Anda di halaman 1dari 52

PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA SELATAN

DINAS KESEHATAN
UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS
RUMAH SAKIT KHUSUS GIGI DAN MULUT
JLn. Kol H. Burlian KM 6 Palembang 30152
Telp. (0711) 5610491
Email : rskgm.provsumsel@yahoo.com

SURAT KEPALA RUMAH SAKIT KHUSUS GIGI DAN MULUT


PROVINSI SUMATERA SELATAN

NOMOR : 445/028/PPI/RSKGM/II/2017

TENTANG
PEMBERLAKUAN PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI PUSAT STERILISASI
DI RUMAH SAKIT KHUSUS DAN MULUT

KEPALA RUMAH SAKIT KHUSUS GIGI DAN MULUT


PROVINSI SUMATERA SELATAN

Menimbang: a. bahwa Rumah Sakit sebagai sarana kesehatan yang


menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan
secara paripurna menyediakan pelayanan rawat inap,
rawat jalan, instalasi gawat darurat (IGD) wajib
berupaya mencegah resiko terjadinya infeksi bagi
pasien.
b. bahwa untuk mencapai keberhasilan dalam
pelayanan Rumah Sakit salah satunya adalah
rendahnya angka infeksi nosokomial (Healthcare
assoiated Infections = HAIS) maka perlu melakukan
pencegahan dan pengendaliam infeksi di rumah
sakit.
d bahwa Pedoman pelayanan instalasi pusat
sterilisasi/CSSD di Rumah Sakit Khusus Gigi dan
Mulut Provinsi Sumatera Selatan perlu dibuat dan
ditetapkan dengan Surat Keputusan Kepala Rumah
Sakit Khusus Gigi dan Mulut Provinsi Sumatera
Selatan

Mengingat: 1. Undang-Undang Negara RI No. 44 tahun 2009 tentang


Rumah Sakit Bab V Pasal 10 Ruang Steril
2. Peraturan Pemerintah RI Nomor 36 Tahun 2009
tentang Kesehatan
3. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor :
38/Menkes/SK/III/2007 tanggal 27 Maret 2007,
tentang Pedoman Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas kesehatan
lainnya.
4. Peraturan Menkes RI Nomor:
1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang Standar
Pelayanan RS
5. Kemenkes 1204/Menkes/SK/X/2004 tentang
Persyaratan Kesehatan Lingkunagan

MEMUTUSKAN
Menetapkan :
KESATU Peraturan Kepala Rumah Sakit Khusus Gigi dan Mulut
tentang Pedoman Pelayanan Pusat Sterilisasi/CSSD di
Rumah Sakit Khusus Gigi dan Mulut.
KEDUA : Pedoman Pelayanan Instalasi Pusat Sterilisasi di
Rumah Sakit Khusus Gigi dan Mulut Provinsi
Sumatera Selatan tercantum dalam lampiran Surat
Keputusan Kepala Rumah Sakit Khusus Gigi dan
Mulut Provinsi Sumatera Selatan
KETIGA : Keputusan berlaku sejak tanggal ditetapkan dan
apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan dalam
surat keputusan ini maka diadakan perbaikan dan
perubahan sepenuhnya

DITETAPKAN : DI PALEMBANG
PADA TANGGAL : 9 Februari 2017
Kepala RSK Gigi dan Mulut
Prov. Sumatera Selatan

drg Rini Bikarindrasari, M.Kes


NIP.19660307 199802 2 001
LAMPIRAN 1
KEPUTUSAN KEPALA RSKGM PROV.SUMATERA SELATAN
NOMOR 445/028 /PPI/RSKGM/III//2017
TENTANG
PEMBERLAKUAN PEDOMAN PELAYANAN CSSD

PEDOMAN PELAYANAN
INSTALASI PUSAT STERILISASI (CSSD)

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Dengan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan
teknologi, maka berkembang pula tuntutan masyarakat akan
pelayanan kesehatan yang paripurna dan bebas dari penyakit
penyerta, yang salah satunya disebabkan oleh infeksi di Rumah Sakit.
Infeksi di Rumah sakit adalah infeksi yang didapat pasien selama
pasien dirawat di rumah sakit atau fasilitas kesehatan sejenis lainnya.
Angka infeksi Rumah Sakit terus meningkat (AI Varado, 2000 )
mencapai sekitar 9 % ( variasi 3-21 % ) atau lebih dari 1,4 juta pasien
rawat inap di rumah sakit seluruh dunia. Di Indonesia, infeksi paska
bedah yang sebagian merupakan infeksi Rumah sakit telah
memperpanjang masa perawatan pasien antara 15-19 hari.
Lingkungan rumah sakit merupakan tempat yang memungkinkan
kuman patogen yang bersifat oportunistik berkembang biak. Rumah
sakit juga merupakan tempat di mana mudah terjadi penularan
berbagai penyakit infeksi. Salah satu upaya untuk mencegah
penularan infeksi di Rumah sakit yang disebabkan oleh kuman
patogen adalah dengan melakukan sterilisasi peralatan yang akan
digunakan, terutama untuk tindakan pembedahan atau tindakan lain
yang memerlukan peralatan steril. Untuk memenuhi kebutuhan
peralatan steril yang sesuai standar diperlukan tempat khusus, tenaga
khusus dan keahlian khusus yang disebut dengan CSSD (Central
Sterile Supply Department) atau disebut juga Instalasi Pusat
Sterilisasi. Dengan adanya CSSD maka proses sterilisasi dapat
tersentralisasi sehingga keseluruhan proses menjadi lebih efisien,
ekonomis dengan Jaminan mutu dan keamanan pasien semakin
terjamin.
B. TUJUAN PEDOMAN

a. Tujuan Umum
Untuk meningkatkan mutu pelayanan sterilisasi alat dan bahan guna
menekan kejadian infeksi di rumah sakit.

b. Tujuan Khusus
a. Merencanakan, mengkoordinasikan, melaksanakan dan
mengawasi serta mengevaluasi kegiatan sterilisasi mengacu pada
standar yang ditetapkan.
b. Menyediakan dan mendistribusikan peralatan steril yang
dibutuhkan seluruh unit di rumah sakit. Pelayanan secara tepat,
cepat, efektif dan efisien dengan mutu tetap terjamin
c. Melakukan inventarisasi peralatan milik CSSD.
d. Mendokumentasikan semua aktivitas di CSSD sebagai bagian dari
upaya pengendalian mutu.
e. Memberikan kontribusi pada pengembangan dan pelatihan tenaga
kerja yang berkaitan dengan sterilsiasi.

C. RUANG LINGKUP PELAYANAN


Dalam melayani semua unit di rumah sakit yang membutuhkan
barang/alat steril. Instalasi Pusat Sterilisasi selalu berhubungan dan
bekerja sama dengan bagian-bagian lain yaitu:

- Bagian rumah tangga


- Bagian pemeliharaan (sterilisator dan peralatan lainnya)
- Bagian logistik/perbekalan (desinfektan)
- Bagian farmasi (indikator, Kassa , dll)
- Sanitasi (suplai air, uji kualitas air)
- Laboratorium (uji mikrobiologi)
Ruang lingkup kegiatan di CSSD meliputi perencanaan dan pengadaan,
pelayanan sterilisasi (penyediaan barang/alat steril), monitoring proses
dan mutu sterilisasi, pemeliharaan sarana prasarana, serta pencatatan
dan pelaporan.

1. PERENCANAAN
Perencanaan di bagian CSSD meliputi:
a. Penyusunan program kerja tahunan
b. Penyusunan jadwal kegiatan tahunan
c. Penambahan dan peningkatan mutu SDM
d. Perencanaan pelayanan sterilisasi: didasarkan pada kebutuhan
barang steril dari seluruh unit di rumah sakit pada tahun lalu,
(meningkat/menurun), presentase peningkatan/penurunan,
penambahan unit,
e. Perencanaan alat/barang yang dibutuhkan untuk pelayanan
sterilisasi di CSSD:
didasarkan pada kebutuhan tahun lalu peningkatan/penurunan
kebutuhan, kebutuhan tambahan.
f. Perencanaan desain CSSD agar tidak terjadi kontaminasi
kuman. Selain letaknya di sentral yang dekat dengan pengguna
terbanyak, desain ruang CSSD juga harus memenuhi
ketentuan/persyaratan sebagai berikut:
1) Mempunyai alur transportasi yang jelas terpisah antara
jalan/koridor yang dilalui peralatan/barang kotor (on steril)
dengan jalan/koridor yang dilalui
peralatan/barang steril.
2) Menggunakan loket khusus untuk menerima barang kotor/on
steril dan loket khusus untuk mendistribusikan
barang/peralatan steril.
3) Ruangan terdiri dari daerah kotor, daerah bersih dan daerah
steril.
a) Daerah kotor, yaitu daerah untuk menerima barang kotor
dari pemakai.
Desain dasar ruangan agak terpisah, lantai mudah
dibersihkan, penerangan cukup. Area ini juga meliputi
koridor/jalan menuju jendela atau pintu penerima barang
kotor/onsteril.
b) Daerah bersih (Preparation Area), yaitu daerah untuk
mempersiapkan barang yang akan disterilkan. Area ini
meliputi tempat untuk penyortiran, pengepakan, sampai
ruang untuk melakukan proses sterilisasi.
c) Daerah steril, yaitu daerah untuk menyimpan barang steril
Lantai ruangan harus terbuat dari bahan yang mudah
dibersihkan dan didesinfeksi atau disterilkan.

2. PENGADAAN BARANG
Tergantung pada jenis barang, pengadaan kebutuhan barang di
CSSD dapat berasal
dari:
a. Gudang logistik
b. Gudang farmasi
c. Bagian rumah tangga
d. Bagian pemeliharaan (perbengkelan)

Prosedur pengadaan barang:


a. Setelah usulan perencanaan barang disetujui Kasie Penunjang
Medik, maka pada jadwal yang telah ditentukan petugas CSSD
mengambil ke gudang/bagian yang berkaitan dengan jenis
barang, misalnya indikator dan cairan desinfektan di gudang
farmasi, dan alat tulis di gudang logistik dan sebagainya
b. Pengambilan disertai dengan bon permintaan rangkap 2(dua)
yang sudah ditandatangani kepala bagian.
c. Setelah barang diperiksa dan jumlahnya sesuai petugas
menandatangani tanda bukti penerimaan barang.
d. Barang dibawa ke bagian CSSD dan disimpan pada tempatnya
e. Salinan faktur disimpan di tempat yang telah ditentukan

3. PELAYANAN STERILISASI (penyediaan barang/alat steril)

Penyediaan peralatan dan barang steril meliputi proses


pengumpulan, pencucian/
pembersihan, pengemasan, sterilisasi, penyimpanan, dan
pendistribusian.
a. Pengumpulan/penerimaan

Barang yang akan disterilkan di bagian CSSD dapat berasal dari


kamar bedah, unit Rawat Inap, unit rawat jalan, IGD dan kamar
cuci, berupa peralatan medis dan linen. Barang/alat kesehatan
pakai ulang yang sudah terkontaminasi harus ditangani,
dikumpulkan dan dibawa ke Ruang Dekontaminasi CSSD
sedemikian rupa sehingga tidak mengkontaminasi pasien, petugas
dan barang-barang lainnya. Beberapa hal yang harus diperhatikan
pada waktu pengumpulan dan penerimaan barang adalah sebagai
berikut:
1) Penerimaan tersebut juga harus dicatat dalam buku register.
Peralatan pakai ulang dipisahkan dari limbah/buang di tempat
pemakaian (point of use) oleh petugas yang mengetahui potensi
terjadinya infeksi dari benda-benda tersebut. Limbah
diidentifikasi dan dibuang menurut prosedur yang telah
ditetapkan.
2) Peralatan yang terkontaminasi dipisahkan dengan alat-alat yang
bersih.
3) Benda-benda tajam dipisahkan dan ditempatkan di dalam
kontainer yang tidak dapat ditembus benda tajam.
4) Kain-kain/Linen yang sudah bersih dan kering ditempatkan
terpisah dan dibawa keruang dekontaminasi
5) Peralatan yang terkontaminasi dibungkus dalam kantong plastik
tertutup dan tahan bocor atau kontainer untuk menghindari
tumpahan atau penguapan dan dibawa sesegera mungkin
setelah digunakan ke ruang dekontaminasi dengan kereta
tertutup. Setiap kontainer diberi label untuk memudahkan
proses. Peralatan harus dijaga kelembabannya supaya kotoran
tidak mengering yang nantinya akan sukar dibersihkan.
6) Semua cairan terkontaminasi dimasukkan ke kontainer yang
tahan bocor, jika tidak mungkin dibuang ke toilet atau sink.
7) Alat-alat yang tidak dipakai dan tidak dibuka yang
dikembalikan ke ruang dekontaminasi, harus disterilkan ulang
sebelum didistribusikan kembali.
8) Petugas yang menangani, mengumpulkan dan membawa alat-
alat harus memakai alat pelindung (APD) untuk mencegah
kontak dengan darah atau cairan tubuh lainnya.
9) Petugas yang menyerahan barang/instrumen ke CSSD harus
menanda tangani dan menulis nama jelas pada buku
penerimaan barang di steril .
10) Petugas CSSD harus menulis nama Unit/bagian, jenis barang,
kemasan dan jumlah barang/instrumen yang dikirim. dan
menandatangani serta menulis nama jelas pada buku
penerimaan barang tidak steril. Untuk peralatan medis Single
Use Devices ditandai dengan kode barang dan angka pemakaian
berulang (re-use). Untuk peralatan yang kadaluarsa ditulis
No.ID dan tanggal kadaluarsa.
b. Pembersihan

Pembersihan alat pakai ulang yang terkontaminasi dimulai


sesegera mungkin setelah dipakai. Oleh karena itu, untuk memulai
pembersihan dan mencegah kotoran menjadi kering, alat-alat
harus:

 Dibersihkan dari kotoran di tempat pemakaian sesuai prosedur


yang berlaku dan langsung dibungkus untuk menghindari
cipratan, tumpahan atau penguapan sampai dibawa ke ruang
dekontaminasi.
 Proses pembersihan meliputi proses dekontaminasi dan
pencucian.
1) Dekontaminasi

Proses dekontaminasi harus dilakukan karena sesuai dengan


SPO Dekontaminasi Peralatan Kritikal, semua barang yang
terkena darah/cairan tubuh pasien dianggap berpotensi
menularkan penyakit (misal: hepatitis, HIV/AIDS), terlepas
apakah pasien tersebut terbukti berpenyakit. Selain itu,
dekontaminasi juga dimaksudkan untuk menghilangkan risiko
penularan infeksi pada petugas kesehatan/CSSD yang akan
menangani pembersihan alat-alat kesehatan/instrumen habis
pakai.

2) Perendaman dan Pencucian


- Semua peralatan pakai ulang yang sudah dipilah-pilah
segera direndam dalam cairan alkazyme yang sudah
diencerkan 1:50 enzim : air destilasi) selama 15 menit
perlu diperhatikan agar semua peralatan terendam
dengan cairan enzime.
- Angkat semua instrument dan dibersihkan dengan cara
disikat dibawah air mengalir
- semua peralatan ditiriskan dan kemudian direndam
dengan caira aldehide yaitu alkacide direndam selama 1
jam
- Kemudian peralatan ditirskan dan dikeringkan dengan
kain steril dan diblower
- Alat siap dikemas dan di pouches
Semua alat-alat pakai ulang harus dicuci hingga benar-benar
bersih sebelum didisinfeksi atau disterilkan. Mencuci bersih
adalah proses menghilangkan semua partikel yang kelihatan,
hampir semua partikel yang tidak kelihatan, sebanyak
mungkin mikroorganisme, dan menyiapkan permukaan dari
semua alat-alat aman untuk proses disinfeksi/sterilisasi. Hal
ini penting dilakukan untuk mengurangi kotoran-kotoran yang
menempel pada alat hingga 99%, sehingga membantu
efektivitas sterilisasi.

c. Pemilihan ( Kontrol Spesifikasi ) dan Pengemasan


Setelah instrumen dikeringkan, selanjutnya dilakukan pemilihan
instrumen untuk dikemas dalam paket-paket tertentu, misalnya
instrumen untuk Paket basic, dan sebagainya. Tujuan dan fungsi
pengemasan: membungkus peralatan medik yang akan disterilkan,
dan menjaga sterilitas barang tersebut sampai digunakan.

d. Pemberian label
Setiap kemasan harus mempunyai label yang menjelaskan asal, isi
dari kemasan waktu sterilisasi / waktu kadaluarsa, nomor
identitas, nama petugas dan nama mesin sterilisator.

e. Sterilisasi

Di bagian CSSD Rumah Sakit Khusus Gigi dan Mulut Provinsi


Sumatera Selatan metode sterilisasi yang dipakai adalah metode
sterilisasi fisika yaitu sterilisasi uap dengan autoclave dan
sterilsasi udono Penjelasan lebih lanjut diuraikan di bab mengenai
metode sterilisasi.

f. Penyimpanan barang steril

Setelah proses sterilisasi selesai barang/alat steril yang sudah


dingin disimpan di ruang penyimpanan. Ruang penyimpanan
berada dekat ruang sterilisasi, dan langsung berhubungan dengan
pintu belakang mesin sterilisasi.

Tujuan penyimpanan

 Barang sampai ke pemakai dalam keadaan steril


 Barang mudah dicari dengan cepat dan tepat pada waktu yang
ditentukan
 Mencegah kehilangan dan kerusakan

g. Pendistribusian
Sistem distribusi barang steril kepada pemakai dapat dilakukan:
 Secara otomatis: yaitu barang steril diambil semua.
 Sesuai permintaan.
Setiap pengambilan barang steril dari CSSD , harus dicatat dalam
buku expedisi dan harus menandatangani buku expedisi baik yang
mengambil maupun yang memberikan. Barang/alat steril yang
dibungkus kain 2 lapis tidak digunakan dalam waktu satu minggu
harus disterilkan ulang.
h. Pencatatan dan pelaporan
Setiap penerimaan barang onsteril dan pendistribusian barang
steril dicatat dalam buku register dan dilakukan rekapitulasi tiap
bulan. Hasil rekapitulasi tiap bulan dilaporkan kepada Direktur
Penunjang medis.
ALUR KERJA PELAYANAN STERILISASI

Baik

Ruang kotor

Ruang bersih

Ruang steril
Jadwal pelayanan CSSD diatur sebagai berikut:

 Jadwal dinas karyawan:


 dinas pagi : jam 07.30 – 15.00
 Jadwal pelayanan:
 penerimaan barang onsteril jam 08.00 - 14.00/ hari
kerja
 pengambilan barang steril jam 08.00-14.00/ hari kerja

D. BATASAN OPERASIONAL
Central Sterile Supply Department (CSSD) adalah suatu unit di
rumah sakit yang bertanggung jawab menyelenggarakan pelayanan
sterilisasi untuk memenuhi kebutuhan akan barang/alat steril di
seluruh unit rumah sakit. Steril adalah suatu keadaan yang bebas dari
mikroorganisme baik patogen maupun apatogen beserta sporanya.
Sterilisasi adalah suatu proses pengolahan alat atau bahan yang
bertujuan untuk menghancurkan semua bentuk kehidupan
mikroorganisme termasuk endospora melalui proses fisika maupun
kimia. Disinfeksi adalah suatu tindakan untuk
membebaskan/menghancurkan, membunuh mikroorganisme baik
patogen maupun apatogen tetapi tidak dengan sporanya. Sedangkan
dekontaminasi adalah proses kimia/fisika yang digunakan untuk
menurunkan jumlah mikroorganisme pada benda mati sehingga aman
untuk digunakan lebih lanjut. Yang dimaksud dengan pelayanan
sterilisasi adalah kegiatan yang memproses semua bahan, peralatan dan
perlengkapan yang dibutuhkan untuk pelayanan medik di rumah sakit,
mulai dari perencanaan, pengadaan, pencucian, pengemasan, pemberian
tanda, proses sterilisasi, penyimpanan dan penyalurannya untuk
memenuhi kebutuhan rumah sakit. Pelayanan sterilisasi merupakan hal
yang sangat penting dan tidak dapat dipisahkan dengan kegiatan
pelayanan kesehatan di rumah sakit, khususnya dalam usaha
menghindari infeksi silang, sehingga infeksi nosokomial dapat dicegah
dan dikendalikan. Agar pelayanan sterilisasi dapat berjalan dengan baik
sesuai standar dengan Mutu terjamin maka pelayanan sterilisasi
dilakukan di instalasi pusat sterilisasi (CSSD).
E. LANDASAN HUKUM
1. Undang-Undang Negara RI No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit
Bab V Pasal 10 Ruang Steril
2. Peraturan Pemerintah RI Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
3. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor : 38/Menkes/SK/III/2007
tanggal 27 Maret 2007, tentang Pedoman Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas kesehatan lainnya.
4. Peraturan Menkes RI Nomor : 1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang
Standar Pelayanan RS
5. Kemenkes 1204/Menkes/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan
Lingkunagan
6. Pedoman Pelayanan Pusat Sterilisasi ( CSSD ) di Rumah Sakit,
Depkes dan Kesejahteraan Sosial RI, Dirjen Yanmed, tahun 2009
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. KUALIFIKASI SUMBER DAYA MANUSIA

Jumlah
Jenis Tenaga Pendidikan Sertifikasi
Kebutuhan
Perawat S1 Kesehatan Pelatihan & Pendididkan
D3 Dasar CSSD
Keperawatan Pendidikan Manajemen
SPK CSSD
Pekerja SMU/ Pelatihan & Pendididkan
CSSD Sederajat Dasar CSSD
Sanitasi SMU / Pelatihan & Pendididkan
Sederajat Dasar CSSD

B. DISTRIBUSI KETENAGAAN

Jadwal Jenis tenaga Jml Keterangan


dinas
Dinas pagi Perawat Penanggung jawab
Perawat Inventaris Instrumen Bedah
Proses Sterilisasi
Dekontaminasi
Pekerja Penerimaan s/d Distribusi
Tranportasi peralatan Bedah
Sanitasi Kebersihan ruang CSSD

Dinas sore Perawat Penanggung jawab dinas sore


Inventaris Instrumen Bedah
Pekerja Penerimaan s/d Distribusi
Transportasi peralatan Bedah
C. PENGATURAN JAGA

Jadwal Dinas Waktu

Dinas Pagi Pkl. 07.30 – 15.00 WIB


BAB III
STANDAR FASILITAS

A. DENAH RUANG
Lokasi CSSD di Rumah Sakit Khusus Gigi dan Mulut Provinsi Sumatera
Selatan di lantai II, dihubungkan oleh lift dengan kamar bedah yang
letaknya ada di lantai III, dan berada di sentral dari unit-unit yang
memerlukan barang/alat steril. Area CSSD menempati area seluas
kurang lebih Untuk keefisienan dan keoptimalan fungsi kerja dari CSSD,
maka ruangan harus tersedia secara memadai.

B. STANDAR FASILITAS
Pada prinsipnya ruangan CSSD terdiri dari daerah bersih, daerah kotor
dan daerah Steril sehingga ruangan harus didesain sedemikian rupa
sehingga tidak terjadi kontaminasi silang dari daerah kotor ke daerah
bersih. Untuk menghindari kontaminasi silang
No Fasilitas Jumlah
1. Fisik / bangunan / sarana
1. Ruang Dekontaminasi 1
2. Ruang Pegemasan 1
3. Ruang Mesin 1
4. Ruang Produksi bahan Steril 1
5. Ruang Penyimpanan Steril 1
6. Ruang Distribusi Peralatan Steril 1
2. Peralatan
1. Mesin Sterilisator suhu tinggi 1
2. Mesin autoclave 3

1. Ruang dekontaminasi
Pada ruangan ini terjadi proses penerimaan barang kotor,
dekontaminasi dan pembersihan/pencucian. Di daerah ini terdapat:
o Loket penerimaan instrumen/alat lain
o Beberapa bak untuk merendam dan mencuci
o Mesin pengering
o Meja untuk melakukan pengeringan
2. Ruang pengemasan
Ruang ini untuk melakukan pengemasan terhadap barang/peralatan,
linen
3. Ruang Mesin
Tempat di mana proses sterilisasi dilakukan. Pada daerah ini terdapat:
Sterilisator uap/autoklaf ( jumlah 3 unit) dan yang 1 mesin steam
sterilisator.
4. Ruang Produksi bahan Steril
Tempat di mana pembuatan barang steril dilakukan.
5. Ruang Penyimpan Barang Steril
Terletak berdekatan dengan proses sterilisasi dilakukan. Ruang ini
langsung
berhubungan dengan pintu belakang mesin sterilisasi
6. Ruang Pendistribusian
Tempat di mana barang steril didistribusikan
3. Persyaratan Ruang CSSD

1. Ruang dekontaminasi

Beberapa persyaratan yang harus diperhatikan pada ruang


dekontaminasi antara lain:

a. Udara harus dihisap (ada exhaust udara) ke luar gedung


b. Ruangan Dekontaminasi menggunakan sistem tekanan negatif
sehingga tidak akan mencemari ruangan lain.
c. Tidak boleh menggunakan kipas angin.
d. Suhu antara 18oC–22oC, dengan kelembaban antara 35%-75 %.
e. Ruangan tidak boleh becek dan licin.
f. Lantai dipel atau divacum basah minimal sekali sehari.
g. Bak pencuci, meja kerja dan peralatan dibersihkan dan
didisinfeksi minimal sekali sehari
h. Apabila ada tumpahan darah langsung dibersihkan dan
didisinfeksi dengan disinfektan.
i. Rak-rak penyimpanan, dinding, langit-langit, ventilasi AC dan
alat lain (lampu, sprinkler, ducting, dan sebagainya)
dibersihkan secara teratur.
j. Prosedur kontrol terhadap binatang perusak (serangga, tikus,
dsb).
a. Sampah dibuang minimal sekali sehari.
b. Pemisahan sampah infeksius dan non infeksius

b. Ruang penyimpanan barang steril

1) Penerangan harus memadai.


2) Suhu antara 18 oC – 22 oC.
3) Kelembaban antara 35% - 75%.
4) Ventilasi menggunakan sistem tekanan positif dengan efisiensi
filtrasi partikulat antara 90%-95% (untuk partikulat berukuran 0,5
mikron).
5) Dinding dan lantai terbuat dari bahan halus dan kuat sehingga
mudah dibersihkan.
6) Letak Rak penyimpanan barang steril 19-24 cm dari lantai dan
Minimum 43 cm dari langit-langit serta 5 cm dari dinding.
7) Harus diupayakan untuk menghindari penumpukan debu pada
kemasan.
8) Barang steril tidak disimpan dekat wastafel atau saluran pipa
lainnya.
9) Akses ke ruangan penyimpanan steril dibatasi hanya kepada
petugas yang terlatih, bebas dari penyakit menular dan
menggunakan pakaian pelindung khusus ruang steril.

Pemeliharaan Peralatan

a. Pemeliharaan Sterilisator Secara Rutin dan Berkala

Mesin sterilisasi harus diperiksa dan dibersihkan setiap hari,


karena pengawasan secara periodik dan pembersihan secara rutin
dapat menurunkan kemungkinan tidak berfungsinya mesin
sterilisasi. Kebersihan juga menurunkan risiko kontaminasi
terhadap barang steril.

Beberapa hal yang harus dibersihkan setiap hari meliputi:


1) recording charts dan jarum penunjuk gasket pintu bagian
dalam chamber dan permukaan lainnya.
2) Pembersihan harian dan pengawasan lainnya sesuai dengan
yang disarankan produsen mesin.
Beberapa hal yang harus diperhatikan berkaitan dengan
pemeliharaan rutin sterilisator:
1) Produsen mesin harus membuat instruksi tertulis untuk
pemeliharaan mesin sterilisasi. Pemeliharaan ini harus dilakukan
oleh orang yang ahli. Perhatikan pemeliharaan dan penggantian
komponen-komponen yang rusak seperti filter, perangkap steam
(steam traps), pipa drainase, valve dan gasket pintu.
2) Pemeliharaan dapat dilakukan oleh petugas rumah sakit yang
terlatih, produsen alat atau perusahaan pemberi jasa pemeliharaan
yang berkualifikasi.
3) Untuk perbaikan rutin terhadap komponen umum dapat
dilakukan oleh pihak rumah sakit setelah mendapat pelatihan dari
supplier.
4) Perbaikan terhadap komponen peralatan rutin hanya dilakukan
oleh pihak yang mampu melakukannya. Teknisi yang terlibat dalam
pemeliharaan peralatan harus dilatih oleh lembaga berwenang atau
pihak pembuat mesin sterilisasi tersebut.

Beberapa hal yang harus diperhatikan sebagai upaya pemeliharaan


dan pencegahan kerusakan:

1. Garansi selama masa tertentu.


a. Suku cadang pokok harus tersedia
b. Sebaiknya dilakukan kontrak servis baik dengan pihak
suplier atau pihak lain yang kompeten.
c. Stabilisator voltase berikut saklar otomatis ke generator
untuk keperluan darurat.
d. Kondisi lingkungan, suhu dan kelembaban yang memadai.

2. Kalibrasi sterilisator

Kalibrasi terhadap mesin sterilisasi sangat penting dilakukan


untuk menjamin bahwa mesin sterilisasi bekerja dengan baik
dan efektif, serta dapat diandalkan. Kalibrasi secara periodik
harus dilakukan sesuai instruksi manual produsen mesin, misal
setahun sekali.
Beberapa hal yang harus dikalibrasi meliputi pengukur suhu
dan tekanan, timer, dan elemen pencatat lainnya. Kalibrasi
ulang harus dilakukan bila komponen ini mengalami perbaikan.
Kalibrasi harus dilakukan oleh orang yang terlatih khususnya
terhadap jenis mesin yang akan dikalibrasi.

3. Pemeliharaan Ruangan
a. Ruang dekontaminasi

1) Usahakan lantai tidak basah/becek, bila basah harus segera


dikeringkan. Ruangan dan peralatan dibersihkan setiap hari:
lantai, meja, alat-alat, dan washbak menggunakan
disinfektan.
2) Memakai APD pada waktu membersihkan ruang
dekontaminasi
3) Cuci tangan sebelun dan setelah membersihkan

b. Ruang pengemasan, ruang ganti, kantor dan ruang staf

1) Lantai, peralatan, meja, kursi, almari dibersihkan setiap


hari sebelum dan setelah bekerja
2) Cucilah tangan sesuai prosedur, siapkan semua peralatan
yang diperlukan (kain pel, lap, ember, disinfektan) dan
pakailah APD sebelum mulai pembersihan
3) Peralatan, meja, kursi dan almari dibersihkan dengan cara
mengelap dengan lap yang dibasahi larutan sabun ph netral
(typol 1:10)
4) Lantai dibersihkan dengan cara mengepel dengan kain pel
yang dicelupkan dalam larutan Creolin 1: 100
5) Setelah selesai mengelap maupun mengepel, lantai
maupun peralatan dikeringkan dengan lap kering
6) Setelah kegiatan selesai, peralatan dicuci dan dikeringkan,
simpan di tempat khusus dalam keadaan siap pakai.
7) Cucilah tangan kembali.

c. Pembersihan dan sterilisasi ruang steril


1) Peralatan, almari dibersihkan dengan cara mengelap
dengan lap yang dibasahi larutan Lysol 1:100 atau
presept 2.5 gram : 2.5 liter air.
2) Lantai dibersihkan dengan cara mengepel dengan kain pel
yang dicelupkan dalam larutan Creolin 1: 100
3) Semua peralatan yang digunakan harus disterilkan
terlebih dahulu
4) Setugas harus mengenakan APD khusus ruang steril (
baju, topi, masker, alas kaki khusus).
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

A. Tata laksana pelayanan Dekontaminasi


1. Penanggung jawab
a. Petugas Dekontaminasi
b. Perawat Intrumen Bedah
2. Perangkat kerja
3. Peralatan Medis On Steril
4. Cairan Enzym , cairan Desinfektan , dan sikat instrument
5. APD (sepatu, sarung tangan, tutup kepala, masker, Skort dan kaca
mata)
6. Tata laksana pelayanan
7. Penerimaan barang sterli steril jam 08.00 - 10.00
a. Penerimaan barang tidak steril jam 08.00-21.00
Semua peralatan medis tidak steril ditulis dalam Buku
Penerimaan peralatan tidak Steril (No. urut, jam pengantaran,
bagian yang mengirim, jenis peralatan, jumlah, jenis kemasan,
tanda tangan petugas ruang dan perugas CSSD)
Untuk peralatan medis Single Use Devices ditandai dengan kode
barang dan angka pemakaian berulang (re-use). Untuk
peralatan yang kadaluarsa ditulis No.ID dan tanggal
kadaluarsa.
b. Pre Cleaning

Langkah pertama dalam proses dekontaminasi dimulai setelah


peralatan, instrumen atau alat lainnya digunakan pada pasien
dianggap terkontaminasi Peralatan pakai ulang (reusable)
dipisahkan dari peralatan sekali pakai (dispossable). Semua
peralatan dibilas dibawah air mengalir. Peralatan medis On
Steril harus ditransportasikan ke ruang dekontaminasi CSSD
dalam container tertutup khusus peralatan On steril.
c. Perendaman
Peralatan pakai ulang harus dikondisikan lembab atau basah
untuk mencegah pengeringan materi organik pada peralatan
tersebut dan untuk memperlunak materi organik tersebut
sehingga memudahkan pada saat pembersihan. Cairan untuk
merendam alat berupa larutan enzimatik. Larutan Enzym yang
dipakai adalah Helyzym / Alkazym yang berfungsi sebagai
enzymatic cleaner, detergente enzimatico dan enzymatisch.
Perendaman selama 10 -15 menit.
d. Pembersihan / Pencucian
Tujuan utama pembersihan adalah menghilangkan kotoran
terlihat, menghilangkan kotoran tidak terlihat dan
menghilangkan sebanyak mungkin mikroorganisme berbahaya
dengan memperhatikan aspek fundamental pembersihan.
Pembersihan menggunakan sikat khusus instrumen.

Beberapa aspek fundamental proses pembersihan yang harus


diketahui oleh staf CSSD adalah sebagai berikut:

1) Materi organik yang menempel pada permukaan instrumen


atau peralatan medis lain bukan hanya merupakan media
bagi pertumbuhan mikroorganisme tetapi juga akan
mempengaruhi efektifitas proses sterilisasi.
2) Rekomendasi pembersihan alat/instrumen dari pabrik
pembuatnya harus selalu diikuti secara seksama.
3) Semua alat/instrumen yang dapat dibongkar-pasang harus
dibongkar pada saat akan dibersihkan. Hal ini merupakan
persyaratan mutlak proses pembersihan.
4) Friksi merupakan dasar proses pembersihan manual,
sedangkan deterjen berperan mengikat kotoran sehingga
kotoran mudah rontok pada saat dibersihkan.
5) Sebagai aturan baku pembersihan, setiap barang/item
harus mengalami pemeriksaan pada setiap tahapan proses
yang dilalui baik pada saat penerimaan, pengemasan
maupun pada titik pemakaian.
6) Banyak peralatan maupun bahan pencuci memiliki sifat
inkompatibilitas. Oleh karena itu sangat penting bagi
operator pencucian mengetahui dengan pasti pemakaian
pencuci mana yang tepat untuk peralatan tertentu.
7) Untuk memulai pencucian, alat-alat harus:
a) dibongkar jika dirakit lebih dari 1 komponen dan dibuka
semua sambungannya untuk memastikan seluruh
permukaan tercuci bersih
b) disortir berdasarkan metode pembersihan
c) dibersihkan sebelum sterilisasi karena uap tidak dapat
meresap dan membunuh mikroorganisme jika alat-alat
tidak dibersihkan dengan baik terlebih dahulu.
8) Desinfeksi instrumen dilakukan dengan cara merendam
dalam larutan disinfektan (larutan Cocopropylene 20 g atau
Larutan Glutaradehid 0.17 % konsentrasi 2 % atau (
perbandingan 1 liter air + 20 cc larutan Desinfektan ) selama
15 menit.

B. Tata laksana pelayananan Pengemasan

1. Penanggung jawab
a. Petugas Pengemasan
b. Perawat Instrumen Bedah
2. Perangkat kerja
a. Peralatan medis
b. Kain tenun/Linen ( baju operasi, duk tutup luka, dsbnya )
c. Pembungkus/bahan pengemas (kain linen, pouches, kertas
perkamen )
3. Tata laksana pelayanan
Pengemasan instrumen atau alat-alat medis lainnya merupakan
kegiatan yang penting sebelum sterilisasi. Tujuan dan fungsi
pengemasan adalah untuk membungkus peralatan medis yang akan
disterilkan dan mempertahankan sterilitas alat tersebut sampai
waktu penggunaan. Mengingat fungsinya, maka dalam pengemasan
harus diperhatikan dalam hal pemilihan bahan dan teknik
pengemasan yang benar.

Prinsip dasar pengemasan:


a. Sterilan harus dapat menyerap dengan baik ke seluruh
permukaan kemasan dan isinya.
b. Harus dapat menjaga sterilitas isinya hingga kemasan dibuka.
c. Harus mudah dibuka dan isinya mudah diambil tanpa
menyebabkan kontaminasi.

Persyaratan bahan pengemas :


a. Tahan terhadap kondisi fisik seperti suhu tinggi, kelembaban,
tekanan dan/atau hisapan pada proses sterilisasi.
b. Udara pada kemasan dan isinya harus bisa keluar secara total
tanpa mengganggu bentuk kemasan dan segelnya.
c. Sterilan pada proses uap, etilen oksida atau panas kering harus
dapat menyerap dengan baik pada seluruh permukaan dan
serat semua isi dan kemasan.
d. Sterilan harus dapat dilepaskan pada akhir siklus sterilisasi.
e. Pada sterilisasi uap, bahan kemasan harus mudah kering dan
memudahkan pengeringan isinya.
f. Pada sterilisasi panas-kering, bahan kemasan dan isinya harus
tahan terhadap suhu selama waktu yang diperlukan, tanpa
meleleh, terbakar, atau rusak.
g. Harus dapat menjaga sterilitas dan melindungi isinya yang
sudah steril dari kontaminasi mikroba mulai saat kemasan
dikeluarkan dari mesin sampai kemasan dibuka untuk dipakai.
Karenanya, bahan yang dipakai sebaiknya tidak berbulu dan
dapat menahan masuknya debu dan terserapnya uap (air atau
cairan lainnya).
h. Harus cukup kuat menampung isinya selama proses sterilisasi
dan penanganannya. Harus tahan sobekan dan tusukan, tidak
boleh terpengaruh tingkat atmosfir dan kelembaban udara.
Selama penyimpanan sebelum dan sesudah sterilisasi, bahan
kemasan tidak boleh berkerut, berlubang jika dilipat, kusut
atau melekat satu sama lain jika ditumpuk dan segel tidak
boleh lepas.
i. Harus mudah digunakan untuk membungkus dan harus sesuai
dengan ukuran dan bentuk alat yang akan dikemas dan harus
membungkus alat rapat-rapat.
j. Tidak boleh mengandung bahan beracun dan zat warna yang
bisa menyebabkan reaksi yang tidak diinginkan terhadap
pekerja, atau yang luntur jika terkena sterilan.
k. Harus mudah dibuka dengan risiko kontaminasi kecil.
l. Bahan Pengemas yang digunakan disesuaikan dengan barang
yang akan disterilkan serta metode sterilisasi :
No. Pengemas Keterangan

1. Kain / Linen 1. Spesifikasi : kain muslin atau


sejenis, dengan pori-pori 140 thread
count, non disposable
2. Metode kemasan : amplop atau
oblong, minimal 2 rangkap
3. Metode sterilisasi : panas uap (
steam )

2. Kertas 1. Spesifikasi : tidak mudah


rusak/robek selama proses, tidak
toksis dan kedap air, sekali pakai
(disposable )
2. Metode kemasan : amplop atau
kantong, minimal 2 rangkap
3. Metode sterlisasi : panas uap (steam)

3. Kantong 1. Spesifikasi : kantong terdiri dari 2


Khusus/pouches bagian yaitu sisi
2. kertas dan plastik (rol dalam bentuk
Flat atau Gussette,
3. maksimal dapat dipakai ulang 1
(satu) kali.
4. Metode kemasan : kantong
5. Metode sterilisasi : panas uap
(steam), panas rendah
No. Nama Paket Nama Linen Jumah

1 Paket Baju operasi Spliduk


Duk Tutup Luka
Baju operasi
Duk Sarung meja mayo
Handuk
Wash lap

2. Paket Tur Wash Lap


Duk Tutup luka
Duk sarung kaki
Duk lobang
Baju operasi
Handuk kecil

4. Paket Spinal Duk Spinal


Klem Spinal
Baju operasi
Handuk kecil

Cara membungkus/mengemas peralatan medis dengan linen/kertas

C. Tata laksana pelayananan Proses Sterilisasi


1. Tata Penanggung jawab
Petugas Sterilisasi
2. Perangkat kerja
a. Peralatan medis
1) Kain tenun / Linen (baju operasi, duk tutup luka, dsbnya)
2) Alat labeling
3) Timbangan
4) Mesin Sterilisator

D. Tata laksana pelayanan

Sterilisasi adalah suatu proses untuk menghilangkan/memusnahkan


semua bentuk mikroorganisme termasuk endospora pada peralatan,
dapat dilakukan dengan proses fisika atau kimia dengan
menggunakan alat  Sterilisator

Metode yang digunakan di Rumah Sakit Khusus Gigi dan Mulut


adalah sterilisasi uap panas. Sterilisasi uap panas (Steam Sterilization)
merupakan metode sterilisasi yang paling tua, namun aman dan
murah. Metode ini menggunakan uap panas sebagai sterilan.
Mekanisme pembunuhan mikroorganisme dilakukan menggunakan
kombinasi efek dari uap dan panas selama periode waktu tertentu.
Metode ini hanya dapat digunakan untuk barang/alat yang stabil
terhadap suhu tinggi.

Mekanisme aksi sterilisasi uap adalah memaparkan uap jenuh pada


tekanan tertentu selama waktu dan suhu tertentu pada suatu obyek
sehingga terjadi pelepasan energi laten uap yang mengakibatkan
pembunuhan mikroorganisme secara ireversibel akibat denaturasi
atau koagulasi protein sel. Sterilisasi uap merupakan metode
sterilisasi yang paling efektif karena uap merupakan pembawa energi
panas paling efektif dan semua lapisan pelindung luar mikroorganisme
dapat dilunakkan sehingga memungkinkan terjadinya koagulasi.
Kualitas uap yang terbaik adalah 100% dimana uap sama sekali tidak
mengandung air. Untuk keperluan sterilisasi kualitas uap sebaiknya
antara 97-100%. Kualitas uap dibawah 100% tidak akan
mempengaruhi proses sterilisasi tetapi dapat menyebabkan
pembasahan pada pembungkus atau packing.

Kualitas uap yang rendah dapat disebabkan oleh:

a. Boiler yang bekerja kurang baik


b. Pemeliharaan distribusi uap yang kurang baik
c. Kegagalan jaket pemerangkap uap pada mesin sterilisasi.
Beberapa faktor penting yang mempengaruhi keberhasilan proses
sterilisasi uap meliputi waktu, suhu dan kelembaban.

a. Fase Siklus Sterilisasi Uap

Fase-fase yang terjadi pada satu siklus sterilisasi uap meliputi:

 Fase pemanasan(conditioning)
 Fase pemaparan uap (exposure)
 Fase pembuangan (exhaust)
 Fase pengeringan
Fase pemanasan merupakan fase awal dari siklus sterilisasi uap.
Pada fase ini selain terjadi proses pemvakuman chamber juga jacket
chamber mengalami pemanasan. Pemanasan ini dimaksudkan agar
ketika uap masuk maka perbedaan suhu antara chamber dan uap
tidak terlalu tinggi sehingga dapat meminimalisir terbentuknya
kondensat.

Uap akan terus masuk ke dalam chamber, namun kali ini pada
kondisi ruang yang tertutup secara rapat. Tekanan akan naik,
demikian pula dengan suhu ruangannya sampai tercapai suhu
sterilisasi yang diharapkan. Baru kemudian sistem pengontrolan
pemaparan uap bekerja mempertahankan suhu dan tekanan
ruangan. Pada fase inilah sebetulnya terjadi proses sterilisasi. Suhu
yang biasanya digunakan antara lain 121oC dan 134 oC.

Setelah waktu pemaparan pada suhu tertentu tercapai, valve


drainase akan terbuka sehingga terjadi penurunan kembali tekanan
dalam chamber. Fase ini dikenal sebagai fase pengeluaran atau fase
exhaust. Baru kemudian udara secara gradual di introduksi kembali
sampai tercapai tekanan atmosfir sehingga terjadi pengeringan dari
alat yang disterilkan.

b. Tekanan supply uap

Sebaiknya diperiksa setiap minggu oleh bagian teknik rumah sakit


sehingga memenuhi persyaratan spesifikasi pabrik pembuat mesin.

c. Memasukkan barang pada mesin


Penataan barang di dalam mesin ikut menentukan keberhasilan
proses sterilisasi. Penataan barang yang benar akan memudahkan
proses pengosongan udara dari chamber, memudahkan uap
berpenetrasi ke dalam kemasan dan akan mencegah terbentuknya
kondensat berlebihan yang akan menyebabkan kemasan basah.
Kemasan linen sebaiknya diposisikan secara vertikal untuk
memudahkan uap berpenetrasi pada kemasan dan memudahkan
pengosongan udara. Pengisian chamber mesin dengan barang
sebaiknya memanfaatkan 75% dari kapasitas chamber.

d. Mengeluarkan barang dari mesin


 Isi chamber harus dibiarkan dalam mesin sampai semua uap
keluar dari chamber dan barang sudah mengalami proses
pendinginan.
 Tidak diperbolehkan memakai pendingin baik dengan kipas atau
blower AC.
 Untuk mencegah masuknya lembab (dapat membawa
mikroorganisme) ke dalam kemasan, barang-barang steril hanya
boleh ditangani setelah mengalami pendinginan secara sempurna.
 Pada saat proses pendinginan, barang steril tidak boleh
diletakkan pada permukaan logam karena akan terjadi proses
kondensasi pada barang sehingga terjadi rekontaminasi.
 Sebelum didistribusikan, barang steril disimpan dalam almari
khusus di ruang penyimpan barang steril.

Beberapa Metode sterilisasi dengan sterilisator uap (autoclave) Getinge
No. Spesifikasi Metode Sterilisasi
1. Alat/Instrumen Sterilisasi Uap ( Autoclave Steam ) A1
tahan panas 1. P1  suhu 134 0C waktu steril selama 7
(Termostabil) menit.
Total proses sterilisasi = 35 - 40 menit
(logam, linen, kapas, kasa)
2. P2  suhu 121 0C waktu steril selama 20
menit.
Total proses sterilisasi = 45 - 50 menit
( karet, plastik )
3. P3  suhu 134 0C waktu steril selama 3,5
menit
Total proses sterilisasi = 15 - 20 menit
(Test Bowie Dick )
Sterilisasi Uap ( Autoclave Steam ) euroclave
29 +vs
1. Prevac 1  suhu 135 0C ( 275 0F ) selama 3
menit.
Total proses Pre-post = 50 - 60 menit
2. Gravity 1  suhu 121 0C ( 250 0 F ) selama
30 menit
Total proses Pre-post = 70 - 80 menit
3. B&D Test  suhu 134 0C ( 273 0F ) selama
3,5 menit
Total proses = 15 - 20 menit
4. Leak Test  Test kebocoran pada vacum
Total proses = 55- 60 menit
2. Alat / Instrumen Sterlisasi Uap ( Autoclave steam ) A1
tidak tahan 1. P5  suhu 105 0C waktu steril selama 5
panas menit
( Termolabil ) Total proses sterilisasi = 20 menit
( Karet, plastik yang sensitive )

Proses Sterilisasi
 Masukkan barang yang akan disterilkan ke dalam autoklaf,
barang yang lebih berat diletakkan di sebelah bawah
tabung/ruang, barang yang berbentuk wadah diletakkan secara
terbalik/posisi lubang di bawah.
 Periksa tekanan suplai uap air pada tampilan di pintu luar
autoklaf minimal menunjukkan 250 kpa.
 Tutup pintu autoklaf.
 Tekan tombol “start”, tahapan proses sterilisasi dapat
dilihat/dinyatakan dengan menyalakan tombol “pre treatment”,
“sterilising” dan “post treatment”. Jangan mengubah program
pada saat proses sterilisasi sedang berlangsung.
 Bila tombol “proses end” menyala, adalah tanda bahwa proses
sterilisasi telah selesai, buka pintu dengan melepaskan sistem
penguncian.
 Bila barang yang disterilkan dikehendaki lebih kering dan
waktunya memungkinkan maka diamkan sebentar barang di
dalam dengan pintu pintu terbuka sedikit sebelum dikeluarkan
dari autoklaf.
 Selama proses sterilisasi dengan autoklaf, petugas CSSD
merekam data proses sterilisasi dengan kertas grafik dan
mencatat dalam Buku Laporan Sterilisasi.

Pemilihan cara / proses pengelolaan alat kesehatan pasca pakai


berdasarkan Klasifikasi alat-alat medis menurut Dr. Earl Spaulding
NO Tingkat Resiko Pengelolaan Alat
1. Resiko Tinggi (Critical) Sterilisasi atau
alat yang digunakan menggunakan alat steril
menembus kulit/rongga tubuh sekali pakai (disposable)
atau penbuluh darah
2. Resiko sedang (Semi Critical) Sterilisasi atau minimal
Alat yang digunakan pada Disinfeksi Tingkat Tinggi
mukosa atau kulit yang tidak (DTT)
utuh
3. Resiko rendah (Non Critical) Disinfeksi tingkat
Alat yang digunakan pada kulit Rendah atau Cuci bersih
utuh /permukaaan kulit
BAB V
LOGISTIK

1. Prosedur permintaan dan pemakaian barang di CSSD dengan


membuka catatan/arsip data tahun lalu dan tahun ini tentang
permintaan dan pemakaian barang di CSSD. Hitung semua
permintaan dan pemakaian tersebut tiap tahun.
2. Buka arsip laporan kegiatan tahun lalu dan tahun ini. Hubungkan
dan kelompokkan antara setiap kegiatan dengan mencatat dengan
barang-barang biasa diperlukan untuk setiap kegiatan.
3. Bukalah catatan tahun lalu dan tahun ini tentang kerusakan
peralatan. Hitung dan catat jumlah kerusakan dan penggantianya.
4. Hitung jumlah kelebihan barang tahun lalu dan tahun ini yang masih
dapat dipakai untuk tahun yang akan datang.
5. Bukalah data intensitas dan volume pelayanan sterilisasi tahun lalu
dan tahun ini. Hitung peningkatan dan penurunan yang terjadi.
Bandingkan peningkatan dan penurunan yang terjadi dengan
pelayanan dua atau tiga tahun sebelumnya. Bila ada kecenderungan
peningkatan, maka permintaan barang/bahan yang berhubungan
dengan pelayanan sterilisasi harus ditambah. Bila sebaliknya,
permintaan tetap.
6. Berdasarkan data-data diatas, dibuat rencana kebutuhan
barang/bahan untuk tahun depan.
7. Kelompokkan rencana kebutuhan batang tersebut menurut sumber
pengadaannya apakah dari gudang sentral farmasi (misalnya sarung
tangan, , autoklaf tape, bahan uji) atau dari gudang sentral logistik
(misalnya disinfektan, suku cadang peralatan, , alat-alat tulis, dan
sebagainya).
8. Tulislah rencana kebutuhan tersebut dalam formulir yang telah
disediakan menurut sumber pengadaannya.
9. Formulir tersebut diserahkan ke direktorat dan gudang terkait untuk
ditindaklanjuti.
PERALATAN YANG ADA DI CSSD

1. Peralatan medik

a. Sterilisator uap panas merek udono : 1 unit


b. Sterilisator uap panas (autoklaf) euroclav 29+ vs : 3 unit
c. Troli pengangkut : 1 unit
d. Lemari penyimpan barang steril : 1 unit
e. Rak penyimpanan barang steril : 1 unit

2. Peralatan non medik

Alat pendingin ruangan (AC sentral) dan AC Split : 3 buah

3. Bahan/zat kimia
a. Indikator: autoclave tape, Bowie-Dick, Ampul Attest
b. Label
c. Deterjen : Alkazyme Alkacide
d. Disinfektan : lysol, tepol, presept,Stabimed,Creolin , Alkacide
e. Kapas lidi, kasa
f. Kertas monitor suhu dan tekanan
g. Pembersih lantai, sink, dinding/ruangan
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

A. PENGERTIAN
Keselamatan pasien (Patient Safety) adalah suatu sistem dimana
rumah sakit
membuat asuhan lebih aman. Sistem tersebut meliputi :
 Asesmen resiko.
 Identifikasi dan pengolahan hal yang berhubungan dengan resiko
pasien.
 Pelaporan dan analisis insiden.
 Kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya.
 Implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya resiko.
Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh :
 Kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan.
 Tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil.

B. TUJUAN
 Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit.
 Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadapt pasien dan
masyarakat.
 Menurunnya kejadian tidak diharapkan (KTD) di rumah sakit.
 Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak
terjadinya pengulangan Kejadian Tidak Diharapkan (KTD).

6 (Enam) Sasaran Keselamatan Pasien :


1. Identifikasi (nama, tanggal lahir, alamat).
2. Komunikasi efektif (SBAR).
3. HAM (High Alert Medication, LASA / double check).
4. Tepat lokasi, tepat prosedur, tepat pasien operasi (verifikasi pra
bedah).
5. Mengurangi resiko infeksi (Hand Hygiene, 7 langkah menurut
WHO)
6. Mengurangi resiko jatuh.

CSSD terkait dengan Pengurangan resiko infeksi dalam pelayanan


kesehatan
Kejadian infkesi Nosokomial adalah infeksi yang didapat atau timbul
pada waktu pasien dirawat dirumah sakit. Bagi pasien di rumah sakit
infeksi nosokomial merupakan persoalan serius yang dapat menjadi
penyebab langsung maupun tidak langsung kematian pasien.
Beberapa kejadian infeksi nosokomial mungkin tidak menyebabkan
kematian pasien namun menyebabkan pasien dirawat lebih lama di
rumah sakit ini berarti pasien membayar lebih mahal .
Petugas CSSD bertanggung jawab terhadap pencegahan dan
pengendalian infeksi pada pasien sehubungan dengan
alat/instrumen yang digunakan. Melakukan proses dekontaminasi,
disinfeksi, pengemasan, sterilisasi dan penanganan barang steril
secara aseptik dan sesuai SPO yang ditetapkan merupakan cara
terbaik mencegah terjadinya infeksi pada pasien. Pasien penerima
barang yang belum diuji kelayakan fungsi dan cara pakainya dapat
mengalami komplikasi atau penundaan tindakan. Alat
terkontaminasi atau on-steril apabila digunakan pada pasien dapat
menimbulkan infeksi nosokomial.

Saran Tindakan Aman

a. Setiap melakukan kegiatan di CSSD lakukan kebersihan tangan


b. Lakukan pengujian terhadap instrumen/alat sebelum
didistribusikan.
c. Pastikan bahwa semua barang telah didekontaminasi dan bebas
dari kotoran, kerusakan atau bahaya lain yang dapat
mempengaruhi penggunaan barang/alat.
d. Pastikan bahwa barang terkontaminasi selalu dalam keadaan
tertutup pada saat transportasi menuju ruang dekontaminasi.
e. Pastikan semua peralatan yang digunakan untuk melakukan
proses sterilisasi diuji secara teratur dan dijamin dengan baik.
f. Pastikan bahwa semua komponen instrumen berada dalam
keadaan lengkap dan berfungsi secara normal.
g. Pastikan bahwa semua mesin sterilisasi termonitor secara visual
selama siklus berlangsung melalui pengujian indikator kimia,
biologis dan pengujian deteksi udara dalam chamber.
KETERKAITAN CSSD DENGAN KESELAMATAN PASIEN

Kebersihan Tidak menjaga kebersihan


Keselamatan
tangan
tangan pasien

Melakukan Dekontaminasi Keselamatan


Proses
Dekontaminasi Tidak sesuai SPO pasien

- Human Error
Proses - Mekanik
- Kesalahan-kesalahan Keselamatan
Strerilisasi pengelolaan peralatan medis pasien

- Ruang Penyimpanan tidak


Penyimpanan standar Keselamatan
dan Distribusi BAB VII
- Transportasi yang tidak pasien
Peralatan Steril benar

KESELAMATAN KERJA

Tanggung jawab untuk melakukan semua kegiatan secara aman


dilingkungan Pusat Sterilisasi menjadi tanggung jawab petugas Pusat
Sterlisasi .
Pada dasarnya kecelakaan dapat dihindari dengan mengetahui potensi
bahaya yang dapat ditimbulkan. Dengan memperhatikan secara seksama
dan melatih teknik-teknik bekerja secara aman maka resiko terjadinya
kecelakaan kerja dapat diturunkan secara signifikan.

1. Penerimaan barang kotor dan daerah dekontaminasi


Bahaya pemaparan terhadap darah dan cairan tubuh lainnya
maupun zat kimia dilingkungan pusat sterlisasi dapat menyebabkan
luka dan penyakit. Upaya pencegahan dapat dilakukan secara efektif
dengan menggunakan Alat Pelindung Diri ( APD ) untuk melindungi
petugas dari kontaminasi.
Petugas CSSD harus dilengkapi dengan alat pelindung diri seperti
apron lengan panjang yang tahan terhadap cairan kimia, penutup
kepala, masker dan kaca mata pelindung, khususnya untuk staf saat
melakukan prosedur yang memungkinkan cipratan atau kontaminasi
dari cairan yang mengandung darah atau cairan tubuh lainnya. Harus
ada alas kaki khusus untuk memasuki ruang dekontaminasi dan
sepatu tahan air. Masker dan kaca mata pelindung harus dilepas saat
meninggalkan ruang dekontaminasi. Sarung tangan, gaun pelindung
dan kaca mata pelindung harus dicuci setiap hari. Alat pelindung yang
dipakai ulang harus dicuci setelah setiap pemakaian.
Penanganan yang salah terhadap alat-alat tajam terkontaminasi
seperti pisau, jarum dan yang lainnya dapat menyebabkan rusaknya
permukaan kulit yang pada akhirnya dapat memungkinkan masuknya
mikroorganisme pathogen kedalam tubuh sehingga menyebabkan
terjadinya penyakit.

2. Saran Tindakan Aman


a. Jangan sekali-kali memasukkan tangan ke dalam wadah berisi
barang terkontaminsi tanpa dapat melihat secara jelas isi dari
wadah tadi.
b. Tuangkan cairan yang dapat mengganggu pandangan terhadap
alat-alat, lalu pindahkan alat/instrumen satu per satu. Pada
saat transportasi, pastikan agar bagian runcing dari instrumen
mengarah berlawanan terhadap tubuh kita.
c.Buang sampah benda tajam (jarum suntik, silet) ke dalam wadah
tahan tusukan, jangan pada tempat sampah biasa.
d. Ikuti petunjuk pabrik mengenai penggunaan zat kimia secara
aman dan gunakan alat pelindung diri untuk mencegah paparan
zat kimia terhadap kulit dan membrana mukosa (selaput lendir)
yang dapat menyebabkan luka bakar kimia.
e.Berhati-hatilah apabila mendekati area yang berair (area
dekontaminasi dan pencucian), pastikan lantai tidak licin.
f. Pada waktu mencuci instrumen di dalam bak, gosoklah
instrumen di bawah permukaan air untuk mencegah terjadinya
aerosol yang dapat terhirup.

B. Proses sterilisasi

Pengoperasian mesin sterilisasi hanya boleh dilakukan oleh petugas


terlatih yang telah mendapat pelatihan tentang prinsip dasar sterilisasi
dan cara menggunakan mesin sterilisasi yang benar, sehingga
kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja dapat diperkecil dan upaya
penyediaan barang steril lebih terjamin.
Jenis luka yang dapat terjadi di daerah ini meliputi luka bakar pada kulit
maupun selaput lendir yang disebabkan oleh kelalaian pada penggunaan
zat kimia maupun akibat terlalu dekatnya posisi terhadap sumber panas
(misalnya sterilisator uap, sterilisator panas kering). Selain itu juga dapat
terjadi luka pada mata akibat cipratan zat kimia, sehingga diperlukan alat
pelindung mata.

Saran tindakan aman

1. Gunakan sarung tangan tahan panas pada saat menangani obyek


bersuhu tinggi.
2. Hati-hati pada saat menggunakan “sealer panas” dan pemotong
kantong sterilisasi (pouches).
3. Pengoperasian mesin sterilisasi hanya boleh dilakukan oleh petugas
terlatih.

C. PENANGANAN ZAT-ZAT KIMIA DI CSSD


Mengingat banyak zat kimia yang digunakan di CSSD bersifat toksik,
maka penanganan zat kimia di CSSD sangat perlu diperhatikan. Hal ini
penting, karena apabila tidak ditangani secara baik dapat
membahayakan baik bagi petugas maupun pasien.

1. LYSOL

Lysol merupakan nama lain dari kelompok zat kimia fenol, asam
karbolat, hidroksibenzena, asam fenilat, resol, karbol kreolin dan
likresol. Lisol banyak digunakan sebagai disinfektan rumah tangga
untuk membersihkan lantai, kamar mandi/WC dan menghilangkan
bau busuk. Dalam bidang kesehatan digunakan sebagai larutan
antiseptik dengan konsentrasi antara 1%-2%. Dosis letal oral pada
manusia adalah 140 mg/kgBB.

a. Bahaya utama pada kesehatan


1) Pada kulit dan mukosa : Gatal dan mati rasa. Pada keadaan
berulang atau berat: kemerahan, gatal, dan luka bakar
2) Paparan kronis pada kulit : dapat timbul dermatitis kontak
yang antara lain ditandai oleh eritema dan vesikel.
3) Paparan pada mata : Iritasi konjungtiva, kornea berwarna
putih, edema palpebra, dan iritis.
4) Efek sistemik : nyeri kepala, nausea, diare, lemah, pusing,
dispnea, penglihatan kabur, nyeri abdomen, muntah dan
rash. Jika konsentrasi fenol >5% dapat menyebabkan luka
bakar pada mulut dan esofagus.
5) Efek pada sistem kardiovaskuler : hipotensi, syok.
6) Efek pada ginjal : Urin berwarna gelap karena
hemoglobinuria.
7) Efek pada pernafasan : depresi pernafasan dan gagal nafas.

b. Tindakan pertolongan bila terhirup :


Bawa korban ke ruangan dengan sirkulasi udara yang baik.

c. Tindakan pertolongan pada pemaparan mata:

1) Tengadahkan kepala dan miring ke sisi mata yang terkena.


2) Secara perlahan bukalah kelopak mata yang terkena dan
lakukan irigasi dengan air bersih atau NaCl 0,9% perlahan
selama 15-20 menit.
3) Jika masih belum yakin bersih, cuci kembali selama 10
menit.
4) Jangan biarkan korban menggosok mata.
5) Tutuplah mata dengan kain kassa steril lalu segera
kirim/konsul ke dokter mata.

d. Tindakan pertolongan paparan gastrointestinal:

1) Segera beri pasien air atau susu untuk diminum secepat


mungkin untuk pengenceran. Untuk dewasa maksimal 250
cc sekali minum, anak-anak 100 ml.
2) Tidak boleh dirangsang muntah dan diberikan karbon aktif.
3) Dalam keadaan tertentu, pemasangan pipa lambung yang
lembut dan fleksibel dapat dipertimbangkan setelah
pengenceran dan pemeriksaan endoskopi.

e. Tindakan pertolongan paparan pada kulit:


1) Bawa pasien segera ke kran terdekat.
2) Cuci segera bagian kulit yang terkena dengan air mengalir
minimal 10 menit.
3) Jika tidak tersedia air, sekalah bagian kulit dengan kain atau
kertas secara perlahan.
4) Lepaskan pakaian, arloji dan sepatu yang terkontaminasi dan
buanglah dalam wadah/plastik tertutup.
5) Pada saat memberi pertolongan, gunakan alat pelindung diri
seperti sarung tangan, masker, apron.
6) Keringkan dengan handuk kering dan lembut.

2. NATRIUM HIPOKLORIT

Larutan Natrium Hipoklorit (NaOCl) 5-10% biasa digunakan sebagai


pemutih (contoh Bayclin). Selain itu, larutan ini juga digunakan
sebagai disinfektan. Pada konsentrasi >20% zat ini bersifat korosif dan
bila tertelan akan berbahaya karena jika kontak dengan asam
lambung akan melepaskan asam klorat dan gas klor bebas dalam
lambung yang apabila terhirup dapat menyebabkan kerusakan paru-
paru.

a. Bahaya utama terhadap kesehatan


1) Inhalasi: Bila terhirup, tenggorokan akan terasa sakit, iritasi
saluran pernafasan, batuk, sesak nafas dan edema paru-paru.
2) Kontak kulit: Kulit memerah, terasa perih, iritasi lokal dan
erupsi.
3) Kontak mata: Mata memerah, korosif, perih, penglihatan kabur.
4) Tertelan: Pada konsentrasi 3%-5% mulut dan tenggorokan
terasa terbakar, iritasi mulut dan faring, edema faring dan
laring, mual, muntah. Pada konsentrasi lebih pekat nyeri telan,
salivasi, tenggorokan, dan perut terasa sangat nyeri.

b. Tindakan pertolongan bila terhirup :


Bawa korban ke ruangan dengan sirkulasi udara yang baik.

c. Tindakan pertolongan pada pemaparan mata:


1) Tengadahkan kepala dan miring ke sisi mata yang terkena.
2) Secara perlahan bukalah kelopak mata yang terkena dan
lakukan irigasi dengan air bersih atau NaCl 0,9% perlahan
selama 15-20 menit.
3) Jika masih belum yakin bersih, cuci kembali selama 10 menit.
4) Jangan biarkan korban menggosok mata.
5) Tutuplah mata dengan kain kassa steril lalu segera
kirim/konsul ke dokter mata

d. Tindakan pertolongan paparan pada kulit:


1) Bawa pasien segera ke kran terdekat.
2) Cuci segera bagian kulit yang terkena dengan air mengalir
minimal 10 menit.
3) Jika tidak tersedia air, sekalah bagian kulit dengan kain atau
kertas secara perlahan.
4) Lepaskan pakaian, arloji dan sepatu yang terkontaminasi dan
buanglah dalam wadah/plastik tertutup.
5) Pada saat memberi pertolongan, gunakan alat pelindung diri
seperti sarung tangan, masker, apron.
6) Keringkan dengan handuk kering dan lembut.

e. Tindakan pertolongan paparan gastrointestinal

1) Segera beri pasien air atau susu untuk diminum secepat


mungkin untuk pengenceran. Untuk orang dewasa maksimal
250 cc sekali minum, anak-anak 100 ml.
2) Tidak boleh dirangsang muntah dan diberikan karbon aktif.
3) Dalam keadaan tertentu, pemasangan pipa lambung yang
lembut dan fleksibel dapat dipertimbangkan setelah
pengenceran dan pemeriksaan endoskopi.
4) Pengenceran dengan demulsen seperti susu atau antasida.

3. Glutaraldehyde / Cocpropylene Diamine


Umumnya digunakan sebagai desinfektan.

a. Bahaya terhadap kesehatan


1) Jika tertelan : Menyebabkan luka korosif mukosa
gastrointestinal disertai mual, muntah, perdarahan.
2) Jika terhirup : Iritasi saluran nafas, nafas berbunyi,
laringospasme.
3) Kontak kulit : Iritasi pada kulit
4) Kontak mata : Iritasi dan lakrimasi, pada konsentrasi pekat
menyebabkan kornea buram dan buta.
b. Tindakan pertolongan bila terhirup :
Bawa korban ke ruangan dengan sirkulasi udara yang baik.

c. Tindakan pertolongan pada pemaparan mata:


1) Tengadahkan kepala dan miringkan ke sisi mata yang terkena.
2) Secara perlahan bukalah kelopak mata yang terkena dan
lakukan irigasi dengan air bersih atau NaCl 0,9% perlahan
selama 15-20 menit.
3) Jika masih belum yakin bersih, cuci kembali selama 10 menit.
4) Jangan biarkan korban menggosok mata. Tutuplah mata
dengan kain kassa steril lalu segera kirim/konsul ke dokter
mata

d. Tindakan pertolongan paparan pada kulit:


1) Bawa pasien segera ke kran terdekat.
2) Cuci segera bagian kulit yang terkena dengan air mengalir
minimal 10 menit.
3) Jika tidak tersedia air, sekalah bagian kulit dengan kain atau
kertas secara perlahan.
4) Lepaskan pakaian, arloji dan sepatu yang terkontaminasi dan
buanglah dalam wadah/plastik tertutup.
5) Pada saat memberi pertolongan, gunakan alat pelindung diri
seperti sarung tangan, masker, apron.
6) Keringkan dengan handuk kering dan lembut.

e. Tindakan pertolongan paparan gastrointestinal


1) Segera beri pasien air atau susu untuk diminum secepat
mungkin untuk pengenceran. Untuk orang dewasa maksimal 250
cc sekali minum, untuk anak-anak maksimal 100 ml.
2) Tidak boleh dirangsang muntah dan diberikan karbon aktif.
3) Dalam keadaan tertentu, pemasangan pipa lambung yang lembut
dan fleksibel dapat dipertimbangkan setelah pengenceran dan
pemeriksaan endoskopi.
C. ERGONOMICS

1. Potensi bahaya
a. Dapat terkena MSD ( Musculoskeletal Disorders ) dari pekerjaan
yang berualng terus menerus, mis,setting instrumen, mengangkat
instrumen , mendorong kontainer yang penuh beban , berdiri terus
menerus pada satu posisi saat memilah barang koor, proses
dekontaminasi
b. Trauma dapat terjadi pada ujung siku karean meletakan lengan
pada permukaan yang tajam selama melakukan pemilahan.

2. Solusi yang mungkin


a. Lakukan desain ulang tempat kerja sehingga saat melakukan
pengemasan siku tetap dekat dengna tubuh petugas
b. Gunakan kereta dorong dengan roda yang mudah digerakan
c. Kurangi aktivitas mengambil / meletakan benda diatas bahu
d. Gunakan meja yang ketinggiannya dapat diatur sehingga kepala
tidak terlalu menekuk
e. Lakukan rotasi petugas untuk menghindari pekerjaan yang
berulang
f. Gunakan sepatu / alas kaki yang nyaman
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Tujuan pelayanan sterilisasi adalah untuk menyediakan produk steril,


namun bukan berarti sekedar menghasilkan barang yang steril. Harus ada
jaminan bahwa barang yang telah disterilkan benar-benar steril. Oleh
karenanya harus dilakukan monitor proses sterilisasi untuk memberi
jaminan bahwa parameter yang ditentukan dalam proses sterilisasi sudah
dipenuhi dengan baik. Selain itu, juga harus dilakukan evaluasi mutu hasil
sterilisasi untuk mengetahui apakah barang/alat yang disterilkan sudah
betul-betul steril.

Beberapa hal berkaitan dengan proses sterilisasi uap dengan mesin tipe
prevacuum yang perlu dipantau antara lain:

a. Uji kebocoran (leak rate test),


b. Uji pengosongan udara (tes Bowie-Dick)
c. Pencatatan suhu (thermograph),
d. Indikator kimia pada kemasan,
e. Indikator Biologis (Bacillus stearothermophilus)

A. KONTROL KUALITAS STERILISASI

Kontrol proses sterilisasi yang ketat akan memberikan jaminan bawa


peralatan medis yang kita sediakan adalah benar-benar steril
Caranya adalah dengan melakukan kultur atau uji sterilitas dari setiap
produk yang disterilkan. Tapi cara ini sangat tidak praktis dan juga
mahal, maka sebagai jalan keluar kita perlu melakukan apa yang disebut
sebagai Monitoring Proses Sterilisasi, yatu memonitor proses sterilisasi
yang kita lakukan untuk memberikan jaminan bahwa parameter-
parameter yang ditentukan dalam proses sterilisasi sudah dipenuhi
dengan baik

1. Hal-Hal yang harus diperhatikan untuk control kualitas :


a. Pemberian nomor lot pada setiap kemasan. Setiap kemasan yang
disterilkan harus
b. mencantumkan identitas berupa nomot lot yang mencakup :
nomor mesin sterilisasi.
c. Tanggal proses sterilisasi dan keterangan siklus ke berapa dari
mesin sterilsasi.
d. Alasan : Identifikasi ini akan memudahkan pada saat diperlukan
melakukan
e. recall atau penarikan kembali kemasan yang sudah
didistribusikan.
2. Data mesin Sterilisasi
Untuk setiap siklus sterilisasi yang dilakukan harus
didokumentasikan :
a. Nomor lot
b. Informasi umum kemasan ( linen, instrumen )
c. Waktu pemaparan dan suhu ( kalau belum tercatat oleh mesin
sterilisasi )
d. Nama Operator
e. Data hasil pengujian biologis
f. Data respons terhadap indikator kimia
g. Data hasil uji Bowie-Dick

3. Waktu Kadaluarsa
Setiap kemasan steril yang akan digunakan harus diberi label yang
mengindikasikan waktu kadaluarsa untuk memudahkan rotasi stok

Batas waktu kadaluarsa hasil produk steril :

Kadaluarsa Cara Sterlisasi dengan Bahan Pengemas


Satu minggu Sterlisasi dengan metode panas basah
(Autoclave steam) dengan pengemas kertas
perkamen rangkap 2 , linen rangkap 2 atau
ditempatkan dalam tromol / bak

Tiga bulan Sterlisasi dengan metode panas basah


(Autoclave steam) dengan pengemas pouches

Satu minggu Sterilisasi dengan metode panas basah


(autoclave steam) dengan panas 1050C dalam
kemasan pouches
B. MONITORING PROSES STERILISASI
Monitoring proses sterilisasi dilakukan dengan menggunakan indikator
sterilisasi.

Jenis-jenis Indikator Sterilisasi:

1. Indikator Mekanik
Indikator mekanik adalah bagian dari instrumen mesin sterilisasi
seperti gauge, tebel, dan indikator suhu maupun tekanan yang
menunjukkan apakah alat sterilisasi bekerja dengan baik. Pengukuran
suhu dan tekanan merupakan fungsi penting dari sistem monitoring.
Bila indikator mekanik berfungsi dengan baik, akan memberikan
informasi segera mengenai suhu, tekanan, waktu dan fungsi mekanik
lain dari alat. Karena bersifat mekanis, maka bila tidak dilakukan
kalibrasi alat dengan tepat atau pemakaian yang terlalu sering dapat
memberikan informasi yang tidak tepat.

2. Indikator kimia
Adalah indikator yang menandai terjadinya paparan sterilisasi pada
obyek yang disterilkan yang ditandai dengan adanya perubahan
warna. Indikator kimia diproduksi dalam berbagai bentuk (strip, tape,
kartu, vial). Yang dipakai di CSSD berupa tape. Indikator ini
memberikan informasi kondisi steril pada tiap kemasan (pack by pack
basis), sehingga selain digunakan di luar, ada juga yang diletakkan di
dalam kemasan.

Klasifikasi indikator kimia:

a. Kelas 1: indikator eksternal dan indikator internal


* Indikator eksternal, contoh: Autoclave tape

Berbentuk tape (pita), dan digunakan di bagian luar setiap


kemasan.
Dengan terjadinya perubahan warna, indikator ini memberi
informasi:
1) bahwa bagian luar kemasan telah melewati proses sterilisasi.
2) membedakan antara benda yang sudah dan belum disterilkan,
3) berfungsi sebagai segel/pengaman kemasan.
* Indikator internal, contoh: Comply (3M)

Indikator ini berbentuk strip dan pemakaiannya diletakkan dalam


tiap kemasan. Melalui perubahan warna yang terjadi, indikator ini
memberi informasi bahwa benda dalam kemasan telah melewati
proses sterilisasi, yang berarti pula sterilan telah berpenetrasi ke
dalam kemasan.

b. Bowie-dick Test
Indikator ini digunakan untuk menilai efisiensi pompa vakum pada
alat sterilisasi, serta untuk mengetahui adanya kebocoran udara
dalam ruang sterilisasi. Indikator ini hanya digunakan pada
metode sterilisasi uap panas yang menggunakan sistem vakum.
Bila alat sterilisasi sudah dilengkapi dengan perangkat untuk
menguji kebocoran udara, maka tidak perlu lagi dilakukan tes
Bowie-Dick.

Tes Bowie-Dick dilakukan dengan Bowie-Dick dengan kemasan


kertas dan dalam kemasan tabung. Lembar tes Bowie-dick
diletakkan di tengah-tengah kemasan. Kemasan uji dimasukkan
dalam sterilisator yang kosong, tepatnya di bagian depan bawah, di
atas drain. Kemudian dilakukan sterilisasi pada suhu 132oC-134oC
selama 3,5 - 4 menit (perhitungan waktu mulai dilakukan saat
suhu menunjukkan 132oC). Setelah selesai, lembaran tes
dievaluasi. Hasil yang baik ditandai dengan perubahan warna dari
putih menjadi hitam merata. Bila warna tidak merata, maka
diduga masih ada udara yang tertinggal dalam ruang sterilisasi
yang berarti kerusakan pompa vakum dari alat. Dilakukan setiap
hari Senin dan Kamis
Indikator kimia lainnya meliputi indikator kelas 3 (Indikator
single parameter), kelas 4 (Indikator multiparameter), kelas 5
(Integrator), dan kelas 6 (Emulgator) tidak dilakukan di CSSD
Rumah Sakit Khusus Gigi dan Mulut
karena tidak direkomendasikan oleh berbagai organisasi (AAMI,
AORN,
CDC, JC) sebagai bagian dari program jaminan sterilitas
3. Indikator Biologi

Adalah sediaan berisi populasi mikroorganisme spesifik dalam bentuk


spora yang bersifat resisten terhadap beberapa parameter yang
terkontrol dan terukur dalam suatu proses sterilisasi tertentu.

Prinsip kerja dari indikator biologi adalah dengan mensterilkan spora


hidup yang non patogenik dan sangat resisten dalam jumlah tertentu.
Apabila selama proses sterilisasi spora tersebut terbunuh, maka
diasumsikan bahwa mikroorganisme lainnya juga ikut terbunuh dan
benda yang disterilkan bisa disebut steril. Indikator biologi tersedia
untuk metode sterilisasi uap panas, gas etilen oksid dan panas kering.

Indikator biologi yang digunakan adalah ampul Attest. Ampul


dimasukkan pada bagian tengah kemasan uji ( menggunakan handuk
khusus (28 – 32 lembar) yang dilipat menjadi tiga bagian. Handuk
tersebut disusun sedemikian rupa sehingga berukuran 12 x 9 inchi
dan tingginya 10 -11 inchi) . Kemasan uji tersebut diletakkan pada
bagian depan bawah di atas drain, bersama barang lain yang akan
disterilkan. Lakukan sterilisasi sesuai suhu yang diinginkan. Setelah
sterilisasi selesai, indikator diaktifkan (ampul dipecah), kemudian
dimasukkan dalam inkubator (suhu 57oC selama 24-48 jam). Bila
selama proses sterilisasi spora terbunuh, maka tidak akan terjadi
perubahan warna (tetap berwarna ungu). Ini berarti proses sterilisasi
telah tercapai. Sebaliknya bila spora dapat bertahan maka dalam
media pertumbuhan akan terjadi pembentukan asam yang dapat
mengakibatkan perubahan warna.

Sampai saat ini indikator biologi merupakan referensi dasar untuk


menentukan tercapainya kondisi steril. Dilakukan setiap Selasa dan
Jumat.

4. Leak Test  test kebocoran vacum pada mesin autoclave dilakukan


setiap hari Rabu dan Sabtu.

C. MONITORING MUTU HASIL STERILISASI

1. Uji sterilitas dengan pembiakan/kultur

Di rumah sakit Khusus Gigi dan Mulut Provinsi Sumatera Selatan


monitoring mutu hasil sterilisasi dilakukan dengan cara
pembiakan/kultur yang dilakukan tiap 6 bulan sekali. Bahan uji
meliputi instrumen, kassa, kapas lidi, kain tenun , dan selang yang
telah disterilkan. Bahan tersebut dikirim ke Labkesda untuk
dilakukan pembiakan. Apabila tidak tumbuh kuman maka kualitas
hasil sterilisasi dikatakan baik. Hasil kultur dilaporkan kepada
direktur.

2. Surveilans kejadian infeksi luka operasi

Salah satu dampak terpenting akibat mutu hasil sterilisasi yang


kurang baik adalah terjadinya infeksi luka operasi, oleh karena itu
salah satu cara memonitor mutu hasil sterilisasi adalah dengan
memantau terjadinya kasus infeksi luka operasi. Pemantauan
dilakukan setiap hari pada semua pasien paska operasi. Yang
dipantau adalah ada/tidaknya gejala/tanda infeksi luka operasi sesuai
kriteria diagnosis infeksi luka operasi  dilakukan oleh KPPI.

D. MONITORING MUTU AIR BERSIH

Untuk mengetahui mutu air bersih yang digunakan di CSSD, dilakukan


pemeriksaan mutu air bersih tiap 3 bulan sekali untuk pemeriksaan
Kimia dan 1 bulan sekali untuk pemeriksaan Mikrobiologi. Sampel
diambil dari kran pemakaian CSSD, pengambilan dilakukan oleh
petugas pengelola air bersih dari Bagian Sanitasi. Selanjutnya sampel
dikirim ke Laboraturium Kesehatan Daerah (Labkesda)Prov. Sumsel
untuk diperiksa apakah memenuhi syarat mutu air bersih/tidak. Bila
hasil belum baik, maka dilakukan tindak lanjut berupa pengurasan bak
penampung dan pembubuhan kaporit sesuai prosedur.
BAB IX
PENUTUP

EVALUASI DAN TINDAK LANJUT

Salah satu cara untuk menilai kemajuan atau keberhasilan suatu


program/kegiatan adalah dengan cara melakukan evaluasi. Di bagian
CSSD evaluasi yang dilakukan meliputi:

1. Proses sterilisasi
Dilakukan dengan menggunakan indikator baik indikator
fisik/mekanik, kimia, maupun biologi. Bila hasilnya tidak bagus
berarti ada gangguan pada sterilisator dan segera dilakukan
perbaikan.

2. Mutu hasil sterilisasi


Dilakukan dengan cara uji mikrobiologis dengan biakan/kultur. Bila
hasilnya masih tumbuh kuman berarti mutu sterilisasi jelek,
sehingga harus dicari penyebabnya apakah pada alat, sumber daya
manusia (petugas), pelaksanaan SOP yang tidak benar atau SOP nya
yang kurang sesuai dan segera dilakukan perbaikan.

3. Pelaksanaan prosedur tetap CSSD


Evaluasi pelaksanaan prosedur tetap dilakukan untuk mengetahui
seberapa jauh prosedur tetap itu dilaksanakan oleh petugas.
Evaluasi dilakukan 1 kali /tahun, dengan cara mengobservasi
petugas dalam melakukan prosedur tertentu, dengan menggunakan
instrumen yang berisi hal-hal yang harus dilakukan oleh seorang
petugas dalam melaksanakan suatu prosedur tertentu. Bila nilainya
masih kurang dari 75% maka harus dilakukan sosialisasi ulang.

4. Pelayanan CSSD
Evaluasi pelayanan CSSD dilakukan dengan cara membagi kuesioner
yang berisi
pertanyaan-pertanyaan antara lain tentang:
- pemenuhan kebutuhan barang steril di unit masing-masing
- kecepatan pelayanan CSSD
- komunikasi petugas
- kritik dan saran
- dan sebagainya
Kuesioner dibagikan kepada seluruh unit terkait, hasilnya
direkapitulasi dan dievaluasi. Bila masih banyak yang menjawab
kurang memuaskan maka segera dilakukan perbaikan sesuai
permasalahan yang masih ada. Kritik dan saran segera
ditindaklanjuti.

5. Mutu air bersih CSSD


Dilakukan tiap 12 bulan sekali. Sampel air dari kran CSSD dikirim
ke Labkesda untuk dilakukan uji mutu air bersih. Bila hasilnya
belum baik, dicari penyebabnya dan dilakukan tindak lanjut, dapat
berupa pengurasan bak, pembersihan saluran, dan pembubuhan
kaporit.

6. Pemeriksaan mikrobiologi ruang penyimpan barang steril (udara, AC,


almari). Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengevaluasi sterilitas
ruangan dan mengetahui Pola kuman. Dilakukan dengan kultur
udara dan usapan pada AC dan almari penyimpan.
Pelaksanaan dilakukan oleh petugas Labkesda. Hasil kultur
dievaluasi, bila msih didapatkan kuman, segera dilakukan sterilitas
ruangan dengan fogging serta pembersihan AC dan lemari secara
lebih intensif dengan larutan presept.

DITETAPKAN : DI PALEMBANG
PADA TANGGAL : 9 Februari 2017
Kepala RSK Gigi dan Mulut
Prov. Sumatera Selatan

drg Rini Bikarindrasari, M.Kes


NIP.19660307 199802 2 001

Anda mungkin juga menyukai