Anda di halaman 1dari 9

A.

Konteks Politik dalam Administrasi Publik

Dalam praktik administrasi Publik memiliki dua peran kunci; pertama, dalam ruang publik,
administrasi publik terlibat dalam pengambilan keputusan dimana wilayah politik lebih
berperan. Dalam ruang publik semua keputusan politik dibuat dan bersifat mengikat kedalam
maupun keluar. Selanjutnya ruang publik memberikan kewenangan politik pada Administrasi
publik untuk membentuk perangkat yang bertugas menegakkan regulasi yang dibuat. Kedua,
berdasarkan kewenangan politik yang diberikan oleh komponen ruang publik, administrasi
publik berhak untuk membentuk perangkat hukum serta menegakkannya.

Secara teoritis administrasi publik direposisi dengan mendefinisikan ‘wilayah abu-abu’ antara
politik dan administrasi karena memiliki tafsir yang sangat luas. Baik dalam lokus maupun
fokus administrasi publik, wilayah politik dan administrasi memiliki porsi yang dominan.
Wilayah politik dan administrasi yang selama ini menjadi kelemahan ternyata sangat penting
dalam menentukan langkah di masa datang. Dikotomi politik dan administrasi sangat
membantu dalam menentukan wilayah permasalahan dalam administrasi publik.

Konteks Politik Administrasi Publik

Administrative Decentralization & Political Power (1969) Herbert Kufman :

• Desentralisasi dan distribusi kekuasan di tingkat daerah

• Desentralisasi dan distribusi korupsi

• Hubungan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah

• Desentralisasi, distribusi sumberdaya dan dis-integrasi

B. Konteks Birokrasi dalam Administrasi Publik

Salah satu gerakan reformasi administrasi publik yang sempat populer di awal 90-an muncul
dalam kemasan ‘reinventing government’ yang berakar pada tradisi dan perspektif New
Public Management yang merupakan kristalisasi dari praktek administrasi publik di Amerika
Serikat. Para pendukung gerakan ini berpendapat, bahwa institusi-institusi administratif yang
didirikan dalam kerangka birokrasi dengan model komando dan pengawasan telah berubah
secara signifikan selama abad ke 20, dan harus terus diubah. Birokrasi jenis ini tidak lagi
efektif, efisien dan sudah ketinggalan zaman dalam tatanan ekonomi-politik dunia yang
semakin mengglobal. Oleh karena itu birokrasi di Amerika Serikat harus melakukan
reformasi institusi administrasi publik agar lebih memiliki karakter kewirausahaan.
Konteks Birokrasi

• Street Level Bureaucracy : the critical role of street level Bureaucrats (1980) : (peran
street level birokrasi dalam diskresi pengambilan keputusan; diskresi vs responsibilitas,
efektifitas, efisiensi, keadilan)

• Breaking through bureaucracy (1992) Michael barzealy & Babak J Armajani :


(kepentingan publik berdasar perspektif pemerintah vs kepentingan masyarakat; kualitas
pelayanan publik)

C. Konteks Organisasi dalam Administrasi Publik

Administrasi Publik adalah suatu bahasan ilmu sosial yang mempelajari tiga elemen penting
kehidupan bernegara yang meliputi lembaga legislatif, yudikatif, dan eksekutif serta hal- hal
yang berkaitan dengan publik yang meliputi kebijakan publik, tujuan negara, dan etika yang
mengatur penyelenggara negara. Lokus ilmu `dministrasi publik, lokus adalah tempat yang
menggambarkan di mana ilmu tersebut berada. Dalam hal ini lokus dari ilmu administrasi
publik adalah: kepentingan publik (public interest) dan urusan publik (public affair). focus
ilmu administrasi publik, Fokus adalah apa yang menjadi pembahasan penting dalam
memepelajari ilmu administrasi publik. yang menjadi fokus dari ilmu administrasi publik
adalah teori organisasi. Jadi hubungan antara organisasi dengan Administrasi Publik adalah
organisasi merupakan fokus dari administrasi publik tersebut.
Gambaran proses pelayanan publik

Dalam kajian ilmu pengetahuan, konsep pelayanan publik sebenarnya bukan merupakan
konsep yang baru, secara filosofi kemunculan ilmu administrasi negara sebetulnya terkait erat
dengan konsep pelayanan publik. nicholy henry (1988:22) mengemukakan bagaimana
hubungan administrasi negara dengan kepentingan publik. dalam bahasan tersebut henry
menyimpulkan bahwa tuntutan terhadap peran administration (birokrasi) dalam pelayanan
publik telah menjadi kajian yang sangat filosofis dan berumur panjang jauh sebelum ilmu
administrasi negara itu sendiri muncul dan berkembang. dari analisisnya henry
mengemukakan konklusi bahwa sesungguhnya pelayanan publik merupakan jiwa dasar dari
penyelenggaraan administrasi negara. dalam hubungan ini dapat dipahami jika kehidupan
manusia diwarnai oleh tuntutan terhadap pemenuhan kebutuhan hidupnya. pemenuhan
kebutuhan hidup terebut ada yang diperoleh melalui mekanisme pasar dan ada pula yang
diperoleh tidak melalui mekanisme pasar.

kebutuhan manusia yang tidak dapat diperoleh melalui mekanisme pasar antara lain adalah
layanan civil yang hanya disediakan oleh pemerintah. layanan civil tersebut diberikan oleh
pemerintah atas dasar “civil right” yang dimiliki oleh setiap warga negara.

dalam situasi seperti ini tentunya menjadi tugas pemerintah untuk mewujudkan pelayanan itu.
dalam hal ini pemerintah adalah lembaga yang memproduksi, mendistribusikan atau
memberikan alat pemenuhan kebutuhan rakyat yang berupa pelayanan publik. dengan
demikian secara eksplisit dapat dikatakan bahwa pemberian pelayanan publik merupakan
jenis pelayanan yang dimonopoli oleh pemerintah. hal ini dapat dipahami mengingat
pelayanan civil merupakan bagian dari fungsi pemerintah yang memberikan pelayanan
kepada masyarakat.

sebagai fungsi pemerintah maka pelayanan publik tidak hanya semata bersifat “profit
orientied” tetapi lebih beorientasi sosial, yaitu penguatan dan pemberdayaan masyarakat.
karena itu penentuan dari proses pelayanan publik tidak bisa dilakukan dengan pendekatan
bisnis, tetapi pendekatan yang paling tepat adalah pendekatan sosial (social approach), karena
yang paling tahu akan baiknya pelayanan yang diberikan adalaha masyarakat.

seiring dengan peningkatan kehidupan manusia, maka tuntutan akan pelayanan publik
semakin meningkat, dimana masyarakat bukan hanya mengharapkan terpenuhinya kebutuhan
akan pelayanan yang baik dari pemerintah, tetapi lebih dari itu masyarakat mulai
mempertanyakan kualitas pelayanan publik yang diberikan oleh pemerintah.
kualitas pada dasarnya terkait dengan pelayanan yang terbaik, yaitu suatu sikap atau cara
aparat dalam melayani pelanggan atau masyarakat secara memuaskan, menurut saefullah
(1999:9) bahwa “penilaian tentang kualitas pelayanan bukan berdasarkan pengakuan dari
yang memberi pelayanan, tetapi diberikan oleh langganan atau pihak yang menerima
pelayanan“. sedangkan menurut triguno (1997:78) pelayan terbaik yaitu melayani setiap saat,
secara cepat dan memuaskan, berlaku sopan, ramah dan menolong serta profesional dan
mampu.

sementara wyckof (dalam tjiptono 1996:59) mengartikan kualitas jasa atau layanan, yaitu :
tingkat keunggulan yang diharapkan dan pengendalian atas tingkat keunggulan tersebut untuk
memenuhi keinginan pelanggan ini berarti, bila jasa atau layanan yang diterima (perceived
service) sesuai dengan diharapkan, maka kualitas jasa atau layanan dipersepsikan baik dan
memuaskan, jika kualitas jasa atau layanan yang diterima lebih rendah dari yang diharapkan,
maka kualitas jasa atau layanan akan dipersepsikan buruk.

Untuk itu fungsi pemerintah bukan hanya terbatas pada aktivitas pemberian pelayanan
kepada masyarakat, tetapi juga harus menjamin bahwa pelayanan yang diberikan kepada
masyarakat betul-betul berkualitas.

Contoh:

Perbedaan Pelayanan Publik dan Swasta

Perbedaan mendasar antara pelayanan yang disediakan oleh negara (institusi pelayanan
publik) dan swasta adalah dari sudut peran. Bahwa negara wajib mengelola sumber daya
yang dimiliki dan mengalokasikan (dalam bentuk pelayanan publik dan subsidi) kepada
rakyat demi kesejahteraannya. Oleh karena itulah, institusi pelayanan publik
bertanggungjawab kepada otoritas politik dan hukum. Disamping itu pelayanan oleh
pemerintah tidak bersifat mencari laba (non-profit oriented). Hal ini dikarenakan sumber
pendanaan institusi publik berasal dari dana publik, yang berasal dari retribusi dan pajak.
Sementara pihak swasta dalam mengelola sumber daya ekonomi adalah demi meraih
keuntungan (profit oriented) bagi para pemegang saham atau pemilik lembaga. Sebab sumber
pendanaannya dari pemegang saham, sehingga kepada merekalah pertanggungjawaban
diberikan. Disisi lain, indikator keberhasilan lembaga swasta dapat diukur dari jumlah
penjualan barang/jasa dan keuntungan yang dihasilkan.

Pelaksanaan Pelayanan Publik dalam Sistem Administrasi Negara Indonesia

Penyelenggaraan pelayanan public merupakan upaya Negara untuk memenuhi kebutuhan


dasar dan hak-hak sipil setiap warga Negara atas barang, jasa, dan pelayanan administrasi
yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan public. Kondisi obyektif menunjukkan bahwa
penyelenggaraan pelayanan public masih dihadapkan pada sistem pemerintahan yang belum
efektif dan efisien serta kualitas sumber daya manusia aparatur yang belum memadai. Hal ini
terlihat dari masih banyaknya keluhan dan pengaduan dari masyarakat baik secara langsung
maupun melalui media massa, seperti prosedur yang berbelit-belit, tidak ada kepastian jangka
waktu penyelesaian, biaya yang terus dikeluarkan, persyaratan yang tidak transparan, sikap
petugas yang kurang responsif, dan lain-lain. Sehingga menimbulkan citra yang kurang baik
terhadap citra pemerintah. Untuk mengatasi kondisi tersebut perlu dilakukan upaya perbaikan
kualitas penyelenggaraan pelayanan public secara berkesinambungan demi mewujudkan
pelayanan public yang prima.

Dalam pelayanan public tentunya kita belajar mempelajari sistem administrasi public yang
dimana, sebagai sistem, administrasi public terbentuk karena jalinan hubungan saling
mempengaruhi antara administrasi public disatu pihak serta factor-faktor internal dan
eksternal dilain pihak. Sistem administrasi public dibentuk dengan maksud untuk
menanggulangi masalah-masalah administrasi public terutama dalam pelayanan public.
Masalah yang dihadapi administrasi public adalah masalah-masalah yang dihadapi atau
timbul terkait dengan usaha-usaha untuk merealisasikan kebutuhan masyarakat dan tujuan
Negara.[2]

Untuk memahami beberapa masalah yang sering menjadi keluhan public terkait pelayanan
birokrasi pemerintahan oleh aparat, diantaranya:

1. Memperlambat proses penyelesaian pemberian izin

2. Mencari berbagai dalih, seperti kekuranglengkapan dokumen pendukung, keterlambatan


pengajuan permohonan, dan dalih lain yang sejenis

3. Alasan kesibukan melaksanakan tugas lain

4. Senantiasa memperlambat dengan menggunakan kata-kata “sedang diproses.”

Pembenahan sistem pelayanan aparatur sekarang ini harus menjadi prioritas, bagaimana
pelayanan aparatur akan menentukan mati-hidupnya aktivitas public, karena mereka harus
melalui perizinan dan peraturan-peraturan pemerintahan. Utamanya terkait kegiatan investasi.

Identifikasi ini adalah sedikit dari banyak masalah dalam birokrasi pemerintahan dewasa ini.
Sebab selain masalah tersebut, juga persoalan birokrasi sangat terkait dengan persoalan
kelembagaan karena juga turut menyumbang pada terciptanya kompleksitas dan kerumitan
dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan pemerintahan kepada masyarakat.[3]

Sistem Administrasi Negara Republik Indonesia dengan Pelayanan Publik

Sistem Administrasi Negara Republik Indonesia adalah keseluruhan penyelenggaraan


kekuasaan pemerintah Negara Indonesia dengan memanfaatkan dan mendayagunakan segala
kemampuan aparatur Negara serta segenap dana dan daya demi tercapainya tujuan nasional
dan terlaksananya tugas Negara Republik Indonesia seperti yang telah ditetapkan dalam UUD
1945. Maka dalam Sistem Administrasi Negara Republik Indonesia, pelayanan public
merupakan salah satu.

Pelayanan public menurut Sinambela (2005:5) adalah sebagai setiap kegiatan yang dilakukan
oleh pemerintah terhadap sejumlah manusia yang memiliki setiap kegiatan yang
menguntungkan dalam suatu kumpulan atau kesatuan, dan menawarkan kepuasan meskipun
hasilnya tidak terlihat pada suatu produk secara fisik.
kebijakan publik merupakan sekumpulan rencana kegiatan yang dimaksudkan untuk
memberikan efek perbaikan terhadap kondisi sosial ekonomi. menurut dye (1978 : 3),
kebijakan publik adalah pilihan-pilihan apapun oleh pemerintah, baik untuk melakukan
sesuatu maupun tidak melakukan sesuatu (is whatever government chooses to do or not to
do).

jenkins (dalam wahab 2001 : 4) merumuskan kebijakan publik sebagai : “a set of interelated
decisions taken by a political actor or group of actors concerning the selection of goals and
the means of achieving them within a spesified situation where these decisions should, in
principle, be within the power of these actors to achieve”.

menurut lasswell dan kaplan (dalam islamy, 2000 : 15), kebijakan publik merupakan “a
projected program of goals, velues and practices” (suatu program pencapaian tujuan, nilai-
nilai dan praktek-praktek yang terarah). sebagai suatu program dengan tujuan tertentu,
kebijakan publik juga merupakan suatu tindakan pemerintah yang memuat prinsip untuk
menyikapi suatu krisis, sebagaimana dikemukakan oleh parker (dalam sulaeman, 1998 : 4)
bahwa : kebijakan publik berkait dengan suatu tujuan tertentu atau serangkaian prinsip-
prinsip atau tindakan yang dilakukan oleh pemerintah pada periode tertentu dalam hubungan
dengan beberapa subyek atau sebagai tanggapan terhadap beberapa krisis.

dengan demikian, kebijakan publik merupakan wujud dari komitmen pemerintah yang
diterjemahkan ke dalam program dan mempunyai tujuan, prinsip serta tindakan pemerintah
dalam menyikapi berbagai masalah publik.

berbeda dengan konsep yang dipaparkan diatas, nakamura dan smallwood (dalam sulaeman,
1998 : 5), melihat kebijakan publik dari tiga lingkungan yaitu lingkungan perumusan
kebijakan (policy formulation), pelaksanaan kebijakan (policy implementation) dan penilaian
kebijakan (policy evaluation). dari keseluruhan aspek proses kebijakan publik, tanpa
mengecilkan arti atau fungsi dari asfek yang lain, impelentasi kebijakan merupakan
merupakan asfek yang penting udoji (dalam wahab, 2001 : 59) dengan tegas mengatakan
bahwa : “the execution of policies is as important if non more important than policy-making.
policies will remain dreams or blue prints file jackets unless they are implemented”.

pelaksanaan atau implementasi kebijakan, berkait dengan pertanyaan siapa yang menjalankan
dan bagaimana mereka memelihara dukungan yang didapat. selanjutnya dalam fase
implementasi kebijakan mengandung karakteristik bahwa kebijakan yang telah diambil akan
dilaksanakan oleh unit-unit administrasi yang memobilisasikan sumberdaya finansial dan
manusia. salah satu ukuran tercapainya tujuan suatu kebijakan adalah pada teknis
operasionalnya, bagaimana implementasinya di lapangan sebagaimana yang dikemukakan
wahab (2001 : 59) bahwa : implementasi kebijakan sesungguhnya bukanlah sekedar
bersangkut paut dengan mekanisme penjabaran keputusan-keputusan politik ke dalam
prosedur-prosedur rutin lewat saluran-saluran birokrasi, melainkan lebih dari itu, ia
menyangkut masalah konflik, keputusan dan siapa yang memperoleh apa dari suatu
kebijaksanaan.
Definisi Manajemen Publik

Pada dasarnya manajemen publik yaitu manajemen instansi pemerintah. Overman dalam
Keban (2004:85) mengemukakan bahwa manajemen publik bukanlah “scientific management
”. Manajemen publik bukanlah “policy analysis” bukanlah juga administrasi publik,
merefleksikan tekanan-tekanan antara orientasi “rational-instrumental” pada satu pihak dan
orientasi politik kebijakan dipihak lain. Berdasarkan pendapat Overman tersebut, OTT, Hyde
dan Shafritz (1991: xi) mengemukakan bahwa manjemen publik dan kebijakan publik
merupakan dua bidang administrasi publik yang tumpang tindih. Tapi untuk membedakan
keduanya secara jelas maka dapat dikemukakan bahwa kebijakan publik merefleksikan
sistem otak dan syaraf, sementara manajemen publik mempresentasikan sistem jantung dan
sirkulasi dalam tubuh manusia. Dengan kata manajemen publik merupakan proses penggerak
SDM dan non SDM sesuai perintah kebijakan publik.

J.Steven Ott, Albert C. Hyde dan Jay M.Sharitz (1991) berpendapat bahwa dalam tahun
1990an, manajemen publik mengalami masa transisi dengan beberapa isu terpenting yang
akan sangat menantang, yaitu :

1. Privatisasi sebagai suatu alternatif bagi pemerintah dalam memberikan pelayan publik.

2. Rasionalitas dan akuntabilitas .

3. Perencanaan dan kontrol

4. Keuangan dan penganggaran

5. Produktivitas sumber daya manusia .

Isu-isu ini telah menantang sekolah atau perguruan tinggi yang mengajarkan manajemen
publik atau administrasi publik untuk menghasilkan calon manajer publik profesional yang
berkualitas tinggi, dan penataan sistem manajemen yang lebih baik.

Pengembangan manjemen publik dimasa mendatang, menurut “The National Commission Of


Public Service ” di Amerika Serikat dilihat Ott, Hyde, dan Shafritz (1991:428-419), perlu
memperhatikan kebebasan hal, yaitu :

1. Perlu mengidentifikasikan secara jelas peran dari pelayan publik dalam proses yang
demokratis, sekaligus standar etika dan kinerja yang tinggi dari para pejabat kunci.

2. Perlu fleksibelitas dalam menata organisasi, termasuk kebebasan memperkerjakan dan


memecat pegawai yang harus diberikan kepada para petinggi kabinet dan pimpinan instansi.

3. Pengangkatan atau penunjukan pejabat oleh presiden harus dikurangi dan lebih
diberikan ruang pengembangan karier professional.

4. Pemerintah harus melakukan investasi lebih besar dibanding pendidikan dan pelatihan
eksekutif dan manjemen

Anda mungkin juga menyukai