LAPORAN PRAKTIKUM HIDROLOGI FIX BISMILLAH BNGT
LAPORAN PRAKTIKUM HIDROLOGI FIX BISMILLAH BNGT
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Hidrologi yang diampu oleh :
Oleh
Kelompok 9
Muhammad Rafiq Aditya Muttaqin 1804746
Muhammad Alwan Naufal 1807915
Faarijal Hammi Kaasyifa 1805179
Muhammad Ghozi Alfattah Khairul 1804247
Dwiyantri Rahesanita 1806936
Rahma Nur Hasanah 1804358
Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan karunia-
Nya penulis masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan tugas praktikum Hidrologi yang
berlokasi di Kecamatan Ciwidey, Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat hingga akhirnya
dapat pula menyelesaikan Laporan Praktikum Hidrologi
Laporan Praktikum ini dapat tersusun secara sistematis atas dukungan dari berbagai pihak
yang turut serta untuk membantu dan membimbing dalam terselesaikannya laporan
praktikum ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak
yang telah terlibat dalam proses penulisan laporan ini, terutama kepada:
1. Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa.
2. Kedua orang tua dan keluarga yang senantiasa memberikan dukungan moral dan
materi
3. Dosen pengampu Mata Kuliah Hidrologi, Bapak Prof. Dr. Ir. Dede Rohmat, M.T dan
Bapak Arif Ismail, S.Si., M.Si., yang senantiasa membimbing dan memberikan
ilmunya
4. Rekan-rekan kelompok yang membantu dalam proses penyelesaian laporan praktikum
hidrologi.
5. Teman-teman Program Studi Sains Informasi Geografi 2018
Dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Tuhan akhirnya laporan praktikum
ini dapat terselesaikan. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya
dan bagi pembaca pada umumnya.
Kami menyadari mungkin dalam penulisan laporan praktikum ini masih ada kekurangan dan
kesalahan, oleh karena itu kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan
demi kesempurnaan laporan ini.
Bandung, November 2019
Penulis
iii | L a p o r a n P a r a k t i k u m H i d r o l o g i K e l o m p o k 9 – S a i n s
Informasi Geografi 2018
DAFTAR TABEL
Tabel 4. Hubungan Luas Penampang dan Debit menggunakan Metode Pelampung .... 38
Tabel 5. Hubungan Luas Penampag dan Debit menggunakan Metode Slope Area ...... 38
iv | L a p o r a n P a r a k t i k u m H i d r o l o g i K e l o m p o k 9 – S a i n s
Informasi Geografi 2018
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Siklus Hidrologi .............................................................................................. 6
Gambar 2. Peta RBI Soreang .......................................................................................... 19
Gambar 3. Peta RBI Rancabali ....................................................................................... 19
Gambar 4. Peta Geologi Sindangbarang ......................................................................... 19
Gambar 5. Botol Air Mineral .......................................................................................... 20
Gambar 6. Tali Rafia....................................................................................................... 20
Gambar 7. Pita Ukur ....................................................................................................... 20
Gambar 8. Waterpass ...................................................................................................... 21
Gambar 9. Handphone .................................................................................................... 21
Gambar 10. Papan Dada ................................................................................................. 21
Gambar 11. Kompas Bidik ............................................................................................. 22
Gambar 12. Penggaris ..................................................................................................... 22
Gambar 13. Ember .......................................................................................................... 22
Gambar 14. Infiltrometer ................................................................................................ 23
Gambar 15. Clinometer ................................................................................................... 23
Gambar 16. Alat Tulis..................................................................................................... 23
Gambar 17. Tongkat ....................................................................................................... 24
Gambar 18. Payung ......................................................................................................... 24
Gambar 19. Batu ............................................................................................................. 24
Gambar 20. Air ............................................................................................................... 25
Gambar 21. Balok Kayu ................................................................................................. 25
Gambar 22. Corong ......................................................................................................... 25
Gambar 23. pH Stick....................................................................................................... 26
Gambar 24. GPS ............................................................................................................. 26
Gambar 25. Peta Lokasi Pengukuran Debit Sungai ........................................................ 48
Gambar 26 Peta Pengukuran Infiltrasi ........................................................................... 51
Gambar 27. Peta Geologi Sebaran Plot Sumur Kelompok 9 .......................................... 52
Gambar 28. Konduktivitas Hidraulik .............................................................................. 61
vi | L a p o r a n P a r a k t i k u m H i d r o l o g i K e l o m p o k 9 – S a i n s
Informasi Geografi 2018
DAFTAR GRAFIK
vii | L a p o r a n P a r a k t i k u m H i d r o l o g i K e l o m p o k 9 – S a i n s
Informasi Geografi 2018
BAB I
PENDAHULUAN
Air merupakan sumber kehidupan makhluk hidup. Bahkan planet yang dihuni
manusia (bumi) disebut planet air. Lebih kurang 70,8% dari luas muka bumi yang
luasnya 510 juta km2 adalah laut. Air yang ada dibumi bersifat dinamis. Air terus
bergerak dan mengalami daur hidrologi. Mulai dari laut, menuju atmosfer, turun ke
darat hingga kembali ke laut begitu seterusnya.
Ilmu yang mengkaji tentang air adalah hidrologi yang mencakup daur hidrologi.
Masalah mengenai air sangat kompleks, seperti pencemaran air, intrusi air laut, dan
kekeringan sumur. Sedangkan kebutuhan air untuk saat ini sulit didapat terutama air
bersih untuk dikonsumsi. Dibeberapa daerah bahkan ada yang sulit mendapatkan air
bersih atau air untuk memenuhi kebutuhan hidup dan untuk menjalankan aktivitas
sehari-hari. Bukan saja manusia yang menerima dampaknya, tumbuhan dan binatang
pun menjadi korban.
6. Bagaimana daya tampung/ storage dan bentuk sketsa dari Situ Patenggang di
lokasi praktikum?
6. Mengetahui dan mengidentifikasi daya tampung/ storage dan bentuk sketsa dari
Situ Patenggang di lokasi praktikum
Laporan ini disusun dengan harapan dapat memberikan kegunaan baik secara teoretis
maupun secara praktis. Secara teoretis laporan ini berguna sebagai pengembangan
konsep penelitian mengenai hidrologi. Secara praktis, laporan ini diharapkan
bermanfaat bagi:
TINJAUAN PUSTAKA
Hidrologi adalah ilmu yang memelajari air dalam segala bentuknya (cairan,
gas, padat) pada, dalam, dan diatas permukaan tanah. Termasuk di dalamnya adalah
penyebaran, daur dan perilakunya, sifat-sifat fisika dan kimianya, serta hubungan-
hubungan dengan unsur-unsur hidup dalam air itu sendiri.Cabang-cabang ilmu
Hidrologi sendiri meliputi Hidrometeorologi (ilmu yang memelajari air yang berada
di atmosfer), Hidrogeologi (ilmu yang memelajari air yang berada di bawah
permukaan bumi), Potamologi (ilmu yang memelajari air yang mengalir di
permukaan), Limnologi (ilmu yang memelajari air yang menggenang di permukaan
bumi) dan Kriologi (ilmu yang memelajari air yang berbentuk padat).
Secara luas hidrologi meliputi pula pergerakan dan distribusi, berbagai bentuk air,
termasuk transformasi antara keadaan cair, padat dan gas dalam atmosfer, di atas dan
di bawah permukaan tanah. Penelitian Hidrologi juga memiliki kegunaan lebih lanjut
bagi teknik lingkungan, kebijakan lingkungan, dan perencanaan. Hidrologi juga
memelajari perilaku hujan terutama meliputi periode ulang curah hujan karena
berkaitan dengan perhitungan banjir serta rencana untuk setiap bangunan teknik sipil
antara lain bendungan dan jembatan.
a. Siklus Hidrologi :
Daur Hidrologi, yaitu perjalanan air dari permukaan air laut ke atmosfer kemudian
ke permukaan tanah dan kembali lagi ke laut yang tidak pernah berhenti, air
tersebut akan tertahan (sementara) di sungai, danau/waduk, dan dalam tanah
sehingga dapat dimanfaatkan oleh manusia atau makhluk hidup lainnya. Namun
daur hidrologi sebenarnya tidak sesederhana yang dibayangkan, karena daur
hidrologi dapat berupa daur pendek, yaitu hujan yang segera dapat mengalir
kembali ke laut, tidak adanya keseragaman waktu yang diperlukan oleh suatu daur
hidrologi. Selama musim kemarau kelihatannya daur seolah-olah berhenti,
sedangkan dalam musim hujan berjalan kembali. Intensitas dan frekuensi daur
hidrologi tergantung pada letak geografi dari keadaan iklim suatu lokasi. Berbagai
bagian daur hidrologi dapat menjadi sangat kompleks, sehingga hanya dapat
~ Tipe vegetasi
~ Kondisi/umur vegetasi
~ Intensitas hujan
~ Lokasi
~ Luas tajuk penutup vegetasi atau kerapatan
d. Evaporasi
Evaporasi adalah penguapan air dari permukaan air, tanah. Dan bentuk permukaan
bukan vegetasi lainnya oleh proses fisika. Dua unsur utama untuk berlangsungnya
evaporasi adalah energi (radiasi) matahari dan ketersediaan air. Sebagian radiasi
gelombang pendek (shortwave radiation) matahari akan diubah menjadi energi
panas di dalam tanaman, air, dan tanah. Udara tersebut akan menghangatkan udara
disekitarnya. Panas yang dipakai untuk menghangatkan partikel-partikel berbagai
material di uadara tanpa mengubah bentuk partikel tersebut dinamakan panas
tampak (sensible heat). Sebagian dari energimatahari akan diubah menjadi tenaga
mekanik. Tenaga mekanik ini akan menyebabkan perputaran udara dan uap air di
atas permukaan tanah jenuh, dan mempertahankan tekanan uap air yang tinggi
pada bidang evaporasi. Ketersedian air melibatkan tidak hanya jumlah air yang
ada saja, tetapi persediaan air yang siap untuk terjadinya epavorasi. Permukaan
bidang evaporasi yang kasar akan memberikan laju epavorasi yang tinggi daripada
bidang permukaan rata karena pada bidang permukaan yang lebih kasar besarnya
turbulent meningkat.Menurut Lakitan (dalam Anonim tidak ada tahun:1)
menyatakan bahwa evaporasi adalah salah satu komponen siklus hidrologi, yaitu
peristiwa menguapnya air dari permukaan air, tanah dan bentuk permukaan bukan
10 | L a p o r a n P a r a k t i k u m H i d r o l o g i K e l o m p o k 9 – S a i n s
Informasi Geografi 2018
dari vegetasi lainnya.Evaporasi merupakan proses penguapan air yang berasal dari
permukaan bentangan air atau dari bahan padat yang mengandung air. Sedangkan
menurut Manan dan Suhardianto (dalam Anonim tidak ada tahun:1), evaporasi
(penguapan) adalah perubahan air menjadi uap air. Air yang ada di bumi bila
terjadi proses evaporasi akan hilang ke atmosfer menjadi uap air.Evaporasi dapat
terjadi dari permukaan air bebas seperti bejana berisi air, kolam, waduk, sungai
ataupun laut. Proses evaporasi dapat terjadi pada benda yang mengandung air,
lahan yang gundul atau pasir yang basah. Pada lahan yang basah, evaporasi
mengakibatkan tanah menjadi kering dan dapat memengaruhi tanaman yang
berada di tanah itu. Mengetahui banyaknya air yang dievaporasi dari tanah adalah
penting dalam usaha mencegah tanaman mengalami kekeringan dengan
mengembalikan sejumlah air yang hilang karena evaporasi.
Menurut Manan dan Suhardianto (dalam Anonim tidak ada tahun:1), umumnya
radiasi matahari tinggi diikuti suhu udara tinggi dan kelembaban udara rendah.
Kedua hal ini dapat memacu terjadinya evaporasi. Angin yang kencang membuat
kelembaban udara rendah, hal inipun memacu evaporasi. Laju evaporasi sangat
tergantung pada masukan energi yang diterima. Semakin besar jumlah energi yang
diterima, maka akan semakin banyak molekul air yang diuapkan. Sumber energi
utama untuk evaporasi adalah radiasi matahari. Oleh sebab itu, laju evaporasi
yang tinggi tercapai pada waktu sekitar tengah hari (solar noon). Selain masukan
energi, laju evaporasi juga dipengaruhi oleh kelembaban udara di atasnya.
Menurut Lakitan (dalam Anonim tidak ada tahun: 1) laju evaporasi akan semakin
terpacu jika udara diatasnya kering (kelembaban rendah), sebaliknya akan
terhambat jika kelembaban udaranya tinggi. Evaporasi sangat bergantung kepada
karakteristik lokasi sehingga faktor-faktor meteorologi yang berperan dalam
proses evaporasi dapat berbeda dari tempat ke tempat lainnya.
11 | L a p o r a n P a r a k t i k u m H i d r o l o g i K e l o m p o k 9 – S a i n s
Informasi Geografi 2018
~ Faktor-faktor meteorologi
a. Radiasi Matahari
b. Temperaturudara dan permukaan
c. Kelembaban
d. Angin
e. Tekanan Barometer
~ Faktor-faktor Geografi
a. Kualitas air (warna, salinitas dan lain-lain)
b. Jeluk tubuh air
c. Ukuran dan bentuk permukaan air
~ Faktor-faktor lainnya
a. Kandungan lengas tanah
b. Karakteristik kapiler tanah
c. Jeluk muka air tanah
d. Warna tanah
e. Tipe, kerapatan dan tingginya vegetasi
f. Ketersediaan air (hujan, irigasi dan lain-lain).
e. Transpirasi
Transpirasi adalah penguapan air dari daun dan cabang tanaman melalui pori-pori
daun oleh proses fisiologi. Daun dan cabang umumnya dibalut lapisan mati yang
disebut (cuticle) yang kedap uap air. Air diserap dari akar tumbuhan dan air,
kemudian diangkut melalui xilem ke semua bagian tumbuhan khususnya daun.
Air yang berlebihan akan disingkirkan melalui proses transpirasi. Kadar
kehilangan air melalui transpirasi melebihi kadar pengambilan air tumbuhan
tersebut, pertumbuhan pokok akan terhalang.
Menurut Michael (dalam Rury, Gusnimar dan Desriningsih 2009:4), menyatakan
bahwaproses hilangnya air dalam bentuk uap air dari jaringan hidup tanaman yang
terletak di atas permukaan tanah melewati stomata, lubang kutikula, dan lentisel
80% air yang ditranspirasikan berjalan melewati lubang stomata, paling besar
peranannya dalam transpirasi.
Faktor-faktor transpirasi ada tiga, yaitu meteorologi, vegetasi dan tanah
(kelembapan tanah) berikut uraiannya:
12 | L a p o r a n P a r a k t i k u m H i d r o l o g i K e l o m p o k 9 – S a i n s
Informasi Geografi 2018
~ Kemampuan atmosfer untuk berlangsungnya proses penguapan dari permukaan
daun atau tajuk vegetasi ditentukan oleh besarnya suhu udara (tepat di atas
permukaan daun dan suhu daunnya sendiri), beda tekanan uap air yang
berlangsung di tepat tersebut, dan kecepatan angin.faktor meteorology lainnya
seperti, intensitas dan frekuensi hujan berperan dalam menentukan besarnya
penguapan air dari curah hujan (proses intersepsi) dalam proses intersepsi
berlangsungnya penguapan air dari permukaan daun/tajuk lebih mudah
dibandingkan penguapan air yang terjadin melalui mekanisme pembukaan
pori-pori daun (proses transpirasi)
~ Pengaruh vegetasi ditentukan oleh karakteristik permukaan daun/tajuk yang
merupakan bidang permukaan.tingkat reflektif yang terjadi pada daun/tajuk
akan menentukan besarnya radiasi matahari yang dapat diserap oleh vegetasi
yang bersangkutan/ selain itu, kekasaran permukaan vegetasi. Permukaan
tajuk yang lebih kasar akan meningkatkan besarnya tranpirasi karena dengan
struktur permukaan yang kasar dapat menciptakan kondisi yang kondusif
terhadap aliran udara yang tidak beraturan sehingga dapat mempercepat proses
penguapan yang terjdai pada permukaan tajuk vegetasi tersebut.Sistem
perakaran vegetasi ketika air dalam keadaan cukup banyak, peranan akar
vegetasi terhadap proses penguapan air kemungkinan tidak terlalu besar, tetapi
ketika cadangan air tanah mulai menyusut, factor kedalaman dan kerapatan
akar vegetasi menjadi penting. Ketika kelembapan dalam tanah menyusut,
vegetasi dengan sistem perakaran dangkal akan menguapkan air pada
tingkatan lebih rendah daripada laju potensialnya. Sementara vegetasi yang
memiliki sistem perakaran yang lebih dalam dan masih mampu melakukan
proses transpirasi pada tingkat sama dengan laju potensial.
~ Kadar kelembapan tanah ikut menentuksn besar kecilnya transpirasi, terutama
apabila keadaan kelembapan berkurang sampai pada titik ketika vegetasi
tersebut ridak lagi dapat dimanfaatkan cadangan kelembapan air yang ada di
dalam tanah. (wilting point). Sebaliknya, pada keadaan ketika kelembapan
tanah cukup, artinya berada diantara keadaan wilting point dan field capacity,
transpirasi secara material tidak dipengaruhi oleh kelembapan tanah.Field
capacity atau kapasitas lapang tanah adalah keadaan ketika air tetap tinggal
dalam tanah dan tidak bergerak ke bawah oleh gaya gravitasi. Besar kecilnya
13 | L a p o r a n P a r a k t i k u m H i d r o l o g i K e l o m p o k 9 – S a i n s
Informasi Geografi 2018
lapang tanah dipengaruhi oleh struktur tanah. Pada tanah dengan kapasitas air
tanah tersedia terbatas, kelembapan air dalam tanah mudah berkurang dan
akan menurun laju evapotranspirasi di bawah laju evapotranspirasi
potensial.Evapotranspirasi potensial adalah nilai yang menggambarkan
kebutuhan lingkungan, sekumpulan vegetasi, atau kawasan pertanian untuk
melakukan evapotranspirasi yang ditentukan oleh beberapa faktor, seperti
intensitas penyinaran matahari, kecepatan angin, luas daun, temperatur udara,
dan tekanan udara. Evapotranspirasi potensial juga menggambarkan energi
yang didapatkan oleh kawasan tersebut dari matahari.
1. Pada tranpirasi
a. Proses fisiologis atau fisika yang termodifikasi
b. Diatur bukaan stomata
c. Diatur beberapa macam tekanan
d. Terjadi dijaringan hidup
e. permukaan sel basah
2. Pada evaporasi
a. Proses fisika murni
b. Tidak diatur bukaan stomata
c. Tidak diatur oleh tekanan
d. Tidak terbatas pada jaringan hidup
e. Permukaan yang menjalankannya menjadi kering.
Sebagian besar air yang diserap tanaman ditranspirasikan. Menurut Fitter (dalam
Rury, Gusnimar dan Desriningsih 2009:5)tanaman jagung, dari 100% air yang
diserap 0,09% untuk menyusun tubuh, 0,01% untuk pereaksi, 98,9% untuk
ditranspirasikan.
Menurut Jumin (dalam Rury, Gusnimar dan Desriningsih 2009:5)transpirasi dapat
membahayakan tanaman jika lengas tanah terbatas, penyerapan air tidak mampu
mengimbangi laju transpirasi, sehingga mengakibatkan tanaman layu, layu permanen,
mati, hasil tanaman menurun. Sering terjadi di daerah kering, perlu irigasi.
Peranan transpirasi:
1. Pengangkutan air ke daun dan difusi air antar sel
2. Penyerapan dan pengangkutan air dan hara
3. Pengangkutan asimilat
4. Membuang kelebihan air
5. Pengaturan bukaan stomata
15 | L a p o r a n P a r a k t i k u m H i d r o l o g i K e l o m p o k 9 – S a i n s
Informasi Geografi 2018
6. Mempertahankan suhu daun.
Macam-macam transpirasi:
1. Stomater :80 – 90% total transpirasi
2. Kutikuler : 20% total transpirasi
3. Lentikuler : 0,1% total transpirasi.
Transpirasi sangat berkaitan dengan stomata. Stomata pada umumnya terdapat
pada bagian-bagian tumbuhan yang berwarna hijau, terutama sekali pada daun-
daun tanaman. Pada daun-daun yang berwarna hijau stomata terdapat pada satu
permukaannya saja.Adaptasi tumbuhan terhadap transpirasi, pada daun tumbuhan
seperti pohon Cemara, Jati dan Akasia mengurangi penguapan dengan cara
menggugurkan daunnya di musim panas.Pada tumbuhan padi-padian, liliacea dan
jahe-jahean,tumbuhan jenis ini mematikan daunnya pada musim kemarau. Pada
musim hujan daun tersebut tumbuh lagi. Contoh kaktus: Melocactus curvispinus
tumbuhan yang hidup di gurun pasir atau lingkungan yang kekurangan air (daerah
panas) misalnya Kaktus, mempunyai struktur adaptasi khusus untuk
menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Pada tumbuhan yang terdapat di
daerah panas, jika memiliki daun maka daunnya berbulu, bentuknya kecil-kecil
dan kadang-kadang daun berubah menjadi duri dan sisik.Lapisan lilin kulit luar
daunnya tebal, mempunyai lapisan lilin yang tebal dan mempunyai sedikit
stomata untuk mengurangi penguapan. Beberapa tumbuhan di gurun pasir
daunnya menutup (mengatup) pada siang hari dan membuka pada malam hari
untuk menghindari penguapan yang berlebih. Menurut Salisbury (dalam Rury,
Gusnimar dan Desriningsih 2009:6) sistem perakaran tumbuhan di daerah panas
memiliki akar yang panjang-panjang sehingga dapat menyerap air lebih banyak.
f. Perkolasi
Perkolasi merupakan salah satu faktor yang memengaruhi perhitungan besarnya
kebutuhan air di sawah. Perkolasi adalah proses mengalirnya air dibawah
permukaan tanah akibat adanya gaya gravitasi atau tekanan hidrostatik atau juga
dari keduanya, dan suatu lapisan tanah ke lapisan tanah dibawahnya, hingga
mencapai permukaan air tanah pada lapisan jenuhnya. Jenis air ini tidak dapat
dimanfaatkan untuk tanaman. Dalam serangkaian masuknya air hujan atau
pemberian air irigasi melalui permukaan tanah (infiltrasi) ke dalam tanah dan
bergeraknya air di dalam penampang tanah (permeabilitas). Kadang-kadang
16 | L a p o r a n P a r a k t i k u m H i d r o l o g i K e l o m p o k 9 – S a i n s
Informasi Geografi 2018
istilah perkolasi, juga digunakan untuk menunjukkan perkolasi di bawah zona
perakaran tanaman yang normal. Perkolasi atau peresapan air kedalam tanah
dibedakan menjadi dua, yaitu perkolasi vertikal dan perkolasi horizontal.
Faktor-faktor yang memengaruhi perkolasi adalah :
- Sifat tanah
- Air tanah
- Keadaan medan
17 | L a p o r a n P a r a k t i k u m H i d r o l o g i K e l o m p o k 9 – S a i n s
Informasi Geografi 2018
BAB III
METODE PENELITIAN
Menurut Sugiyono (2008 : 72) bahwa metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk
mendpaatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Menurut Nasir (1988:51) bahwa
metode penelitian merupakan cara utama yang digunakan peneliti untuk mencapai tujuan dan
menentukan jawaban atas masalah yang diajukan
Pada hari kedua, pengukuran dilakukan yaitu Infiltrasi dan Storage Situ Patenggang
yang berlokasi di komplek situ patenggang dengan pemilihan penggunaan lahan
Kebun teh.
Praktikum Hidrologi dilaksanakan selama 3 hari, yakni pada tanggal 2,3,4 November
2019. Perjalanan menuju lokasi praktikum dari Universitas Pendidikan Indonesia
lebih kurang 2 jam. Berangkat pukul 06.00 – 08.00 WIB. Pengukuran Debit Aliran
Irigasi di Desa Sadu dimulai dari pukul 09.00-12.00 WIB dihari pertama yang
kemudian dilanjutkan dengan pengukuran sumur di Desa Alamendah pukul 13.00 –
16.00 WIB. Intersepsi diukur mulai dari hari pertama, yaitu pukul 19:00 WIB hingga
hari kedua dengan pengecekan hasil terakhir pada pukul 06.45 WIB. Pada hari kedua,
yakni hari Minggu, 3 Nopember 2019 dilanjutkan dengan pengukuran infiltrasi di
wilayah sekitar Situ Patenggang yang dimulai dari pukul 09.00-12.15 WIB.
Sedangkan pengukuran Danau dilakukan setelah pengukuran infiltrasi selesai, yaitu
pada pukul 13.00 – 15.00 WIB di Situ Patenggang.
Terdapat beberapa alat dan bahan yang digunakan selama praktikum, yaitu:
1. Peta Rupa Bumi Indonesia Lembar 1208:633 Soreang , adapun peta RBI Soreang
ini digunakan untuk peta acuan dasar menentukan lokasi pengukuran debit di
Bendung Cibeureum, Desa Sadu, Kecamatan Soreang.
18 | L a p o r a n P a r a k t i k u m H i d r o l o g i K e l o m p o k 9 – S a i n s
Informasi Geografi 2018
Gambar 2. Peta RBI Soreang
2. Peta Rupa Bumi Indonesi Lembar 1208:541 Rancabali, adapun peta RBI
Rancabali digunakan untuk menentukan titik-titik lokasi setiap kelompoknya
untuk melakukan pengukuran air tanah (air sumur).
19 | L a p o r a n P a r a k t i k u m H i d r o l o g i K e l o m p o k 9 – S a i n s
Informasi Geografi 2018
4. Pelampung yang terbuat dari botol air mineral terdiri atas 3 buah
6. Pita Ukur
20 | L a p o r a n P a r a k t i k u m H i d r o l o g i K e l o m p o k 9 – S a i n s
Informasi Geografi 2018
7. Waterpass
Gambar 8. Waterpass
8. Handphone
Gambar 9. Handphone
9. Papan dada
21 | L a p o r a n P a r a k t i k u m H i d r o l o g i K e l o m p o k 9 – S a i n s
Informasi Geografi 2018
10. Kompas Bidik
11. Penggaris 30 cm
22 | L a p o r a n P a r a k t i k u m H i d r o l o g i K e l o m p o k 9 – S a i n s
Informasi Geografi 2018
13. Infiltrometer
23 | L a p o r a n P a r a k t i k u m H i d r o l o g i K e l o m p o k 9 – S a i n s
Informasi Geografi 2018
16. 2 Tongkat yang berukuran 2 meter
18. Batu
24 | L a p o r a n P a r a k t i k u m H i d r o l o g i K e l o m p o k 9 – S a i n s
Informasi Geografi 2018
19. Air
25 | L a p o r a n P a r a k t i k u m H i d r o l o g i K e l o m p o k 9 – S a i n s
Informasi Geografi 2018
22. pH stick
23. GPS
24. Instrumen
26 | L a p o r a n P a r a k t i k u m H i d r o l o g i K e l o m p o k 9 – S a i n s
Informasi Geografi 2018
3.4 TEKNIK SURVEI DAN PENGAMBILAN DATA LAPANGAN
27 | L a p o r a n P a r a k t i k u m H i d r o l o g i K e l o m p o k 9 – S a i n s
Informasi Geografi 2018
1. Mengukur kedalaman sungai dengan bantuan kayu dan meteran, kemudian diukur
juga jarak antara kedalaman yang kita hitung(h). Hal ini bertujuan untuk mendapatkan
gambaran penampang basah sekaligus mengetahui luas penampangnya (A)
2. Mengukur kecepatan air dengan metode pelampung dan current meter (V)
3. Menghitung garis energi
4. Tentukan lokasi plot beri jarak 50 meter antarplot
5. Untuk keakuratan bahwa jarak antarplot 50 meter, ukur kembali dengan tali rafia yang
sudah diukur sepanjang 50 meter atau langsung menggunakan meteran, satu orang
jaga di hulu dan satu orang di hilir, catat hasil pengukuran
6. Ukur kemiringan aliran air dengan menggunakan 2 buah tongkat yang memiliki
panjang 2 meter, beri jarak antartongkat 105 cm, pasangkan water pass untuk
menyeimbangkan ketinggian, ukur dari ujung tongkat hingga dasar sungai, lalu ukur
dari batas permukaan air hingga dasar, catat hasil pengukuran, lakukan pengukuran
dari satu titik ke titik lain (dari hulu hingga hilir)
7. Mengukur kecepatan arus air sungai sediakan botol yang telah diisi air 2/3, hanyutkan
botol tersebut dari hulu sampai hilir, pengukuran ini dibagi tiga, yakni sungai bagian
kiri, tengah dan kanan, catat hasil pengukuran atau dengan menggunakan alat, yaitu
currentmeter.
28 | L a p o r a n P a r a k t i k u m H i d r o l o g i K e l o m p o k 9 – S a i n s
Informasi Geografi 2018
3. Bidik man membidik target man diluruskan terhadap objek yang dituju, setelah
target man sesuai dengan arah yang telah ditentukan oleh bidik man
4. Tancapkan tongkat yang telah diberi ukuran per sepuluh sentimeter, kemudian
ukur kedalaman air dengan melihat batas air pada tongkat, tentukan koordinat
dengan menggunakan aplikasi GPS Essentials.
5. Pengukuran ini dilakukan mulai dari titik awal hingga objek yang telah
ditentukan oleh bidik man
6. Catat hasil pengukuran.
Teknik Analisis Data adalah suatu metode atau cara untuk mengolah sebuah data menjadi
informasi sehingga karakteristik data tersebut menjadi mudah untuk dipahami dan juga
bermanfaat untuk menemukan solusi permasalahan, yang terutama adalah masalah yang
tentang sebuah penelitian.
Adapun teknik analisis data pada prktikum hidrologi ini sebagai berikut:
Analisi data debit air sungai dilakukan setelah kegiatan pengumpulan dan input data
setiap kelompok, lalu dilakukan perhitungan debit dengan persamaan Q = A. V
Setelah itu data setiap kelompok dianalisis regresi linear sederhana dengan bantuan
Ms. Excel untuk mengetahui hubungan antar luas penampang dengan kecepatan aliran
dan debit. Terakhir, melihat grafik luas penampang setiap kelompok.
3.6.2 ANALISIS DATA INFILTRASI
29 | L a p o r a n P a r a k t i k u m H i d r o l o g i K e l o m p o k 9 – S a i n s
Informasi Geografi 2018
yakni lokasi pertama di penggunaan lahan terbuka (tidak dibawah pohon) dan lokasi
kedua di bawah pohon, hal itu dilakukan untuk mengidentifikasi perbedaan laju
infiltrasi dibawah pohon dengan lahan terbuka.
Analisis data air tanah dilakukan dengan cara plotting di peta menggunakan aplikasi
arcGIS. Adapun output data air tanah ialah 2 jenis peta, yaitu Peta Jaringan Aliran
(Flownet) dan Peta Debit Air Tanah. Dengan bantuan aplikasi arcGIS atribut yang
diinput ialah elevasi muka air, koordinat setiap sumur, dan debit air tanah setiap
sumur.
Analisis data storage dilakukan setelah pengumpulan data setiap kuadran yang
sebelumnya sudah dibagi menjadi 4 kuadran. Data yang diambil dalam pengukuran 4
kuadran tersebut ialah, koordinat serta kedalaman air.
Setelah diketahui luas dan volume pada setiap elevasi titik, selanjutnya dibuat Grafik
Lengkung Kapasitas Waduk, adapun rumus untuk menghitung luas sebagai berikut :
30 | L a p o r a n P a r a k t i k u m H i d r o l o g i K e l o m p o k 9 – S a i n s
Informasi Geografi 2018
BAB IV
Kelompok : Plot 8
Koordinat Pengukuran (UTM) : 7º 2’ 12,8” S, 107º 29’ 47,4”
Nama Sungai : Bendungan Cibeureum
Lokasi : Jalan Raya Soreang, Sadu, Kecamatan Soreang,
Bandung, Jawa Barat
Elevasi :
Tanggal : 2 November 2019
Pukul : 09.00-11.00 WIB
Kondisi penggunaan Lahan : Pemukiman
31 | L a p o r a n P a r a k t i k u m H i d r o l o g i K e l o m p o k 9 – S a i n s
Informasi Geografi 2018
2 1,15 0,34 0,90 0,391 1,035
1 2 3
0
0.2 Penampang Basah
0.4 Penampang Sungai
0.6
0.8
1
32 | L a p o r a n P a r a k t i k u m H i d r o l o g i K e l o m p o k 9 – S a i n s
Informasi Geografi 2018
Penampang Basah Sungai Akhir Plot
8
Penampang…
Penampang…
1 2 3
0 Penampang Basah
0.5 Penampang Sungai
1
1.5
Pengukuran debit aliran sungai menggunakan metode pelampung, alat yang digunakan yaitu
botol bekas yang telah diisi oleh air 3/4 sehingga ketika botol ditenggelamkan setengah badan
botol ada didalam air dan setengahnya lagi tegak lurus terhadap permukaan air, kemudian
botol tersebut diikat pada rapia dengan panjang 10 meter yang nantinya dihanyutkan dan
waktu yang ditempuh botol tersebut penulis hitung menggunakan stopwatch. Pengukuran
dilakukan pada segmen kiri, tengah, dan kanan sungai. Pengukuran kecepatan aliran sungai
dilakukan dengan metode pelampung pada sungai yang telah dibagi ke dalam 3 ruas yakni 2
pinggir sungai dan 1 di tengah.
Kelompok : Plot 8
Koordinat (UTM): 7º 2’ 12,8” S, 107º 29’ 47,4”E
Nama Sungai : Bendung Cibeureum
Lokasi : Jalan Raya Soreang, Sadu, Kecamatan Soreang, Bandung, Jawa Barat
Elevasi :
Tanggal : 2 November 2019
Pukul : 09.00-11.00 WIB
Penggunaan Lahan : Pemukiman
33 | L a p o r a n P a r a k t i k u m H i d r o l o g i K e l o m p o k 9 – S a i n s
Informasi Geografi 2018
Data Kecepatan dan Debit dengan Metode Pelampung
Diketahui :
Luas penampang (A) = 1,046 m2
Rerata Kecepatan aliran (V) bagian kiri = 0,54 m/detik
Rerata Kecepatan aliran (V) bagian tengah = 0,43 m/detik
Rarata Kecepatan aliran (V) bagian Kanan = 1,29 m/detik
Ditanyakan: Debit sesaat (Q) = ?
Penyelesaian: Q = V . A
V = V (kiri) + V (tengah) + V (kanan) / 3
= (0,54+0,43+1,29)/3
= 0,753 m/detik
Q = Vrerata x A
= 0,753 x 1,046 m2
= 0,787 m3/detik
Q tengah = Vtengah x A
= 0,43 m/s x 1,046 m2
= 0,449 m³/detik
34 | L a p o r a n P a r a k t i k u m H i d r o l o g i K e l o m p o k 9 – S a i n s
Informasi Geografi 2018
Berdasarkan hasil yang telah diperoleh dan sesuai perhitungan dengan
menggunakan rumus, maka diperoleh hasil perhitungan debit saluran air pada
aliran sungai dangan menggunakan Vrarata adalah 0,753 m3/detik dan menurut Q
tengah adalah 0,449 m³/detik.
Kelompok : Plot 8
35 | L a p o r a n P a r a k t i k u m H i d r o l o g i K e l o m p o k 9 – S a i n s
Informasi Geografi 2018
PEMBAHASAN :
Pada pengukuran debit aliran Bendung Cibeureum, kelompok 9 mendapatkan lokasi di plot 8
yang notabene nya merupakan kawasan pemukiman dan terdapat jalan setapak sedangkan
untuk vegetasi tidak ditemukan pohon besar, hanya saja terdapat tanaman hias milik warga.
Dalam pengukuran debit kelompok 9 membagi penampang kedalam 3 segmen, adapun bahan
penyusun bendung merupakan semen dan sedikit ada endapan terdapat juga kerikil, maka
dari itu didapatan koefisien yang digunakan ialah 0,012 berupa LINE OR CONSTRUCTED
CHANNELS CEMENT MORTAR..
Pengukuran debit dilakukan dengan 2 metode, yaitu metode pelampung dan slope area. Pada
pengukuran dengan metode pelampung didapatkan hasil luas penampang sebesar 1,046 m2,
kecepatan sebesar 0,753 m/s, dan debit sebesar 0,787638 m3/s. Adapun untuk pengukuran
dengan metode slope area didapatkan luas penampang sebesar 1,046 m2, kecepatan sebesar
0,753 m/s, dan debit sebesar 0,78792 m3/s.
Dari hasil yang didapatkan di kedua metode diatas, untuk besaran luas penampang
didapatkan hasil yang sama, begitu juga dengan besaran kecepatan, namun tidak terdapat
perbedaan yang signifikan dalam perbedaan besaran debit hanya terdapat perbedaan 4 angka
setelah koma namun jika dibulatkan hasil akan tetap sama, kesimpulannya tidak terjadi
perbedaan yang menonjol antara pengukuran debit dengan metode pelampung dan metode
slope area.
36 | L a p o r a n P a r a k t i k u m H i d r o l o g i K e l o m p o k 9 – S a i n s
Informasi Geografi 2018
PETA LOKASI PENGUKURAN DEBIT
37 | L a p o r a n P a r a k t i k u m H i d r o l o g i K e l o m p o k 9 – S a i n s
Informasi Geografi 2018
4.1.4 HUBUNGAN LUAS PENAMPANG DAN DEBIT
38 | L a p o r a n P a r a k t i k u m H i d r o l o g i K e l o m p o k 9 – S a i n s
Informasi Geografi 2018
4.1.5. GRAFIK HUBUNGAN LUAS PENAMPANG DAN DEBIT ANTAR PLOT
DENGAN METODE PELAMPUNG & SLOPE AREA
39 | L a p o r a n P a r a k t i k u m H i d r o l o g i K e l o m p o k 9 – S a i n s
Informasi Geografi 2018
Hubungan Antara Luas Penampang
dan Kecepatan Metode Slope Area
0.9
0.8
0.7
0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
Grafik 5. Hubungan Antara Luas Penampang dan Kecepatan Metode Slope Area
Grafik 6. Hubungan Antara Luas Penampang dan Debit Metode Slope Area
40 | L a p o r a n P a r a k t i k u m H i d r o l o g i K e l o m p o k 9 – S a i n s
Informasi Geografi 2018
PEMBAHASAN :
Berdasarkan data pengukuran yang telah diolah dan dianalisis, didapatkan hubungan antara
luas penampang, kecepatan aliran, dan debit. Untuk debit aliran dan luas penampang
memiliki hubungan yang saling berhubungan. Berdasarkan grafik yang ditampilkan diatas,
hubungan antara luas penampang dengan kecepatan dapat diketahui bahwa luas penampang
mempengaruhi kecepatan, namun hal itu bukan lah suatu hal yang utama. Adapun faktor
utama yang mempengaruhi adalah kondisi lahan/ topografi. Jadi, dapat ditarik kesimpulan
bahwa hubungan antara luas penampang dan kecepatan menggunakan dua metode yaitu
pelampung dan slope area adalah luas penampang mempengaruhi kecepatan aliran pada
suatu sungai.
41 | L a p o r a n P a r a k t i k u m H i d r o l o g i K e l o m p o k 9 – S a i n s
Informasi Geografi 2018
4.2 PENGUKURAN INFILTRASI
Pengukuran infiltrasi dilaksanakan pada hari minggu 3 november 2019. Pada pukul 09.00 –
11.15 WIB. Pengamatan dilaksanakan di situ patenggang tapatnya pada titik 7° 9’ 38,8” S,
107° 21’ 43,8” E dengan elevasi 1612 mdpl. Penggunaan lahan lokasi pengamatan plot 9
yakni kebun teh. Pengamatan dilaksanan dengan menggunakan alat infiltrometer, stopwach,
penggaris, ember serta air. Hasil pengamatan dapat diperoleh sebagai berikut:
Kelompok :9
Koordinat Pengukuran (UTM) : 7° 9’ 38,8” S, 107° 21’ 43,8” E
Lokasi : Sekitar Situ Patenggang
Elevasi : 1612 m
Tanggal : 3 November 2019
Pukul : 09.00-11.15 WIB
Kondisi penggunaan Lahan : Kebun Teh dan Pemukiman
42 | L a p o r a n P a r a k t i k u m H i d r o l o g i K e l o m p o k 9 – S a i n s
Informasi Geografi 2018
F dalam
t waktu
Pengukuran (menit) pengukuran
Ke ke –i t kum f kum ft fo fc ft-fc fo-fc N(ft/fo-fc k(mm/menit)
1 2 20 2 20 10,000 20 50 -40,000 -30 0,288 -0,144
2 2 20 4 40 10,000 20 50 -40,000 -30 0,288 -0,072
3 2 10 6 50 8,333 20 50 -41,667 -30 0,329 -0,055
4 2 20 8 70 8,750 20 50 -41,250 -30 0,318 -0,040
5 2 10 10 80 8,000 20 50 -42,000 -30 0,336 -0,034
6 2 10 12 90 7,500 20 50 -42,500 -30 0,348 -0,029
7 5 30 17 120 7,059 20 50 -42,941 -30 0,359 -0,021
8 5 25 22 145 6,591 20 50 -43,409 -30 0,369 -0,017
9 5 25 27 170 6,296 20 50 -43,704 -30 0,376 -0,014
10 5 25 32 195 6,094 20 50 -43,906 -30 0,381 -0,012
11 10 50 42 245 5,833 20 50 -44,167 -30 0,387 -0,009
12 10 55 52 300 5,769 20 50 -44,231 -30 0,388 -0,007
13 10 60 62 360 5,806 20 50 -44,194 -30 0,387 -0,006
14 10 55 72 415 5,764 20 50 -44,236 -30 0,388 -0,005
15 10 50 82 465 5,671 20 50 -44,329 -30 0,390 -0,005
16 10 50 92 515 5,598 20 50 -44,402 -30 0,392 -0,004
17 10 50 102 565 5,539 20 50 -44,461 -30 0,393 -0,004
rata rata K -0,028
Tabel 6. Infiltrasi Kelompok 9
43 | L a p o r a n P a r a k t i k u m H i d r o l o g i K e l o m p o k 9 – S a i n s I n f o r m a s i G e o g r a f i 2 0 1 8
12.000
ft
10.000
8.000
6.000
4.000
2.000
0.000
20 40 50 70 80 90 120 145 170 195 245 300 360 415 465 515 565
PEMBAHASAN :
Infiltrometer yang dipasang ¾ ke dalam tanah pada mulanya diisi dengan air sebanyak 10 cm
ukuran mistar pada dua ruang yang berbeda pada infiltrometer. Pengukuran yang dilaksanakan
pada 14 rentang waktu yang berbeda-beda yaitu 3 waktu pertama berdurasi 2 menit, 3 waktu
kedua berdurasi 6 menit, 5 waktu ketiga berdurasi 10 menit dan 3 waktu terakhir berdurasi 15
menit dengan akumulasi waktu pengamatan yakni 116 dan pada waktu-waktu tersebut diketahui
penurunan air yang disebabkan oleh daya serap tanah, durasi pada saat pengukuran dengan
durasi 2 menit terjadi penurunan air sebanyak 2mm, ketika pengukuran 5 menit terjadi
penurunan sebesar 3 mm, ketika pengukuran berdurasi 10 menit maka terjadi penurunan sebesar
5mm dan ketika 15 menit juga terjadi sebanyak 5 mm
44 | L a p o r a n P a r a k t i k u m H i d r o l o g i K e l o m p o k 9 – S a i n s I n f o r m a s i
Geografi 2018
4.2.1 LAJU INFILTRASI DI BERBAGAI PENGGUNAAN LAHAN DI LOKASI
PRAKTIKUM
Pada grafik diatas, dapat diketahui bahwa laju infiltrasi pada penggunaan lahan hutan
terdapat 2 jenis hutan yaitu hutan heterogen dan hutan homogen. Dapat dilihat di grafik,
laju infiltrasi di hutan homogen melengkung kebawah, tapi tidak terlalu terjadi perbedaan
yang signifikan. Laju infiltrasi terjadi oleh 2 faktor, yaitu waktu dan kondisi permukaan
tanah dilokasi pengamatan.
45 | L a p o r a n P a r a k t i k u m H i d r o l o g i K e l o m p o k 9 – S a i n s I n f o r m a s i
Geografi 2018
Pada grafik infiltrasi dengan penggunaan lahan kebun teh, pada satu penggunaan lahan ini
terdapat 2 kelompok dengan jarak pengamatan antar plot sekitar 500 meter, tetapi terdapat
perbedaan yang sangat signifikan, pada grafik kebun teh 1 grafik menurun tetapi pada grafik
Pada grafik infiltrasi lahan kosong, terdapat perbedaan yang sangat signifikan antara grafik 1 dan
grafik 2. Pada grafik lahan kosong 1 melengkung kebawah, sedangkan grafik ke 2 mengalami
naik turun.
46 | L a p o r a n P a r a k t i k u m H i d r o l o g i K e l o m p o k 9 – S a i n s I n f o r m a s i
Geografi 2018
Pada grafik laju infiltrasi semak belukar, tidak terdapat perbedaan yang signifikan,
walau terdapat sedikit perbedaan pada grafik ke 2, dimana pada grafik pertama grafik
tampak melengkung kebawah, sedangkan grafik ke 2 tidak melengkung tapi tetap
menurun.
Pada grafik laju infiltrasi dengan penggunaan lahan perkebunan, terdapat 2 jenis
kebun yaitu kebun strawberry dan kebun kol. Pada grafik pertama sedikit nampak
lengkungan, namun pada grafik kedua tidak terlihat lengkungan dan nampak seperti
garis walau terus konstan kebawah.
47 | L a p o r a n P a r a k t i k u m H i d r o l o g i K e l o m p o k 9 – S a i n s I n f o r m a s i
Geografi 2018
Gambar 25 Peta Pengukuran Infiltrasi
Kelompok :9
Lokasi : Desa Alamendah
Tanggal : 2 November 2019
Total
E H1 H2 H pH
No X Y Head d
(mdpl) (dasar) (air) (H1-H2) Air
E-H2
1 7° 7’ 21.4” 107° 25’ 33.3” 1413 4.46 4.39 0.07 1408.61 6 1.08
2 7° 7’ 22.3” 107° 25’ 31.9” 1422,5 5.50 5.30 0.20 1417.2 6 0.82
48 | L a p o r a n P a r a k t i k u m H i d r o l o g i K e l o m p o k 9 – S a i n s I n f o r m a s i
Geografi 2018
3 7° 7’ 22.4” 107° 25’ 32.7” 1420 6.13 5.40 0.73 1414.6 5 0.87
4 7° 7’ 22.9” 107° 25’ 31.0” 1425 3.46 1.84 1.62 1423.16 6 1.09
5 7° 7’ 24.2” 107° 25’ 30.1” 1435 5.55 3.87 1.68 1431.13 6 1.2
6 7° 7’ 23.9” 107° 25’ 31.5” 1425 4.05 2.42 1.63 1422.58 6 1.17
7 7° 7’ 23.1” 107° 25’ 30.7” 1427 4.43 3.47 0.96 1423.53 6 0.85
8 7° 7’ 20.5” 107° 25’ 33.1” 1415 6.02 5.05 0.97 1409.95 6 1.11
9 7° 7 24,3’ 107° 25’ 29” 1435 5.82 5.45 0.37 1429.55 5 0.92
10 7° 7’ 25” 107° 25’ 31”
Tabel
1430 6.05 5.37
7. Pengukuran Air Tanah Kelompok 9
0.68 1424.63 6 1.03
49 | L a p o r a n P a r a k t i k u m H i d r o l o g i K e l o m p o k 9 – S a i n s I n f o r m a s i
Geografi 2018
4.3.1 PERHITUNGAN TOTAL HEAD SUMUR
Untuk mengetahui total head sumur maka kita perlu melakukan perhitungan dengan
menggunakan rumus Total head = Elevasi (m) – H2 (kedalaman bibir sumur ke
permukaan air) (m)
50 | L a p o r a n P a r a k t i k u m H i d r o l o g i K e l o m p o k 9 – S a i n s I n f o r m a s i
Geografi 2018
4.3.2 PERHITUNGAN KOEFISIEN NILAI BATUAN
Menghitung debit dengan terlebih dahulu melihatr jenis batuannya. Untuk melihat jenis
batuannya untuk plot kelompok kami dengan menggunakan Peta Geologi Ciwidey. Jenis
batuan di daerah desa alamendah tempat plot sumur kami berada memiliki kode QI (k.w)
yang merupakan lahar dan lava gunung kendeng berselingan dengan endapan lahar berupa
breksi andesi dan breksi tuf. Komponen menyudut sebesar 40 cm garis tengahnya. Untuk
melihat konduktivitas hidrauliknya dengan melihat gambar dibawah ini.
51 | L a p o r a n P a r a k t i k u m H i d r o l o g i K e l o m p o k 9 – S a i n s I n f o r m a s i
Geografi 2018
Gambar 27. Konduktivitas Hidraulik
Setelah mengetahui nilai K, maka debit sungai sudah dapat dihitung dengan
menggunakan rumus Q= K.I.A yang dimana K merupakan koefisien batuan , I
merupakan kemiringan lereng dan A adalah luas
4.3.3 MEMBUAT ARAH ALIRAN SUMUR
Membuat arah aliran sumur dari elevasi tertinggi ke elevasi terendah sehingga akan
Nampak dimana yang menjadi titik pusat aliran atau yang disebut Damenya dengan
menggunakan bantuan software arcgis
52 | L a p o r a n P a r a k t i k u m H i d r o l o g i K e l o m p o k 9 – S a i n s I n f o r m a s i
Geografi 2018
53 | L a p o r a n P a r a k t i k u m H i d r o l o g i K e l o m p o k 9 – S a i n s I n f o r m a s i
Geografi 2018
4.3.4 MENGHITUNG DEBIT AIR TANAH
Pada langkah ini menghitung debit air tanah yang tersedia dalam semua kotak (lihat
gambar kemiringan lereng). Berikut adalah table perhitungan debit air tanah dengan
rumus perhitungan : Konduktivitas x Kemiringan lereng x Kedalaman muka air
Sumur 1
Diketahui :
Diameter : 1,08
Kedalaman permukaan air : 4.49
Konduktivitas : 10-2
Kemiringan : 13,3 m
Ditanyakan : Q Sumur = …?
Penyelesaian :
= 15.226 m2
Q =K.I.A
= 2.025058 m3/day
54 | L a p o r a n P a r a k t i k u m H i d r o l o g i K e l o m p o k 9 – S a i n s I n f o r m a s i
Geografi 2018
Sumur 2
Diketahui :
Diameter : 0,82
Konduktivitas : 10-2
Kemiringan : 13,3 m
Ditanyakan : Q Sumur = …?
Penyelesaian :
= 34.244 m2
Q =K.I.A
=4.554452 m3/day
Sumur 3
Diketahui :
Diameter : 0.87 m
Kedalaman permukaan air : 5,40 m
Konduktivitas : 10-2
Kemiringan : 13,3 m
Ditanyakan : Q Sumur = …?
Penyelesaian :
55 | L a p o r a n P a r a k t i k u m H i d r o l o g i K e l o m p o k 9 – S a i n s I n f o r m a s i
Geografi 2018
= 36.332 m2
Q =K.I.A
= 4,832156 m3/day
Sumur 4
Diketahui :
Diameter : 1.09 m
Kedalaman permukaan air : 1.84 m
Konduktivitas : 10-2
Kemiringan : 13,3 m
Ditanyakan : Q Sumur = …?
Penyelesaian :
=45.520 m2
Q =K.I.A
= 6.05416 m3/day
56 | L a p o r a n P a r a k t i k u m H i d r o l o g i K e l o m p o k 9 – S a i n s I n f o r m a s i
Geografi 2018
Sumur 5
Diketahui :
Diameter : 1,2 m
Kedalaman permukaan air : 3,87 m
Konduktivitas : 10-2
Kemiringan : 13,3 m
Ditanyakan : Q Sumur = …?
Penyelesaian :
= 161.618m2
Q =K.I.A
= 21.495194 m3/day
Sumur 6
Diketahui :
Diameter : 1.17 m
Kedalaman permukaan air : 2.42 m
Konduktivitas : 10-2
Kemiringan : 13,3 m
Ditanyakan : Q Sumur = …?
Penyelesaian :
= 3, 14 x 1,17 m x 2,42 m
= 8.890 m2
Q =K.I.A
57 | L a p o r a n P a r a k t i k u m H i d r o l o g i K e l o m p o k 9 – S a i n s I n f o r m a s i
Geografi 2018
= 1.18237 m3/day
Sumur 7
Diketahui :
Diameter : 0,85 m
Kedalaman permukaan air : 3.47 m
Konduktivitas : 10-2
Kemiringan : 13,3 m
Ditanyakan : Q Sumur = …?
Penyelesaian :
= 9.261 m2
Q =K.I.A
= 1.231713 m3/day
Sumur 8
Diketahui :
Diameter : 1.11 m
Konduktivitas : 10-2
Kemiringan : 13,3 m
Ditanyakan : Q Sumur = …?
Penyelesaian :
Q =K.I.A
= 2.340933 m3/day
Sumur 9
Diketahui :
Diameter : 0.92 m
Kedalaman permukaan air : 5.45 m
Konduktivitas : 10-2
Kemiringan : 13,3 m
Ditanyakan : Q Sumur = …?
Penyelesaian :
= 15.743 m2
Q =K.I.A
= 2.093819 m3/day
Sumur 10
Diketahui :
Diameter : 1.03 m
Kedalaman permukaan air : 5.37 m
Konduktivitas : 10-2
Kemiringan : 13,3 m
Ditanyakan : Q Sumur = …?
59 | L a p o r a n P a r a k t i k u m H i d r o l o g i K e l o m p o k 9 – S a i n s I n f o r m a s i
Geografi 2018
Penyelesaian :
=43.014m2
Q =K.I.A
= 5.720862 m3/day
2.025058 4.554452 4,832156 6.05416 21.495194 1.18237 1.231713 2.340933 2.093819 5.720862
60 | L a p o r a n P a r a k t i k u m H i d r o l o g i K e l o m p o k 9 – S a i n s I n f o r m a s i
Geografi 2018
Gambar 28. Peta garis flownet
Pada pengukuran air tanah atau sumur kelompok 9 mengambil sampel di 10 titik sumur warga
di daerah desa alamendah. setelah melakukan pengumpulan data, pengukuran dan analisis data
dilakukan dengan metode spline yang merupakan metode mengestimasi nilai dengan
menggunakan fungsi matematika untuk meminimalisir total kelengkungan permukaan. metode
interpolasi spline dapat mengestimasi nilai sel berdasarkan nilai rata-rata antara point data
masing-masing contoh. metode ini baik untuk interpolasi nilai rendah dan tinggi yang tidak
terdapat pada sampel data
61 | L a p o r a n P a r a k t i k u m H i d r o l o g i K e l o m p o k 9 – S a i n s I n f o r m a s i
Geografi 2018
4.4 PENGKURURAN TAMPUNGAN (STORAGE)
Kelompok : 9 dan 10
Lokasi : Situ Patenggang
Tanggal : 3 November 2019
Pukul : 13.00-16.00
Penggunaan Lahan : Situ/ Danau
62 | L a p o r a n P a r a k t i k u m H i d r o l o g i K e l o m p o k 9 – S a i n s I n f o r m a s i
Geografi 2018
26 3 760310 9207124 1,82 1599,18
27 3 760335 9207163 1,49 1599,51
28 3 760344 9207227 1,39 1599,61
29 3 760406 9207275 0,7 1600,3
30 4 760.408,125 9.207.448,507 0,6 1600,4
31 4 760.364,156 9.207.422,363 1,1 1599,9
32 4 760.288,448 9.207.384,211 1,4 1599,6
33 4 760.246,066 9.207.344,045 1,5 1599,5
34 4 760.166,134 9.207.308,312 2 1599
35 4 760.165,215 9.207.344,644 1,95 1599,05
36 4 760.190,864 9.207.389,875 1,9 1599,1
37 4 760.252,271 9.207.440,640 1,4 1599,6
38 4 760.307,755 9.207.449,760 1,35 1599,65
39 4 760.354,408 9.207.460,769 1 1600
40 4 760.380,328 9.207.451,231 1 1600
41 4 760388,497 9207428,139 1 1600
42 4 760353,407 9207409,325 1,35 1599,65
43 4 760302,547 9207439,829 1,5 1599,5
44 4 760341,104 9207452,354 1,2 1599,8
Tabel 10. Data Pengukuran Setiap Plot
63 | L a p o r a n P a r a k t i k u m H i d r o l o g i K e l o m p o k 9 – S a i n s I n f o r m a s i
Geografi 2018
4.4.1 PETA KEDALAMAN SITU PATENGGANG
64 | L a p o r a n P a r a k t i k u m H i d r o l o g i K e l o m p o k 9 – S a i n s I n f o r m a s i
Geografi 2018
4.4.2 LUAS DAN VOLUME SITU PATENGGANG
A. Luas Situ patenggang
Luas bagian situ patenggang dengan metode pengukuran yang kami gunakan
dengan bantuan software GIS
B. Volume Situ Patenggang
Volume situ patenggang dihitung berdasarkan lapisan kontur dengan rumus perhitungan :
𝟏
𝑽 = (𝜶 + 𝜷) 𝒙 Ci
𝟐
𝑽 = 𝑽𝒐𝒍𝒖𝒎𝒆 perlapisan
ELEVATION VOLUME
1604,10926 9626607,927
1604,304093 9642854,225
1604,604926 9668771,75
1604,904926 9696997,641
1605,204926 9731352,609
1605,504926 9767203,252
1605,804926 9807309,05
1606,104926 9851030,196
1606,404926 9898382,382
1606,704926 9949075,792
1607,004926 10006186,74
1607,304926 10076992,67
Tabel 12. Pengukuran Volume Situ Patenggang
65 | L a p o r a n P a r a k t i k u m H i d r o l o g i K e l o m p o k 9 – S a i n s I n f o r m a s i
Geografi 2018
Volume(M3)
10100000
10000000
9900000
9800000
9700000
9600000
9500000
9400000
1604.10926
1604.304093
1604.604926 Volume
1604.904926
1605.204926
1605.504926
1605.804926
1606.104926
1606.404926
1606.704926
1607.004926
1607.304926
Elevation
66 | L a p o r a n P a r a k t i k u m H i d r o l o g i K e l o m p o k 9 – S a i n s I n f o r m a s i
Geografi 2018
4.5 PENGUKURAN EVAPOTRANSPIRASI
EVAPORASI :
TRANSPIRASI :
LOYANG
(AIR + TANAH) :
PEMBAHASAN :
Ketika pengukuran Evaporasi, tinggi mula-mula air adalah 400 mm, kemudian diletakkan sehelai
daun dengan luas permukaan sebesar 1321 cm2, setelah didiamkan selama 24 jam ternyata air
yang tersisa yaitu 103 m.
Ketika pengukuran Transpirasi, volume air awal ialah 102 ml, air tersebut di masukkan kedalam
sebuah botol, lalu diatas nya dimasukkan sehelai daun yang memeiliki luas permukaan 182 cm2
67 | L a p o r a n P a r a k t i k u m H i d r o l o g i K e l o m p o k 9 – S a i n s I n f o r m a s i
Geografi 2018
setelah di cek di kemudian hari (pengukuran selama 24 jam) ternyata air yang tersisa dibotol
hanya 78 ml. Faktor yang dapat menentukan proses transpirasi ialah pengaruh vegetasi
ditentukan oleh karakteristik permukaan daun/tajuk yang merupakan bidang permukaan.tingkat
reflektif yang terjadi pada daun/tajuk akan menentukan besarnya radiasi matahari yang dapat
diserap oleh vegetasi yang bersangkutan/ selain itu, kekasaran permukaan vegetasi.
Ketika pengukuran air dan tanah didalam sebuah loyang yang memiliki luas permukaan 200,96
cm2, mula-mula berat tanah yang dimasukkan ialah 67 gram, dan di beri air dengan berat jenis air
1 gr ialah 1 cm3 atau sama dengan 1ml, lalu setelah didiamkan selama 24 jam ternyata berat
tanah berkurang menjadi 60 gram.
68 | L a p o r a n P a r a k t i k u m H i d r o l o g i K e l o m p o k 9 – S a i n s I n f o r m a s i
Geografi 2018
4.6 PENGUKURAN INTERSEPSI
Diketahui :
Jarak pengamat ke pohon : 19.70 m
Tinggi orang sampai mata : 1.55 m
Sudut ke puncak tajuk : 49°
Sudut ke bawah tajuk : 15°
Sudut ke dasar tajuk : 15°
Diameter daun : 4.10 m
Kerapatan tajuk :79%
L. Permukaan daun : 43cm2
Jenis Pohon :
Dicari :
Tinggi Pohon : tan49°
tan = de/sam
tan 49° = x/19.70
x = 1,1504 x 19.70
x = 22.66 + (tinggi orang)
x = 22.66 + 1.55 m
69 | L a p o r a n P a r a k t i k u m H i d r o l o g i K e l o m p o k 9 – S a i n s I n f o r m a s i
Geografi 2018
Tinggi Pohon = 24.21 m
Tebal tajuk : tan15° = x/19.70
x = 0,2679 x 19.70
x = 5.2776
= 22.66 – 5.2776
= 17.3824 m
Air Intersepsi = Tampungan di bawah pohon 250ml
= Tampunan di luar pohon 70ml
Presipitasi di Presipitasi di
Jenis Waktu Waktu Lama Diameter Area Bebas (A) Area Bawah intersepsi Covering
Pohon Mulai Akhir Hujan Corong (mm) Pohon (B) (mm) %
No
14:00 16:00 2 Jam 10 Cm 70 250 79%
1
Tabel 16. Data Intersepsi
70 | L a p o r a n P a r a k t i k u m H i d r o l o g i K e l o m p o k 9 – S a i n s I n f o r m a s i
Geografi 2018
ANALISIS REGRESI ANGKATAN :
Model Summaryb
Change Statistics
ANOVAb
Total 6.423 6
a. Predictors: (Constant), Tinggipohon, Covering, Diametertajuk, Tebaltajuk
Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
71 | L a p o r a n P a r a k t i k u m H i d r o l o g i K e l o m p o k 9 – S a i n s I n f o r m a s i
Geografi 2018
Persamaan Regresinya
I = k + 0,333 Tp – 0,268 Dt – 0,018 Tt + 0,316 C
Keterangan:
I = Intersepsi (%)
k = konstanta (0,330)
Tp = Tinggi pohon (m)
Dt = Diameter tajuk (m)
Tt = Tebal tajuk (m)
C = Covering (%)
72 | L a p o r a n P a r a k t i k u m H i d r o l o g i K e l o m p o k 9 – S a i n s I n f o r m a s i
Geografi 2018
V air di luar Tebal %
Kelompok Canopy Cover Diameter Tajuk Tebal tajuk Tinggi V air di bawah tajuk (mm)
(mm) Intersepsi (1)
1 18.49 % 5.3 22.12826825 28.366555 1.910 2.025 0.115 0.943%
Note : Data yang bisa diolah hanya 7 kelompok dikarenakan ada beberapa kelompok yang parameternya tidak lengkap.
PEMBAHASAN :
Pada tabel diatas data yang digunakan untuk analisis regresi linear sederhana menggunakan data kelompok 1,2,3,4,6,8 dan 9. Hubungan antara
curah hujan dengan intersepsi, curah hujan dengan air dibawah pohon (lolosan tajuk) dibuat dalam model regresi linear sederhana. Nilai
intersepsi dipengaruhi oleh sifat hujan (terutama intensitas hujan dan lama hujan), kecepatan angin, dan jenis pohon (kerapatan tajuk dan bentuk
tajuk). Berdasarkan besarnya tutupan kanopi, kelompok 2 memiliki besaran paling besar diantara 6 kelompok lainnya, hal itu membuat tebal
intersepsi juga besar didukung dengan tebal taju, diamter tajuk, serta tinggi pohon.
Pada data diatas terdapat data kelompok 9 yang kebetulan memiliki hasil tebal intersepsi minus, dikarenakan besarnya V air dibawah tajuk lebih
besar daripada V air diluar tajuk. Hal ini disebabkan oleh, bentuk tajuk yang menyerupai corong sehingga air terpusat di tengah dan membuat air
turun lalu memasuki corong sehingga volume air dibawah tajuk bertambah, hal ini membuat volume air dibawah tajuk lebih besar daripada
volume air yang diluar tajuk.
73 | L a p o r a n P a r a k t i k u m H i d r o l o g i K e l o m p o k 9 – S a i n s I n f o r m a s i G e o g r a f i 2 0 1 8
BAB V
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
5.2 SARAN
73 | L a p o r a n P a r a k t i k u m H i d r o l o g i K e l o m p o k 9 – S a i n s
Informasi Geografi 2018
DOKUMENTASI
Gambar 33. Pengukuran Air Tanah Gambar 34. Pengukuran Air Tanah
74 | L a p o r a n P a r a k t i k u m H i d r o l o g i K e l o m p o k 9 – S a i n s
Informasi Geografi 2018
Gambar 35.Pengukuran Intersepsi Gambar 25. Pengukuran Intersepsi
75 | L a p o r a n P a r a k t i k u m H i d r o l o g i K e l o m p o k 9 – S a i n s
Informasi Geografi 2018
DAFTAR PUSTAKA
Arfan, H. d. (2012). Model Ekperimen Pengaruh Kepadatan, Intensitas Curah Hujan Dan
Kemiringan Terhadap Resapan Pada Tanah Organik Vol 6 , no 1.
Susanawati, L. D., Rahadi, B., & Tauhid, Y. (t.thn.). Penentuan Laju Infiltrasi Menggunakan
Pengukuran Double Ring Infiltrometer dan Perhitungan Model Horton pada Kebun
Jeruk Keprok 55 di Desa Selorejo, Kabupaten Malang. Jurnal Sumberdaya Alam dan
Lingkungan, 28-34.
76 | L a p o r a n P a r a k t i k u m H i d r o l o g i K e l o m p o k 9 – S a i n s
Informasi Geografi 2018