Anda di halaman 1dari 6

KEMATIAN, PENGUBURAN DAN

PERKABUNGAN
etiap manusia memiliki batas akhir dalam kehidupannya di dunia ini. Suatu hari, setiap manusia,
termasuk kita akan mengalami tanda-tanda kematian, lalu mati dan kemudian dikuburkan. Jika
kita bandingkan, agama lain seperti Islam mengubur umatnya menggunakan kain kafan. Orang
Kristen sendiri dikubur dengan menggunakan peti. Seringkali hal ini menjadi sebuah pertanyaan
besar: kenapa orang Kristen meninggal pakai peti? Kemudian akan muncul pertanyaan apakah
hal ini menjadi sebuah kewajiban. Pertanyaan ini terus menjadi perdebatan karena saat ini
semakin banyak muncul dorongan untuk mengubur menggunakan kafan atau kremasi saja. Hal
ini terus diperdebatkan seakan menentukan bagaimana keadaan orang Kristen di alam kubur.
Berikut beberapa penjelasan mengenai kenapa orang Kristen meninggal pakai peti.

 Tuhan Yesus dikubur dengan dikafani sesuai tradisi orang Yahudi

Matius 27:59 Dan Yusuf pun mengambil mayat itu, mengapaninya dengan kain lenan yang putih
bersih,

Yesus adalah teladan bagi setiap orang Kristen. Seringkali setiap hal yang Ia lakukan kemudian
menjadi acuan untuk setiap tindakan kekristenan, diharapkan termasuk dalam
melakukan kematian menurut Kristen. Namun, ternyata, Alkitab sendiri menceritakan bahwa
Tuhan Yesus dikubur dengan dikafani. Tidak ada satupun ayat di dalam Alkitab yang
menjelaskan bahwa Yesus dikubur dengan peti. Lalu, kenapa orang Kristen meninggal pakai peti
sedangkan Yesus sendiri tidak?

Yohanes 19:40 Mereka mengambil mayat Yesus, mengapaninya dengan kain lenan dan
membubuhinya dengan rempah-rempah menurut adat orang Yahudi bila menguburkan mayat.

Kita perlu melihat terlebih dahulu alasan cara penguburan Yesus. Injil Yohanes menjelaskan
bahwa Yesus dikafani sesuai adat orang Yahudi. Kita tahu bahwa Yesus berada di kalangan
orang Yahudi. Tentu Ia perlu mengikuti tradisi orang Yahudi yang sedang berlaku saat itu. Hal
ini menjelaskan bahwa Yesus bukan memberikan teladan untuk dikubur dengan kafan, tetapi
teladan untuk tetap mengikuti aturan yang berlaku.

Adat Yahudi sendiri sebenarnya memiliki dua tahap penguburan yang berkelanjutan. Penguburan
yang pertama dilakukan dengan merempahi dan mengafani mayat seperti yang dilakukan pada
mayat Yesus. Mayat kemudian dibiarkan membusuk hingga menjadi tulang-belulang. Hal ini
tentu tidak berlaku bagi Yesus karena Ia bangkit pada hari ketiga. Penguburan yang kedua
dilakukan dengan memindahkan tulang-belulang tersebut ke dalam peti. Peti tersebut kemudian
dikumpulkan di dalam gua.

 Cara penguburan tokoh Alkitab berbeda-beda.


Selain Yesus, orang Kristen juga sering menjadikan tokoh-tokoh Alkitab lainnya sebagai teladan.
Hal ini juga dapat kita teladani untuk menjawab kebingungan kita tentang kenapa orang Kristen
meninggal pakai peti. Ternyata, Alkitab menceritakan bahwa tidak semua tokoh Alkitab
memiliki cara penguburan yang sama.

Kejadian 50:13 Anak-anaknya mengangkut dia ke tanah Kanaan, dan mereka menguburkan dia
dalam gua di ladang Makhpela yang telah dibeli Abraham dari Efron, orang Het itu, untuk
menjadi kuburan milik, yaitu ladang yang di sebelah timur Mamre.

Kejadian 50:26 Kemudian matilah Yusuf, berumur seratus sepuluh tahun. Mayatnya dirempah-
rempahi, dan ditaruh dalam peti mati di Mesir.

Alkitab menceritakan bahwa Yakub dikuburkan di dalam gua. Sebelum dikuburkan, ia terlebih
dahulu dirempah-rempah selama empat puluh hari sambil terus ditangisi. Sebelum dikubur pun,
anak-anaknya mengadakan dulu perkabungan selama tujuh hari. Cara penguburan ini pun juga
dilakukan kepada mayat Yusuf. Kisah ini menjelaskan bahwa ternyata bukanlah sebuah
kewajiban untuk orang Kristen meninggal pakai peti.

 Orang Kristen saat ini meninggal pakai peti sesuai tradisi Barat.

Kita kembali berusaha menjawab pertanyaan kenapa orang Kristen meninggal pakai peti.
Ternyata, penggunaan peti bukanlah sebuah tradisi kekristenan, tetapi contoh hubungan iman
Kristen dengan kebudayaan. Penggunaan peti adalah tradisi yang diserap dari budaya Barat. Jika
kita lihat lebih jauh, ternyata, tidak semua orang Kristen meninggal pakai peti.

Orang Arab, orang Afrika, dan orang Eskimo yang beragama Kristen tidak memiliki ritual
penguburan dengan cara dimasukkan ke dalam peti. Selain itu, orang Barat yang non-Kristen pun
ternyata tetap dikubur dalam peti. Hal ini cukup menjelaskan bahwa cara penguburan orang
Kristen di Indonesia hanya mengikuti budaya Barat yang terserap di Indonesia.

 Tidak ada kewajiban orang Kristen meninggal pakai peti.

Sebagai orang Kristen, kita tentu harus berhati-hati membedakan antara budaya regional dengan
budaya agama. Budaya agama berlaku sesuai firman dan perintah Tuhan di dalam Alkitab.
Agama berbicara tentang benar dan salah sesuai kehendak Tuhan. Namun, budaya regional
hanya berbicara tentang pantas atau tidak pantas. Gereja-gereja di Indonesia sendiri belum
memiliki keputusan tetap tentang cara penguburan orang Kristen di Indonesia. Gereja-gereja
masih mengikuti budaya serapan Barat yaitu dengan menggunakan peti.

Oleh karena itu, sebenarnya, bukanlah sebuah kewajiban orang Kristen meninggal pakai peti. Itu
hanyalah sebuah budaya yang dapat terus berkembang dan berubah. Bahkan saat ini, ada banyak
gereja yang menyetujui pelayanan penguburan dengan cara kremasi. Sekarang juga telah
didorong penggunaan kain kafan saja untuk penguburan. Hal ini tentu tidak menjadi sebuah
masalah bagi agama Kristen karena Alkitab sendiri tidak memberikan perintah apapun mengenai
cara penguburan.
Kita harus memiliki sikap orang Kristen terhadap kebudayaan yang benar. Itulah beberapa
penjelasan tentang kenapa orang Kristen meninggal pakai peti. Jelaslah sudah bahwa peti
hanyalah bawaan dari budaya Barat. Orang Kristen tidak diwajibkan untuk dikubur
menggunakan peti. Kita harus dapat melakukan cara menyikapi kebudayaan yang sesuai dengan
iman Kristen.

Jika kita tidak dapat membedakannya dengan baik, hal ini akan terus menjadi keributan yang
tidak ada ujungnya. Kita harus terus berusaha menjadi bijaksana dalam mencari sebuah jawaban
dari kegusaran kita. Selain itu, ketika ada seseorang yang meninggal, jangan terlalu fokus pada
cara penguburannya. Lebih baik membacakan ayat Alkitab untuk menguatkan orang berduka.
Segala kemuliaan bagi nama Tuhan. Tuhan memberkati.

Kita sering melihat bahwa dalam hal kematian, jenazah orang Kristen
mengenakan jas lengkap dan dimasukkan ke dalam peti mati sementara
pelayat-pelayat kebanyakan berpakaian hitam-hitam. Bagaimana Alkitab
menuliskan tentang kematian, penguburan dan perkabungan ini?

Adalah tuntutan adat untuk menguburkan seorang keturunan di kuburan


keluarga (gua atau lubang dalam karang); demikianlah Sara, Abraham, Ishak
dan Rebeka, Lea dan Yakub telah dikuburkan di gua Makhpela, sebelah timur
Hebron. Kadang-kadang orang terpaksa dikuburkan di tempat lain kalau ia
meninggal jauh dari kuburan keluarga, misalnya Debora dikuburkan dekat
Betel dan Rahel di jalan ke Efrata dan kuburan mereka ditandai dengan
sebuah tugu dan pohon besar. Tangisan, perkabungan dan pengenaan kain
karung mungkin sampai tujuh hari. Pembalseman Yakub dan Yusuf dan
pemakaian peti bagi Yusuf sesuai kebiasaan Mesir adalah luar biasa.
Mumifikasi menuntut bahwa jeroan harus dikeluarkan dan disimpan tersendiri,
dan tubuh harus dikeringkan dengan mengemasinya dengan garam.
Kemudian tubuh itu dibungkus dengan kain lenan yang telah diolah dan
dibalut keseluruhannya di dalam kain lenan itu. Pembalseman dan
perkabungannya biasanya 70 hari, tapi waktunya pembalseman bisa lebih
pendek seperti pada Yakub.

Penguburan - juga tubuh orang jahat yang telah digantung - harus segera
dilakukan. Kontak dengan orang mati dan perkabungan yang formal
mencemarkan upacara. Perkabungan dengan menangis, mengoyakkan
pakaian dan menguraikan rambut diperolehkan bagi imam-imam keturunan
Harun tapi tidak boleh bagi imam agung atau bagi orang nazir di bawah
sumpah. Yang tegas dilarang bagi imam dan orang awam ialah melukai
(mengiris daging), memotong tepi janggut, memotong bersih alis di antara
mata dan merajah tanda-tanda. Tidak boleh makan persepuluhan dalam
perkabungan atau mengorbankannya kepada orang mati juga terlarang.
Perbuatan-perbuatan seperti itu adalah adat orang kafir Kanaan. Wanita-
wanita yang tertangkap dalam perang boleh menangisi orangtuanya satu
bulan sebelum mereka kawin dengan orang yang menangkap mereka. Bagi
pemimpin nasional seperti Harun dan Musa diadakan perkabungan nasional
30 hari sesudah mereka dikuburkan.

I. Penguburan.

Bila mungkin, orang dikebumikan di kuburan keluarga yang diwarisi dari


nenek moyang; demikianlah Gideon dan Simson, Asahel dan Ahitofel,
mungkin juga Saul. Penguburan di dalam rumah seperti Samuel dan Yoab
mungkin artinya sama, kecuali kalau arti harfiahnya adalah di bawah rumah
atau di bawah lantai. Jenazah dipikul di atas tandu. Apabila penguburan tidak
dapat dilaksanakan tepat pada waktunya, itu dianggap sangat memalukan.
Kuburan biasanya di luar kota; ada sedikit bukti arkeologi tentang kuburan-
kuburan keluarga yang mempunyai ruang (atau beberapa ruang) yang
bentuknya tidak sama, dipahat pada batu karang dilengkapi dengan bangku-
bangku, dapat dicapai melalui jalan sempit dan rendah, daun pintunya terbuat
dari batu yang bentuknya sama dengan lubang pintunya. Sebna, bendahara
kaya, dijatuhi kutuk oleh Yesaya karena membuat kuburan yang besar di batu
karang. Pada upacara penguburan orang-orang mampu, barang pecah-belah
dan barang-barang lain diikutkan dengan jenazah, dimasukkan ke dalam
lubang kubur - demikian tradisi bangsa Kanaan. Tapi pada zaman Israel hal
itu menjadi sesuatu yang formal. Kadang-kadang di Israel dan di tempat lain
pada zaman kuno didirikan tugu peringatan. Di luar Yerusalem ada lahan
yang dikhususkan untuk kuburan masyarakat biasa.

Kuburan penjahat yang telah dihukum mati atau musuh, kadang-kadang


ditandai dengan timbulan batu, misalnya pendosa Akhan, pemberontak
Absalom, raja Ai dan kelima raja Kanaan. Membakar jenazah bukanlah
kebiasaan bangsa Yahudi, tapi dalam keadaan sukar jenazah mungkin
dibakar, sedemikian rupa, sehingga tulang-tulangnya dapat dikuburkan dalam
kuburan keluarga, seperti halnya Saul.

II. Berkabung.
Adat Yahudi pada zaman Perjanjian Baru hanya berbeda sedikit dibandingkan
pada zaman Perjanjian Lama. Upacara pemakaman sebagai berikut: jenazah
dimandikan, kemudian diurapi, lalu dikenakan pakaian lenan berisi wangi-
wangian, dan akhirnya kaki dan tangan diikat dan wajah ditutupi dengan
serbet.

Menangis, meratap dan memukul-mukul dada adalah hal biasa di Timur


Tengah, dan terdapat juga dalam Perjanjian Baru. Seperti dalam Perjanjian
Lama mungkin juga para peratap dikerahkan. Mungkin Yesus tidak terlalu
mementingkan perkabungan yang penuh kegaduhan dan hanya menurut adat
ini. Ia sendiri menangis tenang dekat kuburan Lazarus. Pada masa ini waktu
perkabungan biasanya 7 hari. Tapi penguburannya dilaksanakan selekas
mungkin sesudah orang meninggal, biasanya pada hari itu juga.

Kuburan biasanya di luar kota. Kuburan umum memang ada, tapi ada banyak
kuburan khusus bagi perseorangan tatau satu keluarga. Ada orang, misalnya
Yusuf dari Arimatea, telah mempersiapkan kuburannya sebelum ia meninggal.
Peti jenazah tidak pernah dipakai; jenazah dibawa ke kuburan dengan dipikul
di atas tandu sederhana.

Membakar jenazah - kremasi, tidak pernah dilakukan orang Yahudi, tapi ada
beberapa jenis kuburan; kuburan yang biasa dalam tanah; kuburan tanpa
tanda; kuburan atau gua dalam liang karang, mungkin dengan tanda atau
tiang yang didirikan di atasnya. Kuburan keluarga sering mempunyai kamar-
kamar terpisah. Dalam kamar ini dibuat papan-papan (acrosolia) atau lubang-
lubang di tembok (kokhim) untuk tempat jenazah. Di sini tubuh mungkin
ditaruh dalam tempat penyimpanan, misalnya peti batu atau sarkopagus.

Adat lain zaman Perjanjian Baru adalah menaruh tulang-tulang dalam koper
batu, terkenal sebagai ossuari. Adat ini barangkali meniru peti bangsa Roma
bagi abu-abu jenazah setelah pembakaran. Kalau suatu kuburan keluarga
telah penuh, maka tulang belulang diambil dari tempatnya pada lubang-
lubang di tembok dan dipindahkan ke dalam ossuari. Ossuari dapat memuat
tulang-belulang lebih dari satu orang. Peti-peti ini biasanya mempunyai
gambar atau motif yang berbeda-beda, tapi di antara orang Yahudi ortodoks
sangat sedikit perhiasan yang diperbolehkan. Nama juga sering dituliskan
pada ossuari. Adat untuk menghiasi kuburan mungkin sudah umum pada
zaman Yesus. Ini didasarkan atas hardikan-Nya pada orang Farisi. Ia
mengkritik kebiasaan mencat putih kuburan kendati tujuannya membuat
kuburan itu nampak jelas (terutama pada malam hari), guna menghindari
orang menyentuhnya sehingga tidak menjadi najis.

Untuk menghindari serigala dan pencuri memasuki kuburan, pintunya dikunci


rapat atau (kurang biasa) ditutupi dengan batu datar seperti batu gilingan.
Batu ini, meskipun dengan sukar, dapat digulingkan dari pintu kuburan.

PAKAIAN PERKABUNGAN:

Kain kasar (Ibrani: ‫שַׂק‬- SAQ, Yunani sakkos) biasanya terbuat dari bulu
domba dan berwarna hitam. Kata Ibrani yang sama sering
berarti karung yang menjadi kain kabung, yang rupanya terbuat dari bahan
yang sama.

Anda mungkin juga menyukai