Seorang perempuan usia 30 tahun dirawat di rumah bersalin karena
melahirkan anak ketiganya dengan cara operasi Caesarea. Selama dirawat, pasien mengatakan cemas karena anak-anaknya di rumah tidak ada yang merawat. Pasien ingin segera pulang tapi kondisi fisiknya masih lemah. Pasien takut berjalan ke kamar mandi karena kuatir jahitan operasinya terbuka. Pasien dibantu untuk pemenuhan perawatan dirinya. Saat ini seorang perawat sedang melakukan pengkajian untuk menentukan teori model keperawatan yang cocok, agar perawat bisa membantu mencari jalan keluar atas permasalahan pasien.
1. Pasien cemas karena anak-anaknya di rumah tidak ada yang merawat.
2. Pasien ingin pulang namun kondisi fisiknya masih lemah. 3. Pasien takut berjalan ke kamar mandi karena khawatir jahitan operasi akan terbuka.
Pendekatan Profesional Keperawatan dan Penerapannya berdasarkan trigger:
1. Care giver/pemberi asuhan Perawat memberikan asuhan dengan pendekatan proses keperawatan sesuai dengan keadaan pasien dengan memperhatikan pasien sebagai individu yang holistik dan unik. Penerapan: a. Kondisi fisik pasien masih lemah Perawat memberikan asuhan keperawatan yang sesuai agar kondisi pasien segera pulih. Misalnya dengan memperhatikan asupan makanan yang diberikan kepada pasien (berkonsultasi dengan ahli gizi), mengingatkan pasien untuk mengonsumsi obat-obatan yang telah diberikan oleh dokter dan memperhatikan ruangan/lingkungan pasien agar pasien dapat beristirahat dengan baik. b. Kekhawatiran pasien jika jahitan operasi terbuka saat berjalan ke kamar mandi Perawat membantu pasien untuk berjalan ke kamar mandi. 2. Client advocate Perawat sebagai penghubung antara pasien dan tenaga medis lain dalam pemenuhan kebutuhan pasien, membela kepentingan pasien dan membantu klien dalam memahami semua informasi dan upaya kesehatan yang diberikan oleh tim medis. Selain itu perawat juga harus dapat mempertahankan dan melindungi hak-hak pasien. 3. Conselor Perawat mengidentifikasi perubahan interaksi pasien terhadap keadaan sehat sakitnya dan memberikan konseling kepada pasien dan keluarga mengenai adaptasi terhadap perubahan tersebut. Penerapan: a. Pasien cemas karena anak-anaknya di rumah tidak ada yang merawat Perawat memberikan konseling kepada pasien agar lebih tenang. Selain pada pasien, konseling juga diberikan kepada keluarga (suami, orang tua dan orang terdekat lainnya) dengan mendatangkan anak-anak pasien untuk berkunjung ke rumah bersalin agar mampu mambantu pasien sehingga tidak cemas lagi. b. Pasien ingin pulang namun kondisi pasien masih lemah Perawat memberikan konseling agar pasien lebih tenang di rumah bersalin untuk memulihkan keadaannya. 4. Educator Perawat memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga terkait dengan keperawatan dan tindakan medik yang diterima. Penerapan: a. Pasien takut berjalan ke kamar mandi karena khawatir jahitan operasi akan terbuka Perawat memberikan edukasi kepada pasien agar dapat mandiri serta tidak takut berjalan ke kamar mandi. Perawat juga dapat memberikan edukasi kepada keluarga agar dapat membantu pasien saat ke kamar mandi. 5. Collaborator Perawat bekerja sama dengan tim kesehatan lain dan keluarga dalam menentukan rencana maupun pelaksanaan asuhan keperawatan guna memenuhi kebutuhan kesehatan pasien. Penerapan: a. Pasien cemas karena anak-anaknya di rumah tidak ada yang merawat Perawat bekerja sama dengan keluarga untuk memebantu pasien agar merasa lebih tenang selama masa perawatan di rumah bersalin. b. Pasien ingin pulang namun kondisi pasien masih lemah Perawat bekerja sama dengan dokter untuk memberikan obat demi kesumbuhan pasien dan bekerja sama dengan ahli gizi untuk menjaga asupan makanan yang dikonsumsi pasien agar lekas sembuh. Perawat juga bekerja sama dengan keluarga agar pasien dapat lebih tenang saat dirawat di rumah bersalin. c. Pasien takut berjalan ke kamar mandi karena khawatir jahitan operasi akan terbuka Perawat dapat bekerja sama dengan keluarga untuk membantu pasien saat akan pergi ke kamar mandi. 6. Coordinator Perawat memanfaatkan semua sumber-sumber dan potensi yang ada, baik materi maupun kemampuan pasien secara terkoordinasi sehingga tidak ada intervensi yang terlewatkan maupun tumpang tindih. 7. Change agent Perawat mengadakan inovasi dalam cara pikir, bersikap, bertingkah laku dan meningkatkan keterampilan pasien atau keluarga agar menjadi lebih sehat. 8. Consultant Perawat adalah sumber informasi yang berkaitan dengan kondisi spesifik pasien. 9. Leader Perawat harus mampu menjadi pemimpin yang baik dalam proses keperawatan dan juga dalam asuhan keperawatan.
Daftar pustaka: Kusnanto. 2004. Pengantar Profesi dan Praktik Keperawatan Profesional. Jakarta: Penerbit Buku Kedoktertan EGC hal. 84-87