I. KONSEP DASAR
1. DEFINISI
Istilah meningioma pertama kali dipopulerkan oleh Harvey Cushing pada
tahun 1922. Meningioma merupakan tumor jinak ekstra-aksial atau tumor
yang terjadi di luar jaringan parenkim otak yaitu berasal dari meninges
otak. Meningioma tumbuh dari sel-sel arachnoid cap dengan
pertumbuhan yang lambat (Al-Hadidy, 2007).
2. ETIOLOGI
penyebab meningioma adalah trauma (Pada penyelidikan dilaporkan 1/3
dari meningioma mengalami trauma. Pada beberapa kasus ada hubungan
langsung antara tempat terjadinya trauma dengan tempat timbulnya
tumor), kehamilan (meningioma sering timbul pada akhir kehamilan,
reseptor hormon progesterone dan estrogen diperkirakan berperan dalam
perkembangan meningioma, walaupun belum dapat dijelaskan), virus
(pada penyelidikan dengan light microscone ditemukan virus like
inclusion bodies ini adalah proyeksi cytoplasma yang berada dalam
membran inti), pancaran radiasi (pasien yang mendapatkan radiasi dosis
kecil untuk tinea kapitis dapat berkembang menjadi meningioma dan
radiasi kepala dengan dosis besar, dapat menimbulkan meningioma dalam
waktu singkat) dan kelainan genetik (umumnya abnormalitas kromosom
juga menjadi penyebab. Orang-orang dengan kelainan genetik yang
dikenal sebagai neurofibromatosis tipe 2 (NF2) lebih mungkin untuk
terjadinya meningioma). (www.abta.org).
3. TANDA DAN GEJALA
Gejala meningioma dapat bersifat umum (disebabkan oleh tekanan tumor
pada otak dan medulla spinalis) atau bisa bersifat khusus (disebabkan oleh
terganggunya fungsi normal dari bagian khusus dari otak atau tekanan
pada nervus atau pembuluh darah). Secara umum, meningioma tidak bisa
didiagnosa pada gejala awal (www.cancer.net). Gejala umumnya seperti :
3.1 Sakit kepala, dapat berat atau bertambah buruk saat beraktifitas atau
pada pagi hari.
3.2 Perubahan mental
3.3 Kejang (manifestasi klinis akibat lepasnya muatan listrik yang
berlebihan di sel neuron otak karena gangguan fungsi pada neuron
tersebut baik berupa fisiologi, biokimia maupun anatomi).
3.4 Mual muntah (gejala dari kondisi penyakit lain yang perlu dicari
penyebabnya)
3.5 Perubahan visus, misalnya pandangan kabur.
PATHWAY MENINGIOMA
Ketidakefektifan perfusi
Kerusakan jaringan kulit
cerebral
Modifikasi : Mansjoer Arif (2001), Brunner dan Sudart (2001), dan Luhulima (2003)
4. PATOFISIOLOGI
Seperti banyak kasus neoplasma lainnya, masih banyak hal yang belum
diketahui dari meningioma. Tumor otak yang tergolong jinak ini secara
histopatologis berasal dari sel pembungkus arakhnoid (arakhnoid cap
cells) yang mengalami granulasi dan perubahan bentuk. Patofisiologi
terjadinya meningioma sampai saat ini masih belum jelas. Kaskade
eikosanoid diduga memainkan peranan dalam tumorogenesis dan
perkembangan edema peritumoral.
5. PEMERIKSAAN PENUNJANG
5.1 Foto polos
Hiperostosis adalah salah satu gambaran mayor dari meningioma
pada foto polos. Diindikasikan untuk tumor pada mening. Tampak
erosi tulang dan dekstruksi sinus sphenoidales, kalsifikasi dan lesi
litik pada tulang tengkorak. Pembesaran pembuluh darah mening
menggambarkan dilatasi arteri meningea yang mensuplai darah ke
tumor. Kalsifikasi terdapat pada 20-25% kasus dapat bersifat fokal
maupun difus (Fyann, 2004).
5.2 CT scan
Meningioma mempunyai gambaran yang agak khas tetapi tidak
cukup spesifik apabila diagnosis tanpa dilengkapi pemeriksaan
angiografi dan eksplorasi bedah.
a. CT tanpa kontras
Kebanyakan meningioma memperlihatkan lesi hiperdens yang
homogen atau berbintik-bintik, bentuknya reguler dan berbatas
tegas. Bagian yang hiperdens dapat memperlihatkan gambaran
psammomatous calcifications. Kadang-kadang meningioma
memperlihatkan komponen hipodens yang prominen apabila
disertai dengan komponen kistik, nekrosis, degenerasi lipomatous
atau rongga-rongga (Fyann, 2004).
b. CSF yang loculated.
Sepertiga dari meningioma memperlihatkan gambaran isodens
yang biasanya dapat dilihat berbeda dari jaringan parenkim di
sekitarnya dan, hampir semua lesi-lesi isodens ini menyebabkan
efek masa yang bermakna. (Fyann, 2004).
c. CT dengan kontras :
Semua meningioma memperlihatkan enhancement kontras yang
nyata kecuali lesi-lesi dengan perkapuran. Pola enhancement
biasanya homogen tajam (intense) dan berbatas tegas. Duramater
yang berlanjut ke lesinya biasanya tebal, tanda yang relative
spesifik karena bisa tampak juga pada glioma dan metastasis
(Fyann, 2004). Di sekitar lesi yang menunjukkan enhancement,
bisa disertai gambaran hypodense semilunar collar atau
berbentuk cincin. Meningioma sering menunjukkan enhancement
heterogen yang kompleks. (Fyann, 2004).
6. KOMPLIKASI
Komplikasi operasi termasuk kerusakan jaringan otak di sekitarnya yang
normal. Perdarahan dan infeksi. Tumor akan dapat datang kembali, risiko
ini tergantung pada seberapa banyak tumor yang telah dioperasi dan
apakah itu jinak, atipikal, atau ganas. Jika tumor tidak dihilangkan
sepenuhnya dengan operasi, terapi radiasi sering direkomendasikan
setelah operasi untuk mengurangi risiko itu datang kembali (Park, 2012).
7. PENATALAKSANAN MEDIS
7.1 Penanganan medis secara simptomatis diberikan berdasarkan gejala
yang timbul, pemberian kortikosteroid sebelum dan sesudah operasi
secara bermakna menurunkan angka mortalitas dan morbiditas,
sehubungan dengan reseksi bedah (Haddad, 2002), untuk
penanganan medis terhadap meningioma sendiri dapat diberikan
mifepriston dan idroxyurea, sebagai antiprogesteron. (Black, 1995).
Pemberian inhibitor COX-2 dan inhibitor 5-LO masih dalam
penelitian (Nathoo, 2004). Kemoterapi berupa pemberian
Temozolomide pada pasien dengan meningioma rekuren dan reseksi
inkomplit, masih dalam fase II. (Chamberlain, 2004). Penggunaan
interferon sebagai angiostatik juga dapat dipertimbangkan (Muhr,
2001). Indikasi radiasi pada meningioma ialah meningioma yang
tidak memungkinkan untuk reseksi total, recurrent, tidak mungkin
dioperasi dan meningioma yang secara histologis ganas. Angka
berulangnya meningioma yang tidak direseksi total cukup tinggi
yaitu 55%, dan 20% pada reseksi total. Dewasa ini dikembangkan
radiosurgery, yaitu suatu teknik radiasi non operatif dan non
invasive yang dapat memberikan radiasi dosis tinggi pada jaringan
tumor, tapi jaringan normal sekitarnya menerima dosis minimal
radiasi, sehingga teknik ini lebih aman. Ada 2 jenis radiosurgery
yaitu fractionated stereotactic radiosurgery dan gamma knife
radiosurgery (GKS) (Chang, 2003).
7.2 Dalam penanganan operatif, jika memungkinkan semua jaringan yang
terkena atau hiperostosis tulang harus dikeluarkan. Dura yang
terkena harus direseksi, untuk ini dianjurkan untuk dilakukan
duraplasti. Dural tail yang telihat pada MRI juga harus dikeluarkan.
Pada pasien diberikan kortikosteroid sebagai antiudema. Untuk
mencegah peningkatan tekanan intrakranial karena batuk dan
mengedan, maka diberikan antitusif dan laxative. Karena terdapat
meningioma pada beberapa tempat, maka tidak mungkin dilakukan
reseksi pada semua tempat, sehingga perlu dilanjutkan dengan
radioterapi dan pemberian modulasi hormon. Diharapkan dengan
radiasi dan pemberian modulasi hormon, tumor yang tersisa tidak
bertambah besar, tidak bertambah banyak, dan tidak berulang. Bila
reseptor progesteron pada jaringan tumor tinggi, pasien ini dapat
diberikan antiprogesteron. Pasien juga harus diberitahu untuk tidak
menggunakan kontrasepsi hormonal. Sebelum dilakukan reseksi
tumor dilakukan ligasi feeding artery, yang tujuannya untuk
mencegah komplikasi perdarahan saat dilakukan reseksi tumor.
Komplikasi operasi termasuk kerusakan jaringan otak di sekitarnya
yang normal, perdarahan, dan infeksi. Sekitar 20 persen orang yang
tidak memiliki serangan sebelum operasi akan mengembangkan
mereka setelah operasi. Obat anti kejang biasanya dianjurkan setelah
operasi, dan secara perlahan dihentikan setelah operasi jika kejang
tidak terjadi. Setelah operasi, beberapa orang mengalami masalah
neurologis, seperti kelemahan otot, masalah bicara, atau kesulitan
dengan koordinasi. Gejala-gejala ini tergantung pada tempat tumor
berada. Setelah operasi, ada kemungkinan bahwa tumor akan
kembali. Risiko ini tergantung pada seberapa banyak tumor yang
telah dioperasi dan apakah itu jinak, atipikal, atau ganas. Jika tumor
tidak dihilangkan sepenuhnya dengan operasi, terapi radiasi sering
direkomendasikan setelah operasi untuk mengurangi risiko itu
datang kembali (Park, 2012).
Terapi radiasi dengan menggunakan energi tinggi sinar X untuk
merusak sel tumor. Sinar-x secara hati-hati ditujukan pada daerah
otak yang terkena tumor. Tidak seperti sel normal, sel tumor kurang
mampu memperbaiki kerusakan yang disebabkan oleh radiasi.
Terapi radiasi sering direkomendasikan setelah operasi atau jika
operasi tidak mungkin. Jika operasi dilakukan, terapi radiasi
biasanya dimulai setelah orang tersebut telah sepenuhnya pulih dari
operasi. Pengobatan dengan radiasi dapat diberikan dalam beberapa
dosis kecil. Ini disebut terapi radiasi difraksinasi. Hal ini dilakukan
lima hari per minggu selama lima sampai enam minggu, dan setiap
perlakuan hanya berlangsung beberapa detik (Park, 2012).
7.3 Radioterapi
Radioterapi proton dan ion carbon. Radioterapi ini dengan cara
mengkombinasikan carbon ion dengan partikel proton. Responnya
dilihat dengan menggunakan CT Scan, MRI, dan PET imaging.
Perencanaan pengobatan didasarkan pada CT 3mm leburan irisan
dengan kontras agen yang disempurnakan dengan menggunakan
MRI. Pada pemeriksaan meningioma, DOTATOC- PET/CT
digunakan untuk mengidentifikasi jaringan metabolik tumor yang
aktif dengan menggunakan rasio lesi-versus-normal. Ukuran tumor
itu sendiri tidak menjadi factor yang menentukan ketika
mengalokasikan pasien untuk pengobatan dengan menggunakan
partikel. Namun multifocality atau metastasis sistemik misalnya
melalui penyebaran CSF yang dianggap sebagai kontraindikasi
untuk iradiasi partikel yang umumnya ada ketika terjadi
kekambuhan. Toksisitanya sedang, mengakibatkan kelelahan, gejala
terputusnya saraf kranial dan kejang. Penambahan kemoterapi
ditoleransi dengan baik dan tidak meningkatkan toksisitas
pengobatan. Usia dan jenis kelamin merupakan indikator respon dari
keberhasilan terapi ini (Rieken, 2012).
2.1 Pengkajian
2.1.1 Riwayat keperawatan
Data klien : nama, umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa, status
perkawinan, pendidikan, pekerjaan, golongan darah, penghasilan,
alamat, penanggung jawab, dll, keluhan utama, riwayat kesehatan
sekarang, riwayat kesehatan lalu
2.1.2 Pemeriksaan fisik: data focus
2.1.2.1 Saraf : kejang, tingkah laku aneh, disorientasi, afasia,
penurunan/kehilangan memori, afek tidak sesuai, berdesis.
2.1.2.2 Penglihatan : penurunan lapang pandang, penglihatan kabur
2.1.2.3 Pendengaran : tinitus, penurunan pendengaran, halusinasi
2.1.2.4 Jantung : bradikardi, hipertensi
2.1.2.5 Sistem pernafasan : irama nafas meningkat, dispnea,
potensial obstruksi jalan nafas, disfungsi neuromuskuler
2.1.2.6 Sistem hormonal : amenorea, rambut rontok, diabetes
melitus
2.1.2.7 Motorik : hiperekstensi, kelemahan sendi
2.1.3 Pemeriksaan Penunjang
2.1.3.1 Foto polos
Hiperostosis adalah salah satu gambaran mayor dari
meningioma pada foto polos. Diindikasikan untuk tumor
pada mening. Tampak erosi tulang dan dekstruksi sinus
sphenoidales, kalsifikasi dan lesi litik pada tulang
tengkorak. Pembesaran pembuluh darah mening
menggambarkan dilatasi arteri meningea yang mensuplai
darah ke tumor. Kalsifikasi terdapat pada 20-25% kasus
dapat bersifat fokal maupun difus (Fyann, 2004).
2.1.3.2 CT scan
Meningioma mempunyai gambaran yang agak khas tetapi
tidak cukup spesifik apabila diagnosis tanpa dilengkapi
pemeriksaan angiografi dan eksplorasi bedah.
a. CT tanpa kontras
Kebanyakan meningioma memperlihatkan lesi hiperdens
yang homogen atau berbintik-bintik, bentuknya reguler
dan berbatas tegas. Bagian yang hiperdens dapat
memperlihatkan gambaran psammomatous
calcifications. Kadang-kadang meningioma
memperlihatkan komponen hipodens yang prominen
apabila disertai dengan komponen kistik, nekrosis,
degenerasi lipomatous atau rongga-rongga (Fyann,
2004).
b. CSF yang loculated.
Sepertiga dari meningioma memperlihatkan gambaran
isodens yang biasanya dapat dilihat berbeda dari
jaringan parenkim di sekitarnya dan, hampir semua lesi-
lesi isodens ini menyebabkan efek masa yang bermakna.
(Fyann, 2004).
c. CT dengan kontras :
Semua meningioma memperlihatkan enhancement
kontras yang nyata kecuali lesi-lesi dengan perkapuran.
Pola enhancement biasanya homogen tajam (intense)
dan berbatas tegas. Duramater yang berlanjut ke lesinya
biasanya tebal, tanda yang relative spesifik karena bisa
tampak juga pada glioma dan metastasis (Fyann, 2004).
Di sekitar lesi yang menunjukkan enhancement, bisa
disertai gambaran hypodense semilunar collar atau
berbentuk cincin. Meningioma sering menunjukkan
enhancement heterogen yang kompleks (Fyann, 2004
Tujuan/criteria hasil:
a. Memperlihatkan pengendaian nyeri, yang dibuktikan
oleh indicator sebagai berikut:
1) tidak pernah
2) jarang
3) kadang-kadang
4) sering
5) selalu
Indikator 1 2 3 4 5
Mengenali awitan nyeri
Menggunakan tindakan
pencegahan
Melaporkan nyeri dapat
dikendaikan
Indikator 1 2 3 4 5
Ekspresi nyeri pada wajah
Gelisah atau ketegangan otot
Durasi episode nyeri
Merintih dan menangis
Gelisah
Perawatan dirumah:
a. Intervensi di atas dapat disesuaikan untuk perawatan
dirumah
b. Ajarkan klien dan keluarga untuk memanfaatkan
teknologi yang diperlukan dalam pemberian obat
Untuk lansia:
a. Perhatikan bahwa lansia mengalami peningkatan
sensitivitas terhadap efek analgesic opiate, dengan
efek puncak yang lebih tinggi dan durasi peredaan
nyeri yang lebih lama
b. Perhatikan kemungkinan interaksi obat-obat dan obat
penyakit pada lansia, karena lansia sering mengalami
penyakit multiple dan mengonsumsi banyak obat
c. Kenali bahwa nyeri bukan bagian dari proses norma
penuaan
d. Pertimbangkan untuk menurunkan dosis opioid dari
dosis biasanya untuk lansia, karena lansia lebih
sensitive terhadap opioid
e. Hindari penggunaan meperidin (demerol) dan
propoksifen (darvon) atau obat lain yang
dimetabolisme di ginjal
f. Hindari penggunaan obat dengan waktu paruh yang
panjang karena yang meningkatkan kemungkinan
toksisitas akibat akumulasi obat
g. Ketika mendiskusikan nyeri, pastikan pasien dapat
mendengar suara saudara dan dapat melihat tulisan
yang ada diskala nyeri
h. Ketika memberikan penyuluhan mengenai medikasi,
ulangi informasi sesering mungkin, tinggalkan
informasi tertulis untuk pasien
i. Kaji interaksi obat termasuk obat bebas
Indikator 1 2 3 4 5
Keseimbangan
Koordinasi
Performa posisi tubuh
Pergerakan sendi dan otot
Berjalan
Bergerak dengan mudah
Pasien akan:
a. memperlihatkan penggunaan alat bantu secara benar
dengan pengawasan
b. meminta bantuan untuk aktivitas mobilitas jika perlu
c. melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari secara
mandiri dengan alat bantu
d. menyangga berat badan
e. berjalan dengan menggunakan langkah-langkah yang
benar
f. berpindah dari dan ke kursi atau dari kursi
g. menggunakan kursi roda secara efektif
Perawatan dirumah
a. Kaji lingkungan rumah terhadap kendala dalam
mobilitas
b. Rujuk untuk mendapat layanan kesehatan dirumah
c. Rujuk ke layanan fisioterapi untuk memperoleh
latihan kekuatan, keseimbangan dan cara berjalan
d. Rujuk kelayanan ke terapi okupasi untuk alat bantu
e. Anjurkan untuk berlatih bersama anggota keluarga
atau teman
f. Ajarkan cara bangun dari tempat tidur secara
perlahan
8. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko ketidakefektifan Perfusi serebral berhubungan dengan
tumor di otak.
2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan
gangguan pergerakan dan kelemahan
3. Gangguan rsa nyaman, nyeri berhubungan dengan peningatan
tekanan intrakranial
9. ANALISA DATA
No Data Etiologi Masalah
1. DS : Tumor otak Resiko
ketidakefektifan
Keluarga klien mengatakan klien Perfusi serebral
masih sakit kepala,tengkuk sakit, berhubungan
bahu kram, pandangan kurang jelas Mendesak ruang dengan gangguan
TIK aliran darah di
DO : otak.
- T : 36,8OC
- N : 90x/menit
- RR : 27x/menit
- TD : 130/90 mmHg
2. DS : Gangguan Hambatan
pergerakan dan Mobilitas fisik
1. - Keluarga klien mengatakan klien kelemahan
agak sulit begerak
2.
3. - Keluarga klien mengatakan hanya
bisa menggerakan ekstremitas
bagian kanan.
DO :
5. Skala otot
44 5
4444 5555
44 5
4444 5555
- Klien hanya berbaring di tempat
tidur
3. DS : Tumor otak Gangguan rasa
nyaman, nyeri
Pasien mengeluh nyeri berhubungan
Mendesak ruang dengan
P : nyeri di bagian kepala TIK peningatan
tekanan
Q : Nyeri terasa senut-senut intrakranial
Kompensasi
R : nyeri di area pembedahan
akibat peningkatan
TIK
S : skala 4
T : nyeri sewaktu-waktu
Menekan saraf
DO : bebas
- klien tampak
memegang kepala
yang sakit
Keterangan :
- TTV : 1. Keluhan ekstrim
2. Keluhan berat
T : 36,8OC 3. Keluhan sedang
4. Keluhan ringan
N : 90x/menit 5. Tidak ada keluhan
RR: 27x/menit
TD:130/90mmHg
2. Hambatan mobilitas Setelah dilakukan asuhan 1. Monitor tanda-tanda
fisik berhubungan keperawatan selama 3x24 jam, vital
dengan penurunan diharapkan klien mampu 2. Kaji kemampuan klien
gangguan pergerakan Kriteria hasil : dalam mobilisasi
dan kelemahan di 3. Bantu klien mengubah
tandai dengan : posisi tidur
DS : Indikator I 4. Ajarkan
E keluaraga
IR ER untuk melakukan
- Keluarga klien latihan gerak aktif dan
Keseimbangan 3 5
mengatakan klien fasif pada ekstrimitas
agak sulit begerak Koordinasi 3 5 yang sakit
5. Kolaborasi dengan
- Keluarga klien Performa posisi tubuh 3 5 fisioterapi
mengatakan hanya 6. Kolaborasi pemberian
bisa menggerakan 3 obat dengan dokter
ekstremitas bagian Pergerakan sendi dan
3 5
kanan. otot
DO : 3 5
Berjalan
- Keadaan klien
tampak lemah dan Bergerak dengan 3 5
lemas.
mudah
- Kelemahan anggota
gerak
3
- Saat diminta
menggerakkan kaki
bagian kiri klien Keterangan:
tampak belum 1. Gangguan ekstrim
mampu 2. Berat
3. Sedang
- Kesadaran pasien 4. Ringan
Apatis 5. Tidak mengalami gangguan
- TTV
T : 36.8 oC
N : 90 x/menit
RR : 27 x/menit
TD : 130/90 mmH
- Skala otot
4444 5555
- Klien hanya
berbaring di tempat
tidur
3 Gangguan rasa Setelah dilakukan tindakan 1. Berikan lingkungan yang
3. nyaman, nyeri keperawatan selama 2x9 jam, tenang
berhubungan dengan diharapkan nyeri dapat berkurang 2. Tingkatkan tirah
peningatan tekanan dan terasi dengan kriteria : baring,bantu perawatan
intrakranial di tandai diri pasien
dengan : - Skala nyeri berkurang 3. Dukung klien untuk
menemukan posisi yang
DS : - Pasien terlihat rileks nyaman
4. Berikan rom aktif/fasif
Pasien mengeluh - Melaporkan nyeri hilang / 5. Kolaborasi pemberian
nyeri terkontrol obat analgetik
DO : episode
3
nyeri
- Klien tampak lemah 4
Merintih
- Klien hanya dan
berbaring ditempat menangis 3
tidur 4
Gelisah
- Klien tampak
menahan rasa
nyeri,pusing Keterangan:
1. Sangat berat
- TTV 2. Berat
3. Sedang
T : 36.8 oC 4. Ringan
5. Tidak ada
N : 95 x/menit
RR : 27x/menit
TD : 130/90 mmHg
Daftar Pustaka
Andrew E H, Elia M.D, Helen A Shih, Jay S Loeffler. 2007. Stereotactic
radiation treatment for benign meningiomas. Journal Of Neurosurgery.
Vol. 23 No. 4.
Chang JH, Chang JW, Choi JY, Park YG, Chung SS. Complications after
gamma knife radiosurgery for benign meningiomas. J Neurol
Neurosurg Psychiatry 2003;74:226-30.
Park John K, Peter McLaren Black, Helen A Shih. 2012. Patient information:
Meningioma (Beyond the Basics). UpToDate Marketing Professional.
LAPORAN PENDAHULUAN
MENINGIOMA DI RUANG NUSA INDAH
RSUD Dr. DORIS SYLVANUS PALANGKA RAYA
GI ILMU
NG K
TI
ES
H
SEKOLA
S T I K E S E HATAN
C
SA
A
H G
B AY
A BAN
A
NJ IN
ARMAS
OLEH :
AGUSTINA TARIHORAN,S.Kep
NIM. 19.31.1335
TAHUN 2019-2020
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PENDAHULUAN
GI ILMU
NG K
TI
ES
H
SEKOLA
E HATAN
S T I K E S
C
A
H SA
B AY G
A BAN
A
NJ IN
ARMAS
OLEH :
AGUSTINA TARIHORAN,S.Kep
NIM. 19.31.1335
Mengetahui,
( ) ( )