DINAS KESEHATAN
UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS
RUMAH SAKIT KHUSUS GIGI DAN MULUT
JLn. Kol H. Burlian KM 6 Palembang 30152
Telp. (0711) 5610491
Email : rskgm.provsumsel@yahoo.com
NOMOR : 445/028/PPI/RSKGM/II/2017
TENTANG
PEMBERLAKUAN PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI PUSAT STERILISASI
DI RUMAH SAKIT KHUSUS DAN MULUT
MEMUTUSKAN
Menetapkan :
KESATU Peraturan Kepala Rumah Sakit Khusus Gigi dan Mulut
tentang Pedoman Pelayanan Pusat Sterilisasi/CSSD di
Rumah Sakit Khusus Gigi dan Mulut.
KEDUA : Pedoman Pelayanan Instalasi Pusat Sterilisasi di
Rumah Sakit Khusus Gigi dan Mulut Provinsi
Sumatera Selatan tercantum dalam lampiran Surat
Keputusan Kepala Rumah Sakit Khusus Gigi dan
Mulut Provinsi Sumatera Selatan
KETIGA : Keputusan berlaku sejak tanggal ditetapkan dan
apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan dalam
surat keputusan ini maka diadakan perbaikan dan
perubahan sepenuhnya
DITETAPKAN : DI PALEMBANG
PADA TANGGAL : 9 Februari 2017
Kepala RSK Gigi dan Mulut
Prov. Sumatera Selatan
PEDOMAN PELAYANAN
INSTALASI PUSAT STERILISASI (CSSD)
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dengan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan
teknologi, maka berkembang pula tuntutan masyarakat akan
pelayanan kesehatan yang paripurna dan bebas dari penyakit
penyerta, yang salah satunya disebabkan oleh infeksi di Rumah Sakit.
Infeksi di Rumah sakit adalah infeksi yang didapat pasien selama
pasien dirawat di rumah sakit atau fasilitas kesehatan sejenis lainnya.
Angka infeksi Rumah Sakit terus meningkat (AI Varado, 2000 )
mencapai sekitar 9 % ( variasi 3-21 % ) atau lebih dari 1,4 juta pasien
rawat inap di rumah sakit seluruh dunia. Di Indonesia, infeksi paska
bedah yang sebagian merupakan infeksi Rumah sakit telah
memperpanjang masa perawatan pasien antara 15-19 hari.
Lingkungan rumah sakit merupakan tempat yang memungkinkan
kuman patogen yang bersifat oportunistik berkembang biak. Rumah
sakit juga merupakan tempat di mana mudah terjadi penularan
berbagai penyakit infeksi. Salah satu upaya untuk mencegah
penularan infeksi di Rumah sakit yang disebabkan oleh kuman
patogen adalah dengan melakukan sterilisasi peralatan yang akan
digunakan, terutama untuk tindakan pembedahan atau tindakan lain
yang memerlukan peralatan steril. Untuk memenuhi kebutuhan
peralatan steril yang sesuai standar diperlukan tempat khusus, tenaga
khusus dan keahlian khusus yang disebut dengan CSSD (Central
Sterile Supply Department) atau disebut juga Instalasi Pusat
Sterilisasi. Dengan adanya CSSD maka proses sterilisasi dapat
tersentralisasi sehingga keseluruhan proses menjadi lebih efisien,
ekonomis dengan Jaminan mutu dan keamanan pasien semakin
terjamin.
B. TUJUAN PEDOMAN
a. Tujuan Umum
Untuk meningkatkan mutu pelayanan sterilisasi alat dan bahan guna
menekan kejadian infeksi di rumah sakit.
b. Tujuan Khusus
a. Merencanakan, mengkoordinasikan, melaksanakan dan
mengawasi serta mengevaluasi kegiatan sterilisasi mengacu pada
standar yang ditetapkan.
b. Menyediakan dan mendistribusikan peralatan steril yang
dibutuhkan seluruh unit di rumah sakit. Pelayanan secara tepat,
cepat, efektif dan efisien dengan mutu tetap terjamin
c. Melakukan inventarisasi peralatan milik CSSD.
d. Mendokumentasikan semua aktivitas di CSSD sebagai bagian dari
upaya pengendalian mutu.
e. Memberikan kontribusi pada pengembangan dan pelatihan tenaga
kerja yang berkaitan dengan sterilsiasi.
1. PERENCANAAN
Perencanaan di bagian CSSD meliputi:
a. Penyusunan program kerja tahunan
b. Penyusunan jadwal kegiatan tahunan
c. Penambahan dan peningkatan mutu SDM
d. Perencanaan pelayanan sterilisasi: didasarkan pada kebutuhan
barang steril dari seluruh unit di rumah sakit pada tahun lalu,
(meningkat/menurun), presentase peningkatan/penurunan,
penambahan unit,
e. Perencanaan alat/barang yang dibutuhkan untuk pelayanan
sterilisasi di CSSD:
didasarkan pada kebutuhan tahun lalu peningkatan/penurunan
kebutuhan, kebutuhan tambahan.
f. Perencanaan desain CSSD agar tidak terjadi kontaminasi
kuman. Selain letaknya di sentral yang dekat dengan pengguna
terbanyak, desain ruang CSSD juga harus memenuhi
ketentuan/persyaratan sebagai berikut:
1) Mempunyai alur transportasi yang jelas terpisah antara
jalan/koridor yang dilalui peralatan/barang kotor (on steril)
dengan jalan/koridor yang dilalui
peralatan/barang steril.
2) Menggunakan loket khusus untuk menerima barang kotor/on
steril dan loket khusus untuk mendistribusikan
barang/peralatan steril.
3) Ruangan terdiri dari daerah kotor, daerah bersih dan daerah
steril.
a) Daerah kotor, yaitu daerah untuk menerima barang kotor
dari pemakai.
Desain dasar ruangan agak terpisah, lantai mudah
dibersihkan, penerangan cukup. Area ini juga meliputi
koridor/jalan menuju jendela atau pintu penerima barang
kotor/onsteril.
b) Daerah bersih (Preparation Area), yaitu daerah untuk
mempersiapkan barang yang akan disterilkan. Area ini
meliputi tempat untuk penyortiran, pengepakan, sampai
ruang untuk melakukan proses sterilisasi.
c) Daerah steril, yaitu daerah untuk menyimpan barang steril
Lantai ruangan harus terbuat dari bahan yang mudah
dibersihkan dan didesinfeksi atau disterilkan.
2. PENGADAAN BARANG
Tergantung pada jenis barang, pengadaan kebutuhan barang di
CSSD dapat berasal
dari:
a. Gudang logistik
b. Gudang farmasi
c. Bagian rumah tangga
d. Bagian pemeliharaan (perbengkelan)
d. Pemberian label
Setiap kemasan harus mempunyai label yang menjelaskan asal, isi
dari kemasan waktu sterilisasi / waktu kadaluarsa, nomor
identitas, nama petugas dan nama mesin sterilisator.
e. Sterilisasi
Tujuan penyimpanan
g. Pendistribusian
Sistem distribusi barang steril kepada pemakai dapat dilakukan:
Secara otomatis: yaitu barang steril diambil semua.
Sesuai permintaan.
Setiap pengambilan barang steril dari CSSD , harus dicatat dalam
buku expedisi dan harus menandatangani buku expedisi baik yang
mengambil maupun yang memberikan. Barang/alat steril yang
dibungkus kain 2 lapis tidak digunakan dalam waktu satu minggu
harus disterilkan ulang.
h. Pencatatan dan pelaporan
Setiap penerimaan barang onsteril dan pendistribusian barang
steril dicatat dalam buku register dan dilakukan rekapitulasi tiap
bulan. Hasil rekapitulasi tiap bulan dilaporkan kepada Direktur
Penunjang medis.
ALUR KERJA PELAYANAN STERILISASI
Baik
Ruang kotor
Ruang bersih
Ruang steril
Jadwal pelayanan CSSD diatur sebagai berikut:
D. BATASAN OPERASIONAL
Central Sterile Supply Department (CSSD) adalah suatu unit di
rumah sakit yang bertanggung jawab menyelenggarakan pelayanan
sterilisasi untuk memenuhi kebutuhan akan barang/alat steril di
seluruh unit rumah sakit. Steril adalah suatu keadaan yang bebas dari
mikroorganisme baik patogen maupun apatogen beserta sporanya.
Sterilisasi adalah suatu proses pengolahan alat atau bahan yang
bertujuan untuk menghancurkan semua bentuk kehidupan
mikroorganisme termasuk endospora melalui proses fisika maupun
kimia. Disinfeksi adalah suatu tindakan untuk
membebaskan/menghancurkan, membunuh mikroorganisme baik
patogen maupun apatogen tetapi tidak dengan sporanya. Sedangkan
dekontaminasi adalah proses kimia/fisika yang digunakan untuk
menurunkan jumlah mikroorganisme pada benda mati sehingga aman
untuk digunakan lebih lanjut. Yang dimaksud dengan pelayanan
sterilisasi adalah kegiatan yang memproses semua bahan, peralatan dan
perlengkapan yang dibutuhkan untuk pelayanan medik di rumah sakit,
mulai dari perencanaan, pengadaan, pencucian, pengemasan, pemberian
tanda, proses sterilisasi, penyimpanan dan penyalurannya untuk
memenuhi kebutuhan rumah sakit. Pelayanan sterilisasi merupakan hal
yang sangat penting dan tidak dapat dipisahkan dengan kegiatan
pelayanan kesehatan di rumah sakit, khususnya dalam usaha
menghindari infeksi silang, sehingga infeksi nosokomial dapat dicegah
dan dikendalikan. Agar pelayanan sterilisasi dapat berjalan dengan baik
sesuai standar dengan Mutu terjamin maka pelayanan sterilisasi
dilakukan di instalasi pusat sterilisasi (CSSD).
E. LANDASAN HUKUM
1. Undang-Undang Negara RI No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit
Bab V Pasal 10 Ruang Steril
2. Peraturan Pemerintah RI Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
3. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor : 38/Menkes/SK/III/2007
tanggal 27 Maret 2007, tentang Pedoman Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas kesehatan lainnya.
4. Peraturan Menkes RI Nomor : 1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang
Standar Pelayanan RS
5. Kemenkes 1204/Menkes/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan
Lingkunagan
6. Pedoman Pelayanan Pusat Sterilisasi ( CSSD ) di Rumah Sakit,
Depkes dan Kesejahteraan Sosial RI, Dirjen Yanmed, tahun 2009
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
Jumlah
Jenis Tenaga Pendidikan Sertifikasi
Kebutuhan
Perawat S1 Kesehatan Pelatihan & Pendididkan
D3 Dasar CSSD
Keperawatan Pendidikan Manajemen
SPK CSSD
Pekerja SMU/ Pelatihan & Pendididkan
CSSD Sederajat Dasar CSSD
Sanitasi SMU / Pelatihan & Pendididkan
Sederajat Dasar CSSD
B. DISTRIBUSI KETENAGAAN
A. DENAH RUANG
Lokasi CSSD di Rumah Sakit Khusus Gigi dan Mulut Provinsi Sumatera
Selatan di lantai II, dihubungkan oleh lift dengan kamar bedah yang
letaknya ada di lantai III, dan berada di sentral dari unit-unit yang
memerlukan barang/alat steril. Area CSSD menempati area seluas
kurang lebih Untuk keefisienan dan keoptimalan fungsi kerja dari CSSD,
maka ruangan harus tersedia secara memadai.
B. STANDAR FASILITAS
Pada prinsipnya ruangan CSSD terdiri dari daerah bersih, daerah kotor
dan daerah Steril sehingga ruangan harus didesain sedemikian rupa
sehingga tidak terjadi kontaminasi silang dari daerah kotor ke daerah
bersih. Untuk menghindari kontaminasi silang
No Fasilitas Jumlah
1. Fisik / bangunan / sarana
1. Ruang Dekontaminasi 1
2. Ruang Pegemasan 1
3. Ruang Mesin 1
4. Ruang Produksi bahan Steril 1
5. Ruang Penyimpanan Steril 1
6. Ruang Distribusi Peralatan Steril 1
2. Peralatan
1. Mesin Sterilisator suhu tinggi 1
2. Mesin autoclave 3
1. Ruang dekontaminasi
Pada ruangan ini terjadi proses penerimaan barang kotor,
dekontaminasi dan pembersihan/pencucian. Di daerah ini terdapat:
o Loket penerimaan instrumen/alat lain
o Beberapa bak untuk merendam dan mencuci
o Mesin pengering
o Meja untuk melakukan pengeringan
2. Ruang pengemasan
Ruang ini untuk melakukan pengemasan terhadap barang/peralatan,
linen
3. Ruang Mesin
Tempat di mana proses sterilisasi dilakukan. Pada daerah ini terdapat:
Sterilisator uap/autoklaf ( jumlah 3 unit) dan yang 1 mesin steam
sterilisator.
4. Ruang Produksi bahan Steril
Tempat di mana pembuatan barang steril dilakukan.
5. Ruang Penyimpan Barang Steril
Terletak berdekatan dengan proses sterilisasi dilakukan. Ruang ini
langsung
berhubungan dengan pintu belakang mesin sterilisasi
6. Ruang Pendistribusian
Tempat di mana barang steril didistribusikan
3. Persyaratan Ruang CSSD
1. Ruang dekontaminasi
Pemeliharaan Peralatan
2. Kalibrasi sterilisator
3. Pemeliharaan Ruangan
a. Ruang dekontaminasi
1. Penanggung jawab
a. Petugas Pengemasan
b. Perawat Instrumen Bedah
2. Perangkat kerja
a. Peralatan medis
b. Kain tenun/Linen ( baju operasi, duk tutup luka, dsbnya )
c. Pembungkus/bahan pengemas (kain linen, pouches, kertas
perkamen )
3. Tata laksana pelayanan
Pengemasan instrumen atau alat-alat medis lainnya merupakan
kegiatan yang penting sebelum sterilisasi. Tujuan dan fungsi
pengemasan adalah untuk membungkus peralatan medis yang akan
disterilkan dan mempertahankan sterilitas alat tersebut sampai
waktu penggunaan. Mengingat fungsinya, maka dalam pengemasan
harus diperhatikan dalam hal pemilihan bahan dan teknik
pengemasan yang benar.
Fase pemanasan(conditioning)
Fase pemaparan uap (exposure)
Fase pembuangan (exhaust)
Fase pengeringan
Fase pemanasan merupakan fase awal dari siklus sterilisasi uap.
Pada fase ini selain terjadi proses pemvakuman chamber juga jacket
chamber mengalami pemanasan. Pemanasan ini dimaksudkan agar
ketika uap masuk maka perbedaan suhu antara chamber dan uap
tidak terlalu tinggi sehingga dapat meminimalisir terbentuknya
kondensat.
Uap akan terus masuk ke dalam chamber, namun kali ini pada
kondisi ruang yang tertutup secara rapat. Tekanan akan naik,
demikian pula dengan suhu ruangannya sampai tercapai suhu
sterilisasi yang diharapkan. Baru kemudian sistem pengontrolan
pemaparan uap bekerja mempertahankan suhu dan tekanan
ruangan. Pada fase inilah sebetulnya terjadi proses sterilisasi. Suhu
yang biasanya digunakan antara lain 121oC dan 134 oC.
Proses Sterilisasi
Masukkan barang yang akan disterilkan ke dalam autoklaf,
barang yang lebih berat diletakkan di sebelah bawah
tabung/ruang, barang yang berbentuk wadah diletakkan secara
terbalik/posisi lubang di bawah.
Periksa tekanan suplai uap air pada tampilan di pintu luar
autoklaf minimal menunjukkan 250 kpa.
Tutup pintu autoklaf.
Tekan tombol “start”, tahapan proses sterilisasi dapat
dilihat/dinyatakan dengan menyalakan tombol “pre treatment”,
“sterilising” dan “post treatment”. Jangan mengubah program
pada saat proses sterilisasi sedang berlangsung.
Bila tombol “proses end” menyala, adalah tanda bahwa proses
sterilisasi telah selesai, buka pintu dengan melepaskan sistem
penguncian.
Bila barang yang disterilkan dikehendaki lebih kering dan
waktunya memungkinkan maka diamkan sebentar barang di
dalam dengan pintu pintu terbuka sedikit sebelum dikeluarkan
dari autoklaf.
Selama proses sterilisasi dengan autoklaf, petugas CSSD
merekam data proses sterilisasi dengan kertas grafik dan
mencatat dalam Buku Laporan Sterilisasi.
1. Peralatan medik
3. Bahan/zat kimia
a. Indikator: autoclave tape, Bowie-Dick, Ampul Attest
b. Label
c. Deterjen : Alkazyme Alkacide
d. Disinfektan : lysol, tepol, presept,Stabimed,Creolin , Alkacide
e. Kapas lidi, kasa
f. Kertas monitor suhu dan tekanan
g. Pembersih lantai, sink, dinding/ruangan
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
A. PENGERTIAN
Keselamatan pasien (Patient Safety) adalah suatu sistem dimana
rumah sakit
membuat asuhan lebih aman. Sistem tersebut meliputi :
Asesmen resiko.
Identifikasi dan pengolahan hal yang berhubungan dengan resiko
pasien.
Pelaporan dan analisis insiden.
Kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya.
Implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya resiko.
Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh :
Kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan.
Tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil.
B. TUJUAN
Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit.
Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadapt pasien dan
masyarakat.
Menurunnya kejadian tidak diharapkan (KTD) di rumah sakit.
Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak
terjadinya pengulangan Kejadian Tidak Diharapkan (KTD).
- Human Error
Proses - Mekanik
- Kesalahan-kesalahan Keselamatan
Strerilisasi pengelolaan peralatan medis pasien
KESELAMATAN KERJA
B. Proses sterilisasi
1. LYSOL
Lysol merupakan nama lain dari kelompok zat kimia fenol, asam
karbolat, hidroksibenzena, asam fenilat, resol, karbol kreolin dan
likresol. Lisol banyak digunakan sebagai disinfektan rumah tangga
untuk membersihkan lantai, kamar mandi/WC dan menghilangkan
bau busuk. Dalam bidang kesehatan digunakan sebagai larutan
antiseptik dengan konsentrasi antara 1%-2%. Dosis letal oral pada
manusia adalah 140 mg/kgBB.
2. NATRIUM HIPOKLORIT
1. Potensi bahaya
a. Dapat terkena MSD ( Musculoskeletal Disorders ) dari pekerjaan
yang berualng terus menerus, mis,setting instrumen, mengangkat
instrumen , mendorong kontainer yang penuh beban , berdiri terus
menerus pada satu posisi saat memilah barang koor, proses
dekontaminasi
b. Trauma dapat terjadi pada ujung siku karean meletakan lengan
pada permukaan yang tajam selama melakukan pemilahan.
Beberapa hal berkaitan dengan proses sterilisasi uap dengan mesin tipe
prevacuum yang perlu dipantau antara lain:
3. Waktu Kadaluarsa
Setiap kemasan steril yang akan digunakan harus diberi label yang
mengindikasikan waktu kadaluarsa untuk memudahkan rotasi stok
1. Indikator Mekanik
Indikator mekanik adalah bagian dari instrumen mesin sterilisasi
seperti gauge, tebel, dan indikator suhu maupun tekanan yang
menunjukkan apakah alat sterilisasi bekerja dengan baik. Pengukuran
suhu dan tekanan merupakan fungsi penting dari sistem monitoring.
Bila indikator mekanik berfungsi dengan baik, akan memberikan
informasi segera mengenai suhu, tekanan, waktu dan fungsi mekanik
lain dari alat. Karena bersifat mekanis, maka bila tidak dilakukan
kalibrasi alat dengan tepat atau pemakaian yang terlalu sering dapat
memberikan informasi yang tidak tepat.
2. Indikator kimia
Adalah indikator yang menandai terjadinya paparan sterilisasi pada
obyek yang disterilkan yang ditandai dengan adanya perubahan
warna. Indikator kimia diproduksi dalam berbagai bentuk (strip, tape,
kartu, vial). Yang dipakai di CSSD berupa tape. Indikator ini
memberikan informasi kondisi steril pada tiap kemasan (pack by pack
basis), sehingga selain digunakan di luar, ada juga yang diletakkan di
dalam kemasan.
b. Bowie-dick Test
Indikator ini digunakan untuk menilai efisiensi pompa vakum pada
alat sterilisasi, serta untuk mengetahui adanya kebocoran udara
dalam ruang sterilisasi. Indikator ini hanya digunakan pada
metode sterilisasi uap panas yang menggunakan sistem vakum.
Bila alat sterilisasi sudah dilengkapi dengan perangkat untuk
menguji kebocoran udara, maka tidak perlu lagi dilakukan tes
Bowie-Dick.
1. Proses sterilisasi
Dilakukan dengan menggunakan indikator baik indikator
fisik/mekanik, kimia, maupun biologi. Bila hasilnya tidak bagus
berarti ada gangguan pada sterilisator dan segera dilakukan
perbaikan.
4. Pelayanan CSSD
Evaluasi pelayanan CSSD dilakukan dengan cara membagi kuesioner
yang berisi
pertanyaan-pertanyaan antara lain tentang:
- pemenuhan kebutuhan barang steril di unit masing-masing
- kecepatan pelayanan CSSD
- komunikasi petugas
- kritik dan saran
- dan sebagainya
Kuesioner dibagikan kepada seluruh unit terkait, hasilnya
direkapitulasi dan dievaluasi. Bila masih banyak yang menjawab
kurang memuaskan maka segera dilakukan perbaikan sesuai
permasalahan yang masih ada. Kritik dan saran segera
ditindaklanjuti.
DITETAPKAN : DI PALEMBANG
PADA TANGGAL : 9 Februari 2017
Kepala RSK Gigi dan Mulut
Prov. Sumatera Selatan