritakan dalam
buku seperti apa perjalanan penyebaran Islam itu hingga bisa mencapai ke setiap
Negara. Sebenarnya para ahli sejarah yang telah menggungkapkan seperti apa perjalanan
penyebaran Islam ada yang berbeda-beda pendapat, dari masalah penepatan tahun
persisnya waktu kejadian tersebut, tapi pada dasarnya semua saling melengkapi. Karena
seiring dengan berkembangya teknologi di zaman sekarang, buku-buku tentang sejarah
direvisi dari kekurangan-kekurangannya, sehingga menjadi semakin lengkap dan mudah
untuk dipelajari.

1
B. RUMUSAN MASALAH
a. Bagaimana sejarah masuknya islam di Afghanistan?
b. Bagaimana perkembangan islam di Afghanistan?
c. Bagaimana karakteristik Islam di Afghanistan masa sekaran?
d. Bagaimana sejarah masuknya islam di Cina ?
e. Bagaimana perkembangan islam di Cina ?
f. Bagaimana kehidupan islam di Cina masa kini?

2
BAB II
ISLAM DI AFGHANISTAN
Sejarah masuknya Islam dan Perkembangannya di Afghanistan
A. Masuknya Islam di Afghanistan
Islam masuk di Afghanistan sejak masa Khalifah Umar bin Khattab melalui
ekspedisi yang dipimpin oleh Asim bin Umarat-Tamimy. Pada masa Usman bin Affan,
Islam berhasil masuk wilayah Kabul dan sejak tahun 870 M peradaban Islam secara
praktis telah mengakar ke seluruh Afghanistan. Dari masa Umawiyah di Damaskus dan
Abbasiyah di Bagdad hingga sampai dipegang oleh dinasti-dinasti kecil seperti
Ghaznawiyah.[8] Kekuasaan Islam belum pernah kuat di wilayah Afghanistan kecuali
pada masa pemerintahan Ghaznawiyah. Dinasti Ghaznawiyah berkuasa pada tahun 366-
582 H/ 976-1182 M di Afghanistan dan Punjab.
Pendiri Dinasti Ghaznawiyah adalah Subuktigin. Ketika itu, pada masa kekhalifahan
Abbasiyah yang ke dua puluh empat. Terbentuknya dinasti Ghaznawiyah berawal dari
Amir Dinasti Samaniyah yang menguasai wilayah Asia Tengah yaitu yang bernama
Abdul-Malik Ibn Nuh (343-350 H/ 954-961 M ) yang membeli seorang budak yang
bernama Alptigin. Pada mulanya Ia hanya seorang budak kemudian diangkat menjadi wali
di wilayah Khurasan.
Alptigin mengalami pemecatan oleh Amir yang kedua yaitu Mansur Ibn Nuh.
Kemudian Ia pergi ke Afghanistan beserta tentaranya menetap di kota Ghazna dan
selanjutnya Alptigin membentuk pemerintahan di Ghazna. Setelah Alptigin wafat
kepemimpinannya diteruskan oleh anaknya, Abu Ishaq Ibn alptigin. Dia mempunyai
seorang budak yang kemudian menjadi menantunya bernama Subuktigin. Subuktigin
inilah yang kemudian membentuk dinasti Ghaznawiyah.
Dinasti ini terkenal galak dalam melakukan panggilan Islam dan membawa Hindu
benar-benar keluar dari wilayah Afghanistan untuk pertama kalinya. Kota Ghazni
berkembang di bawah pemerintahan Mahmud karena ia menirukan struktur pengadilan
Persia dan membawa para sarjana Muslim untuk mengajarkan ilmu pengetahuan, sejarah,
dan seni di universitas yang dibangun wilayah Afghanistan kuno. Tentu hal ini membawa
perubahan besar untuk masyarakat.

B. Perkembangan Islam di Afghanistan


Pada abad ke 19 Inggris menginvasi wilayah Afghanistan, sampai ia melepaskannya
pada tahun 1919 M. Hingga tahun 1970-an Afghanistan masih merupakan negara yang

3
sangat tradisional dibanding negara-negara muslim lainnya di Asia. Sekaligus negeri ini
mungkin yang terpanas pada abad ke-21 dalam urusan domestik, karena sejak merdeka
dari Inggris pada tanggal 19 Agustus 1919, Afghanistan tak lekang dari berbagai
pertikaian etnik.
Setiap wilayah dikendalikan oleh tokoh masyarakat dengan kelompok masing-
masing. Raja hanya berfungsi menyatukan mereka secara nasional. Kalangan muda
berpendidikan Barat memanfaatkan momentum itu untuk memperlancar pembaruan
menyeluruh melalui reformasi agraria, mendorong perempuan bersekolah, serta melarang
perkawinan di bawah umur. Perselisihan dengan tokoh-tokoh adat pun terjadi. Hingga
suatu ketika pemerintahan Babrak Karmal memaksakan ideologi Marxisme bagi seluruh
rakyat Afghanistan, kaum ulama pun memberontak, dan pada tahun 1979 pasukan merah
Uni Soviet melakukan invasi ke Afghanistan, hingga menimbulkan perang berkecamuk.
Ideologi Sosialisme masih bertahan dengan dukungan Uni Soviet di Afghanistan
hingga tahun 1990. Namun, pada tahun 1992 seiring setelah runtuhnya Uni Soviet, paham
sosialis-komunis pun ikut runtuh di Afghanistan. Melalui Peshwar Accord, Afghanistan
menyatakan bahwa Afghanistan menjadi Negara Islam. Hal ini mendapat banyak
penolakan dari kelompok masyarakat di Afghanistan yang kemudian menyebabkan perang
saudara terjadi di Afghanistan.
Perang saudara yang terjadi telah menyebabkan Afghanistan kehilangan kesempatan
untuk melakukan rekonstruksi pasca mundurnya Uni Soviet dari Afghanistan. Lebih
lanjut, konflik tersebut membuat Afghanistan terus tumbuh menjadi negara yang tidak
memiliki dasar hukum yang jelas.
Pada awal tahun 1990, sebuah kelompok milisi mulai muncul sebagai kekuatan
politik dan agama di Kandahar. Kelompok ini dikenal dengan nama Taliban. Taliban
dipimpin oleh Mohammed Omar. Taliban mendapat banyak dukungan dari pengungsi
Afghanistan di Pakistan. Pengakuan terhadap Taliban semakin hari semakin meningkat.
Hal ini membuat Taliban berhasil menguasai sebagian besar Afghanistan bagian selatan
dan tengah.
Taliban berhasil merebut kekuasaan di pemerintahan Afghanistan pada tahun 1996.
Taliban kemudian menerapkan norma-norma agama dan sosial yang sangat ketat di
Afghanistan. Seorang tokoh bernama Osama bin Laden muncul sebagai seorang tokoh
penting bagi kubu Taliban. Osama bin Laden merupakan tokoh yang ikut berjuang
bersama pejuang Mujahidin ketika Uni Soviet masih menguasai Afghanistan. Atas

4
bantuan dari Osama bin Laden, Taliban tumbuh menjadi sebuah kelompok yang kuat dan
mendapatkan bantuan dana yang cukup banyak dari rekanan Osama bin Laden.
Sebuah peristiwa penting terjadi pada 11 September 2001. Gedung World Trade
Center (WTC) runtuh akibat sebuah serangan udara. Amerika Serikat (AS) kemudian
menuduh Taliban terlibat dalam hal ini dan menilai Osama bin Laden adalah orang yang
harus bertanggungjawab dalam hal ini. Amerika Serikat meminta Taliban untuk
menyerahkan Osama bin Laden, namun Taliban menolaknya. Hal ini menyebabkan
Amerika Serikat melakukan operasi militer di Afghanistan. Operasi militer Amerika
Serikat ini didasari oleh perlawanan melawan aksi terorisme.
Perang saudara dan serangan-serangan dari AS dan sekutunya dalam rangka
menumpas pemberontakan dari kelompok Taliban semakin memperparah kondisi di
Afghanistan.

C. Karakteristik Islam di Afghanistan Masa Sekarang


1. Cara Berpakaian
Secara tradisional, pakaian Afghanistan biasanya ditandai dengan desain yang indah
dan menampilkan berbagai warna. Namun, syariah Islam menetapkan norma-norma
yang ketat tentang cara berpakaian orang di Afghanistan. Para pria biasanya
mengenakan salwar-kameez, sedangkan perempuan diharapkan mengenakan burqa.
2. Kesenian dan Karya Sastra
Afghanistan juga memiliki kekayaan seni dan sastra. Puisi dalam bahasa Persia telah
mendominasi bagian sastra Afghanistan, meskipun bahasa lain juga memberikan andil.
Mushaeras atau kompetisi puisi menjadi tradisi yang umum diselenggarakan.
Afghanistan juga menjadi tempat kelahiran beberapa penyair besar seperti Rabi’ah
Balkhi – penyair pertama dari puisi Persia. Farrukhi Sistani – penyair kerajaan
Ghaznavid, serta Jami Herat dan Ali Sher Nava’i. Demikian pula musik juga cukup
populer dengan sebagian besar lagu-lagu ditulis dalam bahasa Persia dan Pashto.
3. Gaya Hidup dan Kepribadian
Bentuk Islam di Afghanistan mendorong gaya hidup konservatif yang telah
diterjemahkan ke cara hidup tradisional dengan ikatan keluarga yang kuat dan
pandangan konservatif pada hubungan antara jenis kelamin dan pernikahan. Pandangan
tersebut tidak tersebar ke seluruh negeri dan etnis minoritas memiliki interpretasinya
sendiri soal hukum dan keyakinan moral.

5
Hal ini menyebabkan Afghanistan menjadi terbagi-bagi dimana Pashtun, Tajik, Uzbek
dan etnis lainnya memiliki pandangan yang berbeda-beda namun sangat setuju bahwa
mereka harus berpisah dengan etnis yang lainnya. Akibatnya, sangat sulit untuk
menegakkan hukum di padang gurun Afghanistan sehingga orang-orang mulai belajar
untuk memerintah diri mereka dalam kelompok-kelompok kecil. Hal ini telah
menyebabkan penguatan hubungan dalam keluarga/klan, namun sekaligus juga
membuat hubungan antar kelompok menjadi sangat renggang.
Sebagai negara Muslim, ada beberapa hukum agama yang harus ditaati oleh semua
orang di Afghanistan, yang meliputi pakaian dan perilaku, terutama kebiasaan makan.
Pakaian Barat tumbuh dan populer di Afghanistan, meskipun di daerah pedesaan
sebagian besar pakaian merupakan pakaian tradisional dan pada umumnya ditentukan
oleh kombinasi antara agama dan penggunaan.
Sebagai negara muslim, orang-orang cukup konservatif dalam tata cara berpakaian
mereka seperti kemeja lengan panjang dan celana panjang sehingga kulit mereka pun
sangat sedikit ditunjukkan. Perempuan juga harus menutupi kepala mereka menurut
aturan Islam, tapi hanya wanita muslim konservatif yang menutupi wajah mereka. Para
warga negara asing yang datang boleh mengikuti jejak lokal dan bisa memakai pakaian
barat, tetapi pastikan untuk menggunakan yang tertutup. Mereka diharapkan untuk
menutup kulit dari pergelangan kaki dan pergelangan tangan ke atas. Para perempuan
juga harus menutupi kepala mereka, meskipun tidak menjadi keharusan untuk menutupi
wajah mereka.
Bagi perempuan yang bepergian ke Afghanistan, cara termudah adalah dengan
bepergian bersama suami, ayah, atau saudara. Seorang wisatawan wanita yang
bepergian sendiri akan terlihat aneh dan bepergian dengan seorang pria tanpa hubungan
keluarga/pernikahan dianggap tidak pantas, hal ini juga berlaku bagi seorang pria yang
menyentuh seorang wanita, bahkan memegang tangan istri atau menawarkan untuk
berjabat tangan seorang wanita lokal pun dianggap tidak pantas bagi seorang Muslim
yang ketat.
Terakhir, hukum Islam di negara ini juga melarang produk makanan yang mengandung
babi dan alkohol. Perlu diketahui juga bahwa mencoba untuk membawanya ke dalam
negeri juga sangat dilarang keras.
4. Identitas
Jarang ada warga Afghanistan yang mengidentifikasi diri mereka sebagai seorang
“Afghanistan”. Kebanyakan orang di negara yang pertama mengidentifikasi etnisitas

6
mereka, yang mencakup Pashtun, Tajik, Uzbek, dan banyak lagi, meskipun kadang-
kadang Pashtun yang disebut sebagai Afghanistan. Identitas berbasis etnis ini
cenderung melekat tidak hanya di etnis, tetapi juga bahasa, budaya, makanan, dan
agama yang mendefinisikan identitas tersebut. Di antara banyak kelompok tampaknya
satu-satunya kesamaan di masyarakat adalah bahwa hampir semua dari mereka adalah
Muslim. Selain hal tersebut, masing-masing kelompok sangat berbeda dari yang lain
dan kurangnya identitas nasional telah menyebabkan perbedaan besar antara orang-
orang, kecuali ketika kelompok minoritas bersatu untuk tindakan kontra yang diambil
oleh etnis mayoritas yaitu Pashtun.

7
BAB III
ISLAM DI CINA
A. Sejarah Peradaban Islam di China
Terdapat beberapa sumber yang menceritakan bagaimana masuknya Islam ke
daratan China. Sumber pertama menyebutkan, ajaran Islam pertama kali tiba di China
dibawa oleh para sahabat Rasul yang hijrah ke Al-Habsya Abyssinia (Ethiopia). Sahabat
Nabi hijrah ke Ethopia untuk menghindari kemarahan kemarahan dan amuk massa kaum
Quraisy jahiliyah. Mereka antara lain adalah; Ruqoyyah, anak perempuan Nabi, Ustman
bin Affan, Sa’ad bin Waqqas, paman Rasulullah SAW dan sejumlah sahabat lainnya.
Para sahabat hijrah ke Ethiopia itu mendapat perlindungan dari Raja Atsmaha Negus di
kota Axum. Banyak sahabat yang memilih menetap dan tak kembali ke tanah arab,
konon mereka inilah yang kemudian berlayar dan tiba di daratan China pada saat Dinasti
Sui berkuasa (581 M – 618 M).
Sumber yang lain menyatakan bahwa ekspedisi Arab datang ke China di tahun
kedua pemerintahan kaisar Yung Way dari dinasti Tang; yaitu pada 31 H (651 M) di
masa pemerintahan oleh Khalifah Ustman. Delegasi ini berjumlah 15 orang dan dipimpin
oleh Saad Ibn Abi Waqqas, salah seorang sahabat Nabi. Delegasi tersebut datang ke
China melalui jalur laut dan tiba di Kanton. Kemudian melalui darat pergi ke ibukota
Zhang-An (sekarang Xian). Disana mereka disambut oleh kaisar dan diizinkan
membangun sebuah masjid. Masjid ini diyakini sebagai masjid pertama di China, yang
masih berdiri sampai sekarang.
Tentara muslim mencapai perbatasan China pertama kali melalui darat di masa
khalifah Walid dari bani Umayyah, Al-Hajjaj ibn Yusuf Al-Tsaqafi, gubernur Irak pada
waktu itu mengirim tentara muslim dibawah pimpinan Qutaibah Ibn Muslim Al-Bahili
ke perbatasan China. Tentara itu meninggalkan Samarkand (Uzbekistan) pada 93 H (711
M) dan memasuki Kashgar (Singkiang) pada 96 H (714 M). Kaisar China kemudian
setuju membayar upeti kepada orang-orang muslim sebagai tanda kesetiaan kepada
negara muslim.
Hubungan perdangangan antara muslim dan bangsa China kian meningkat
dengan pesat. Awalnya perdagangan dijalankan melalaui jalur laut, kemudian darat.
Kebanyakan pedagan adalah muslim dan umumbnya dari Arab dan Persia. Hubungan
antara muslim dan bangsa China di masa dinasi Umayyah dan Abbasyiah berlangsung
ramah dan hangat, mereka saling bertukar kedutaan dan delegasi. Pada 138 H (755 M)
kaisar China meminta pertolongan dari umat islam untuk memadamkan pemberontakan

8
An-Lu-Chan. Khalifah memenuhi permintaan tersebut dengan mengirim pasukan yang
terdiri dari 4000 orang tentara muslim dan pada akhirnya mereka berhasil mengalahkan
pemberontakan dan menetap di tanah China. Mereka menikahi wanita China dan
membangun keluarga Muslim sehingga memberikan dukungan demografik yang kuat
kepada komunitas muslim pertama di China.
Jumlah pedagang Muslim arabia dan persia yang menetap di Kanton mengingkat
secara tajam. Pada tahun 141 H (758 M), terjadi pemberontakan melawan kaisar karena
beban pajak yang terlalu berat yang kemudian dihentikan. Padah tahun 145 H (762 M)
umat muslim sekali lagi membantu kaisar meredakan pemberontakan lain, yaitu
pemberontakan oleh Sei-Chu-Bei.
Kanton menjadi pusat penyebaran islam ke arah Hang – Chu di garis pantai
sebelah utara. Mereka membangun masjid dan sekolah. Namun tujuh tahun kemudian
terjadi pemberontakan yang membakar kota dan membantai lebih dari 100.000 muslim.
Karena peristiwa itu, Dinasti Tang runtuh pada tahun 295 H (907 M).
Selama masa pemerintahan Dinasti Tang, umat Islam di China hidup makmur dan
dihormati. Akan tetapi, walaupan telah terjadi pernikahan antar etnis, bagi bangsa China,
Islam masih tetap dianggap sebagai hal yang asing dari segi bahasa, kebudayaan maupun
ras. Namun, banyak kaisar yang tetap memberikan perlakuan istimewa kepada umat
islam apalagi pada masa pemerintahan Dinasti Siung berikutnya. Terdapat 86 delegasi
dari negara muslim ke China selama tahun 31 H (651 M) dan 604 H (1270 M). Arus
imigran yang makin deras membuat banyaknya pembangunan kota – kota muslim di
dekat pelabuhan – pelabuhan terbesar di China makin pesat. Mereka membangun masjid
dan sekolah dan mendirikan lembaga – lembaga. Gubernur yang dicalonkan dari
golongan umat islam juga kebanyakan diterima oleh kaisar.
Selama pemerintahan Dinasti Siung, posisi Jendral Laut di Kanton selalu dijabat
oleh seorang Muslim, pada masa ini juga jumlah penduduk muslim meningkat karena
derasnya arus imigrasi melalui Kashgar, serta banyaknya penduduk setempat yang
berpindah agama ke islam. Perpindahan agama yang paling luar biasa adalah
perpindahan agama secara massal oleh suku Hsiung-Nu.
Masyarakat Mongol di bawah pimpinan Chingis Khan menyerbu Chingis Khan
menyerbu China untuk menurunkan Dinasti Siung. Kubilai Khan, anak Chingis
membangun dinasti Yuan. Pada waktu itu tentara Mongol menaklukan sebagian besar
wilayah Asia dari dunia Islam dan menghancurkan kekhalifahan Abbasyiah dan ibukota
Muslim, Baghdad. Namun akibat sampingnya adalah Pax Mongolica yang meliputi

9
bagian – bagian dunia Islam dan China dalam satu unit tunggal. Situasi in mendorong
gerakan orang dan ide – ide yang pada gilirannya membantu terjadinya perpindahan
agamas secara massal ke islam, terutama olep para pembesar Mongol. Orang muslim
menjadi kelas terkemuka di seluruh negara Mongol termasuk juga China. Hampir semua
pejabat tinggi tentara, pemerintahan dan administrasi adalah seorang Muslim. Ahli
sejarah bangsa Persi Rashiddin Fadlullah melaporkan bahwa di pada era negara Mongol
dibawah pimpinan Kubilay Khan, China dibagi ke dalam 14 provinsi. Pimpinan masing –
masing provinsi adalah gubernur dan wakil gubernur, delapan gubernur muslim dan
empat wakil gubernur lain juga muslim. Diantara negarawan China Muslim yang paling
terkenal saat itu adalah gubernur provinsi Yuann (1278 M – 1279 M). Anaknya, Al –
Sayyid Bayyin menjadi perdana menteri kaisar China antara 1333 M dan 1340 M.
Pengembara Maroko Ibnu Batutah pernah mengunjungi China selama periode ini.
Ia mengatakan bahwa “ tiap kota China mempunyai kota Muslim dimana hanya hidup
orang – orang Muslim. Dalam kota – kota ini ada masjid dan lembaga – lembaga lain.
Orang – orang muslim sangat dihormati”.
Dinasti Mongol (Yuan) jatuh pada 1368 M, diganti oleh dinasti Ming yang
berlanjut sampai tiga abad sampai tahun 1644 M. Selama periode ini, Muslim mencapai
puncak kemakmuran dan pengaruhnya terhadap China. Periode ini juga bercirikan
jumlah orang China yang masuk Islam meningkat. Pada masa ini, terjadi pergantian
bahasa Persia sebagai lingua franca komunitas Muslim oleh China Mandarin, pengaruh
lain adalah meluasnya nama – nama China di kalangan umat islam di China; Muhammad
menjadi “Ma”, Mustafa menjadi “Mu”, Mas’ud menjadi “Si”, Dawwud dan Tahir “Ta”,
Hasan “Ha”, Husain “Hu” Badruddin, Jalaludin dan seterusnya menjadi “Ning”, Najib
dan Nasir menjadi “Na”, Salim, Salih menjadi “Sha”, Ali menjadi “Ay” dan seterusnya.
Orang – orang muslim juga menyerap kebiasaan – kebiasaan China yang tidak
melanggar syariat Islam. Mereka melakukan pernikahan dengan orang China yang
masuk Islam secara besar – besaran sehingga tidak mungkin dapat mengenali China
dengan Muslim dari China non muslim. Pengaruh Muslim sepanjang dinasti Ming
pernah lebih besar daripada masa dinasti Mongol. Kaisar pertama dari dinasti Ming,
Ming Tsai Tsu dan kaisar wanita diperkirakan telah menjadi muslim. Kecintaan kaisar
terhadap Nabi Muhammad sudah sangat terkenal dan ditunjukkan secara terang –
terangan. Ia menulis puisi yang berisi pujian – pujian atas Nabi Muhammad SAW dan
memahatnya pada marmer di masjid Jami’ kota Nankin (yang sampai sekarang masih
ada). Kaisar Yung Lu (1405 -1432 M) menggunakan kalender Hijriyah sebagai kalender

10
resmi China dan mengirim duta besar Muslim, Chung Hu ke beberapa negara islam
untuk membangun hubungan yang harmonis. Mayoritas pejabat tinggi pada dinasti Ming
juga muslim, kecuali Turkestan Timur (Singkiang – Uighur) yang sebenarnya merupakan
bagian Turki, disana Islam tak pernah mampu membangun suatu entitas politik yang
merdeka dan abadi di China.
Pada saat rezim Mongol, posisi umat islam di China sangatlah berpengaruh dan
dinasti Yuan dianggap sebagai Dinasti Islam oleh para ahli sejarah. Sepanjang dinasti ini,
Islam mengalami integrasi yang baik dalam kebudayaan China tanpa kehilangan
identitasnya. Namun pada saat Dinasti Manchu, Muslim China mengalamai periode yang
mengerikan karena penderitaan yang terus menerus selama tiga abad.
Pada tahun 1651 M, hanya tujuh tahun sesudah dinasti Manchu berkuasa
terjadilah tindakan kekerasan dan kebengisan terhadap Muslim Tionghoa (China).
Muslim Tionghoa diinjak – injak dan ditindas, hal ini sungguh merupakan ujian terberat
bagi umat islam tionghoa.
Dalam masa panjang ini, yakni 268 tahun selama dinasti Manchu berkuasa, pihak
muslim tionghoa selalu menjadi sumber kegelisahan, kecemasan dan dendam bagi pihak
penguasa – penguasa Manchu tersebut. di wilayah barat laut barat daya China sering
terjadi pertempuran kecil setiap dua puluh tahun dan pertempuran secara besar – besaran
setiap tiga puluh tahun. Pertempuran tersebut berlangsung dalam masa yang panjang
sehingga mengakibatkan jutaan korban jiwa jatuh dari kedua belah pihak.
Meskipun semangat oposisi demikian memuncak terhadap kekuasaan Manchu,
tetapi timbul juga banyak sikap patriotisme yang diperllihatkan oleh pihak Muslim
tionghoa. Bahkan menjelang dan selama revolusi China pada tahun 1911 M, yang
dipimpin turunan Han yang bukan muslim. Kenyataan ini membangkitkan respek setiap
turunan Han, salah satunya Dr. Sun Yat Sen, bapak revolusi tersebut memberikan pujian
tertinggi terhadap Muslim Tionghoa di dalam karyanya yang terkenal, San Min Chu I
(Three Principles of the People).
Satu – satunya alasan bagi tindakan kekuasaan Manchu adalah disebabkan oleh
pihak Muslim menolak rezim Manchu. Semboyan perlawanannya berbunyi, “Crush the
Ching (Manchu) and receive the Ming (Han) movement”, yang berarti,“Hancurkan
kekuasaan Ching (Manchu) dan galakkan gerakan Ming (Han)”. Semboyan itu
dibuktikan dengan perlawanan terus menerus selama 268 tahun.
Dari tahun 1911 sampai 1948, Islam menyaksikan suatu kebangkitan kembali
yang sebenarnya dan orang – orang muslim mendapatkan kembali beberapa pengaruhnya

11
seperti dulu. Sejak pembentukan rezim Komunis pada tahun 1948, suatu bentuk
penindasan baru terhadap orang Muslim tercipta. Segala kontak antara Muslim di
berbagai bagian China dan dunia lain berhenti. Masjid – masjid dan sekolah – sekolah
islam ditutup, para imam dibunuh dan dipenjarakan. Struktur kekeluargaan muslim
dihancurkan dan para anggotanya dibubarkan.
Mayoritas Muslim Tionghoa mengikuti madzhab Hanafi dan sekitar 90% muslim
tionghoa adalah China seutuhnya, dari mulai nama, wajah dan kebudayaannya. Muslim
China asli ini disebut Huis oleh orang China lainnya. Sisanya 10% adalah Turki dan
Mongol. Penduduk muslim lebih banyak terdapat di provinsi – provinsi utara daripada
provinsi selatan. Sensus pada saat rezim Komunis tidak memerlukan identifikasi agama
dalam sensus, akan tetapi jumlah Muslim Tionghoa dapat ditaksir dari sensus
kebangsaannya. Bagi muslim yang secara etnis adalah asli China, jumlahnya dapat
dihitung atas dasar sensus 1936 yan g menunjukkan jumlah muslim tiap provinsi dan
juga keseluruhan. Jumlah muslim keseluruhan ditaksir mencapi 47.437.000 jiwa atau
sekita 10,5% dari jumlah penduduk. Jika presentase ini tidak berubah, jumlah muslim
China mencapi angka 107 juta jiwa pada tahun 1982.
Mayoritas umat Islam di China berada di dua wilayah: daerah otonom Singkian-
Uighur dan provinsi Chinghai. Muslim juga mendekati mayoritas dalam dua wilayah ini,
yaitu Ninghsia-Hui (47%) dan Khansu (40%). Namun wilayah – wilayah dengan
presentase muslim yang tinggi tersebut menjadi wilayah tujuan imigrasi non muslim
besar – besaran sehingga hal ini cenderung mengikis karakter keislaman daerah tersebut.
Bagi muslim China periode 1952 – 1968 kelaparan buatan diciptakan, penduduk
muslim di bubarkan, masjid – masjid dibakar, lembaran – lembaran Al – Qur’an dirobek
sehingga berserakan dan para pemimpin muslim dianiaya dan dihina. Hanya baru – baru
ini saja, harapan – harapan telah menigkat stelah meninggalnya Mao-Tse-Tsung dan
penyisihan “kelompok empat”.
B. Perkembangan Islam di China
Sejak era sebelum Islam, hubungan perdagangan telah terjalin antara dunia Arab
dan China. Jalur perdagangan ini melalui dua jalur, yaitu laut dan darat (jalur sutera).
Beberapa pedagang arab disebut – sebut sudah menetap di beberapa kota bandar dagang
di China seperti Kanton, Chang Chow, dan Chuan Chow. Meskipun terdapat pendapat
yang menyebutkan bahwa Islam masuk ke Kanton semenjak zaman Nabi Muhammad
SAW, tetapi hubungan resmi antara pemerintah islam dan China terjadi pada masa

12
kekhalifahan Utsman bin Affan RA yang mengirim delegasinya pada kaisar Dinasti Tang
(618 M – 905 M). Hal ini tercatat resmi dalam sejarah resmi (Annals) dinasti Tang.
Keberadaan Islam di negeri China mencapai puncaknya pada masa Dinasti Ming
(1368 M – 1644 M) yang menggantikan dinasti Yuan. Ibrahim Tien Ying Ma
menyebutkan bahwa istri kaisar pertama dinasti Ming adalah seorang muslimah yang
dikenal sebagai ratu Ma (Ma menurutnnya merupakan nama keluarga muslim China
yang berasal dari kata Muhammad). Empat dari enam panglima yang mendukurng proses
revolusi yang melahirkan dinasti Ming juga merupakan panglima – panglima Muslim. Ia
juga berpendapat bahwa kaisar perama dinasti Ming, Chu Yuan Chang dan kaisar Ming
berikutnya juga menganut agama Islam, meskipun mereka tidak menjadikan agama islam
sebagai agama resmi negara. Yang jelas, masyarakat China mencapai puncak
kejayaannya pada masa dinasti ini dan pada masa ini pula Islam mencapai puncak
pengaruhnya di negeri tirai bambu tersebut. Admiral Cheng Ho pun menjalankan misi
diplomasinya yang sangat menonjol ke Timur Tengah dan Asia Tenggara pada awal
pemerintahan Dinasti Ming.
Ketika dinasti ini jatuh oleh gerakan demokrasi dan republikan yang dipimpin
oleh Dr. Sun Yat Sen, kaum muslimin China merasakan keadaan yang lebih baik dan
ikut memberikan kontribusi yang cukup penting. Namun, ketika komunisme berkuasa di
China semenjak tahun 1950, mereka kembali mengalami kemunduran dan mendapat
tekanan yang luar biasa. Masjid – masjid dan para imamnya dihancurkan dan
disingkirkan oleh pemerintah komunis pada masa Reformasi Keagamaan (1958 M) dan
Revolusi Kebudayaan (1966 M – 1976 M).
Seperti contoh yang disampaikan Liu baojun, di provinsi Qinghai setelah tahun
1958 M hanya tersisa 8 masjid, padahal sebelumnya terdapat 931 masjid. Jumlah imam
dan staf keagamaan di masjid – masjid tersebut hanya tinggal 12 orang setelah tahun
1958 M, dari sebelumnya berjumlah 5940 orang. pada masa revolusi kebuadayaan,
masjid dan para imam di provinsi tersebtu sama sekali tidak tersisa lagi. Pelaksanaan
kewajiban ibadah islam seperti shalat lima waktu dan pergi haji tidak diizinkan. Hal yang
terakhir ini menyebabkan muslim China mengalami keterputusan hubungan dengan
negeri – negeri muslim lainnya dan menjadikan generasi muda muslim mengalami
kesenjangan dalam pemahaman terhadap islam. Namun sejak zaman pemeritahan Deng
Xiaoping, keadaan muslim di China menjadi lebih baik. keyakinan mereka seta
kebebasan dalam menjalankan kewajiban keagamaan dilindungi oleh undang – undang.

13
Keteganga antar muslim denga pemerintahan komunis China memang masih
terjadi pada waktu – waktu tertentu, misalnya yang terjadi di wilayah Xianjiang. Namun
itu bukan berarti kaum muslimim sama sekali tidak memiliki peluang untuk berkembang
dan memajukandiri pada masa yang akan datang. Islam telah hadir sejak awal
keberadaannya di China dan telah menjadi bagian integrasi serta memberikan kontribusi
yang sangat penting dalam perjalanan bangsa tersebut. walaupun belakangan ini islam
mendapatkan tekanan yang luar biasa dari rezim yang berkuasa, tetapi islam bukan hanya
masih eksis di China, tetapi juga masih memiliki penganut denga jumlah yang sangat
besar. Sementara agama Yahudi dan Kristen Nestorian yang lebih dulu masuk ke China
telah habis tak tersisa.
C. Kehidupan islam di China saat ini
Islam merupakan salah satu agama minoritas di Cina. Kendati demikian,
keberadaannya diakui oleh pemerintah dan didukung penuh untuk memiliki fasilitas
tempat ibadah. Di setiap kota di Cina hampir bisa dipastikan terdapat masjid yang
dibangun oleh umat Islam. Bahkan, terbangunnya masjid tersebut tidak terlepas dari
bantuan pemerintah setempat.
Di Cina, Islam mengalami perkembangan yang cukup signifikan. Setidaknya hal
itu bisa dilihat dari banyaknya restoran halal yang bertebaran di seluruh sudut kota di Cina
serta bertambahnya jumlah masjid di setiap kota.
pada bulan Ramadhan aktivitas masjid-masjid di Cina makin menggeliat. Hal itu
bisa dilihat misalnya dalam jadwal kajian keagamaan. Menurut dia, kajian-kajian tersebut
ditujukan untuk makin memperdalam pemahaman warga Muslim Cina tentang ajaran
Islam.
Jika mengengok kehidupan Muslim, mereka mayoritas menjadi pengusaha restoran
halal yang berasal dari suku Hui dan Uighur. Mereka membuka restoran di tempat
strategis, seperti kampus-kampus dan pusat kota.
Menurut Hilya, tidak sulit untuk menemukan restoran halal. Geliat bisnis Muslim
juga dapat kita temui di lokasi-lokasi sekitar masjid. Biasanya mereka membuka toko-toko
dan resrtoran halal setiap Jumat, ketika banyak umat Islam melaksanakan shalat Jumat.
Muslim juga memiliki organisasi keagama an yang mirip dengan Majelis Ulama
Indo nesia (MUI). Organisisasi tersebut bernama Chinese Islamic Association, yang
didirikan sejak Mei 1953. Organisasi tersebut menjadi wadah yang mampu menjembatani
seluruh Muslim Cina.

14
Sebagai warga asing di Cina, Hilya mengaku tidak mendapatkan larangan dalam
hal beribadah. Kondisi ini berbeda dengan apa yang diberitakan media massa selama ini.
umat Islam di Cina mendapatkan kebebasan penuh dalam menjalankan ibadah.
Tidak hanya itu, masyarakat asli juga sangat respek terhadap umat Islam Indonesia di
sana. Menurut dia, bagi warga setempat, keharmonisan akan selalu dijaga sebagaimana
ajaran nenek moyang mereka.

15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Afghanistan adalah sebuah negara yang terkurung daerah bergunung-gunung.
Terjepit di antara Uni Soviet, Iran, Pakistan, Kashmir, dan Cina. Merupakan kawasan
negara yang terletak di Timur Tengah. Dikatakan juga bahwa Afghanistan sebagai
Kerajaan yang terletak di Asia Tengah. Wilayah Afghanistan dibatasi di sebelah utara oleh
Turkmenistan, Uzbekistan, dan Tajikistan Republik, sebelah barat dibatasi oleh Iran, di
sebelah Timur dan selatan dibatasi oleh Pakistan bagian barat. Pada bagian timur laut
bersentuhan dengan Sinkiang Uighur daerah swatantra China dan Huanza di Kashmir. Ibu
kota Afghanistan adalah Kabul.
Islam masuk di Afghanistan sejak masa Khalifah Umar bin Khattab melalui
ekspedisi yang dipimpin oleh Asim bin Umarat-Tamimy. Pada masa Usman bin Affan,
Islam berhasil masuk wilayah Kabul dan sejak tahun 870 M peradaban Islam secara
praktis telah mengakar ke seluruh Afghanistan. Dari masa Umawiyah di Damaskus dan
Abbasiyah di Bagdad hingga sampai dipegang oleh dinasti-dinasti kecil seperti
Ghaznawiyah. Sebagai negara muslim, orang-orang cukup konservatif dalam tata cara
berpakaian mereka seperti kemeja lengan panjang dan celana panjang sehingga kulit
mereka pun sangat sedikit ditunjukkan. Perempuan juga harus menutupi kepala mereka
menurut aturan Islam, tapi hanya wanita muslim konservatif yang menutupi wajah mereka.
Dalam perkembangannya Afghanistan menjadi sebuah negara yang terus dilanda
perang. Karakteristik negara yang memiliki berbagai macam suku dari berbagai turunan
dari penjuru Asia membuat negara ini sangat mudah terpicu oleh konflik dan
berkelanjutan sebagai perang. Tidak hanya itu, di negara ini pun juga perang eksternal
yang merupakan perang dengan keterlibatan pihak dari luar Afghanistan
Terdapat beberapa sumber yang menceritakan bagaimana masuknya Islam ke
daratan China. Sumber pertama menyebutkan, ajaran Islam pertama kali tiba di China
dibawa oleh para sahabat Rasul yang hijrah ke Al-Habsya Abyssinia (Ethiopia). Sahabat
Nabi hijrah ke Ethopia untuk menghindari kemarahan kemarahan dan amuk massa kaum
Quraisy jahiliyah. Mereka antara lain adalah; Ruqoyyah, anak perempuan Nabi, Ustman
bin Affan, Sa’ad bin Waqqas, paman Rasulullah SAW dan sejumlah sahabat lainnya.
Para sahabat hijrah ke Ethiopia itu mendapat perlindungan dari Raja Atsmaha Negus di
kota Axum. Banyak sahabat yang memilih menetap dan tak kembali ke tanah arab,

16
konon mereka inilah yang kemudian berlayar dan tiba di daratan China pada saat Dinasti
Sui berkuasa (581 M – 618 M).

B. Saran
Demikianlah makalah yang pemakalah susun. Pemakalah berusaha membuat makalah
ini dengan sebaik-baiknya, tetapi kami juga menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini
masih banyak kekurangan. Oleh karena itu kritik dan saran yang konstruktif kami harapkan
demi perbaikan makalah di kemudian hari. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.
Amin.

17
DAFTAR PUSTAKA

https://katapembelajar.blogspot.com/2017/12/islam-di-afghanistan.html
http://kota-islam.blogspot.com/2014/02/sejarah-masuk-islam-afghanistan.html
https://khazanah.republika.co.id/berita/pvr7ri313/kehidupan-umat-islam-di-cina.html
https://www.academia.edu/6825632/paper_Sejarah_Peradaban_Islam_negeri_tirai_bambu/html

18

Anda mungkin juga menyukai