Liputan Khusus Tempo Republik Di Mata Indonesianis PDF
Liputan Khusus Tempo Republik Di Mata Indonesianis PDF
BEREBUT
DUIT
KOMODO
LIPUTAN KHUSUS
REPUBLIK
DI MATA
INDONESIANIS
Pasang-surut
peran peneliti asing
dalam sejarah
HTTP://WWW.TEMPOINTERAKTIF.COM
Indonesia.
ISSN: 0126 - 4273
00037
MEREKA YANG
MENCINTAI
KENDRA PARAMITA
R
ESTORAN yang didiri-
kan pada 1927 itu sam- 1970-an
pai kini masih menya-
jikan hidangan yang
adalah
menggoyang lidah. Na- masa
manya Restoran Trio. Letaknya di gemi-
Jalan Gondangdia Lama Nomor 29- lang
A, Jakarta Pusat—sisi depannya ber- studi
dinding kayu berwarna hijau. Ru- Indone-
mah makan ini terkenal dengan saji-
an Cantonese cuisine. Ada 200 ma-
sia. Pe-
sakan Canton yang dimasak dengan nelitian
resep turun-temurun. tentang
Tiga sekawan peneliti dari Prancis, Indone-
Denys Lombard (almarhum), Christi- sia ber-
an Pelras, dan Pierre Labrousse, pada
dekade 1970 sering makan di restoran
datang-
tersebut. Sembari menyantap, di situ an dari
mereka berdiskusi soal Indonesia. Dari Prancis,
restoran itu pula mereka berangan- Ame-
angan membuat majalah yang mam- rika,
pu menampung penelitian-penelitian Austra-
mendalam tentang Nusantara. Hasil-
nya: Archipel, jurnal berwibawa yang
lia, Be-
landa,
JACKY RACHMANSYAH UNTUK TEMPO
GING GINANJAR
sianis ini, kami mengundang Dr Roger
Tol, Direktur KITLV Jakarta. Roger
Tol adalah pakar studi Bugis dan Me-
Pierre ditto. Di Belanda, kita mendengar Ju- layu. Darinya kami mendapat kisah hi-
Labrousse dan rusan Bahasa dan Sastra Indonesia di dup beberapa Indonesianis di Belan-
Restoran Trio. Universitas Leiden yang didirikan Pro- da. Kami juga mengundang para In-
fesor Teeuw ditutup. Koninklijk Insti- donesianis muda yang tengah melaku-
tuut voor Taal-, Land- en Volkenkun- kan penelitian di Indonesia. Di anta-
de (KITLV)—Mekah bagi para peneli- ranya Michael Buehler dan Kikue Ha-
ti Indonesia di Belanda karena di sana mayotsu—keduanya asisten profesor
tersimpan ratusan ribu buku dan ber- di Departemen Ilmu Politik Universi-
bagai dokumen mengenai Indonesia tas Northern Illinois. Buehler meneli-
dari awal abad ke-20 sampai kini—ter- ti kota-kota dan kabupaten-kabupaten
ancam bangkrut. Anggaran lembaga yang mempraktekkan syariat Islam
itu dipotong besar-besaran. dan Hamayotsu meneliti partai-partai
Di Rusia, hal serupa terjadi. Di St di Indonesia.
Petersburg, ada museum antropolo- Bersamaan dengan itu, kami menu-
gi dan etnografi Kunstkammer—mu- gasi koresponden Tempo melakukan
seum dengan dinding hijau di pinggir reportase ke sarang-sarang Indone-
Sungai Volga, yang pada musim dingin sianis di Universitas Monash, Austra-
airnya beku seperti balok es. Museum lia; Universitas Cornell, Amerika; dan
Hatta, Sjahrir, dan Tan Malaka—dari yang didirikan Peter Agung dan dibu- Universitas Leiden, Belanda. Kami
Audrey Kahin hingga Rudolf Mrazek. ka pada 1714 itu menyimpan banyak juga mereportase universitas di Rusia,
Semuanya memberi kita ilmu tentang barang koleksi asal Indonesia. Di sana Cina, dan Korea.
demokrasi dan pluralisme. bekerja ahli Batak bernama Dr Elena Kami mewawancarai berbagai In-
Karya-karya mereka tak luput dari Revunenkova. Elena mampu memba- donesianis. Ada yang sudah sepuh tapi
kritik. Beberapa buku disebut bias ca aksara Batak kuno. Ia menulis di- demikian bersemangat ketika kenang-
atau tak lagi cocok jika diteropong dari sertasi tentang ritual kapal roh-roh Ba- annya digali kembali. Kami juga me-
kacamata masa kini. Pengelompokan tak. Menurut Elena, dulu koleksi ba- nulis kesaksian-kesaksian tentang In-
Clifford Geertz terhadap masyarakat rang etnis asal Indonesia menjadi pri- donesianis besar, seperti Daniel S. Lev
Jawa—priayi, santri, dan abangan— madona. Di ruang utama Kunstkam- dan Herbert Feith, yang telah mening-
sudah banyak ditolak. Tapi uraiannya mer yang bentuknya bundar dulu pe- gal. Feith adalah Indonesianis yang ke-
mengenai Bali dalam Negara: The The- nuh dipajang barang-barang etnis dari rap berkaus singlet putih dan bersa-
th
atre State in 19 Century Bali diang- 27 provinsi Indonesia. Untuk meleng- rung saat naik becak atau mengayuh
gap masih relevan. Teori tentang ma- kapi koleksi Indonesia, pengelola mu- sepeda ontel di Yogyakarta. Lev dike-
syarakat yang dibayangkan Ben An- seum bahkan pernah menukar kolek- nal sebagai peneliti yang kuat ngobrol
derson dalam Imagined Communities si barang etnis Siberia yang dimiliki- sembari ngopi sampai subuh dengan
hingga kini masih dipakai untuk me- nya dengan barang Indonesia yang di- kolega-koleganya. Kami juga meng-
neropong sejarah kawasan lain di Asia miliki museum Eropa. Tapi kini sudah undang beberapa kolumnis, baik dari
Tenggara. berbeda. Di ruang utama sekarang di- luar maupun dari dalam negeri, untuk
suguhkan barang Asia lain, sementara secara kritis melihat peran para Indo-
❖❖❖ barang-barang Indonesia, kecuali Ba- nesianis.
PEMBACA, edisi khusus para Indo- tak, digudangkan. Pembaca, edisi khusus ini diharap-
nesianis ini juga dibuat karena turun- Tak semua bernuansa suram, me- kan bisa memberikan informasi ten-
nya minat terhadap studi Indonesia di mang. Pada Agustus, Universitas Cor- tang para Indonesianis—dulu dan se-
mancanegara. Di Amerika, kuliah ba- nell dan Universitas Yale, Amerika Se- karang. Para peneliti yang mencintai
hasa Indonesia pada musim panas su- rikat, mengadakan Cornell-Yale Se- Indonesia dengan segenap jiwa dan ra-
dah sepi peminat. Di Australia idem venth Northeastern Conference on In- ganya. ■
VICTORIA SIDJABAT
Pasca-Orde Baru
di Mata Cornell
Cornell University pernah jadi kiblat kajian Indonesia dengan sejumlah pakar berpengaruh,
dari George McTurnan Kahin hingga Benedict Anderson. Namun kegiatan kajian Nusantara di
sana kemudian redup cukup lama dan kekurangan mahasiswa yang berminat mempelajari
Indonesia. Kini mereka mencoba bangkit dan mengklaim kembali posisinya sebagai pusat
kajian Asia Tenggara yang mumpuni. Sejumlah peneliti muda juga bermunculan dan tersebar di
berbagai kampus di negeri itu. Mereka adalah peneliti yang kini aktif mengamati dan mencatat
perubahan sosial-politik Indonesia pasca-Orde Baru.
M
ENU makan siang Konferensi
di ruang pertemuan tentang
George McT. Kahin Indonesia
Center di kompleks yang
Universitas Cornell, diprakarsai
Cornell
Ithaca, New York, Amerika Serikat,
dan Yale
hari itu agak berbeda. Di meja terse- University
dia nasi putih, sayur asam, tahu ba- pada Agustus
cem, ayam goreng lengkuas, telur da- lalu.
dar, dan sambal.
Menu Indonesia yang dimasak Jo-
landa Pandin, doktor linguistik dari derson, Ruth McVey, serta Fred Bun-
Toraja yang jadi pengajar tetap ke- nell, dan menyimpulkan bahwa pe-
las bahasa Indonesia di Cornell, itu ristiwa 1965 bukan kudeta PKI, me-
cepat tandas. Puluhan orang asing lainkan konflik internal di Angkat-
yang menghadiri konferensi tentang an Darat. Ali Moertopo dan Benny
Indonesia yang diprakarsai Cor- Moerdani sempat datang ke Cornell
nell dan Yale University pada akhir untuk meminta Kahin mengubah
Agustus lalu itu menyapu semua hi- kesimpulan tersebut.
dangan. George Sebelumnya, pada 27 November
Inilah konferensi tentang Indone- McT. Kahin 1965, tiga jenderal dan dua kolonel
sia terbesar kedua tahun ini di Ame- di bawah pimpinan Brigadir Jende-
rika Serikat. April lalu, di kampus dan bersumpah tak akan memo- ral Datuk Mulia datang ke Cornell.
yang sama, konferensi The State of tong rambut sebelum Indonesia be- Mereka membawa dokumen sebe-
Indonesian Studies digelar Cornell nar-benar merdeka. Di Yogyakarta, rat 200 pon yang berisi kesaksian di
Modern Indonesia Project. Kahin punya mobil jip yang mudah pengadilan orang-orang yang dite-
Bukan kebetulan apabila konfe- dikenali karena dua bendera terpan- ngarai terlibat Gerakan 30 Septem-
rensi itu diselenggarakan di George cang di sana: di kiri bendera Ameri- ber. Kahin bergeming: ia tetap men-
McT. Kahin Center. Kahin dikenal ka dan di kanan bendera Indonesia. dukung rekan-rekannya dan seca-
sebagai peletak dasar studi Indone- Kahin adalah akademikus cum akti- ra resmi menerbitkan Cornell Paper
sia modern. Sebelumnya, penelitian vis. Disertasinya, ”Nationalism and pada 1973.
Indonesia lebih banyak didomina- Revolution in Indonesia” (1952), Malang bagi Kahin. Ia dicekal ma-
si Leiden School, yang menekankan diakuinya memang berpihak pada suk Indonesia hingga 1991. Di Ame-
studi filologi dan indologi. Indonesia. rika, oleh Senator McCarthy, ia ditu-
Kahin datang ke Indonesia ber- Pada 1954, Kahin mendirikan ding simpatisan komunis. Di nega-
bekal selembar ”visa” yang diberi- lembaga Cornell Modern Indonesia ranya, paspor Kahin dicabut—sela-
kan Sjahrir. Ia bertemu dengan Bung Project. Salah satu hal yang menarik ma lima tahun.
Kecil itu ketika berpidato di Mar- dalam memoarnya, Southeast Asia:
kas Perserikatan Bangsa-Bangsa di A Testament, adalah cerita tentang ❖❖❖
New York pada 1948. Berbekal surat jenderal-jenderal Indonesia yang ACARA seminar di George McT.
itu, Kahin leluasa memasuki teritori menemuinya untuk menanyakan pe- Kahin Center dibuka dengan pe-
yang dikuasai Republik. rihal Cornell Paper. nyampaian makalah oleh Kikue Ha-
Di Indonesia, Kahin bergaul de- Itulah analisis setebal 161 hala- mayotsu, dosen ilmu politik di Uni-
ngan banyak tokoh, di antaranya man berjudul ”A Preliminary Analy- versitas Northern Illinois, Chicago.
Agus Salim, Ali Sastroamidjojo, dan sis of the October 1,1965, Coup in In- Dia memaparkan adanya pening-
Hamid Algadri. Ia pernah bertemu donesia”. Paper itu rampung disusun katan intoleransi terhadap umat
dengan Bung Tomo, yang gondrong pada 10 Januari 1966 oleh Ben An- beragama di Indonesia. Sebagian
peningkatan
pakan titik balik perhatian akade- intoleransi kan banyak dana untuk meneliti In-
mikus internasional terhadap Indo- terhadap umat donesia karena pengaruh Partai Ko-
nesia—setelah Perang Dingin ber- beragama di munis Indonesia menguat. ”Para pe-
akhir dan Indonesia memasuki pe- Indonesia. neliti Amerika ingin tahu apakah In-
riode reformasi. donesia akan berubah menjadi nega-
Sebelumnya, menurut Direktur ra komunis atau tidak,” kata Vincent
bahan penelitian dipungut Kikue Center for Southeast Asian Studies- Houben, Kepala Program Studi Asia
saat dia berkunjung ke Jakarta pada Indonesia Yosef Djakababa, minat di Universitas Humboldt, Berlin,
liburan musim panas Juli lalu. ”Saya orang Amerika mempelajari Indo- Jerman. Para peneliti itu, kata Hou-
memanfaatkan liburan untuk me- nesia menurun. Jumlah mahasiswa ben, memberikan nasihat dan saran
ngumpulkan bahan penelitian,” kata yang mengikuti Kursus Musim Pa- kepada Washington mengenai kebi-
perempuan Jepang itu. nas di Wisconsin Madison—tem- jakan yang perlu ditempuh terhadap
Konferensi ini menampilkan ber- pat dia mengajarkan bahasa Indone- Indonesia.
bagai topik dari berbagai disiplin sia—terus berkurang. Analisis lain diberikan Paige
ilmu. Andre Rivier, perwira Angkat- Pada dekade 1980 dan 1990, baha- Johnson Tan, guru besar madya De-
an Darat Amerika Serikat dan ma- sa Indonesia jadi primadona pilihan partemen Masalah Masyarakat dan
hasiswa pascasarjana Yale, misal- mahasiswa. Pada 2000, jumlah ma- Internasional Universitas North Ca-
nya, meneliti hubungan kebijakan hasiswanya anjlok karena mereka le- rolina Wilmington. Menurut dia, se-
keamanan Amerika dengan refor- bih memilih negara lain di kawasan telah peristiwa 11 September 2001,
masi militer di Indonesia sejak 1998. Asia, seperti Cina, Jepang, dan Ko- orang lebih banyak memberikan per-
Jacqueline Hicks, yang menulis di- rea. hatian pada terorisme dan keaman-
sertasi tentang politik dan korupsi an Timur Tengah. Seharusnya itu tak
di Indonesia pada 2004 di Universi- terjadi, ”Karena saat ini Asia justru
tas Leeds, Inggris, menganalisis fa- mengalami kemajuan ekonomi yang
silitas kesehatan dan pendidikan baik,” katanya.
yang disediakan Nahdlatul Ulama Gairah meneliti Indonesia sebe-
dan Muhammadiyah. Berkurang- tulnya tidaklah sepenuhnya pu-
nya fasilitas itu melemahkan orga- nah. Cornell Modern Indonesia Pro-
nisasi sosial itu hingga keduanya ga- ject kini mencoba berbenah diri dan
gal menjadi penyalur dukungan ma- bangkit. Empat dana hibah diberi-
syarakat kepada partai dan calon po- kan kepada sarjana-sarjana Indo-
litik. nesia tahun ini—sesuatu yang tidak
Pemakalah lain adalah para ma- terjadi tahun lalu.
hasiswa. Taylor Purvis, mahasiswa Mungkin ini tanda-tanda baik
ilmu politik di Yale, misalnya, me- bagi kebangkitan penelitian Indone-
maparkan soal pemberdayaan ma- sia. ”Kajian Indonesia memang per-
syarakat di Kabupaten Sleman, Yog- nah kuat di masa lalu, kemudian va-
yakarta, untuk bidang kesehatan. kum. Tapi saat ini saya melihat orang
Purvis baru saja meraih Bates Ju- berminat lagi,” kata Eric Tagliacoz-
nior Fellowship dan Tristan Perlroth Kevin Fogg, calon doktor jurusan sejarah di Yale, zo, Direktur Cornell Modern Indo-
Prize untuk perjalanan ke Yogyakar- membahas berkurangnya pengaruh bahasa Arab secara nesia Project.
ta selama empat pekan—kesempat- drastis terhadap bahasa Indonesia. ■
R
UANG di lantai tiga ge- Negeri Amerika Serikat untuk me- Gedung White kami,” ujar Tagliacozzo. Untuk pe-
dung White Hall, Cornell nyaingi Southeast Asia Program di Hall, Cornell ngembangan, ia memperluas prog-
University, Ithaca, New Yale University. Lembaga yang kini University, ram pendidikan dan penelitian, yang
York, itu cukup lapang un- sepenuhnya didanai Cornell ini me- Ithaca, New kini tak hanya berfokus pada ranah
York.
tuk sebuah ruang kerja. Luasnya se- nunjukkan peran pentingnya dalam humaniora, tapi juga sains, ling-
kitar 6 x 8 meter, diisi sebuah meja sejarah ketika dua penelitinya, Bene- kungan hidup, dan kelautan.
kerja dan komputer. Sebuah rak gan- dict Anderson dan Ruth McVey, me- Gebrakan pertamanya adalah
tung di dindingnya dipenuhi pelba- nerbitkan ”A Preliminary Analysis of konferensi The State of Indonesian
gai buku tentang Indonesia, Asia the October 1, 1965, Coup in Indone- Studies pada April lalu, yang meng-
Tenggara, dan Islam, seperti Suhar- sia”, atau dikenal sebagai Cornell Pa- hadirkan 18 ahli Indonesia dari selu-
to: A Political Biography karya R.E. per, yang kontroversial. ruh dunia, termasuk Belanda, Aus-
Elson, Southeast Asia in the New In- Lembaga ini sempat ”tidur” selama tralia, Jepang, dan Singapura. Me-
ternational Era karya Robert Day- hampir satu dekade setelah Benedict reka membahas berbagai aspek per-
ley, Employment, Living Standards Anderson dan James Siegel pensiun, kembangan Indonesia mutakhir,
and Poverty in Contemporary Indo- dan mulai bangkit lagi pada 2009, dari bahasa hingga politik.
nesia karya Sudarno Sumarto, dan yang dipelopori Pepinsky dan kole- Api semangat untuk menghidup-
Party Politics and Democratization ganya, Eric Tagliacozzo, yang kini kan kembali lembaga ini diikuti de-
in Indonesia: Golkar in the Post-Su- menduduki kursi direktur lembaga ngan pendirian American Institute
harto Era karya Dirk Tomsa. tersebut. for Indonesian Studies, yang didanai
Di sepanjang sisi timur ruang yang ”Kami merasa bahwa lembaga ini Henry Luce Foundation dan Coun-
menghadap ke jalan serta berkarpet- penting dan harus mereklaim kem- cil of American Overseas Research
berdinding kuning muda ini terda- bali posisi Cornell University sebagai Center serta Sampoerna Founda-
pat jendela. Sebuah miniatur becak, pelopor penelitian intelektual ten- tion. Sekretariatnya di kawasan Ca-
merah dan biru warnanya, ”parkir” tang studi Indonesia di luar Indo- sablanca, Jakarta, akan resmi dibu-
di dekat jendela. nesia,” kata Pepinsky, penulis buku ka pada 9 Januari 2012. Organisasi
Di ruangan inilah Thomas Pepin- Economic Crises and the Breakdown ini hanya terbuka untuk peneliti dari
sky, Associate Director of Cornell of Authoritarian Regimes: Indone- Thomas Indonesia dan Amerika. ”Untuk me-
Modern Indonesia Project, mem- sia and Malaysia in Comparative Pepinsky, naikkan jumlah peneliti Indonesia
bangun kembali kebesaran lemba- Perspective. Mereka tak punya kan- Associate dan Amerika serta membantu mere-
ga studi Indonesia yang pernah ber- tor khusus. Sebanyak 15 peneliti be- Director ka mendapatkan informasi dan kon-
jaya pada 1960-1970-an. Didirikan kerja dari meja masing-masing dan of Cornell tak serta berinteraksi sesama pene-
Modern
George McTurnan Kahin dan lima berhubungan lewat surat elektronik liti yang sedang mengerjakan riset,”
Indonesia
profesor lain pada 1950, semula lem- 1-2 kali seminggu. ”Kalau perlu saja, Project.
kata Thomas Pepinsky.
baga itu didanai Departemen Luar baru kami berhubungan lewat te- ■
J
ULI silam, James Bourk komendasi untuk peningkatan ker-
Hoesterey mengutarakan ja sama di sektor pendidikan tinggi
rencananya. Pada bulan yang berada di bawah program ke-
mendatang, Agustus, ujar- mitraan komprehensif yang gencar
nya, dia akan bertemu de- dilaksanakan pemerintah Amerika
ngan orang-orang USAID-Indone- Serikat belakangan ini.
sia. Presiden Indonesia East Timor Laporan tersebut menulis, seki-
Studies Council Lake Forest College tar 12 tahun lalu mahasiswa Ame-
Chicago ini akan mendiskusikan pe- rika yang belajar ke Indonesia se-
rihal potensi peneliti baru dan kerja banyak 213. Sedangkan dua tahun
sama dengan universitas-universitas lalu hanya 130 orang. Lalu, tercatat
di Indonesia. Selain itu, ”Mening- 13 ribu mahasiswa Indonesia meng-
katkan daya tarik Indonesia di mata ambil pendidikan jangka panjang di
mahasiswa di universitas-universi- Amerika pada 1997. Dua tahun si-
tas dan masyarakat Amerika pada lam, angka itu turun hampir sepa- Perpustakaan pun Southeast Asian Studies Sum-
umumnya,” kata Hoesterey. ruh, menjadi sekitar 7.500 orang. Kroch yang mer Institute (SEASSI), yang mena-
Minat warga Amerika mempela- Associate professor Departemen menyediakan warkan kelas bahasa Indonesia pada
jari Indonesia memang sedang me- Studi Asia Selatan dan Tenggara data dan musim panas.
nukik. Penurunan tersebut mengun- Universitas California di Berkeley, dokumentasi Menurut Presiden COTI yang juga
tentang Asia
dang keprihatinan sejumlah pihak, Jeffrey Hadler, mengakui jumlah pengajar bahasa dan budaya Asia Se-
di Universitas
termasuk kampus-kampus yang me- mahasiswanya yang mengambil stu- Cornell. latan dan Tenggara Universitas Cali-
miliki program Asia Tenggara, dan di tentang Indonesia menurun. Tapi, Mahasiswa fornia di Los Angeles, Juliana Wija-
pemerintah Amerika sendiri. ”Penu- katanya, secara umum yang mempe- tak lagi ya, dulu banyak peminat untuk ke-
runan 40 persen arus siswa pendi- lajari Asia Tenggara terus meningkat dipenuhi minat las-kelas di bawah COTI, yang biasa
dikan tinggi Amerika-Indonesia da- setiap tahun. mengetahui membawa siswanya belajar ke Indo-
lam 12 tahun terakhir cukup meng- Penurunan juga terlihat dari ke- Indonesia. nesia. Sehingga, ujarnya, penyeleksi-
ganggu,” demikian bunyi laporan las bahasa Indonesia di kampus ang- an saat itu cukup berat. Kini keada-
misi pemimpin pendidikan tinggi gota Consortium for the Teaching of annya jauh berbeda. ”Saat ini hanya
Amerika ke Indonesia yang dikeluar- Indonesia (COTI) yang menawar- tercatat sekitar 20 pelamar,” kata-
kan dua tahun silam. Laporan terse- kan kelas bahasa Indonesia untuk nya. Padahal, untuk itu semua, yang
but juga menyebutkan sejumlah re- tingkat mahir setiap semester atau- diterima per tahun 10-12 orang.
Koordinator Program Indonesia di
SEASSI, Amelia Joan Liwe, menya-
takan hal senada. Pada 1990-an, kata
Amelia, banyak mahasiswa Ameri-
ka berminat mengikuti pelajaran ba-
hasa Indonesia pada SEASSI di Uni-
versity of Wisconsin-Madison. ”Bisa
mencapai lebih dari 50 orang,” kata-
nya. Pada 2.000-an, angka tersebut
Kelas menurun drastis. Menurut Amelia,
semester sejak ia menjabat koordinator enam
kedua pada tahun silam, jumlahnya naik-turun.
musim semi ”Tapi belum kembali pada dekade se-
di Cornell belum 2000.” Jumlah tertinggi yang
University tercatat selama Amelia menjadi ko-
pada 2009. ordinator adalah pada 2007. Pada
tahun itu jumlah mahasiswa setahun
bih. ”Kalau hanya berfokus pada In- rika-Indonesia, antara lain dengan
donesia, Anda tidak akan mendapat cara meningkatkan jumlah peneri-
banyak insentif dalam penelitian.” ma beasiswa Fulbright. ”Hanya, saya
William Liddle, Indonesianis yang tidak tahu realisasinya,” kata Liddle.
tercatat 31 orang. Tahun-tahun ber- juga pengajar Universitas Ohio, me-
ikutnya menurun, dan tahun ini ter- miliki pendapat berbeda. Menurut ❖❖❖
catat hanya 16 mahasiswa. dia, sebenarnya selama ini tidak per- SEJUMLAH universitas terus
Beragam alasan yang menjadi la- nah ada perhatian terhadap Indone- melakukan upaya agar studi Indone-
tar belakang turunnya jumlah ma- sia. Jadi, ujar Liddle, yang terjadi bu- sia tetap ada, diminati, dan ”hidup”.
hasiswa itu. Juliana Wijaya dan kan penurunan. ”Mahasiswa yang Harvard Kennedy School, misalnya,
Mary Jo Wilson—Koordinator Prog- mengambil kuliah saya dari awal tahun lalu membuka Program In-
ram SEASSI Universitas Wiscon- Jeffrey Hadler, sampai sekarang tetap sedikit,” kata donesia. Dengan dana US$ 10,5 juta
sin-Madison—menunjuk salah satu Associate pria yang telah mengajar tentang dari Yayasan Rajawali, program In-
penyebabnya adalah mahasiswa le- professor Asia Tenggara selama 40 tahun ini. donesia Harvard Kennedy School
bih tertarik mengambil bahasa asing Departemen Seperti di kampus-kampus lain, menitikberatkan pada pendidikan
yang menjadi tren saat ini, misalnya Studi Asia mahasiswa di Universitas Ohio, ujar dan pembangunan kapasitas untuk
bahasa Cina atau Jepang. Selatan dan Liddle, lebih tertarik belajar tentang mendukung pemerintahan yang de-
Tenggara
Pengajar bahasa Indonesia di Uni- Cina, Jepang, ataupun Eropa. ”Indo- mokratis dan pengembangan in-
Universitas
versitas Cornell, Jolanda Pandin, California di nesia terlalu jauh, kurang maju, dan stitusional di Indonesia. Kennedy
menambah alasan lain. Ia melihat, Berkeley. tidak dikenal orang. Menurut Lid- School inilah yang beberapa waktu
misalnya, masalah anggaran pendi- dle, banyak mahasiswa S-1 Amerika lalu mengadakan kursus untuk ke-
dikan dari pihak pemerintah Ameri- tidak tahu di mana Indonesia. ”Apa- pala daerah baru terpilih di Indone-
ka dan situasi keamanan Indonesia. kah Indonesia bagian dari Bali?” sia untuk belajar di sana.
Menurut dia, selama ini banyak ma- kata Liddle mengutip pertanyaan se- Adapun cara yang dipakai para
hasiswa Amerika bergantung pada jumlah mahasiswanya. Bahkan ada pengajar di Universitas Ohio ada-
dukungan dana pendidikan dari pe- pula yang mengacaukannya dengan lah tetap terus-menerus membicara-
merintah, atau institusinya, untuk Indocina. kan masalah Indonesia. Liddle juga
mempelajari bahasa-bahasa asing Liddle adalah salah satu Indone- mendekatkan para mahasiswanya
yang tidak umum pada masyarakat sianis paling menonjol dari Negeri dengan Indonesia dengan cara mem-
Amerika. Abang Sam. Setelah lulus program bawa mereka ke kampus-kampus di
Michael Buehler, asisten profesor doktor pada akhir 1960-an dengan Indonesia, antara lain ke Universi-
Departemen Ilmu Politik Northern mengambil studi tentang Indonesia, tas Gadjah Mada, Yogyakarta. ”Ta-
Illinois University, menunjuk alas- praktis sejak itu tidak ada lagi In- hun ini, sayangnya, hanya sepuluh
an lain. ”Buat pemerintah Ameri- donesianis yang bersinar dari kam- orang,” ujar Liddle. Ia berharap apa
ka, Indonesia tidak terlalu penting pus Ohio ini. Hingga 1990-an hanya yang dilakukannya itu akan diikuti
lagi,” katanya. Sehingga, ujar Bueh- ada segelintir—benar-benar segelin- universitas-universitas lain di Ame-
ler, dana yang dianggarkan pemerin- tir karena hanya satu atau dua—yang rika Serikat.
tah pun tidak begitu besar. meneliti soal Indonesia hingga men- ■
Generasi Keempat
Buehler berada di barisan Indo-
nesianis muda di Amerika Serikat
masa kini. Umumnya para peneliti
dari Amerika
asing yang mengkaji Indonesia dike-
lompokkan dalam tiga generasi. Ge-
nerasi pertama adalah yang datang
di masa perjuangan kemerdekaan
ADA KECENDERUNGAN PARA PENELITI MUDA DI AMERIKA SERIKAT UNTUK MENGKAJI ISLAM Indonesia, seperti George McTur-
DI INDONESIA. TERTARIK SEJAK USIA BELIA. nan Kahin dan Clifford Geertz. Ge-
nerasi kedua muncul di masa 1960-
an, seperti Benedict Anderson, Wil-
M
ICHAEL Buehler dari korupsi, partai politik, hingga liam Liddle, Daniel S. Lev, dan Her-
berusia sembilan ta- Islam. Bagi guru besar madya di De- bert Feith. Generasi ketiga hadir di
hun ketika meng- partemen Ilmu Politik Northern Il- era 1970-an dan sesudahnya, seperti
ikuti bapak baptis- linois University, Amerika Serikat, Robert W. Hefner dan Takashi Shi-
nya, seorang pega- ini, hal seperti itu bagaikan labora- raishi. Maka orang seperti Bueh-
wai di perusahaan susu Nestle, ber- torium. ”Banyak pertanyaan yang ler, yang datang ke Indonesia pada
mukim di Jakarta selama tiga tahun menarik dan bergaya bagi ilmu poli- 1980-an ke atas, dapatlah kita ma-
sejak 1985. Dia orang Swiss dan me- tik,” ujarnya. sukkan sebagai Indonesianis gene-
lihat Indonesia sebagai dunia yang Sehingga, ketika dia menyiap- rasi keempat.
jauh berbeda dengan kampung hala- kan disertasinya di London School Ada banyak ahli muda di Nege-
mannya. Perbedaan itu makin ken- of Economics and Political Science ri Abang Sam dari generasi baru ini.
tara ketika dia melancong dari Flo- pada 2004, dia mencari topik ten- Beberapa di antaranya adalah Tho-
res sampai Aceh pada 1997. tang Indonesia yang paling penting mas Pepinsky di Cornell University,
Buehler tertarik terutama pada dan aktual. Pilihannya jatuh pada Benjamin Smith di University of Flo-
politik Indonesia. ”Di Swiss saya tak masalah otonomi daerah dan pemi- rida, Tuong Vu di University of Ore-
bisa merasakan politik lagi karena di lihan kepala daerah, yang melahir- gon, dan Dan Slater di University of
sana sudah mapan,” kata pria yang kan disertasi ”Politics in Formation: Chicago, James Bourk Hoesterey di
pernah menjadi konsultan masalah An Analysis of the 2005 Direct Elec- University of Michigan, Rachel Ri-
pemerintahan, reformasi politik, dan tions of Local Government Heads in naldo di University of Michigan, dan
strategi pemberantasan korupsi pada Indonesia”. Pengalamannya sela- Jeffrey Hadler di University of Cali-
Asia Foundation, German Technical ma penelitian itu membuatnya terus fornia.
Cooperation, UNDP, dan Bank Du- mengamati perkembangan daerah- Beberapa peneliti itu mengenal
nia itu. daerah di Indonesia saat ini, terma- Indonesia sejak belia, seperti James
Sebaliknya, dia melihat setumpuk suk lahirnya peraturan daerah ber- Bourk yang berdarmawisata ke Pa-
masalah terpampang di Indonesia, basis syariah. pua saat masih berusia 19 tahun.
di Pesantren Aa Gym
pengikut dai mengangkat alis me-
lihat Hoesterey masuk komunitas
mereka. Ketika dua tahun berada di
lingkungan Pesantren Daarut Tau-
JAMES B. HOESTEREY MERUPAKAN PERPADUAN PEMBUAT FILM DOKUMENTER DAN hid, Jalan Gegerkalong Girang, Ban-
PENELITI. DICURIGAI KETIKA MASUK PESANTREN. dung, ia disambut dengan baik tapi
dicurigai sebagai mata-mata. Me-
J
AMES Bourk Hoesterey mu- tuk meneliti Indonesia. Untuk per- James Bourk nurut Hoesterey, pengasuh Daarut
lai jatuh hati pada Nusantara, siapan, ia mengambil kursus baha- Hoesterey Tauhid berkomentar enteng. ”Ka-
17 tahun silam. Usianya baru sa Indonesia di Cornell University, bersama lau Jim (James) intel CIA, tidak apa-
19 tahun, baru semester per- Falcon. Kesempatan kembali ke In- Abdullah apa. Nanti kalau pulang ke Amerika,
tama di Marquette University, Ame- donesia datang pada 1998. Ia me- Gymnastiar. dia akan menjelaskan kepada peme-
rika Serikat. Mendapat kesempat- netap dua bulan di Sumatera Barat, rintah Amerika dengan informasi le-
an pelesir dua pekan ke Papua bersa- meneliti budaya merantau masyara- bih lengkap dan lebih benar tentang
ma serombongan mahasiswa lain, ia kat Minang untuk tesis masternya di Islam di Indonesia.”
masuk lewat pelabuhan Biak. Ia lalu University of South Carolina. Sela- Penelitiannya di Bandung meng-
ke Jayapura, dan naik ke daerah pe- ma lima tahun sejak 2002, ia menja- hasilkan disertasi ”Sufis and Self-
gunungan dekat Wamena untuk ber- di konsultan antropologi dalam be- help Gurus: Islamic Psychology, Re-
temu dengan suku Dani. berapa proyek pembuatan film do- ligious Authority, and Muslim Sub-
”Saya melihat Indonesia dari tem- kumenter Discovery Channel. Pada jectivity in Contemporary Indone-
pat seperti Papua, tempat transmig- 2002, dia ikut membuat The Chief sia”. Dia melihat peran ulama seper-
ran Jawa dan banyak orang asli. Ada who Speaks with God, film tentang ti Aa Gym sebagai ”penolong umat
yang sukses, ada yang menghadapi agama suku Bunan Mee di Papua. Islam” untuk mengerti tidak hanya
kesulitan,” kata Hoesterey, kini pe- Pada 2003, dia terlibat lagi dalam soal fikih, tapi juga peran penting bu-
neliti di Center for Southeast Asian pembuatan film dokumenter Planes, daya populer. Pada Yusuf Mansyur
Studies, University of Michigan, Pigs, and the Price of Brides, tentang dan pesantren Wisata Hati yang di-
Amerika Serikat. Ia memberi kuli- cara suku Migani bergotong-royong kelolanya, Hoesterey mempelajari
ah tentang Islam dan budaya pop di membangun lapangan terbang pe- ajaran yang menekankan kekuatan
Lake Forest College. rintis. ”Tempat itu tidak jauh dari bersedekah. Orang-orang ini, bagi
James muda langsung terpikat tambang Freeport. Kalau tidak salah Hoesterey, menjadi figur baru yang
pada negeri ini. Ia memutuskan me- kira-kira sejauh 20 menit,” katanya. punya peran penting dalam kebang-
lanjutkan kuliah S-2 dan S-3 da- Ia juga terlibat dalam pembuatan kitan dunia Islam di Indonesia.
lam bidang antropologi budaya un- film lain tentang Papua, Gentle Can- ■
T
IGA puluh empat tahun si-
lam, pemuda Jepang itu
tiba di Indonesia. Baru
29 tahun usianya saat itu.
Tapi Takashi Shiraishi su-
dah menjadi kandidat doktor Uni-
versitas Cornell, New York, Amerika
Serikat. Tujuannya ke negeri ini je-
las: mencari bahan penyusunan di-
sertasinya.
Takashi—memperoleh gelar mas-
ter hubungan internasional dari
Universitas Tokyo pada 1974—ber-
minat meneliti sejarah Indonesia pe-
riode awal 1900-an hingga 1920-an.
”Sesuatu yang revolusioner terjadi di
Indonesia pada masa itu,” tutur Ta-
kashi kepada Tempo.
RUMGAPRES
Menurut dia, nasionalisme Indo- Takashi
nesia lahir pada masa itu. ”Politik Shiraishi
modern hadir di Indonesia.” Renca-
nanya, Takashi berfokus pada perge- kepemilikan lahan.” Dia kashi termasuk pen-
rakan Islam dan komunis pada masa juga mengunjungi tem- ting untuk memahami
itu. Tak main-main persiapannya. pat pengusaha batik dan keberagaman Islam.
Sebelum ke Nusantara, dia mempe- mempelajari sejarah ke- ”Ada berbagai macam
lajari bahasa Indonesia dan bahasa luarga mereka untuk me- kelompok Islam,” ujar-
Jawa. ngetahui pentingnya in- nya.
Sejak 1977 hingga awal 1980- dustri batik dalam seja-
an, selama beberapa pekan Takashi rah Surakarta. ❖❖❖
mengunjungi Jakarta, Solo, dan Singkat kata, Takashi C E N D E K I AWA N
Yogyakarta. Riset dan wawancara mempresentasikan di- Cornell—mereka yang
dilakukannya. Dia juga ingin me- sertasinya berjudul ”Is- menempuh pendidik-
ngenal sosok Haji Misbach, tokoh Is- lam dan Komunisme” An Age in Motion, an atau menjadi pene-
lam komunis di Surakarta. Meleng- pada Desember 1983. Takashi Shiraishi liti di sana—memang
kapi data, Takashi juga meneliti ar- Dua tahun berikutnya, cukup banyak meng-
sip di Den Haag, Belanda. Di situ, dia diajak bergabung di Cornell se- hasilkan karya soal Indonesia. Bebe-
dia mengumpulkan hampir semua bagai asisten profesor sejarah. Un- rapa di antaranya bahkan bisa dise-
salinan dokumen kolonial Belanda tuk menempati posisi itu, Takashi but sebagai pelopor. Intelektual Da-
tentang Jawa Tengah, khususnya Se- harus melengkapi disertasinya dan niel Dhakidae dan sejarawan Tau-
marang dan Solo, serta Yogyakarta mempublikasikannya dalam bentuk fik Abdullah menilai Indonesianis
pada periode yang ia teliti. buku. Pada 1990, An Age in Motion asal Cornell yang paling senior ada-
Takashi menginap tiga bulan di dipublikasikan. Tujuh tahun kemu- lah George McTurnan Kahin. Kar-
sebuah desa dekat Kecamatan De- dian, barulah buku berjudul Zaman ya monumentalnya berjudul Nasio-
langgu, Klaten, Jawa Tengah. Di sini Bergerak terbit di Indonesia. nalisme dan Revolusi di Indonesia,
dia mempelajari ekonomi dan poli- Ketua Komisi Ilmu Sosial Aka- dipublikasikan pertama pada 1952,
tik pedesaan. ”Sangat berguna un- demi Ilmu Pengetahuan Indonesia menyoroti perjuangan pra dan pas-
tuk memahami pentingnya sistem Taufik Abdullah menilai buku Ta- ca-kemerdekaan.
Menurut Daniel, karya Kahin tara lain The Religion of Java, yang
menjadi penting karena memelopori diterjemahkan menjadi Abangan,
penelitian dari kalangan non-Belan- Santri, Priyayi. Karya ini mengung-
da-Anglo-Saxon. Sebelumnya, pene- kap persoalan kehidupan beraga-
litian soal Indonesia lebih menjadi ma ala orang Jawa. ”Tak mungkin
Indolog, kebanyakan dilakukan oleh berbicara soal Jawa kalau tak mem-
peneliti dari Leiden, Belanda, de- baca buku ini,” kata Taufik. Daniel
ngan pendekatan etnografi dan geo- dan Taufik juga mengatakan Geertz
grafi, yang bertujuan menguasai ta- membangun teori dari hasil peneliti-
nah jajahan. ”George Kahin tak me- annya di negeri ini.
mandang Indonesia sebagai Hindia Meski bisa dianggap monumental,
Belanda, melainkan sebagai Indone- karya para Indonesianis asing tak lu-
sia,” kata Daniel. put dari kritik. Peneliti Utama Lem-
Keunggulan Kahin—meninggal Nasionalisme dan Imagined Communities, baga Ilmu Pengetahuan Indone-
Januari 2000 pada usia 82 tahun— Revolusi di Indonesia, Ben Anderson sia Bidang Politik yang belum lama
terletak pada kondisi faktual yang George McT. Kahin pensiun, Mochtar Pabottingi, me-
dilihat langsung. Kahin hadir seki- nilai Imagined Communities karya
tar setahun setelah Indonesia mer- Benedict Ben Anderson tak luput dari kesa-
deka. ”Dia melakukan penelitian di Anderson lahan konsep soal komunitas berba-
tengah revolusi,” kata Daniel. Kar- yang. Menurut Mochtar, komunitas
ya Kahin inilah yang, menurut dia, berbayang bukan mengacu pada na-
menginspirasi Indonesianis Cor- tion seperti diungkap Ben, melain-
nell lain, semacam Benedict Richard kan pada nasionalisme. ”Tak mung-
O’Gorman Anderson. kin nation yang sudah terwujud di-
Daniel dan Taufik Abdullah me- sebut sebagai berbayang lagi. Nation
nilai karya Ben Anderson, kini 75 ta- itu nyata, nasionalismelah yang ber-
hun, yang cukup monumental seba- bayang,” kata Mochtar.
gai Indonesianis adalah Java in a Dari tinjauan filosofis pun, teo-
ri Ben juga dipandang lemah. Misal-
nya, ujar Mochtar, Ben mengungkap-
TEMPO/RULLY KESUMA
Clifford Geertz, meninggal pada usia kondisi faktual. ”Yang jelas, karya
80 tahun pada 2006. Menurut Tau- mereka sangat relevan pada masa-
fik, karya monumental Geertz an- nya.” ■
S
ETELAH mengarungi laut- hadap Indonesia langsung melejit. Prof Daniel yung suatu kali, dari diskusi-diskusi
an selama 28 hari dengan Semula Lev mendalami studi hukum Lev (tengah) itulah tercetus gagasan pembentuk-
kapal barang berbendera internasional, tapi kemudian ban- bersama an Lembaga Bantuan Hukum.
Denmark, Daniel Saul Lev ting setir ke ilmu politik. ”Dia pikir rekan, Lev memang tak cuma piawai da-
bersama istrinya, Arlene O. ini proyek hebat dan penting untuk Jakarta lam studi ilmu politik. Ia juga fasih
(1971).
Lev, menginjakkan kaki di Tanjung membantu negara Indonesia yang berbicara tentang hukum Indone-
Priok, Jakarta. ”Seketika dia jatuh belum lama berdiri,” kata Arlene. sia. Setelah menulis The Transition,
cinta pada Indonesia,” kata Arlene Sejak itulah Dan Lev tenggelam Pengamat ia menulis Law and Politics in Indo-
mengenang pengalamannya perta- dalam tumpukan teks tentang Indo- Indonesia nesia serta Islamic Courts in Indone-
ma kali tiba di Jakarta pada 1959. nesia di 102 West Avenue—markas asal sia. Tak mengherankan jika ia akrab
Ketika itu, Dan Lev berumur 26 The Cornell Modern Indonesia Pro- Amerika, dengan banyak sarjana hukum Indo-
tahun dan Arlene 22 tahun. Mereka ject. Di sana, lelaki kelahiran Ohio, Daniel S. Lev nesia. Pada awalnya, Lev mengenal
(kanan atas).
baru setahun menikah. Lev datang 23 Oktober, 1933, itu kemudian me- advokat semacam Besar, Yap, dan
ke Indonesia untuk penelitian diser- ngenal sahabat-sahabat Indonesia Buyung. Berikutnya, ia akrab pula
tasinya di Universitas Cornell, Itha- pertamanya, antara lain Idrus Na- dengan Todung Mulya Lubis, Mar-
ca, Amerika Serikat. Sebelum tiba sir ”Didi” Djajadiningrat, Selo Soe- sillam Simanjuntak, Erman Raja-
di Jakarta, ia hanya mengenal Indo- mardjan, Sudjatmoko, serta Umar gukguk, dan Arief Tarunakarya Su-
nesia dari buku, cerita sahabat In- Kayam dan istrinya, Yus Kayam. Ke- rowidjojo.
donesianya, dan, tentu saja, George lak, hubungan Lev dan Arlene de- Belakangan, ketika berdisku-
McTurnan Kahin, sang guru. ngan keluarga Umar Kayam sudah si, kata Arief Surowidjojo, Lev ke-
Pada suatu hari pada 1955, me- seperti saudara. rap berseloroh. ”Kalian ini penge-
nurut Arlene, Lev bertemu dengan Tiga tahun di Jakarta, Lev dan Ar- cut. Kalau mau perubahan, terjun-
George Kahin. Entah apa yang me- lene Lev berpindah-pindah kediam- lah ke politik,” kata Arief menirukan
reka bicarakan. Tapi, sejak bertemu an. Mulanya mereka tinggal bersama Lev. Menurut pendiri Pusat Studi
dengan pendiri The Cornell Modern keluarga Didi Djajadiningrat, kemu- Hukum dan Kebijakan itu, Dan Lev
Indonesia Project itu, minat Lev ter- dian di rumah Besar Martokoesoe- memang berharap anak-anak muda
bisa mengubah keadaan. Itu sebab- Tak ketinggalan pula soal makan- ja diisolasi khusus tempat Lev mero-
nya, saban datang ke Jakarta, Lev an. Menurut Arlene, suaminya amat kok. Ia kerap mengajak Arief dan ka-
senantiasa mampir ke kantor LBH menyukai makanan Indonesia yang wan-kawan berdiskusi sembari me-
atau Pusat Studi Hukum, serta ber- pedas-pedas. ”Meski dia juga suka rokok di sini. Lev memang pecandu
keliling ke banyak daerah untuk me- gudeg Yogya,” kata perempuan 74 ta- berat kretek—bukan rokok putih—
lihat perubahan. hun ini. Arief Surowidjojo juga pu- dan kopi. Sepeninggal Lev, kini, ru-
Pergaulannya dengan para akti- nya kenangan soal kegemaran Lev angan tersebut jadi musala.
vis hukum itu tak menjauhkan Lev yang ini. Tiga bulan sebelum Lev wa- Barangkali gara-gara rokok pula
dari orang-orang jelata di sekeliling- fat, Arief tinggal di rumahnya sela- ia divonis kanker paru-paru. Tapi,
nya. Menurut Arief, Lev pernah me- ma seminggu. Selama itu, Arief me- sebelum wafat pada 2006, gara-gara
modali seorang tukang sate di Pasar masakkan makan siang menu Indo- sakitnya itu, Lev menghabiskan wak-
Santa untuk berdagang. Ia juga ber- nesia untuk Lev. ”Di tengah sakitnya tu menulis biografi Yap Thiam Hien.
kawan dengan seorang dokter teli- ketika itu, Lev tampak bahagia,” ujar Buku ini obsesi lamanya. Lev kenal
nga di Pasar Senen. ”Dia terkesan Arief. Yap luar-dalam dan amat menga-
gumi perjuangannya. ”Pengabdian-
nya pada keadilan dan kesediaannya
mengorbankan diri sendiri berpe-
ngaruh kepada siapa pun yang di de-
katnya,” tulis Lev suatu kali. ”Mere-
ka seperti kakak-adik,” kata Arlene.
Buku yang kelak dinamai No Con-
cession: The Life of Yap Thiam Hien,
Indonesia Human Rights Lawyer
itu hampir rampung ketika Lev me-
nutup mata. Arlene dan Sebastian
Pompe, sarjana hukum asal Belanda
yang lama tinggal di Indonesia, me-
Daniel S. Lev lengkapi bab yang tercecer. Sedang-
berbicara kan Benedict R.O’G. Anderson me-
dengan Ong nyempurnakannya dengan memberi
Hok Ham,
kata pengantar. ”Saya cuma bikin in-
Jakarta,
troduction yang rada panjang,” kata
1984.
Ben merendah.
gara-gara, setelah berobat dua-tiga Yang lucu, kata Arief, sepulang Ben Anderson pula, di antara para
kali ke sana, telinganya sembuh to- dari Indonesia, Lev pernah menan- sahabat Indonesianisnya, yang men-
tal,” kata Arief. Padahal dokter Ame- daskan serantang rendang sekaligus dampingi saat-saat terakhir Lev. Ke-
rika tak bisa menyembuhkan gang- di Bandara Tacoma Seattle. Gara- duanya memang bersahabat sejak
guan pendengarannya. garanya, petugas melarang sang pro- sama-sama aktif di The Cornell Mo-
Indonesia rupanya betul-betul fesor membawa rendang melewati dern Indonesia Project. Ketika Ben
meninggalkan kesan mendalam di pintu pemeriksaan. ”Daripada disi- datang ke Indonesia pada awal 1960-
hati Dan Lev. Rumah mungilnya ta, dia habiskan rendangnya di de- an, adalah Lev yang mencarikannya
di Seattle, tempat ia menghabiskan pan petugas.” tempat indekos dan menitipkannya
hari-hari terakhirnya, dipenuhi ben- Sebelum wafat, Lev mewariskan di rumah keluarga Mohammad Hu-
da-benda dari Indonesia. ”Taplak sebagian koleksi bukunya kepada sein Tirtaamidjaja, anggota Mahka-
batik, perlengkapan rumah, bah- Pusat Studi Hukum dan Kebijak- mah Agung, ayah desainer Nusjir-
kan koleksi musiknya,” kata Arief, an. Berkardus-kardus buku ia kirim wan Tirtaamidjaja alias Iwan Tirta.
yang mengenal Lev sejak 1983 sete- dari Seattle. ”Lev sendiri yang me- Mendengar Lev koma, Ben, yang
lah dipertemukan oleh Buyung. Se- milih buku-bukunya,” kata Arlene. sedang berada di Afrika Selatan,
tiap kali ada simposium atau semi- Di perpustakaan Pusat Studi, buku- langsung terbang ke Seattle. Begitu
nar tentang Indonesia di Universi- buku Lev bersanding dengan belas- masuk ke ruangan tempat Lev terba-
ty of Washington, pastilah rumah- an ribu buku lain. Untuk mengenang ring di rumah sakit Seattle, atas usul
nya menjadi pusat kegiatan. Seper- jasa dan pemikiran Lev, perpusta- Arlene, Ben menggenggam tangan
ti saat diselenggarakannya Simpo- kaan ini dinamai Daniel S. Lev Law Lev dan berbisik ke telinganya. ”Aku
sium Gender Indonesia, ketika ber- Library. berjanji akan merampungkan buku-
bagai peneliti, wartawan, dan akti- Tapi jejak Lev tak cuma ada di rak mu,” kata Ben. Seolah-olah tinggal
vis berkumpul di Seattle, antara lain buku. Tak jauh dari perpustakaan, menunggu Ben, dua puluh menit ke-
Ben Anderson, Dede Oetomo, dan menyempil sebuah ruangan seluas mudian, Lev menghadap Yang Ma-
Sita Kayam, maka rumah Lev dan 3 x 3 meter persegi yang sekeliling- hakuasa.
Arlene menjadi tempat reriungan. nya kaca. Dulu ruangan ini senga- ■
2. HARVARD UNIVERSITY:
Karya Monumental
1. NATIONALISM AND REVOLUTION IN INDONESIA (1951)
Buku ini adalah hasil petualangan George McTurnan Kahin bersama elite politik Indonesia, seperti Natsir,
Sjahrir, Sukarno, Hatta, dan Tan Malaka, dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia sejak 1946. Kahin ada-
lah serdadu wajib militer yang jatuh cinta pada Indonesia ketika tergabung dalam pasukan terjun payung saat
pendudukan Jepang. Kahin ”ikut” berperang melawan Belanda dan merekam semua kejadian itu dalam catat-
annya, yang kemudian menjadi disertasi dan diterbitkan menjadi buku tersebut. Selain itu, dia menulis untuk
tesisnya di Stanford University tentang peran kalangan etnis Tionghoa di Indonesia dan terbit menjadi buku
Political Thinking of the Indonesian Chinese pada 1946.
Merindukan Zaman
Keemasan Herb Feith
Sepanjang 1960 hingga 1990-an, Australia melahirkan Indonesianis andal dan terkemuka.
Dimotori Herbert Feith, studi tentang Indonesia berkembang pesat di kampus-kampus Negeri
Kanguru. Sejumlah kajian mengenai Indonesia kemudian menjadi karya monumental dan
sangat berpengaruh dalam dunia ilmiah.
Namun zaman keemasan Indonesianis meredup seiring dengan runtuhnya rezim Orde Baru,
yang diikuti krisis ekonomi dan gejolak sosial-politik. Minat pelajar dan mahasiswa Australia
belajar bahasa dan kajian Indonesia anjlok. Kebijakan pemerintah Australia membatasi
bantuan dana untuk pengajaran bahasa-bahasa Asia, termasuk Indonesia, ikut menyumbang
kian turunnya minat studi tentang Indonesia. Bahkan, di sejumlah kampus, program studi
Indonesia mati suri.
M
EMANDANG Men- la Program Studi Indonesia di Uni-
zies Building yang versitas Monash, Paul Thomas, data
menjulang di kam- komputer di perpustakaan kam-
pus pusat Universi- pus itu mencatat, hasil riset dan ka-
tas Monash di Clay- jian mengenai Indonesia dari semua
ton, Victoria, Australia, waktu sera- kampus di Australia lebih dari 4.500
sa mundur ke puluhan tahun silam. buah—meski tak semuanya karya
Berdiri sejak 1963, gedung berlantai mahasiswa Australia.
11 yang menjadi tetenger Universitas Ambil contoh buku karya Feith,
Monash itu menjadi saksi bisu lahir- The Decline of Constitutional De-
nya para Indonesianis, pemikir atau mocracy in Indonesia. Buku terbit-
ahli tentang Indonesia, dari Negeri an 1962 itu merupakan hasil peneli-
Kanguru. tian intensif Feith tentang perkem-
Di salah satu universitas terbesar di bangan politik, ekonomi, dan sosi-
Australia itulah Herbert Feith dan ka- al di Indonesia pasca-Perang Dunia
wan-kawan merintis pendirian pu- II. Buku ini membuktikan perhati-
sat studi Indonesia. Dengan sema- an Feith terhadap sistem politik dan
ngat menyala-nyala, ketiga cendekia- demokrasi di Indonesia serta perda-
wan itu berhasil mengembangkan pu- maian dunia.
sat studi tersebut. Menempati South Buku karya John Legge, kolega
Wing lantai tiga Menzies Building, Herb Feith, berjudul Sukarno: A Po-
pusat studi itu kemudian menjadi sa- litical Biography menjadi buku yang
ngat terkenal dan diperhitungkan. populer sekaligus penting. Buku ini
Boleh dibilang Herb Feith-lah mo- hasil pengamatan Legge tentang pe-
tornya. Dia bisa disejajarkan dengan mimpin karismatis Sukarno yang
BELA KUSUMAH
Greg Barton,
Kepala Yayasan
Herb Feith,
Universitas
Monash.
BELA KUSUMAH
❖❖❖
Tahun 1960-an sampai akhir 1980-
DOK TEMPO/HENDRA SUHARA
jian Indonesia merosot ketika peme- Menzies Building langan guru dan dosen bahasa In- gara, tapi setelah reformasi, mulai
rintah Federal di Canberra menge- Universitas donesia. Seperti dituturkan Nani melebar ke daerah, ke masyarakat
luarkan travel warning tingkat em- Monash di Pollard, dosen di Universitas Mel- sipil. Jadi, bukan soal negara lagi,”
pat, yang menyarankan warga Aus- Clayton, bourne, pengajar kajian Indonesia ujarnya.
tralia, termasuk pelajar dan maha- Victoria, di kampusnya hanya tinggal em- Tragedi bom Bali pada 2001, yang
Australia.
siswa, tidak mengunjungi Indone- pat orang. Di Universitas Monash menewaskan ratusan orang, terma-
sia. ”Mereka tidak menyadari ada idem ditto. suk warga Australia, juga berdam-
perubahan total di Indonesia,” ka- Setelah Partai Buruh menang di pak pada tema penelitian. Menurut
tanya. bawah pimpinan Kevin Rudd, yang Greg Barton, peristiwa itu memicu
Selain itu, prioritas pemerintah fasih berbahasa Mandarin, Can- para peneliti mengungkap soal Is-
Australia sudah bergeser. Di masa berra mulai kembali mengucurkan lam di Indonesia. Pemerintah pun
pemerintahan Partai Buruh pada dana untuk mendukung pengajar- menyuntikkan dana bantuan ke-
awal 1980-an sampai akhir masa an bahasa-bahasa Asia, termasuk pada lembaga-lembaga pendidik-
kepemimpinan Perdana Mente- Indonesia, melalui National Asian an dan lembaga swadaya masyara-
ri Paul Keating pada 1996, Austra- Languages and Studies in Schools kat, yang mulai ”galak” menyeleng-
lia dianggap perlu tahu lebih banyak Program. Pada 2008, Rudd mem- garakan konferensi dan diskusi ten-
tentang tetangga Asia. Canberra berikan dana sekitar Aus$ 62,4 tang Islam, bahkan mulai menya-
bahkan berperan aktif dalam Ke- juta untuk tiga tahun. ”Memang lurkan dana ke universitas-univer-
lompok Kerja Sama Ekonomi Asia- pemerintah Australia seharusnya sitas untuk membuka lembaga kaji-
Pasifik (APEC). Maka dana kajian lebih banyak memberikan dukung- an Islam.
dan pengajaran bahasa-bahasa Asia an dana untuk pengajaran tentang Memang masa kejayaan Indone-
mengucur melalui program-prog- Indonesia,” kata David Hill. sianis di Australia belum kemba-
ram pendidikan, baik tingkat seko- Meski minat studi Indonesia me- li seperti dulu. Menurut David Hill,
lah menengah maupun universitas. nurun, topik kajian justru makin secara nasional jumlah mahasiswa
Namun, saat John Howard ber- beragam, terutama sejak reforma- anjlok 40 persen dalam kurun se-
kuasa, sejak awal 1997, pemerin- si 1998. Menurut Edward Aspinall, puluh tahun terakhir. ”Kalau tren
tah Liberal mulai mengurangi ban- tema kajiannya makin banyak, ini berlanjut, sebelum 2020, pela-
tuan dana untuk belajar bahasa-ba- dari masalah desentralisasi, femi- jaran bahasa Indonesia akan hilang
hasa Asia. Howard lebih konserva- nisme, kemerdekaan pers, hak asa- dari universitas di seluruh Austra-
tif dan tidak nyaman dengan kebi- si manusia, rekonstruksi Aceh, in- lia, kecuali di Negara Bagian Nort-
jakan mendekati tetangga Asia de- vestasi modal asing di daerah-dae- hern Territory dan Victoria,” kata
ngan ”Look North Policy” yang dika- rah, hingga masalah lingkungan David memperingatkan. Dia kha-
wal Partai Buruh. Pengaruh pemo- hidup. ”Di zaman Orde Baru, per- watir terhadap ketiadaan regenera-
tongan dana itu mulai terasa di ka- hatian peneliti terpusat kepada ne- si Indonesianis di Australia. ■
L
EBIH dari empat tahun ini, termediate Indonesian memilih be- Polisi tim
bilik kerja Rochayah Ma- lajar di ruangan itu. Adapun maha- forensik dan
chali menjadi tempat pe- siswa yang terdaftar mengikuti mata Polisi Federal
nampungan buku dan ane- kuliah tersebut hanya lima orang. Australia
ka bentuk bahan kuliah ka- Dengan hanya satu anggota staf, memeriksa
lokasi ledakan
jian Indonesia di University of New jurusan Indonesia di UNSW prak-
bom di Sari Club
South Wales (UNSW), Sydney. Ru- tis tinggal menunggu ditutup. Ba- dan Paddy’s Pub,
angan berukuran sembilan meter yangkan, Rochayah harus sendiri- Jalan Legian,
persegi itu memuat rak dan lemari an mengurus administrasi, meng- Kuta, Bali, 15
buku di kedua sisinya. ”Perpustaka- ajar, memberikan bimbingan tugas Oktober 2002.
an tidak punya tempat untuk semua akhir, dan sebagai peneliti juga di-
ini. Paling mereka simpan di ruang tuntut menghasilkan karya ilmiah. 20 sampai 30 mahasiswa yang bela-
bawah tanah,” kata perempuan yang ”Satu jurusan hanya punya satu do- jar tentang Indonesia, dari tingkat S-
menjabat Kepala Program Indone- sen, menyedihkan,” tuturnya. 1 hingga program doktoral. Tapi se-
sia sekaligus satu-satunya staf peng- Mengenai nasib departemen yang karang hanya 9-10 mahasiswa (lihat
ajar program itu di UNSW. dipimpinnya, Rochayah pun pasrah. wawancara dengan Paul Thomas).
Bahan perkuliahan itu, yang seba- Menurut dia, empat tahun lalu De- Dulu Fakultas Pengkajian Indo-
gian lainnya sudah dibuang karena kan Fakultas Sastra dan Ilmu Sosi- nesia punya tempat sendiri di South
tak tertampung, menjadi kenang- al UNSW berencana menutup De- Wing lantai tiga di Menzies Buil-
an masa keemasan kajian Indonesia partemen Kajian Indonesia, tapi ba- ding di Universitas Monash di kam-
di UNSW pada dekade 1990 hing- tal karena larangan pemerintah fe- pus pusat di Clayton. Di sana terda-
ga tragedi bom Bali 2002. Rocha- deral. Karena universitas tak men- pat ruang kelas yang cukup untuk 40
yah masih ingat betul ketika ia baru dapat izin untuk menutup langsung, orang dan sebuah ruang kantor ber-
bergabung dengan kampus itu, pada Jurusan Indonesia ”ditutup” secara ukuran sekitar 4 x 6 meter. Kini Kaji-
1995, para pengajar yang dimotori perlahan. Setelah David Reeve pen- an Indonesia dilebur ke dalam Pusat
David Reeve—salah satu Indonesia- siun pada 2007, dekanat tidak me- Pengkajian Asia Tenggara yang ber-
nis terkemuka di negeri koala ini, ke- nunjuk atau merekrut pengganti- naung di bawah Monash Asia Insti-
walahan dengan limpahan dana pe- nya. tute, yang menempati kampus Caul-
merintah Federal Australia untuk Seiring dengan sepinya peminat, field, sekitar tujuh kilometer dari
mengembangkan kurikulum kaji- Jurusan Indonesia, yang tadinya ma- kampus Clayton.
an Indonesia. ”Kami sampai mem- jor (program studi mandiri), mu- Mantan dosen Studi Indonesia di
pekerjakan mahasiswa Indonesia di lai 2009 disusutkan menjadi minor, Universitas Monash, Barbara Hat-
sini untuk direkam suaranya sebagai bagian dari kajian Asia. Dampak- ley, menyatakan bahwa sejak 2000-
penutur asli,” ujarnya. nya, Departemen Indonesia hanya an terjadi penurunan minat terha-
Kini, selain menjadi tempat pe- bisa menawarkan mata kuliah baha- dap bahasa dan kajian Indonesia.
nyimpanan material pengajaran— sa dan itu pun sebatas mata kuliah pi- Pada awal 1990-an, di Monash, kegi-
setelah Reeve pensiun—bilik kerja lihan. ”Banyak mata kuliah yang dulu atan seminar, workshop, dan pertun-
Rochayah juga kerap menjadi ruang kami kembangkan kini didrop,” kata jukan teater sering digelar oleh Hat-
kelas. Di ruangannya terdapat meja Rochayah. ley (sekarang profesor emeritus), pa-
dan lima kursi. ”Daripada naik tang- Penurunan minat terhadap kajian kar yang juga mendalami kesenian
ga ke kelas, mahasiswa lebih suka da- Indonesia juga terjadi di Universitas Jawa.
tang ke ruang saya,” katanya. Kamis Monash. Menurut Kepala Kajian In- Waktu itu, Hatley menambahkan,
pertengahan September lalu, misal- donesia di Universitas Monash, Paul suasana di Pusat Kajian Indonesia
nya, dua mahasiswa program sarja- Thomas, sebelum rezim Orde Baru terasa hidup, seolah-olah ada denyut
na yang mengikuti mata kuliah in- tumbang pada 1998, biasanya ada keindonesiaan. Banyak kegiatan seni
C
INTA telah membawa Ni-
cholas Herriman menjadi
ahli kajian Indonesia dari
Australia masa kini. Pria
38 tahun pengajar antro-
pologi di Universitas La Trobe, Mel-
bourne, ini awalnya menyukai dan
jatuh cinta pada pantai di Pelabu-
han Ratu.
Seperti umumnya Aussie boy,
Nick gemar berselancar di atas om- ”Sorcerer”
bak selepas sekolah menengah atas Killings in
18 tahun lalu. Ia pernah enam bulan Banyuwangi: A
tinggal di pantai selatan Sukabumi Re-Examination
itu pada 1994. Berbekal kamus saku of State
Responsibility
bahasa Indonesia, Nick, yang buta
ISTIMEWA
for Violence.
sama sekali akan bahasa ini, mem- Riset untuk
beranikan diri bergaul dengan nela- disertasi di Sydney
yan dan masyarakat di sana. University 2007 Jacqueline Baker di
Setelah itu, hidupnya selalu ber- ini dianugerahi Kampung Melayu,
hubungan dengan apa pun yang penghargaan 2008. Meneliti preman
berbau Indonesia. Meski kuliah di sebagai Best Jakarta.
Perth University Jurusan Filsafat Anthropology
Eropa karena anjuran orang tua- Thesis of the Year Dr Nicholas Herriman
nya, hati dan pikirannya terus ke In- 2008. bersama istri dan
donesia. Dalam sebuah penerbang- anaknya.
an ke Bali, misalnya, Nick menemu-
kan tulisan Benedict R.O’G. Ander-
son di majalah Garuda Indonesia.
Ben, ahli Indonesia dari Cornell
University, Amerika Serikat, menu-
lis dengan sangat memikat perihal
wayang. Di sepanjang perjalanan,
Nick terus memikirkan tulisan itu
DOK. PRIBADI
Di bidang antropologi, karya ter- Michele Ford bidang studi yang diambilnya beda
baru Nick berupa studi pembunuh- jauh: teknik industri.
an dukun santet di Banyuwangi, Karena pergaulan itu, ia sering
Jawa Timur. Selama setahun pada terlibat dalam kegiatan mahasiswa
2000, Nick tinggal di Malang dan dan orang-orang Indonesia di Aus-
Banyuwangi. Ia menumpang di ru- tralia. Selama musim panas 1990,
mah seorang haji yang menjadi se- Michele mengambil kursus baha-
sepuh di sana dan mengetahui ba- sa Indonesia. Kemampuan baha-
nyak isu yang ditelitinya. sa inilah yang mengantar Michele
Pekan-pekan pertama tinggal di mendapat beasiswa dari Austra-
Banyuwangi, Nick kerap sakit. Ia lia National University belajar ten-
terteror oleh cerita pembunuhan sa- tang Indonesia di Universitas Ga-
DOK. PRIBADI
distis terhadap orang yang dituduh djah Mada setelah lulus dari Uni-
sebagai dukun santet pada 1998. Di versity of New South Wales. ”Dulu
Banyuwangi, ada 148 orang mati logat saya medok. Suami sering me-
digorok, digantung, dikeroyok, atau baga Pusat Dialog Australia-Indo- ngoreksi,” katanya.
dibakar hidup-hidup di rumah ma- nesia. Lain Michele, lain Jacqueline Ba-
sing-masing. ”Saya sempat berpikir Peneliti Indonesia asal Austra- ker. Perempuan 33 tahun ini sepa-
tak bisa melanjutkan penelitian,” lia yang mendapat ”bonus” pasang- ruh Dayak separuh Australia. Ibu-
katanya. an hidup selama mengkaji negeri nya orang Sarawak, Malaysia, yang
Riset untuk disertasinya di Syd- ini adalah Michele Ford. Ia sempat menikahi laki-laki Australia di
ney University itu selesai pada kuliah di Universitas Gadjah Mada kampungnya. Suami-istri ini lalu
2007. Nick memberi judul bukunya selama dua tahun. Di Yogyakarta, pindah ke pinggiran Darwin. Jac-
”Sorcerer” Killings in Banyuwangi: Michele bertemu dengan laki-laki qui lahir di sana.
A Re-Examination of State Respon- Riau mahasiswa Jurusan Kimia Ia adalah peneliti antropologi po-
sibility for Violence. Tak dinyana, Universitas Gadjah Mada saat hen- Workers and litik di University of Wollongong,
penelitian itu dianugerahi peng- dak naik bus. Intellectuals: New South Wales, dan baru saja
hargaan sebagai Best Anthropolo- Dengan hanya dua kursi yang ma- NGOs, Trade menyelesaikan disertasi di London
gy Thesis of the Year 2008. sih kosong, keduanya terlibat pem- Unions, and The School of Economic, Inggris, ten-
Kesimpulan penelitiannya ber- bicaraan. Hubungan itu kian serius Indonesian Labor tang relasi polisi dan tentara di In-
Movement (2009).
beda jauh dengan hipotesis yang ia hingga keduanya menikah pada donesia. Penelitiannya berfokus
bangun pada awal riset. Nick da- 1994. ”Datang mencari ilmu, pu- pada dana-dana pertahanan dan
tang ke Banyuwangi dengan asum- lang membawa suami,” kata perem- keamanan sejak struktur anggar-
si pembunuhan dukun santet me- puan 41 tahun ini. Karena itu, Mi- an pendapatan dan belanja nega-
rupakan kekerasan negara dan ma- chele kerap pulang ke rumah sua- ra berubah pascareformasi 1998. Ia
nipulasi elite menyingkirkan mu- minya, Muliawarman, yang kemu- sedang mencari cara menerbitkan-
suh-musuh politik. ”Kesimpulan dian berbisnis komputer, di Riau nya sebagai buku.
saya justru sebaliknya, pembunuh- sekalian meneliti gerakan buruh di Pada 2000, saat kuliah sarjana
an itu gejolak di masyarakat bawah sana. di Australian National University,
saja,” katanya. Buruh adalah isu utama peneliti- ia mengikuti program pertukaran
Konklusi ini membuatnya sering an pengajar studi Indonesia di Syd- mahasiswa ke Universitas Gadjah
sengit ditentang dalam diskusi-dis- ney University ini. Selain di Riau, ia Mada, lalu ke Universitas Muham-
kusi. Soalnya, hampir semua pene- menyigi gerakan-gerakan buruh di madiyah Malang. Di sini ia meneli-
litian orang Indonesia dan media Medan, Aceh, hingga kota-kota be- ti tentang Laskar Jihad, yang secara
massa menyebutkan pembunuh- sar di Jawa. Tujuh buku sudah ia tu- berjemaah ”berjihad” ke Ambon.
an itu merupakan rekayasa yang di- lis dengan tema itu. Juga ratusan Sejak itu, Jacqui tertarik pada In-
buat pejabat dan politikus Indone- karya tulis ilmiah di jurnal-jurnal donesia. Sudah tak terhitung be-
sia. ”Teman-teman Indonesia saya internasional. Michele menjadi edi- rapa kali ia menyambangi Indone-
memang banyak yang tak setuju,” tor di Inside Indonesia. Satu buku- sia dan tinggal lama di sini. Ia per-
katanya. nya terbit pada 2009 berjudul Wor- nah bermukim di perkampungan
Karena sering berhubungan de- kers and Intellectuals: NGOs, Trade kumuh di Jakarta saat meriset pre-
ngan mahasiswa dan orang-orang Unions, and The Indonesian Labor man dan orang miskin kota. Untuk
asal Indonesia, Nick kepincut pada Movement. disertasinya tentang polisi dan ten-
salah satunya. Ia jatuh hati pada Sama seperti Nick, Michele tak tara, ia mengumpulkan data sela-
Monika Winarnita, mahasiswi sengaja meminati obyek kajian ini. ma enam tahun. ”Bagi saya, Indo-
Australian National University asal Sebermula ia kerap bergaul dengan nesia bukan sekadar rumah, tapi
Indonesia. Keduanya menikah dan mahasiswa Indonesia yang sama- sudah menjadi bagian dari hidup,”
kini punya dua putri. Monika juga sama kuliah sarjana di University of katanya.
peneliti di La Trobe. Ia aktif di Lem- New South Wales, Sydney. Padahal ■
B
ENNY Moerdani.
Wajahnya angker.
Itulah sampul de-
pan edisi pertama
majalah triwulan Inside Indo-
nesia saat terbit pada Novem-
ber 1983. Di bagian atas sam-
pul tertera judul artikel utama-
nya: ”Climate of Fear” (”Dalam
Cengkeraman Ketakutan”).
Apa cerita di balik lahir-
nya majalah khusus Indonesia
yang dikenal selalu menampil-
kan isu ”garang” ini? Pada ta-
hun-tahun awal 1980-an, si-
tuasi politik antara Australia
dan Indonesia selalu tegang.
Media Australia tidak senang Inside Indonesia sudah 38 tahun. Sekarang terbit
dengan tewasnya tujuh warta- online.
wan mereka di Balibo, Timor
Leste. Mereka banyak menu- tai Buruh dengan dana besar. Walsh tertawa
runkan berita negatif tentang geli. Ia ingat justru dana diupayakan dari ko-
Indonesia. Sementara itu pe- cek mereka sendiri secara pas-pasan. Para pe-
merintah Australia selalu ber- ngelola mengupayakan pinjaman bahkan de-
usaha menampilkan Indonesia ngan jaminan rumah mereka. Kantornya sela-
dari sisi positif semata. ma bertahun-tahun bercokol di ruang depan rumah Walsh di
Tiga individu, Pat Walsh, John Waddingham, dan Max Lane, Melbourne. Annie, istrinya, seorang guru, merelakan waktu di
berembuk mencari solusi. ”Luar biasa,” Walsh menuturkan ke- luar jam kerjanya mengurus operasi logistik majalah. Para kon-
nangannya kepada Tempo, ”tidak kurang pakar Indonesia di tributor yang sudah diakui profesionalitasnya, dari berbagai
Australia dan Canberra berupaya menjalin hubungan tapi se- profesi, menyumbangkan tulisan mereka gratis.
jauh itu mayoritas masyarakat yang di tengah menjadi sinis dan Berangsur-angsur Inside Indonesia mendapat kepercayaan
hilang minatnya.” dari pembaca lebih luas, melewati batas-batas teritori akade-
Karena itu, Walsh, Waddingham, dan Lane menganggap mia, aktivis, dan peneliti lingkungan semata. Kian banyak edi-
penting memberi informasi lebih seimbang, yang membuka- tor muda yang menyediakan waktunya bekerja untuk majalah
kan pintu bagi pembaca untuk melihat apa yang terjadi seha- ini.
ri-hari di Indonesia. Mereka berkonsultasi dengan pakar, se- Pada pertengahan 1990-an, kantornya pun berpindah ke se-
perti Herb Feith, Siauw Tiong Djin, Barbara Schiller, dan tokoh buah gedung milik Uniting Church, yang menyewakan ruang-
lain dari badan pengembangan sosial, akademia, dan serikat annya dengan murah kepada badan sosial. Setelah 1998, para
buruh. Singkat cerita, diputuskanlah memulai sebuah majalah pengelola sempat saling bertanya, ”Apa langkah selanjutnya?
yang sanggup mengemban tugas itu. Apakah peran Inside Indonesia sudah tidak diperlukan?” Na-
”Kami berusaha agar Inside Indonesia tampil profesional, mun segera nyata bahwa peran ini jauh dari tuntas.
independen, tidak semata penerbitan solidaritas,” tutur Walsh. Kini umur Inside Indonesia sudah 38 tahun. Inside Indone-
Menurut dia, artikel-artikel Inside Indonesia menyoroti di- sia sekarang terbit online. ”Kantor”-nya berpindah-pindah an-
mensi hak asasi manusia dalam berbagai lapangan: nasib pe- tara laptop anggota dewan editorialnya. Para pengelola Inside
kerja, pelaksanaan hukum, praktek lingkungan, peran penulis Indonesia sekarang adalah Indonesianis muda Australia, se-
dan pengarang, isu perempuan, dan lainnya. perti Edward Aspinall, Michelle Ford, Emma Baulch, Siobhan
”Begitu edisi pertama dengan sampul Benny Moerdani bere- Campbell, dan para Indonesianis lebih berpengalaman, seperti
dar, kami sadar banyak pihak yang segera ’menempatkan’ kami Keith Foulcher, Gerry van Klinken, dan Virginia Hooker. Tema
sebagai oposisi pemerintah Indonesia, padahal bukan itu mak- yang mereka tangani tetap hak asasi manusia, korupsi, ling-
sud kami,” kata Walsh. Dia melihat sejak itu edisi-edisi selan- kungan, dan aspek yang berkaitan dengan itu. Pada edisi Okto-
jutnya dianggap cenderung menelanjangi Indonesia, sehingga ber-Desember 2011 ini, misalnya, mereka menurunkan lapor-
banyak orang di Australia tidak mau diasosiasikan dengan In- an utama tentang perubahan lingkungan di desa-desa Indone-
side Indonesia karena khawatir dianggap anti-Indonesia. sia.
Di Indonesia, banyak yang mengira majalah ini dibiayai Par- ■
D
IA pergi begitu saja, akademikus tentang keadaan geopo-
tanpa meninggal- litik Australia. Sebagai kepala depar-
kan wasiat. Kita ke- temen ilmu sosial-politik di Universi-
hilangan, ketika sega- tas Melbourne, Macmahon Ball pun
lanya tentang dirinya mempromosikan politik kawasan.
seakan-akan tak kurang suatu apa: Dan kuliah-kuliahnya tentang Asia
pulang-pergi ke kampus naik sepe- Tenggaralah yang mula-mula mena-
da, sampai akhirnya sebuah kere- rik minat seorang mahasiswa muda,
ta penumpang membenturnya, dan dengan semangat belajar menggebu-
mengakhiri hidup akademikus ini di gebu, untuk menekuni perkembang-
pinggir Kota Melbourne, Australia, an di Indonesia.
15 November 2001. Sang mahasiswa, Herbert Feith
Akhir yang tentu saja tragis, mung- namanya, ternyata tidak hanya mem-
kin lebih tepat lagi ironis. Herbert bukakan pintu untuk pengembang-
Feith, dengan kombinasi keramahan an studi Indonesia, tapi juga berha-
dan kerendahan hatinya, keteguhan- sil menanam bibit persahabatan In-
nya, kesetiaan pada hati nuraninya, donesia dan Australia. Persahabatan
dua karya klasiknya, Political Deve- yang menyebar hingga ke lahan-la- Akrab dan, adalah pegawai tinggi di Ke-
lopments in Indonesia in the Period han akademi, sosial, dan politik. Tan- bersama warga menterian Penerangan. Herb segera
of the Wilopo Cabinet, April 1952- pa sosok Herb Feith, sukar dibayang- Pendoworejo, mulai berkorespondensi dengan Mol-
June 1953 dan The Decline of Consti- kan hubungan Indonesia-Australia Yogyakarta ly. Dengan dukungan orang tua dan
tutional Democracy in Indonesia— akan beringsut lebih jauh dari ling- (1996). sahabat-sahabatnya, Herb meran-
dan masih banyak lagi—praktis ti- karan diplomasi resmi, ataupun ber- cang. Setelah lulus sarjana sosial-po-
dak pernah meninggalkan kita. gerak keluar dari lingkungan akade- litik, Herb akan ke Indonesia untuk
Herbert Feith bagian dari ceri- mi. bekerja di Kementerian Penerangan
ta manis, buah keakraban Austra- Sejak remaja, Herb sudah memi- selama dua tahun, dengan gaji lokal
lia dan Indonesia setelah Perang Du- liki kepekaan sosial-politik yang dan perumahan yang sejajar dengan
nia II. Pada September 1945, Federa- tinggi. Keluarganya tiba di Melbour- pegawai negeri lokal.
si Pekerja Pelabuhan Australia men- ne pada 1939 sebagai pengungsi dari Bersama teman-teman dekat-
dukung aksi para pelaut Indonesia kekejaman Nazi di Wina, Australia, nya, termasuk Betty (yang kemu-
yang memboikot kapal-kapal milik sewaktu Herb baru berusia delapan dian menjadi istrinya), Herb mem-
Belanda yang mempekerjakan me- tahun. Dua tahun meneliti politik bentuk Volunteer Graduate Sche-
reka. Dan ketika sengketa menajam Asia Tenggara, khususnya Indone- me (VGS). Muda-mudi itu sadar, se-
karena Belanda ingin kembali men- sia, pada Maret 1950, Herb membaca telah Belanda pergi dari Indonesia,
duduki Indonesia, Australia bersa- tulisan yang membuatnya terpesona: republik yang baru lahir ini sangat
ma Amerika Serikat dan Belgia turut tulisan wartawan Douglas Wilkie, membutuhkan tenaga kerja terdidik
dalam negosiasi perdamaian 1947 tentang kisah-kisah kunjungannya dan energetik. Karena itu, VGS ber-
antara Belanda dan Indonesia. ke Indonesia. Ia pun meminta Wilkie tujuan membantu mengurus sarja-
Pada periode itu, 1948, tersebutlah bercerita lebih jauh. na dari berbagai bidang di Australia
seorang akademikus, William Mac- Herb mengutarakan keinginannya yang ingin bekerja di Indonesia de-
mahon Ball, yang dikirim pemerin- membantu republik yang baru berdi- ngan gaji dan fasilitas lokal.
tah Australia ke Asia Tenggara, ter- ri ini dengan mengabdikan pengeta- Dengan pekerjaannya di Kemen-
masuk Indonesia, dalam misi per- huan dan keterampilan yang dimili- terian Penerangan dan jaringan kon-
sahabatan—kunjungan yang lantas kinya. Wilkie memberi kontak pen- tak Molly dan suaminya, Herb berke-
meninggalkan kesan sangat dalam ting bagi Herb, yaitu Molly Bondan. nalan dengan tokoh-tokoh yang dika-
dan mempengaruhi pandangan sang Molly dan suaminya, Mohamad Bon- guminya, seperti Sjahrir, Moham-
K
ETIKA Yogyakarta masih lelap, tepat pukul dua diniha- kolah ke Monash University di Melbourne, Victoria, Australia,
ri, Herbert Feith sudah memulai hari dengan membaca. pada 1972, Herb menjadi pembimbing disertasinya. Sejak itu,
Dengan tekun dan teliti, Herbert membuat catatan pada keduanya menjadi sahabat.
kertas kecil. Setelah itu, tidur lagi. Subuh, Herbert bangun lagi Pertama kali tiba di Yogyakarta, Herb berdiam di rumah Ich-
untuk lari pagi di sekitar Bulaksumur, dekat kampus Universi- lasul selama dua bulan. Hal yang selalu Ichlasul ingat adalah
tas Gadjah Mada. tali jam tangan kulit milik Herb yang sudah sangat kumal dan
Itulah yang dicatat Dominggus Elcid Li, pemuda Nusa Teng- banyak tambalan serta bajunya yang tipis-tipis karena terla-
gara Timur, kini mahasiswa doktoral sosiologi University of lu sering dipakai, dicuci, dan disetrika. ”Pembantu saya sampai
Manchester, Inggris, tentang Herbert Feith. Pada 1999, sete- takut mencucinya, takut sobek,” ceritanya sembari tergelak.
lah jajak pendapat Timor Timur, Elcid masih kuliah S-1 di Uni- Rekan Ichlasul, Yahya Muhaimin, juga tak bisa melupakan
versitas Atma Jaya Yogyakarta dan untuk beberapa lama meng- arloji Herb. Dia melihat arloji itu pertama kali sewaktu mereka
inap di rumah Herbert dan istrinya, Betty. Pada saat yang sama bertemu di UGM. Menurut Yahya, tali jam tangan itu telah me-
pula, Herbert dan Betty menampung ngelupas hampir jadi dua bagian. Jamnya
sebuah keluarga Timor Timur proke- sendiri sudah sangat kuno. Yahya meng-
merdekaan. aku ingat, dia sempat berbisik kepada Ich-
”Beta agak ngeri juga. Soalnya, ru- lasul, ”Mal, dosenmu kok melarat banget,
mah yang prointegrasi ada di depan,” ra patut nganggo jam ngono kui, mbok di-
kata Elcid pekan lalu kepada Tempo. tukokke.”
Bagi para sahabatnya, Herb Fe- Yahya, pengajar di Fakultas Ilmu Sosi-
ith adalah orang sederhana yang ber- al dan Ilmu Politik UGM, pernah bertemu
gaul dengan siapa saja. Saat ia ting- dengan Herb pada 1980. Saat itu, Yahya
gal di Yogyakarta, rumah dinasnya di dan Ichlasul ke Australia dan singgah ke
kawasan Bulaksumur menjadi tem- rumah Herb. ”Waktu itu saya betul-betul
pat singgah anak sekolah, mahasis- kaget,” kata Yahya. Sama sekali tak terba-
wa, dosen, peneliti, wartawan, dan yangkan seorang profesor yang begitu ter-
aktivis. Karena Herb selalu menekan- kenal tinggal di apartemen yang kusam,
kan kesederhanaan, ketika ke Jakar- muram, dan sangat sederhana.
ta mengunjungi sahabat-sahabatnya, Di kediamannya itu, Herb bahkan tak
para wartawan senior, diplomat, dan punya rak buku. Jadi, ketika dia menun-
TEMPO/ AGUS BASRI
sesama peneliti, dia dikenal jarang jukkan koleksi bukunya, buku-buku itu
mau menggunakan tisu. Herb selalu diambil dari kardus-kardus yang terge-
siap dengan selampe kumal yang war- letak begitu saja di ruang tamu. Sebelum
nanya sudah memudar yang dia kan- kembali ke Australia pada 1999, dia me-
tongi. Herbert Feith dengan sepedanya di Monash nyumbangkan sebagian bukunya ke bebe-
Di Yogyakarta, Herb identik de- University Melbourne, Australia, 1992. rapa perpustakaan di Yogyakarta.
ngan sepeda ontel tua. Dengan me- Menurut Elcid, sikap Herb itu bukan ka-
ngenakan batik lusuh dan menaruh tas cokelat di jok belakang, rena tak punya cukup uang, melainkan karena mudah jatuh ka-
”Dia mengayuh pedalnya ke mana saja untuk mengajar, meng- sihan. Herb selalu memberikan uang tambahan untuk tukang
hadiri seminar, mengunjungi kenalan, atau berbelanja pisang,” becak dan tukang tambal ban sepeda langganannya.
ujar Elcid. Kesederhanaan pula yang membuat Herb memilih mengen-
Herb tiba di Yogyakarta pada 1986. Dia mengajarkan ilmu darai sepeda ontel ketimbang mobil. Tapi, naik mobil ataupun
politik di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas sepeda, menurut Ichlasul, Herb bukan pengendara yang baik.
Gadjah Mada dan aktif di Pusat Studi Perdamaian UGM. Ada- ”Dia sembrono!” kata Ichlasul. Ichlasul ingat benar, suatu ke-
lah Ichlasul Amal, ketika itu Rektor UGM, yang mengundang- tika mereka keluar bareng naik mobil dengan seorang teman.
nya. ”Saya minta dia mengajar di Indonesia setelah dia pensiun Herb yang menyetir. ”Tiba-tiba dia menoleh ke teman di sam-
dini pada 1984,” kata Ichlasul. Herb memutuskan pensiun dini ping saya, tidak lihat ke depan.”
karena peminat mata kuliah tentang Indonesia di Australia te- Barangkali kesembronoan itu pula yang mengantar Herbert
rus berkurang. Feith pergi pada usia 71 tahun, mendahului para sahabatnya.
Ichlasul mengenal Herb saat mengerjakan skripsinya di Pada 15 November 2001, dalam perjalanan dari Monash Uni-
UGM, berjudul ”Partai Politik dan Politik Luar Negeri Indo- versity pulang ke rumahnya di Glen Iris, dia dan sepeda ontel-
nesia”, pada 1966. Dia banyak menggunakan buku karya Herb nya ditabrak kereta api.
sebagai referensi. Belakangan, ketika Ichlasul melanjutkan se- ■
K
ALAU Anda berkun- ngan tesis ”Pemerolehan Bahasa
jung ke Broome, se- Asing”. Dalam tesisnya itu, ia me-
buah kota kecil di pan- nulis ihwal sejarah bahasa Melayu.
tai utara Australia, Dia menyatakan bahasa Melayu se-
mungkin Anda agak cara resmi menjadi bahasa Indone-
kaget melihat tanda jalan yang di- sia pada Sumpah Pemuda, Oktober
tulis dalam empat bahasa, Cina, Je- 1928. Dan sejak kedatangan bang-
pang, Inggris, dan Indonesia. Mul- sa Eropa pada abad ke-17, baha-
tibahasa yang tercantum di tanda sa Melayu telah menyebar di Aus-
jalan utama mencerminkan multi- tralia. Konon, juru masak Kapten
budaya kota yang sejak awal abad Matthew Flinders (ahli navigasi
ke-19 berkembang menjadi sentra Inggris yang mendarat di Australia
industri mutiara itu. Penduduknya pada 1801) adalah orang Melayu.
multietnis, campuran dari Abori- Thomas, yang kini kandidat PhD
gin, Anglo-Saxon Inggris, imigran di Universitas Monash, tengah me-
Eropa, etnis Cina, Melayu, Jepang, nyelesaikan tesis tentang kajian se-
dan Indonesia. jarah bahasa Melayu-Indonesia di
”Bahasa Melayu sudah berkem- Australia. Judul tesisnya ”Talking
bang pada 1917-an di Australia,” North: The Journey of Australia’s
ujar Paul Thomas, Kepala Prog- first Asian Language”. Penelitian-
ram Studi Indonesia di Universitas nya banyak dilakukan di Australia atau pengurangan dana peme-
Monash, Australia. Sewaktu masih tapi ada bahan dari koran dan arsip rintah Australia?
menjadi mahasiswa, pria kelahiran dari Indonesia. Ya, semua faktor itu bisa mem-
Sydney pada 1957 ini tertarik pada Berikut ini petikan wawancara pengaruhi pilihan mahasiswa, ter-
masalah lingkungan hidup. Tapi, dengan Paul Thomas di kantornya, utama travel warning (setelah
setelah berkeliling dunia, bekerja di W 307, yang terletak di Gedung bom Bali, Marriott, dan bom di
Eropa dan Amerika, serta kemba- Menzies lantai 3, Universitas Mo- Jimbaran) yang dikeluarkan pe-
li ke Australia, ia memutuskan be- nash, kampus Clayton. merintah, yang tidak memboleh-
lajar bahasa Indonesia. Perkenalan kan murid dan mahasiswa meng-
Thomas dengan Indonesia terjadi Betulkah sejak Soeharto leng- unjungi Indonesia. Itu yang men-
tatkala dia berkunjung ke Tropen- ser pada 1998, minat mahasiswa jadi hambatan, dan dana dari pe-
museum di Amsterdam, Belanda. Australia belajar bahasa dan ka- merintah memang berkurang da-
Di museum itu, Thomas melihat jian Indonesia menurun? ripada pemerintah sebelumnya.
pameran besar tentang Indonesia. Betul, saya setuju. Ini sedikit Berapa besar penurunan-
Di sana dia bisa melihat pameran aneh karena waktu Indonesia mu- nya?
seperti desa-desa di Jawa, ada be- lai masuk ke fase yang lebih demo- Sulit dipastikan karena data-
berapa gubuk, ada rumah kecil de- kratis, kami harap minat mahasis- nya tidak seragam. Kalau kita ban-
ngan segala peralatan dapur, seper- wa akan naik tapi ternyata tidak. dingkan Victoria dengan nega-
ti wajan. Jadi pameran itu bukan Pada zaman Soeharto, jumlah sis- ra bagian lain, barangkali Victo-
pameran wayang atau lukisan, tapi wa lebih banyak. Tapi, kalau di Vic- ria cukup stabil, jumlah siswa-
tentang masyarakat biasa di Indo- toria (negara bagian), misalnya di nya tidak turun begitu banyak. Di
nesia. Kunjungan ke museum itu Universitas Monash, Melbourne, Monash cukup stabil kecuali yang
rupanya mengubah minatnya un- dan Deakin, dalam lima tahun ter- mulai pada tingkat satu atau pe-
tuk belajar tentang Indonesia, ka- akhir jumlah siswanya cukup sta- mula. Misalnya, sebelum Orde
rena mulai tertarik dengan budaya bil. Sedangkan di Universitas La Baru kami biasa menerima 20
Indonesia. Trobe menurun. sampai 30 mahasiswa yang mulai
Setelah meraih gelar S-1 di Uni- Ini karena faktor apa? Apa- dari tingkat satu, tapi sekarang ha-
versitas South Australia, ia me- kah karena pergeseran minat ke nya ada 9-10.
lanjutkan program S-2 bidang li- Cina dan India, atau muncul- Cukup besar juga....
nguistik terapan di Universitas nya organisasi Islam militan Ya, cukup besar untuk mereka
Melbourne. Thomas lulus S-2 de- yang tidak populer di Australia, yang belum belajar bahasa Indo-
satu topik yang banyak diteliti. Salah dengan buku biografi Sukarno,
satunya, pagi ini ada mahasiswa yang mungkin Anda bisa menyebut-
menyiapkan tesis tentang perubahan kan dalam sepuluh tahun ter-
pesantren dalam konteks pendidik- akhir ini karya besar yang diter-
an modern. bitkan oleh Indonesianis muda?
Menurut Profesor Barbara Hmm..., karya buku dari penu-
Hatley, zaman keemasan bagi lis yang mempunyai pengaruh cu-
mahasiswa yang melakukan stu- kup kuat itu agak sulit. Buku-buku
di Indonesia terjadi pada 1970- seperti karya John Legge dan Her-
an. Anda setuju? bert Feith memang sulit ditemu-
Saya kira lebih mudah untuk me- kan karena mereka semacam pelo-
milih zaman itu sebagai zaman kee- por dan waktu itu tidak banyak in-
masan karena universitas tidak ter- formasi tentang Indonesia. Jadi, ke-
lalu umum. Sekarang, kalau kita li- tika buku mereka keluar, banyak
hat dari segi mahasiswa, mungkin yang mencarinya. Untuk para pene-
40 persen dari penduduk Australia liti setelah mereka, kita bisa menye-
pernah kuliah. Adapun pada 1960- but penulis buku yang cukup bagus,
an itu kurang dari 20 persen. Jadi seperti Barbara Hatley menerbitkan
pendidikan di universitas jauh lebih buku tentang teater di Indonesia,
umum, dan kalau kita lihat struktur Harry Aveling di bidang sastra Asia
pendidikan di universitas lebih ter- Tenggara, tentang puisi-puisi Indo-
sebar. Dulu para pakar berkumpul nesia, Greg Barton tentang Islam.
TEMPO/ SANG FOTOGRAFER
dalam satu atau dua departemen, Tapi apakah buku itu berpengaruh
sekarang lebih tersebar, ada yang di besar terhadap tokoh-tokoh politik
Monash Asian Institute di kampus di Australia, saya tidak tahu.
Caulfield, di kampus Clayton. Mungkin Anda bisa memberi-
Adapun mengenai aktivitasnya kan saran agar promosi Southe-
sekarang harus dilihat dari segi di- ast Asian Study dan bahasa In-
nesia. Untuk S-1 memang turun.... siplin. Misalnya penelitian pakar di donesia kelihatan lebih seksi?
Jadi, kajian tentang Indone- bidang arkeologi kadang-kadang Ha-ha-ha.... Kita harus meya-
sia tidak seksi lagi? hasilnya tidak dipikirkan. Seper- kinkan mahasiswa bahwa hubung-
Ha-ha-ha.... Ya, boleh disebut ti Universitas Woolongong (di New an antara Australia dan Indonesia
kurang seksi sekarang. Bahasa In- South Wales) penemuan Hobbit itu sudah jelas penting. Jadi, kita
donesia harus bersaing dengan ba- (manusia kerdil purbakala di NTT) harus melihat dari kacamata Aus-
hasa lain. Bagi anak-anak yang di- tidak diperhitungkan, padahal itu tralia, bukan dari kacamata Ame-
besarkan di Australia, kebudaya- penemuan penting di bidang antro- rika atau Eropa, yang tidak begi-
an Indonesia bukan sesuatu yang pologi. tu berminat kepada Indonesia. Un-
menonjol. Mereka sangat terpe- Tapi minat mahasiswa un- tuk bersaing dengan Cina dan Je-
ngaruh oleh kebudayaan Amerika. tuk mempelajari sastra, seni, se- pang, saya kira kita harus mempro-
Mereka tidak mengerti tentang In- jarah, arkeologi Indonesia me- mosikan kebudayaan populer In-
donesia. Ketika kecil, mereka juga nurun dibandingkan dengan bi- donesia.
menonton kartun yang ada tem- dang bisnis? Contohnya, ibu saya pernah be-
bok Cina, dan ada orang India, ada Ya. Jangan lupa bahwa tahun lajar tari perut. Dulu saya kira itu
kaisar Jepang, dan mereka bisa 1960-an dan 1970-an belajar baha- tarian dari negara-negara Arab,
membayangkan tentang negara- sa asing adalah wajib. Masuk uni- padahal itu kebudayaan populer.
negara itu. versitas Melbourne harus bisa ber- Jadi ada kemungkinan kalau dang-
Kalau kita berbicara tentang bahasa asing. Adapun di Universi- dut jadi budaya populer Indonesia.
topik penelitian, apakah ada tas Monash, sebelum diwisuda, ma- Juga standar film Indonesia per-
pergeseran tema tesis yang ditu- hasiswa harus bisa berbahasa asing. lu ditingkatkan. Sebab, kalau In-
lis siswa? Jadi ini agak berbeda. Sekarang ti- donesia bisa berpromosi lewat film
Dari segi penelitian, saya kira pe- dak wajib lagi. Ini karena baha- yang bagus, saya kira orang akan
nelitian yang paling menonjol itu sa Inggris terlalu kuat pengaruh- lebih memikirkan kebudayaannya.
kajian tentang Islam. Sudah ba- nya. Jadi mereka tidak memikirkan Adapun seni rupa Indonesia cukup
nyak dilakukan penelitian tentang penggunaan bahasa asing di luar maju. Kami sudah melihat bebe-
Islam di negara-negara Arab, Ame- pengalaman mereka. rapa, yang dijual lewat Singapura
rika, dan Eropa, tapi tidak begitu Kalau Herbert Feith menerbit- atau negara Asia lainnya. Saya kira
banyak tentang Islam di negara-ne- kan karya besar seperti The De- itu cukup menarik meski kurang
gara Asia Tenggara. Jadi sekarang cline of Constitutional Democra- dipromosikan di Australia.
Islam di Indonesia menjadi salah cy in Indonesia, dan John Legge ■
S
UDAH 66 tahun berlalu sejak mulainya revolusi Indone-
sia dan 40 tahun sesudah saya datang di Indonesia untuk
menulis Revolusi Nasional Indonesia (aslinya 1974 dan
versi Indonesia 1996). Buku itu lebih-kurang mencermin-
kan pergeseran perlahan-lahan di antara pendapat para
akademikus asing pada 1970-an yang sudah kecewa melihat per-
ubahan demokratis terjadi melalui cara ekstremisme: polarisasi
dan kekerasan pada 1960-an. Namun mereka masih terkesan oleh
suksesnya revolusi itu, yang menghasilkan suatu identitas nasio-
nal yang cukup diterima di Indonesia.
Buku baru saya pada 2010, Imperial Alchemy: Nationalism and
Political Identity in Southeast Asia (Alkimia Imperial: Nasional-
isme dan Identitas Politik di Asia Tenggara), kembali ke tema-tema
tersebut dengan cara yang lebih komparatif dan terpisah. Buku
yang ditulis lama sesudah semangat asli revolusi mereda ini mem-
buat dua kesimpulan pokok mengenai nasionalisme Indonesia.
Pertama, ia sama seperti sebagian besar bentuk nasionalisme
yang lain di Asia, yang memiliki perbedaan tajam dengan berba-
gai bentuk nasionalisme di Eropa. Sebab, ia memproklamasikan
unit imperium sebagai wilayah sakral negara baru yang tidak bo-
leh diganggu-gugat, bukan memecah-belah imperium menjadi le-
bih banyak unit yang homogen secara etnis dan bahasa. Bahwa al-
kimia (menjelmakan besi menjadi emas) ini berhasil secara luas di
Asia dijelaskan oleh terbongkarnya nasionalisme menjadi bebera-
pa jenis, sehingga suatu nasionalisme anti-imperial yang kuat se-
cara emosional tapi mestinya tidak bertahan lama dapat ditrans-
formasikan menjadi modal universal modern dari suatu nasional-
isme negara tanpa memberi banyak ruang gerak pada apa yang kekerasan politik yang tinggi, terutama untuk lebih-kurang sete-
saya sebut sebagai jenis nasionalisme etnis yang homogen. ngah juta orang, yang karena kematian mereka pada 1965-1966,
Kesimpulan kedua kembali ke tema lama: jalan revolusioner In- terbukalah dan dimungkinkan suatu pola tunggal yang baru, yang
donesia menuju kemerdekaan merupakan sesuatu yang amat pen- dibebankan secara otoriter.
ting untuk membedakannya dengan sebagian besar tetangganya. Tapi ganjarannya adalah kesatuan Indonesia yang bisa kita lihat
Pada akhir abad ke-20, retorika Sukarno yang romantis tentang hari ini, dengan dua generasi yang dididik dalam sistem yang sa-
melupakan masa lalu dan membangun masa depan yang baru ti- ngat tersentralisasi, sehingga identitas politik Indonesia masa kini
dak diingkari pihak militer, yang mengambil alih kekuasaan di ba- adalah salah satu identitas di Asia yang paling berjalan berdasar-
wah Soeharto, tapi ia dimiliterisasi menjadi legitimasi terhadap kan konsensus, selain berdiri kukuh, sehingga tidak perlu dipak-
dwifungsi militer. sakan lagi. Suksesnya transisi ke demokrasi, walaupun pada awal
Sama seperti kasus dua negara Asia lainnya yang menempuh ja- diiringi bentrokan SARA yang penuh kekerasan, telah menunjuk-
lan revolusioner menuju pengakuan sebagai negara modern, yai- kan betapa besarnya sukses itu, dan 66 tahun kemudian orang-
tu Cina dan Vietnam, identitas nasional Indonesia, sebagaimana orang Indonesia boleh berbangga.
diajarkan di setiap sekolah dan kursus P4 di era Soeharto, dida- Pandangan sekilas pada sejarah nonrevolusioner di India atau
sarkan atas tradisi perjuangan revolusioner yang diciptakan, dan Malaysia, yang beberapa budaya dan daerahismenya memiliki ke-
pada bahasa dan budaya nasional yang baru dan netral. Tidak di- dudukan hukum yang berbeda tapi terus berkembang dan menyu-
dasarkan atas aneka ragam prestasi yang telah tercapai oleh ba- sahkan pemerintah nasionalnya, menegaskan poin ini. Keserba-
nyak budaya yang ada di Indonesia. samaan yang nyaman dalam hal bahasa dan langgam suara yang di-
Harga yang dibayar akibat jalan revolusioner itu sangat tinggi, hasilkan oleh setengah abad pertama di Indonesia yang sering me-
dalam hal merusak ekonomi (terutama pada periode 1945-1970, nyakitkan itu sekarang merupakan aset yang sangat besar, karena
ketika Indonesia ketinggalan jauh di belakang Malaysia dan Thai- seorang Indonesia dapat mengikutsertakan diri dengan dunia de-
land), menggerogoti supremasi hukum, mengesampingkan berba- ngan semangat terbuka yang demokratis, tanpa ada kekhawatiran
gai budaya tulis yang hidup di Nusantara, dan menuntut tingkat akan mengkompromikan identitasnya. Harga tinggi yang telah di-
sudah 66 Tahun
ANTHONY REID*
Angin
Muram
dari
Eropa
M
ATANYA menera- Hein
wang ketika ber- Steinhauer di
nostalgia tentang perpustakaannya
Indonesia. Hein yang dipenuhi
Steinhauer selalu buku-buku
Indonesia.
senang jika diajak mengenang kisah
petualangannya di sekitar Kepulau-
an Alor atau Pulau Letti saat ia me-
neliti bahasa setempat. Ahli bahasa
Austronesia kelahiran Amsterdam
pada 1943 ini menghabiskan ba-
nyak tahun di Indonesia hingga bisa
ikut berpartisipasi menelurkan Ka-
mus Besar Bahasa Indonesia edisi
keempat. Ia pernah bekerja di Pusat
Bahasa di Jakarta dan ikut menja-
di bagian dari tim yang membentuk
Tata Bahasa Baku Bahasa Indone-
sia pada 1988.
Di salah satu ruang di kediaman-
nya yang asri, sebuah perpustaka-
an didedikasikan untuk buku-buku
Indonesia. Steinhauer mengolek-
si hampir semua karya sastra Indo-
nesia, klasik ataupun kontemporer.
Salah satu koleksinya adalah buku
berjudul Tuanku Rao, yang ditulis
Mangaradja Onggang Parlindung-
an. ”Saya suka sekali membaca buku
ini, penuh humor dan cerdas. Dulu
kan buku ini dilarang beredar di In-
donesia,” kata Steinhauer.
Pengetahuannya yang luas ten-
Hein dan Pensiun
tang bahasa dan sastra Indone-
sia serta bahasa etnis lainnya di In-
donesia membawa Hein akhirnya
Dini di Leiden
mengajar di Universitas Amster-
dam Jurusan Indonesia, kemudian JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA DI UNIVERSITAS LEIDEN DITUTUP. JURUSAN INI
di Universitas Leiden Jurusan Ba- PERNAH MENGHASILKAN PENELITI BESAR BELANDA YANG MENGUASAI BERBAGAI BAHASA
hasa dan Sastra serta Universitas
Radboud, Nijmegen, Belanda. Sa-
DAN AKSARA NUSANTARA, DARI JAWA KUNO, ALOR, SAMPAI BUGIS KUNO.
yang, karier mengajarnya di bidang
bahasa Indonesia harus berakhir di
Universitas Amsterdam dan Uni- pergi ke Hindia Belanda menjadi gis dan Melayu, mengatakan selan-
versitas Leiden pada 2005. ”Jurus- penasihat pemerintah untuk baha- jutnya di Belanda tumbuh genera-
an saya sudah tidak punya peminat,” sa Timur dan hukum Islam. Ia ting- si yang mengkaji bahasa, arkeologi,
katanya lirih. gal di Aceh dan mengeluarkan buku dan masyarakat Indonesia, dari G.
Boleh dikatakan selama ini Be- soal Aceh. Pada 1898, ia diangkat W.J. Drewes, J. Pigeaud, De Graff,
landa menjadi salah satu pusat studi menjadi penasihat urusan bumi- Stutterheim, Bernard Kemper,
bahasa Indonesia dan bahasa-baha- putra dan Arab. Pada 1906, ia balik sampai W.F. Wertheim. ”Ada yang
sa etnis di Nusantara. Hal ini lebih ke Belanda dan menjadi guru besar namanya Van der Truk. Dia Aus-
karena hubungan sejarah. Ingatan Leiden hingga 1927. Hurgronje me- tronesianis. Dia menyusun kamus
kita bisa balik ke sosok Snouck Hur- ninggal pada 1936 di usia 79 tahun. besar bibliografi setebal lebih dari
gronje, penasihat pemerintah Be- ”Bisa disebut, Snouck Hurgronje 1.000 halaman,” katanya. Tol ingat
landa pada zaman kolonial. Pada pelopor kajian Indonesia,” kata Ro- pernah menjadi asisten pakar ba-
umur 27 tahun, ia berangkat ke Me- ger Tol, 61 tahun, Direktur Konin- hasa bernama Petrus van Heuven.
kah, bermukim di sana selama dua klijk Instituut voor Taal-, Land- en ”Dia menguasai semua bahasa Su-
tahun, dan menghasilkan dua jilid Volkenkunde (KITLV) Jakarta. Tol, matera, dari bahasa Melayu sampai
buku tentang Mekah. Pada 1889, ia yang merupakan ahli teks-teks Bu- Aceh. Saya jadi asistennya menyu-
G
EDUNG berlantai tiga itu Jakarta) ini.
terlihat tenang. Letaknya Ibu Rini masih ingat ketika ge-
di sudut kompleks Ju- dung KITLV masih di Stationplein,
rusan Sejarah dan Sastra dekat stasiun kereta api yang se-
Universitas Leiden, yang karang menjadi area parkir sepe-
TEMPO/ASMAYANI KUSRINI
politikus setempat Jika membayangkan kemungkin-
maupun pemerintah an terburuk, Fridus setuju dengan
Indonesia.” pendapat untuk bergabung saja de-
ngan Universitas Leiden, meng-
ingat, secara fisik, KITLV memang
Fridus Steijlen sudah di wilayah Leiden. ”Secara
intelektual, bergabung dengan Uni-
”Sejak bergabung dengan KNAW versitas Leiden adalah yang terbaik,
itulah, harus saya akui, program pe- mengingat Leiden selalu dikenal se-
nelitian di KITLV berkembang sa- bagai bulevar arsip Indonesia. Uni-
ngat pesat dan akhirnya bisa mem- versitas ini juga punya jurusan an-
bentuk departemen penelitiannya tropologi, hukum, bahasa, dan seja-
sendiri,” Fridus mengisahkan. Keti- rah, yang masih-masing punya ke-
ka Fridus bergabung, saat itu di tim butuhan terhadap arsip KITLV.”
penelitian KITLV sudah ada Kees Penggabungan ini juga disepakati
van Dijk, peneliti khusus sejarah Is- Henk Schulte Nordholt. Di Belanda,
lam di Indonesia. Lalu peneliti seni- kata Henk Schulte Nordholt, tak ha-
or asal Universitas Amsterdam yang nya KITLV yang terancam. Tropen-
meneliti sejarah kontemporer In- juga Direktur KITLV periode 1991- museum, Amsterdam, yang seakan-
donesia. Fridus bergabung dengan 2000, Peter Boomgard, ahli sejarah akan merupakan rumah bagi kebu-
KITLV tepat ketika lembaga itu ma- lingkungan dan ekonomi Asia Teng- dayaan negeri-negeri tropis, meng-
suk di bawah KNAW pada 2001. gara, khususnya Indonesia. Tim ini alami pemangkasan anggaran ham-
Fridus ingat betul proses negosia- diperkuat David Henley, ahli dalam pir setengahnya. Museum Maluku di
si untuk membujuk KITLV menjadi bidang sejarah lingkungan, demo- Utrecht terancam, sedangkan muse-
salah satu institusi resmi KNAW. grafi, dan ekonomi Indonesia, ser- um khusus dengan koleksi Indonesia
”Sebelumnya, KNAW hanya men- ta ahli sastra dan media Gerard Ter- di Delft sudah pasti ditutup.
jadi perantara penyaluran anggar- morshuizen. KITLV kini berusaha menca-
an dari Kementerian Pendidikan ke Pada 2003, tim peneliti KITLV ri dukungan dari berbagai pihak,
KITLV. Karena itu, KNAW memin- kemudian dilengkapi dengan ma- baik politikus setempat maupun
ta KITLV bergabung saja menjadi suknya ahli Bali, Profesor Henk pemerintah Indonesia, yang tentu-
institusi resmi KNAW. Keuntung- Schulte Nordholt (lihat tulisan ten- nya punya kepentingan besar. Me-
annya, KITLV bisa membentuk tim tang Henk Schulte Nordholt). Dia nurut Atase Pendidikan Keduta-
dan departemen penelitiannya sen- menjadi koordinator untuk semua an RI di Belanda, Ramon Mohan-
diri,” kata Fridus. program yang berhubungan dengan das, KITLV memang sudah datang
Fridus ingat, dalam negosiasi un- Indonesia kontemporer. membicarakan kabar buruk akan
tuk menjadi bagian dari KNAW, Di- Selain memiliki peneliti tetap, nasib institusi itu. ”Mereka memin-
rektur KITLV Gert Oostindie me- KITLV bekerja sama dengan peneli- ta bantuan kami mencarikan jalan
minta KITLV diberi kapasitas pe- ti-peneliti yang bekerja berdasarkan kerja sama yang mungkin, seper-
nelitian yang lebih, khususnya di bi- proyek jangka waktu panjang dan ti dengan universitas-universitas di
dang Indonesia modern. Usul ini di- jangka pendek. ”Semua program pe- Indonesia,” kata Ramon.
sambut baik oleh KNAW, mungkin nelitian yang menyangkut Indone- Untuk ke depannya, kata Ra-
karena situasi politik di Indonesia sia, di KITLV-lah tempat yang ter- mon, jika KITLV tidak bisa diper-
pada 2000, dua tahun setelah Soe- baik untuk mewujudkannya,” kata tahankan, buku-buku dan arsip itu
harto lengser, menjadi isu yang seksi Fridus. mungkin akan kembali ke Indone-
di mata pemerintah dan media-me- Kemungkinan yang paling me- sia. Di masa yang akan datang, me-
dia di Belanda. resahkan Fridus adalah renca- nurut Henk, KITLV juga memper-
Sebelum KITLV bergabung de- na KNAW mengorganisasi ulang timbangkan pembelian buku di In-
ngan KNAW, penelitian waktu itu struktur KITLV dan kemudian donesia cukup dibawa ke kantor
memang hanya menjadi kegiatan akan digabung dengan The Interna- KITLV Jakarta dan kemudian didi-
sampingan anggota KITLV. Misal- tional Institute of Social History, sa- gitalisasi di sana. ”Jadi tak perlu lagi
nya Harry Poeze, yang saat itu su- lah satu institusi bawahan KNAW kami membawa ribuan buku per ta-
dah giat melakukan penelitian ten- yang bertempat di Amsterdam. ”Ke- hun dari Indonesia ke sini. Cukup
tang Tan Malaka. Itu dilakukan mungkinan ini masih menjadi per- didigitalisasi di Jakarta, dan bisa
Poeze di sela-sela pekerjaannya se- timbangan, belum diputuskan. Tapi diakses dari sini.”
bagai kepala bagian media saat itu. kami di KITLV tentu saja akan ber- ■
H
UJAN dan dingin antaranya, bisa jadi buku paling se- Prof Henk mereka yang baru berumur seta-
di luar. Tapi kantor gar, dipajang khusus. Judulnya Af- Schulte hun, Eelke. Waktu itu mereka ting-
Henk Schulte Nor- ter Jihad, karya M. Nadjib Azca. Nordholt gal di Desa Blahkiuh, tak jauh dari
dholt, Kepala De- Ini buku berdasarkan disertasi sang Sangeh.
partemen Penelitian penulis, dengan Henk Schulte Nor- Penelitian doktoralnya mengenai
KITLV, Leiden, terasa hangat. Bu- dholt sebagai pembimbingnya. sejarah politik Bali yang mencakup
kan semata karena penghangat ru- Di dinding belakang meja kerja- rentang waktu tiga abad: dari 1650
angan, tapi juga lantaran situasi nya tergantung sebuah lukisan tra- hingga 1940. Nordholt membahas
ruangan yang terasa ramah, santai, disional Kamasan, Bali. Henk ada- struktur politik kerajaan Bali pra-
spontan. lah ahli antropologi politik Bali. Se- kolonial. Bali prakolonial merupa-
Di satu tepi adalah rak yang pe- bagian hasil penelitiannya tentang kan jaringan di antara kerajaan-ke-
nuh buku, berkas dokumen, gam- Bali sudah dibukukan dan diterje- rajaan kecil, yang terpusat pada se-
bar, bahkan kantong kertas. Satu di mahkan ke bahasa Indonesia, an- orang pemimpin kuat. Kalau sang
S
IANG menjelang di teras be- tang kesenian Keraton Yogyakarta Penelitian tentang Indonesia oleh
lakang rumah Mira Sidhar- oleh Louis-Charles Damais, epigraf para ahli Prancis lebih banyak di-
ta, bilangan Prapanca, Ja- Prancis. Damais juga menulis ten- lakukan melalui lembaga peneliti-
karta. Prof Dr Claudine Sal- tang epigrafi Indonesia (1952) di bu- an. Lembaga itu antara lain Centre
mon, 73 tahun, duduk san- letin de’Ecole Francaise d’extreme- National de la Recherche Scientifi-
tai sambil membaca bukunya, Sastra Orient—Lembaga penelitian Pran- que (semacam LIPI Prancis), Centre
Indonesia Awal: Kontribusi Orang cis untuk Timur Jauh (BEFEO). Asie de Sud Est (CASE, Pusat Stu-
Tionghoa. Peraih Nabil Award ini Penelitian khusus Indonesia ber- di Asia Tenggara), Ecole des Hau-
sedang menginap di rumah sahabat- kembang setelah 1970-an. Perintis- tes Etudes en Sciences Sociales (Se-
nya itu. nya Denys Lombard, sejarawan ber- kolah Pendidikan Tinggi Ilmu-ilmu
Kulit dan wajahnya sudah menge- pengaruh dengan bukunya yang po- Sosial), Ecole Francaise d’Extreme
riput. Senyumnya sumringah me- puler, Le carrefour javanais (Jawa Orient (EFEO, Sekolah Prancis un-
nyambut kedatangan Tempo awal Sebagai Persimpangan Budaya). Dia tuk Timur Jauh), dan Institut Na-
pekan lalu. Penampilannya sangat pula penggagas Archipel, jurnal il- tional des Langues et Civilisations
santai, dengan celana jins biru dipa- miah yang paling populer dan ber- Orientales (Inalco, Institut Nasio-
du blus hitam dan sandal jepit. Ma- pengaruh tentang Indonesia pada nal untuk Bahasa dan Peradaban Ti-
sih cukup gesit dan bersemangat jika 1971. ”Banyak riset yang dibuat para mur).
melihat usianya. Matanya berbinar ahli sejak awal dimuat di sini. Se- Semua lembaga itu berkantor di
saat menceritakan awal mula datang muanya patut dibaca,” ujar Feillard. Paris, hanya EFEO yang memiliki
di Indonesia 45 tahun lalu. Ingatan- Penelitian para ilmuwan Pran- kantor di Jakarta. Di samping itu,
nya masih tajam menceritakan per- cis awalnya dimulai dari sejarah dan ada Indonesianis di sejumlah uni-
jalanan penelitian tentang kebuda- budaya. Latar belakang ilmunya se- versitas di Prancis, seperti di Marse-
yaan dan masyarakat Tionghoa di jarah, arkeologi, linguistik, dan fi- illes, Lyon, Paris, Le Havre, dan La
Indonesia. lologi. Tokohnya antara lain Denys Rochelle.
Dia memang satu di antara pu- Lombard, Christian Pelras, Pierre Empat atau tiga dekade lalu, In-
luhan peneliti Prancis di Indonesia. Labrousse, Claudine Salmon, Mu- donesia masih cukup menarik bagi
Karyanya cukup banyak dan berpe- riel Charras, Marcel Bonneff, Pierre- peneliti Prancis. Tapi kini tarikan
ngaruh bagi khazanah sejarah In- Yves Manguin, Claude Guillot, Da- magnet Indonesia sudah melemah.
donesia. Mulanya dia tak berni- niel Peret, Arlo Griffiths. Juga Henri ”Di bidang saya, geografi budaya,
at meneliti di Indonesia, melainkan Chambert Loir. Penelitian Henri di pada 2000-2003 masih ada lima
di Vietnam. Wajar bila banyak pe- antaranya mengenai sejarah Bima, orang yang meneliti Indonesia. Se-
neliti Prancis yang mengeksplora- Serpihan Sejarah Bima, Kerajaan telahnya nol. Ada satu-dua, tapi tak
si bekas jajahan negaranya di Indo- Bima dalam Sastra dan Sejarah. mendalam,” ujar Muriel Charras,
cina (Kamboja, Vietnam, Laos) atau Tapi tak sedikit pula peneliti- Direktur CASE, menggambarkan
di Afrika Utara (Aljazair, Tunisia, an tentang bidang kontemporer de- drastisnya penurunan minat studi
dan Maroko). Meneliti dengan tuju- ngan topik aktual. Francois Rail- Indonesia.
an Indonesia mungkin belum lazim lon pernah menerbitkan buku me- Data Inalco menunjukkan tren
saat itu. ngenai pers mahasiswa. Penelitian- serupa. Minat mahasiswa sebelum
Ahli Islam Indonesia Prancis, An- nya tentang koran Mahasiswa In- tahun 2000-an masih sekitar 100
dree Feillard, mengatakan tulis- donesia di awal Orde Baru diterbit- orang per tahun. Sekarang tak sam-
an tentang Indonesia dimulai pada kan LP3ES dengan judul Politik dan Matanya pai 20. Francois Raillon menunjuk
1939 oleh Bousquet G.H. lewat Re- Ideologi Mahasiswa Indonesia. Ba- berbinar bahwa faktor berubahnya wajah Is-
cherches sur les deux sectes musulma- nyak yang mengkhususkan diri pada saat men- lam Indonesia, terkait dengan ke-
nes (Waktou Telou’ et Waktou Lima) politik dan Islam di Indonesia. An- ceritakan bangkitan kaum radikal di Indone-
de Lombok. ”Penelitian tentang dua dree Feillard baru saja menerbitkan awal mula sia, sedikit-banyak mempengaruhi
jenis ibadah kaum muslimin Lom- buku berjudul The End of Innocence: minat meneliti.
bok itu ditulis di Revue des Etudes Indonesian Islam and the Tempta-
datang di ”Dulu Islam Indonesia dianggap
Islamiques,” ujar Andree Feilard ke- tions of Radicalism. Koleganya yang Indonesia khas, dengan ciri khusus yang ber-
pada Ging Ginanjar dari Tempo. lain, seperti
Prof. Remy Madinier, memi-
Dr. Claudine 45 tahun beda dengan Islam Timur Tengah,”
Pada 1939, muncul tulisan ten- likiSalmon
disertasi tentang Masyumi. lalu. papar Raillon. ”Tapi sekarang Islam
❖❖❖
Meski peneliti Indonesia makin
berkurang, tiga Indonesianis yang
ditemui Tempo tetap bersemangat
membeberkan pengalamannya. Me-
reka adalah Prof Dr Claudine Sal-
mon, Prof Dr Pierre-Yves Manguin,
dan Prof Dr Arlo Griffiths. Claudine
masih aktif menulis berbagai arti-
kel, Pierre-Yves Manguin, 66 tahun,
masih melakukan penelitian di Su-
matera, dan Arlo Griffiths, 35 tahun,
meneliti arkeologi di Jawa Timur.
Claudine datang di Indonesia
pada 1966-1997. Saat itu dia tengah
menyelesaikan tesis tentang seja-
rah Tiongkok dan pengaruhnya di
Vietnam. Tiba di Indonesia justru
dia menemukan hal yang lebih ber-
harga. Akhirnya dia banting setir
ke Indonesia dan meneliti lebih da-
lam pengaruh Cina di Indonesia.
Dari penelitiannya pulalah diketa-
hui terdapat naskah tulisan tangan,
terjemahan ratusan novel berbahasa
Tionghoa terbitan 1850 atau sebe-
lumnya. ”Padahal tadinya saya tidak
ada rencana (penelitian), ternyata
besar sekali pengaruh Cina di Indo-
nesia,” perempuan lulusan Universi-
tas Sorbonne, Prancis, ini bertutur.
Sepanjang empat dekade ini, dia
aktif menulis berbagai buku, paper
tentang budaya, sastra, dan masya-
rakat Cina Indonesia. Awalnya dia
mempelajari berbagai prasasti dan
barang peninggalan Cina. ”Mesti ke
mana-mana dalam waktu lama, ha-
TEMPO/ JACKY RACHMANSYAH
D
AERAH Trocadero manya Archipel dengan embel-em-
bukanlah kawasan bel ”etudes interdisciplinaires sur le
Paris yang dipenuhi monde insulindien” atau studi inter-
kafe. Hanya ada be- disiplin tentang dunia Nusantara.
berapa tempat mi- Gagasannya muncul dari per-
num dan makan di situ. Tapi tem- cakapan warung kopi di Trocade-
pat ini selalu penuh orang. Letak- ro, Paris, ”Tapi tempat lahir Archi-
nya strategis dan menyediakan pe- pel yang sebenarnya bukanlah Pa-
mandangan indah: inilah titik ter- ris, melainkan Jakarta,” kata La-
baik untuk menatap Menara Eif- brousse.
fel. Di situ pula terletak Palais de Dan itu adalah Restoran Trio di
Chaillot—tempat penandatangan- Jalan Suroso 29, Menteng. Peman-
an Deklarasi Hak Asasi Manusia dangan dari restoran ini jauh ku- Restoran Trio
pada 1948. rang indah dibanding di Trocade- di kawasan
Di sebuah kafe yang menghadap ro. Tapi di situlah digodok Archipel, Menteng,
ke hamparan taman berujung Me- yang kemudian berkembang menja- tempat Pierre
nara Eiffel itu, suatu hari pada akhir di sebuah jurnal ilmiah sangat ber- Labrousse,
1970 bertemu tiga peneliti muda wibawa mengenai Indonesia. Christian
Prancis: Pierre Labrousse, Christi- Berkali-kali trio Lombard-Pel- Pelras, dan
Denys Lombard
an Pelras, dan Denys Lombard. ras-Labrousse bertemu di Trio. ”De-
menggagas
Ketiganya belum terlalu lama nys Lombard terutama yang sangat Archipel .
saling kenal. Namun mereka ce- bersemangat. Menurut dia, cende-
pat menjadi sahabat oleh satu ta- kiawan dibuktikan dari tulisannya, dangkan ayah Lombard adalah ahli
utan: minat pada Indonesia. La- bukan sekadar dari omongannya,” Arab. Jadi, sejak awal, Archipel se-
brousse seorang ahli filologi yang tutur Labrousse. akan-akan sudah menjadi persim-
sedang menyusun kamus Indone- Gagasan itu segera mendapat du- pangan berbagai arus sejarah yang
sia-Prancis, Lombard seorang se- kungan sejumlah ahli Indonesia mempengaruhi Indonesia.”
jarawan, dan Pelras seorang etno- lain, seperti Claude Guillot, Marcel Dicetuskan di sebuah kafe di Tro-
log. Ketiganya lebih dipertautkan Bonneff, Henri Chambert-Loir, dan cadero, Paris, dan digodok di Resto-
lagi oleh pikiran yang sama: Indo- tentu Claudine Salmon, istri Lom- ran Trio, Jakarta, Archipel akhirnya
nesia begitu besar, ”Namun dunia bard. betul-betul lahir di Bandung di se-
Melayu-Nusantara boleh dikata ”Waktu itu kami masih buta ten- buah rumah di Karang Setra, tem-
tak dikenal sama sekali di Prancis. tang dunia penerbitan, tapi kami ne- pat Labrousse tinggal. Kebetulan
Jika berbicara tentang Asia, perha- kat saja. Denys mengkoordinasi ma- saat itu Labrousse bekerja sebagai
tian orang Prancis waktu itu masih teri tulisan, yang berhubungan de- dosen di Universitas Padjadjaran,
terpusat pada Indocina,” kata La- ngan para penulis. Saya mengkoor- Bandung, dan sedang menyusun
brousse, kini 72 tahun. Dalam seja- dinasi proses pencetakan dan admi- kamus Indonesia-Prancis.
rah ilmu pengetahuan Prancis, kata nistrasi,” ujar Labrousse, yang ber- Lombard sebagai pemimpin re-
dia, dunia Nusantara selalu diang- istri Farida Soemargono, penyusun daksi mengurus semua keredaksi-
gap sebagai daerah pinggiran kare- kamus Prancis-Indonesia, yang ke- an dari Jakarta. Di Bandung, La-
na berada di luar kepentingan poli- mudian bergabung dengan Archipel. brousse mengurus teknis penerbit-
tik Prancis. ”Harap diingat,” Labrousse me- an Archipel: me-layout, mengeset
Muncullah gagasan menerbitkan nambahkan, ”Denys Lombard dan naskah, dan membawanya ke per-
sebuah majalah yang mengkhusus- Claudine Salmon waktu itu baru cetakan Tjikapundung di Jalan Asia
kan diri pada dunia Nusantara. Na- tiba dari penelitian di Cina. Se- Afrika—belakangan menjadi PT
wawancara Archipel boleh dikata ”Waktu itu pribadi para pendirinya. ”Kira-kira
membuka pintu pelukis A.D. Pirous setiap orang merogoh 2.000 euro
belum ada
ke Afrika Utara. Kepada Labrousse, kalau nilai sekarang. Dan uang itu
Pirous mengaku, berkat wawancara pihak yang tak pernah dikembalikan, ha-ha-
Archipel, waktu itu ia diundang ke melakukan ha…,” Labrousse tergelak. Namun,
sebuah pameran di Maroko. filmografi ujarnya, investasi pribadi itu pula-
Yang juga selalu dikenang La- lengkap lah yang membuat mereka merasa
brousse adalah penerbitan nomor tentang memegang penuh majalah itu.
kelima pada 1974, yang khusus me- Namun Archipel ternyata berha-
ngupas secara dalam tentang film
film sil dan berkembang menjadi salah
Indonesia lengkap dengan filmogra- Indonesia.” satu jurnal ilmiah paling penting
finya. ”Waktu itu belum ada pihak dan paling berwibawa mengenai In-
yang melakukan filmografi lengkap donesia. Bahkan, belakangan, begi-
tentang film Indonesia,” Labrousse tu banyak peneliti yang tidak berba-
menegaskan. hasa Prancis yang mengirim tulis-
Archipel dibaca para peminat, an. Memang Archipel dari permu-
yang memang merupakan sasar- laan memuat tulisan tiga bahasa:
an mereka. Para peneliti, perpus- Prancis, Inggris, dan Indonesia.
takaan, dan berbagai lembaga il- Menurut Labrousse, keberhasilan
miah berlangganan. Juga sejumlah Archipel terutama karena determi-
kawan pribadi para redaktur, yang nasi luar biasa Lombard, yang me-
berlangganan sebagai bentuk soli- ngelola keredaksian di masa awal,
daritas. Lambat-laun berbagai lem- dengan pandangan tajamnya seba-
baga penelitian ilmiah Prancis terli- gai seorang ahli sejarah terkemu-
bat, sebagai bagian dari penerbitan, ka di dunia ilmu pengetahuan. Se-
dan menyubsidi Archipel. dangkan Labrousse lebih mengu-
Penerbitan jadi lebih terjamin. rus administrasi dan berbagai hal
Namun, ”Kami makin lama makin teknis: mengeset, mencuci film, dan
berada di lingkungan ilmiah murni, menata letak. Juga mengurus kelu-
sehingga Archipel harus disesuai- ar-masuk uang secara disiplin. ”Se-
TEMPO/JACKY RACHMANSYAH
kan sedikit demi sedikit dengan tra- bab, biasanya cendekiawan tahunya
disi penulisan ilmiah yang formal,” hanya ada uang, tapi tak terlalu se-
tutur Labousse setengah mengeluh. ring berpikir bagaimana mengada-
Ini sering membuat Labrousse kannya,” ujar Labrousse terbahak.
merasa kehilangan karena penulis- Sesudah berpindah-pindah di
an Archipel menjadi tak memung- Bandung-Jakarta-Yogyakarta, pe-
Denys Lombard
Karya Nusantara. Ini berlangsung kinkan lagi bergaya esai. nerbitan Archipel sepenuhnya hij-
delapan tahun, mulai edisi pertama Setidaknya ada empat lemba- rah ke Paris pada 1980-an karena
1971 hingga edisi ke-16 pada 1979. ga ilmiah Prancis yang mendukung pengelolanya sebagian besar kem-
Sesudah itu, dari 1979 hingga langsung Archipel: Centre National bali ke Paris. Namun sebetulnya
1983, terbitan dua kali setahun ini de la Recherche Scientifique (CNRS, alamat redaksi sejak awal meng-
dicetak bergantian di Bandung dan semacam LIPI Prancis), Ecole Fran- gunakan alamat Paris, menum-
Yogyakarta. Ini berkaitan dengan caise d’Extreme Orient (Sekolah pang pada kantor Cedrasemi, ke-
kedudukan tiga redakturnya: Henri Prancis untuk Timur Jauh), Ecole lompok peneliti tentang Asia Teng-
Chambert-Loir di Bandung, Claude des Hautes Etudes en Sciences So- gara. Baru pada 1976 Archipel me-
Guillot di Yogyakarta, dan Pierre- ciales (EHESS), dan Institut Na- numpang di kantor EHESS sesudah
Yves Manguin di Jakarta . tional des Langues et Civilisations Lombard diangkat sebagai direktur
Sebetulnya, Labrousse menam- Orientales. di lembaga itu.
bahkan, ”Mula-mula kami meng- Dukungan didapat terutama da- Lombard meninggal pada 1998.
arahkan Archipel sebagai suatu ma- lam hal ahli yang mengirim tulis- Christian Pelras sudah sangat uzur.
jalah yang lebih terbuka. Dalam arti an. Juga, sejak 1986, tenaga pekerja. Cuma tinggal Labrousse dari tiga
berisi juga wawancara dan artikel- Dukungan dana langsung tak terla- pendiri Archipel yang masih aktif
artikel yang lebih pribadi.” Karena lu banyak. CNRS, misalnya, sempat hingga sekarang.
itu, pada nomor-nomor awal, Archi- menyumbang hingga 2.000 euro Kepemimpinan redaksi Archi-
pel memuat wawancara Labrousse per tahun. Sekarang sudah berhen- pel sepeninggal Lombard dialihkan
dengan, antara lain, sastrawan Ajip ti, tinggal tenaga pegawai yang me- kepada Marcel Bonneff. Lalu ber-
Rosidi, pelukis A.D. Pirous, bahkan reka tempatkan di Archipel. turut-turut digantikan oleh Henri
aktris Fifi Young. Sudah tentu, dana awal pener- Chambert-Loir, lalu Claude Guillot,
Dampaknya lumayan. Misalnya bitan Archipel berasal dari kantong lantas Claudine Salmon, kemudian
D
ARI jendela flatnya, Pierre La- menemukan nama pelukisnya. Misalnya ada se-
brousse bisa menikmati peman- buah lukisan yang begitu kuat dan unik saya te-
dangan Paris yang spektakuler: mukan di sebuah pasar loak. Saya memang ha-
Menara Eiffel, Sacre Coeur, dan rus merestorasinya. Biayanya sama dengan har-
Notre Dame. Hampir semua mo- ga lukisannya. Namun ketahuan kemudian, pe-
numen kunci Paris sebagaimana sering kita li- lukisnya adalah pesaing Ruben pada masanya,
hat di film-film romantis. Maklum saja, Labrous- Labrousse tapi ya kurang dikenal.”
se tinggal—bersama istrinya, Farida Soemargo- Labrousse menghabiskan masa pensiunnya
no—di lantai 49 apartemen pencakar langit terakhir di kawa- di Paris dan rumah peristirahatan di Massif Central—pegu-
san Place d’Italie sebelum kawasan kota tua. ”Di kawasan kota nungan di Prancis Tengah.
tua, kawasan bersejarah, tidak boleh ada gedung tinggi,” ujar Setiap tahun dia menjadwalkan kunjungan ke Indonesia.
Labrousse. Sekarang dia sedang dalam tahap akhir penyusunan kamus
”Saya memang membeli pemandangan,” kata Labrousse me- lengkap Indonesia-Prancis terbaru.
ngenai keputusannya pada 1971 membeli flat itu. Dia juga terus memantau penerbitan Archipel kendati tidak
Ruangan-ruangan flat Labrousse penuh dengan buku, benda seintens dulu. Kebetulan kantor Archipel, sekarang di gedung
dan perabotan Indonesia, serta puluhan lukisan. Ecole des Hautes Etudes en Sciences Sociales, hanya 15 menit
Di satu ruangan bisa ada 5-6 lukisan. Labrousse memang berjalan kaki atau tiga halte metro dari rumahnya.
pemburu lukisan, yang kerap mendatangi pasar-pasar loak Dan Labrousse masih kelihatan sangat bugar pada usianya
atau balai-balai lelang. Sebagian besar yang ia buru adalah lu- yang senja. ■
P
ROF Dr Bern Nothofer, ga penelitian atau tangki pemikir- ze Bank, membutuhkan sarjana
70 tahun, ingat peristi- an seperti di GIGA (Hamburg), juga ahli Indonesia, karena Indonesia
wa pada 2005 itu. Stu- Max Planck Institute. ”Di tempat semakin potensial dari segi ekono-
di Indonesia di Univer- kami, selain subsidi dari pemerin- minya.
sitas Frankfurt yang di- tah daerah, kami mencari duit sen-
dirikannya pada 1981 akan ditutup diri dengan cara kerja sama dengan ❖❖❖
oleh universitas. Pasalnya, dia akan beberapa industri, seperti yayasan Universitas Freiburg termasuk
memasuki usia pensiun dan univer- perusahaan otomotif Volkswagen salah satu universitas di Jerman
sitas tidak menemukan pengganti- dan yayasan pabrik baja Thyssen- yang memiliki studi Indonesia yang
nya. Krupp,” kata Nothofer. kuat. Belum lama ini universitas ini
Para mahasiswa panik dan No- Ini membuktikan bahwa stu- menyelenggarakan konferensi ber-
thofer bergerak cepat. Dia dan ma- di Indonesia berkembang. Prof Dr tema evaluasi 10 tahun desentrali-
hasiswa mengumpulkan tanda ta- Arndt Graf, 47 tahun, Ketua Jurus- sasi di Indonesia. Menurut Juergen
ngan, berkampanye di berbagai me- an Studi Asia Tenggara Universitas Rueland, kepala proyek Studi Asia
dia, mengirim petisi, menentang Frankfurt, sependapat. ”Saya kira Tenggara Universitas Freiburg yang
penutupan. Jurusan-jurusan stu- penurunan minat studi Indonesia menggagas acara, setidaknya 160
di Asia Tenggara dan Indonesia di berbeda di setiap negara. Di Leiden, pakar berbagai disiplin datang dari
berbagai universitas lain di Jerman studi Indonesia tidak menarik lagi berbagai penjuru dunia. Sukses-
mendukungnya. Keputusan itu karena pemerintah masih memper- nya konferensi tiga hari (15-17 Juni
akhirnya dibatalkan. Studi Indo- tahankan ‘dekolonisasi’, yakni me- 2011) itu seakan sebagai jawaban
nesia di Universitas Frankfurt tetap lihat Indonesia sebagai bekas nega- langsung terhadap kecemasan akan
ada hingga sekarang. ra jajahan. Akibatnya, peminat me- surutnya minat akademis mengenai
”Penurunan minat studi Indone- nurun.” Mereka Indonesia.
sia tidak terjadi di sini,” kata No- Alumnus Universitas Hamburg mempelajari Pandangan serupa diungkap Vin-
thofer. Pria yang pernah keluar-ma- yang menerbitkan buku tentang ba- bahasa, centius Houben, Kepala Studi Asia
suk 156 desa di Jawa Barat ini me- hasa retorika politik Soeharto, Gus dan Afrika Universitas Humboldt,
sejarah, dan
ngatakan kondisi studi Indonesia Dur, Amien Rais, Akbar Tandjung, Berlin. Menurut profesor asal Be-
di Jerman berbeda dengan Austra- dan Habibie ini melihat di Inggris
peran agama landa ini, setiap tahunnya jumlah
lia, Belanda, dan Inggris. ”Di Aus- lain lagi. Uang kuliah studi Indone- di Indonesia mahasiswa yang masuk studi Asia
tralia terjadi penurunan minat se- sia mahal sekali, 8.000 pound ster- sampai dan Afrika di universitasnya sekitar
jak peristiwa bom Bali. Di Universi- ling setahun. Akibatnya, peminat tingkat 1.200 orang. Dari jumlah itu, seki-
tas Leiden, Belanda, penutupan ju- berkurang. Akan halnya di Austra- tertinggi. tar 200 mengambil Indonesia seba-
rusan karena berkurangnya anggar- lia atau Amerika, berita buruk ten- gai studi utama.
an. Begitu juga yang terjadi di SOAS tang Indonesia—kekerasan dan te- Houben, yang pernah menu-
(School of Oriental and African Stu- rorisme—membuat generasi muda lis buku Kraton and Kumpeni. Su-
dies),” katanya. tak mau lagi memilih studi Indone- rakarta and Yogyakarta 1830-1870
Di Jerman hal itu tidak terjadi. sia sebagai mata kuliah. (Leiden: KITLV Press 1994), men-
Karena anggaran yang terus ter- ”Di Jerman tidak seperti itu. jelaskan penurunan minat studi In-
sedia, universitas yang menawar- Kami tidak terpengaruh berita-be- donesia kemungkinan besar terja-
kan studi Indonesia terus berkem- rita berbahasa Inggris. Kami meli- di pada apa yang disebutnya ”stu-
bang, antara lain Universitas Ber- hat Indonesia dari kacamata yang di Indonesia klasik”, yakni studi fi-
lin, Universitas Hamburg, Univer- berbeda, sehingga pemberitaan ti- lologi—bahasa, sastra, antropolo-
sitas Frankfurt, Universitas Pas- dak bias,” katanya. Menurut Graf, gi. Sedangkan studi bidang yang le-
sau, Universitas Bonn, Universitas di Jurusan Asia Tenggara Univer- bih kontemporer justru meningkat.
Humboldt, Universitas Koeln, Uni- sitas Frankfurt kini yang paling do- ”Paradigma baru studi Indonesia
versitas Freiburg, dan Sekolah Ting- minan adalah studi Indonesia, ber- di Eropa,” katanya. Para mahasis-
gi Konstanz. ikutnya Malaysia, baru kemudi- wa justru sangat tertarik pada per-
Belum lagi sejumlah studi Indone- an Thailand dan Vietnam. Maha- soalan Indonesia sekarang, seper-
sia nonformal di beberapa kota. Plus siswanya datang dari mana-mana, ti polarisasi kaya-miskin, nilai de-
seksi Indonesia di sejumlah lemba- termasuk dari Eropa Timur (Polan- mokrasi di tengah nilai-nilai tradi-
D
ENTUM palu, sua- biru. Tiga dosen ekspatriat terlihat Penh, pada 1992. Di klinik inilah
ra kikir, dan bau le- telaten membimbing pembuatan pembuatan kaki palsu bagi para
lehan timah menye- kaki plastik yang mereka kerjakan. korban ranjau darat dilakukan.
ruak di salah satu ru- Itulah suasana sehari-hari seko- Hingga 1997 mereka menerima
ang bengkel Jakarta lah pembuatan kaki palsu yang di- murid dari berbagai negara, terma-
School of Prosthetics and Orthotics, dirikan pada 2009 oleh sejarawan suk dari Indonesia.
Cilandak Barat, Jakarta Selatan, pe- Peter Carey. Mungkin ini satu-satu- Produk kaki palsu buatan The
kan lalu. Dua belas mahasiswa ting- nya sekolah kaki palsu di Indonesia. Cambodian Trust juga dikirim un-
kat akhir tampak sedang menger- Menarik bagaimana Peter, Indone- tuk penderita cacat di Sri Lanka, Fi-
jakan kaki palsu yang terbuat dari sianis asal Inggris itu, memiliki mi- lipina, dan Indonesia. ”Di Indone-
plastik dan polypropylene. nat mendirikan sekolah pembuatan sia ternyata juga banyak orang bun-
Di ruang berukuran 6 x 8 meter kaki palsu. tung, makanya saya juga mendiri-
itu tampak bahan berserakan: mur, Dalam beberapa tahun terakhir, kan sekolah ini di sini,” kata Peter.
baut, penjepit besi, gipsum, lem, dan ia memang terlibat dalam kerja so-
lainnya. Sebuah papan pengumum- sial. Ia mulanya bergabung di Ya- ❖❖❖
an, papan penugasan, berada di sisi yasan Oxfam untuk mengurus per- Peter Carey, kita ketahui, ada-
belakang ruangan. Sedangkan di damaian di wilayah Kamboja-Thai- lah sejarawan yang tertarik mene-
sisi dinding lain tergantung belas- land. Ia melihat betapa di Kamboja, liti sejarah perang Jawa, teruta-
an baju bengkel berwarna putih dan karena perang saudara pada 1970- ma sejarah perlawanan Diponego-
ro. Dari buah pikirannya telah la- cy: Prince Dipanagara and End of Peter juga dengan senang hati
hir buku The British in Java, 1811- an Old Older in Java 1785-1855. Di- membantu koreografer Sardono W.
1866: A Javanese Account. Juga be- sertasi ini pada bulan-bulan ini di- Kusumo mementaskan Opera Di-
berapa buku yang telah diterjemah- terjemahkan dan diterbitkan da- ponegoro. Ia merasa gembira tatka-
kan ke bahasa Indonesia, Asal-Usul lam bahasa Indonesia. Dari peneli- la syair-syair yang ditulis Dipone-
Perang Jawa, Pemberontakan Se- tiannya diketahui sosok pribadi pa- goro, yang dibahas di disertasinya,
poy, dan Lukisan Raden Saleh. Juga ngeran Tegalrejo ini pemimpin saleh dalam opera itu dinyanyikan Iwan
buku tentang Timor Leste, East Ti- dan ahli strategi. Fals.
mor at The Crossroad: The Forging Ada banyak hal menarik dari Pa- ❖❖❖
of Nation. ngeran Diponegoro yang diungkap Siang itu, di Jakarta School of
Bagaimana dia bisa tertarik mem- dalam bukunya yang tak pernah kita Prosthetics and Orthotics, tiga pasi-
pelajari Diponegoro? Peter ingat, ketahui sebelumnya. Misalnya meng- en cacat kaki tengah menjalani pe-
saat membolak-balik bahan tentang apa Diponegoro suka mengenakan rawatan. Mereka belajar berjalan
Indonesia di perpustakaan Univer- surban dan kostum putih-putih. Apa- dengan kerangka kaki palsu buatan
sitas Oxford, tiba-tiba matanya ter- kah dia seperti Imam Bonjol, yang para siswa.
tumbuk pada sebuah gambar. ”Ada terpengaruh gerakan Wahabi? ”Bu- Sekolah yang didirikan Peter me-
ilustrasi Pangeran Diponegoro ma- kan, Pangeran Diponegoro memakai mang sampai kini masih belum bisa
suk kawasan Meteseh, Semarang. pakaian begitu karena kagum pada berdiri sendiri. Sekolah itu masih
Saya seperti langsung ada kontak. Kesultanan Turki,” kata Peter. menginduk pada Politeknik Kese-
Saya lihat sosok berkuda dengan ju- Buku Peter juga menjelaskan ba- hatan Departemen Kesehatan Ja-
bah ini begitu misterius dan mena- gaimana saat Gunung Merapi mele- karta I. Sekolah ini menempati ge-
rik perhatian,” ujarnya.
Diponegoro begitu memikat Pe-
ter, sampai pria kelahiran 30 Ap-
ril 1948 ini pun pergi ke Indonesia.
Ia naik kapal dagang menuju Jawa.
Sayangnya, rencana ini gagal kare-
na Peter terkena radang usus bun-
tu, yang menyebabkan dia dirawat
di Singapura, dan lalu harus pulang
ke Inggris. Baru pada 1971 dia me- Adegan Opera
napakkan kaki ke Jawa. Diponegoro
Ketika baru tiba di Yogyakarta, di Teater
dia bertemu dengan temannya, yang Salihara,
mengajak pergi melihat pertunjukan Pasar Minggu,
Jakarta
DWIANTO WIBOWO
wayang orang. Kebetulan pertunjuk-
Selatan. Peter
an itu berlangsung di daerah Tegal- Carey sebagai
rejo, bekas rumah Diponegoro. ”Ini konsultan.
tanda yang kedua, pertama melihat
buku. Begitu tiba di Yogyakarta, be-
lum satu jam sudah ada ‘panggilan’. tus, manakala semua orang lari me- dung bekas tempat pelatihan kepe-
Seperti mengkonfirmasi bahwa ilmu nyelamatkan diri, Pangeran Dipone- rawatan. Bangunan dua lantainya
ini harus didalami,” ujar Peter. goro justru tenang di rumahnya dan terdiri atas ruang kelas, perpusta-
Peter lalu tinggal selama dua ta- kemudian mengajak senggama istri- kaan, ruang bengkel, klinik, dan ru-
hun di Yogya, mendalami berbagai nya. ang administratif. Sekolah ini kini
budaya Jawa. Ia menapak tilas kehi- Peter kagum dengan perlawanan mempunyai 60 siswa dan 14 peng-
dupan Diponegoro. ”Panggilan” Di- dan keteguhan hati Diponegoro. Pe- ajar yang sebagian besar ekspatriat
ponegoro masih terjadi tatkala dia ter menganggap lukisan Penangkap- dari Australia dan Amerika.
mengunjungi bekas rumah pange- an Pangeran Diponegoro karya Ra- Sore itu Tempo menyaksikan ba-
ran Tegalrejo itu. Dia mendapatkan den Saleh sesungguhnya bisa menja- gaimana dedikasi Peter Carey me-
buku harian yang ditulis Dipone- di ikon negara yang heroik. Maka dia nolong orang-orang buntung begi-
goro saat di penjara. Buku itu berisi merasa sedih ketika suatu kali meli- tu tinggi. Bersama ibu-ibu penggi-
pandangan sang pangeran tentang hat lukisan asli Penangkapan Pange- at posyandu di Kelurahan Cilandak
sejarah, mistik, kecintaan pada ta- ran Diponegoro yang disimpan di Is- Barat, ia keluar-masuk kampung
rekat, dan lainnya. Ia lalu menerje- tana Bogor kondisinya sangat me- untuk mencari orang-orang yang ca-
mahkan babad Diponegoro itu. ngenaskan. Catnya buram dan bagi- cat kaki. ”Ibu-ibu ini yang akan jadi
Peter kemudian menghasilkan an pinggirnya terlalu banyak dilipat ujung tombak mencari penyandang
disertasi tebal mengenai Pangeran ke belakang pigura. ”Saya kira harus cacat di daerah ini,” ujar pria kelahir-
Diponegoro, The Power of Prophe- segera direstorasi,” kata Peter. an Burma itu. ■
AP PHOTO/ALEXANDER ZEMLIANICHENKO
G
EDUNG bercat putih di Ada yang meneliti sejarah Indonesia,
jantung Moskow itu terli- politik Indonesia, ekonomi Indone-
hat sepi. Hanya ada bebe- sia, hingga bahasa Indonesia,” Dru-
rapa gelintir orang yang gov menjelaskan.
berlalu-lalang.Memasuki Drugov kini tercatat sebagai peng-
musim panas, gedung yang dikenal ajar di jurusan bahasa Indonesia dan
sebagai ВОСТОЧНЫЙ УНИВЕРСИТЕТ Malaysia yang resmi dibuka di uni-
(baca: Vostocni Universitet) itu me- versitas itu pada 1995. Sebagai il-
mang lebih sunyi. Sebagian besar muwan, dia banyak mendalami seja-
mahasiswanya memilih menghabis- rah dan politik Indonesia. Pria yang
kan masa liburan di luar kampus, se- pernah menjadi penerjemah Sukar-
telah hampir enam bulan berjibaku no itu mengakui pada masa sebelum
dengan berbagai urusan akademis. runtuhnya Uni Soviet, kajian soal In-
Vostocni Universitet adalah sa- donesia memang amat menggiurkan
lah satu kampus bersejarah di Ru- bagi para ilmuwan. Sebagai sebuah
sia. Dalam bahasa Inggris, Vostoc- negara, Indonesia terlihat begitu
ni Universitet diterjemahkan seba- seksi dan menarik untuk dilihat dan
gai University of Oriental Studies dikaji. ”Budaya dan sosialnya sangat
alias Universitas Ketimuran. Berada kaya dan luar biasa,” kata Drugov.
di bawah naungan Institut of Orien- Victor Sumsky, seorang Indonesia- ”Tidak ada cukup re-
tal Studies of Russian Academy of nis dari State University of Interna-
Science, Vostocni Universitet me- tional Relations, bahkan mencatat
generasi yang berminat
rupakan kawah candradimuka ber- ada cukup banyak karya sangat pen- menjadi ahli Indonesia
bagai kajian tentang negara-negara ting di Pusat Studi Ketimuran saat yang sepenuh hati Ahli
Timur atau Asia. ”Dari gedung ini- itu. ”Lembaga ilmu ketimuran me- Indonesia baru saat ini
lah karya-karya tentang sosial buda- nemukan puncak aksi kreativitasnya hampir tidak ada.”
ya bangsa Timur pernah lahir,” kata pada pertengahan 1980-an, waktu
Drugov, seorang pengajar di sana. yang paling baik bagi riset dan ba- BLEZNOVA ELIZAVETA ALEKSEYEVNA
Ketika Rusia masih tergabung da- nyak karya penting tentang Indone-
lam Uni Soviet, kampus ini memiliki sia meski saat itu masih zaman ko-
posisi strategis bagi negara adida- munis,” kata Sumski. ”Beberapa kar-
ya pesaing Amerika Serikat saat itu. ya tentang Indonesia pernah dimuat wan yang setia mengkaji Indonesia
Vostocni Universitet menjadi andal- (diterbitkan) dan dibicarakan. Pada adalah Tsiganov, Ludmila Dzume-
an Uni Soviet dalam menyebarkan saat itu juga banyak orang muda yang dzuk, dan Aleeva.
pengaruh kiri, baik secara akademis, mau ikut dan melakukan penelitian Runtuhnya Uni Soviet berdam-
ideologi, maupun politik, di negara- mengenai Indonesia.” pak buruk pada perekonomian ne-
negara Asia, termasuk Indonesia. Namun kondisi itu berubah begitu geri itu. Krisis ekonomi mengakibat-
Di kampus inilah berbagai hal yang Uni Soviet runtuh. Kini kajian me- kan terjadinya krisis di bidang pen-
berkaitan dengan Indonesia dipe- ngenai Indonesia nyaris tak terde- didikan, penelitian, dan ilmu penge-
lajari secara mendalam. Pada 1991, ngar. Jumlah peminatnya pun me- tahuan. Kondisi ini membuat gene-
misalnya, tercatat 15 ilmuwan yang lorot tajam. ”Sekarang hanya tinggal rasi muda Rusia sekarang lebih ber-
menjadikan Indonesia sebagai ob- tersisa empat orang yang masih kon- pikir praktis dan pragmatis. Mereka
yek penelitian mereka. ”Kelima be- sisten mengkaji Indonesia di Univer- lebih memilih jurusan yang menjan-
las ilmuwan tersebut meneliti Indo- sitas Ketimuran,” kata Drugov sam- jikan lapangan pekerjaan. Perubah-
nesia dalam berbagai bidang kajian. bil berkaca-kaca. Selain dia, ilmu- an orientasi pendidikan inilah yang
L
ELAKI itu begitu fasih ber- an dikirim ke Indonesia pada 1962. Prof Drugov tuk menentukan sikap dalam berhu-
silat lidah dalam bahasa In- ”Saya menjadi juru bahasa Indonesia di ruang bungan dengan Indonesia,” katanya.
donesia. Meskipun asli Ru- kepala militer Rusia (saat itu Uni So- kerjanya. Keputusan Uni Soviet untuk mem-
sia, lelaki bernama leng- viet) yang diperbantukan untuk In- bantu Bung Karno dalam pembe-
kap Alexey Drugov itu sela- donesia di Jakarta,” kata Drugov. basan Irian Barat bisa dipahami se-
lu rindu Indonesia. Lahir di Moskow, Setiap kali pejabat Uni Soviet ber- bagai keputusan politik yang berasal
12 April 1937, Drugov adalah satu temu dengan petinggi Indonesia, dari pertimbangan riset para Indo-
dari segelintir Indonesianis asal Ru- dialah yang menjadi penerjemah. nesianis Rusia saat itu.
sia yang setia mendalami Indonesia Tugasnya sebagai penerjemah mem- Perjalanan intelektual para Indo-
sejak 1960. buatnya kerap bergaul dengan se- nesianis dari Rusia terus berlanjut.
Ketertarikannya pada studi Indo- jumlah tokoh penting Indonesia saat Sejumlah nama muncul. Sebut saja
nesia sesungguhnya tanpa disengaja. itu, seperti Presiden Sukarno, Jende- Tsyganov, yang meneliti sejarah pe-
Selepas sekolah menengah atas pada ral A.H. Nasution, Jenderal Ahmad rang kemerdekaan Indonesia. ”Kar-
1954, Drugov melanjutkan studi di Yani, Laksamana R.E. Martadinata, ya para Indonesianis dari Rusia ter-
Moscow Institute of Foreign Rela- dan Marsekal Omar Dhani. sebut sampai sekarang masih ter-
tions yang berada di bawah Depar- Sebelum pecah peristiwa Gerakan simpan di Perpustakaan Lenin,”
temen Luar Negeri Uni Soviet. Stu- 30 September pada 1965, hubung- kata Drugov. Drugov sendiri telah
di jurusan bahasa Indonesia adalah an Rusia dan Indonesia memang menghasilkan karya buku, di anta-
pilihan yang ditentukan kampus- mesra. Terutama dalam kurun wak- ranya Indonesia Setelah Tahun 1965,
nya. Sistem komunisme yang kaku tu 1950 hingga awal 1960-an. Ham- Demokrasi Terpimpin, Sistem Poli-
membuatnya tak bisa memilih ju- pir semua menteri Indonesia pernah tik Indonesia, Budaya Politik di In-
rusan menurut keinginannya sendi- berkunjung ke Rusia. ”Bahkan Jen- donesia.
ri. ”Waktu itu tidak ada alasan untuk deral A.H. Nasution ke Rusia sampai Kajian Indonesia menjadi sepi se-
memilih,” tutur Drugov. lima kali,” kata Victor Sumsky, In- iring dengan memburuknya hu-
Menamatkan kuliah pada 1960, donesianis terkemuka dari Moscow bungan diplomatik Indonesia-Ru-
ketertarikan Drugov pada Indone- sia. Beberapa ilmuwan bahkan ber-
sia kian besar. Drugov sempat men- paling ke kajian Malaysia dan nega-
jadi tentara dengan pangkat letnan ra-negara Asia Tenggara lain. Ironis-
muda dan dikirim ke Vladivostok ”Karya para Indonesianis nya, ketika kini hubungan diploma-
selama satu tahun untuk mendidik dari Rusia tersebut sampai tik membaik, justru dukungan ter-
anggota kapal selam, torpedo, dan sekarang masih tersimpan di hadap dunia akademis secara kese-
roket untuk angkatan laut. Sempat Perpustakaan Lenin.” luruhan pupus.
bertugas di Moskow, Drugov yang Tapi Drugov terus bertahan.
fasih berbahasa Indonesia kemudi- ALEXEY DRUGOV ■
B
HINNEKA Tunggal Ika. Lambang negara Repub-
lik Indonesia ini juga menjadi nama sebuah gedung
tua di Ithaca, Universitas Cornell. Gedung ini adalah
kantor lama dari pusat studi Indonesia tertua di du-
nia di luar Universitas Leiden, Belanda. Seperti dice-
ritakan pendiri Cornell Modern Indonesia Project (CMIP, demiki-
an nama resmi pusat studi Indonesia ini), Prof George McT. Kahin,
pendirian pusat studi ini tidak terlepas dari suasana Perang Di-
ngin.
Dalam otobiografi yang diterbitkan jandanya, Dr Audrey Kahin,
tiga tahun setelah Prof Kahin meninggal pada 2000, Prof Kahin
menceritakan ide untuk CMIP datang dari Ford Foundation de-
ngan syarat memusatkan diri pada studi gerakan komunis di In-
donesia.
Menurut otobiografi berjudul Southeast Asia: A Testament, Prof
Kahin menyarankan studi tentang gerakan sosial politik lain-
nya juga dilakukan, termasuk tentang gerakan Islam. Saran Prof
Kahin diterima Ford Foundation sebagai sponsor dana, dan mu-
lailah program terencana studi Indonesia yang menghasilkan ba-
nyak ”Indonesianis” generasi baru, yang kemudian menyebar ke
semua pusat perguruan tinggi di dunia.
Generasi baru alumnus Bhinneka Tunggal Ika dari CMIP mu-
lai dihasilkan pada awal 1960-an. Di antara mereka ada Prof Selo
Soemardjan, yang mendirikan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Po-
litik UI; Prof Deliar Noer (mantan Rektor UNJ); Herbert Feith,
yang membangun Pusat Studi Asia Tenggara, Universitas Mo- sia. Apalagi Cornell Paper tanpa nama penulis.
nash, Australia, bersama dengan Prof John Legge (juga associa- Untuk menjernihkan situasi, Prof Kahin mendorong penulisnya
te CMIP); juga Prof Daniel Lev (ikut mendirikan Pusat Studi Asia (yakni Ruth McVey dan Ben Anderson) menerbitkan resmi ana-
Tenggara Universitas California, Berkeley, kemudian pindah ke lisis awal Cornell Paper itu sebagai monograf resmi CMIP pada
Universitas Washington, Seattle). 1971. Kata pengantarnya diberikan oleh Prof Kahin sebagai Di-
Lalu Prof John Smail (pendiri Pusat Studi Asia Tenggara Uni- rektur CMIP, dengan catatan bahwa monograf itu cukup layak di-
versitas Wisconsin, Madison); Prof Akira Nakazumi (pendiri Pu- ketahui umum walaupun beliau sendiri tidak sependapat dengan
sat Studi Asia Tenggara Universitas Kyoto, Jepang); Prof Jamie isinya.
Mackie (mula-mula di Universitas Monash, kemudian memperku- Setelah penerbitan resmi Cornell Paper oleh CMIP pada 1971,
at Sekolah Asia Pasifik Australian National University, Canberra); hubungan dengan pemerintah Indonesia menjadi lebih cair. Baik
Prof Josef Silverstein (pendiri Institut Studi Asia Tenggara—IS- Ruth McVey maupun Ben Anderson mengalami kesulitan untuk
EAS Singapura), dan banyak lagi lainnya yang menyebar di Ameri- masuk Indonesia sehingga baru bebas ke Indonesia setelah refor-
ka. Menyusul ilmuwan lainnya seperti Ruth McVey, Benedict An- masi 1998. Tapi Prof Kahin, yang banyak jasanya dalam masa Re-
derson, Taufik Abdullah, Melly Tan, Tapiomas Ihromi, Umar Ka- volusi Kemerdekaan dan peran sejarahnya membentuk CMIP ser-
yam, Anton Moeliono, Robert Pringle, Barbara Harvey, dan Su- ta memajukan studi Indonesia, memperoleh Bintang Republik In-
laiman Sumardi—untuk menyebut beberapa alumnusnya. donesia. Penulis menemani Prof Kahin (beliau adalah promotor
Setelah 1966, jumlah mahasiswa yang terkait dengan CMIP ba- disertasi penulis) menerima bintang itu dari Menteri Luar Nege-
nyak berkurang, terutama dari Indonesia dan khususnya ilmu po- ri Ali Alatas di Gedung Pancasila, Departemen Luar Negeri, Ja-
litik. Sebab utama adalah terbitnya apa yang disebut Cornell Pa- karta.
per, yang merupakan analisis awal Peristiwa G-30-S. Menurut Selain oleh Cornell, studi awal pada 1950-an dilakukan oleh ke-
analisis Cornell Paper, usaha kudeta gagal itu adalah ”masalah in- lompok Universitas Harvard dan Massachusetts Institute of Tech-
ternal Angkatan Darat” dan sama sekali tidak menyinggung pe- nology (MIT) dari Boston dan sekitarnya. Di antara peneliti yang
ran Partai Komunis Indonesia (PKI). Hal ini menimbulkan rasa kemudian paling dikenal adalah antropolog Clifford Geertz, de-
antipati dari elite ABRI yang mendominasi politik Indonesia awal ngan buku klasiknya The Religion of Java. Sementara Prof Kahin
Orde Baru dan juga kelompok-kelompok antikomunis di Indone- menekankan studi sejarah politik dan lembaga-lembaga politik,
dan Gerry van Klinken, yang banyak menulis tentang politik lokal
kontemporer di Indonesia. Hasil karya Indonesianis Belanda se-
Prof Geertz memulai studi kultural yang menandai pendekatan makin banyak beredar dan memakai bahasa Inggris dan Indone-
utama studi Indonesia di Amerika. Seperti Prof Kahin, Prof Ge- sia sehingga jauh lebih efektif dibanding para Indolog dulu.
ertz kemudian mendapat Bintang RI dari pemerintah Indonesia. Periode 20 tahun terakhir menunjukkan diversifikasi studi In-
Sebagai salah satu Pusat Studi Asia Tenggara tertua di Ame- donesia dari ”American-centered”. Bahkan, dalam dua dekade ter-
rika, di samping Cornell, Universitas Yale dengan tokohnya Prof akhir, ada Pusat Studi Asia Tenggara (ISEAS) di Singapura de-
Karl Pelzer menghasilkan pula ”Indonesianis” ternama, misalnya ngan publikasi yang teratur tentang Indonesia. Yang terkenal ada-
Prof William Liddle, Prof Don Emerson, dan Dr Ong Hok Ham. lah Dr Bilveer Singh, yang menulis tentang ABRI. Di Amerika sen-
Prof Liddle, yang kemudian menetap di Ohio State University di diri juga terjadi perluasan penyebaran dan tidak lagi ”Cornell-sen-
Columbus, telah menghasilkan ”Indonesianis” generasi kedua dan tris”. Hal ini seiring dengan berakhirnya Perang Vietnam pada
ketiga dari Indonesia, seperti Mochtar Mas’ud, Makarim Wibiso- 1975, sehingga pusat-pusat studi Asia Tenggara mulai kekurang-
no, Affan Gaffar, Rizal Mallarangeng, Salim Said, dan Saiful Mu- an dana eksternal. Semakin banyak universitas di Amerika yang
jani, sebagai contoh. Semuanya dalam disiplin ilmu politik, karena menghasilkan Indonesianis dengan mutu yang baik walaupun bu-
Pusat Studi Asia Tenggara yang multidisiplin ada di Athens, juga kan lokasi Pusat Studi Asia Tenggara, seperti dilakukan Prof Lid-
di Negara Bagian Ohio. dle di Ohio State University.
Pusat Studi Asia Tenggara pada 1970-an juga ada di Universitas Demikian pula pendekatan teoretis studi Indonesia makin bera-
Northern Illinois, De Kalb. Di sana ada Indonesianis terkenal Prof gam. Pendekatan institusional dari Kahin dan kultural simbo-
Dwight King, yang dalam ilmu politik dikenal dengan teorinya lik dari Geertz sudah diperkuat pendekatan politik ekonomi dan
tentang ”korporatisme negara” di masa Orde Baru, yang diban- analisis kelas, terutama oleh Indonesianis dari Australia. Mung-
dingkannya dengan Amerika Latin. Banyak mahasiswa Indone- kin karena tidak mau terikat dengan pendekatan kultural ini, Prof
sia belajar di situ; yang terkenal adalah Andi Mallarangeng (Men- Arief Budiman menulis tesis dalam analisis strukturalis-Marxi-
teri Pemuda dan Olahraga sekarang). Studi oleh Dwight King me- an tentang pemerintahan Presiden Allende di Cile di Universitas
mang tidak terlalu memakai pendekatan kultural seperti pende- Harvard dan kemudian merasa at home sebagai profesor di Uni-
katan umum Indonesianis di Amerika, tapi juga tidak memakai versitas Melbourne, Australia.
analisis kelas seperti yang kemudian banyak dilakukan Indonesia-
nis dari Australia. * ALUMNUS UNIVERSITAS CORNELL
K
EGIATAN Colombo
Plan pada 1962 menja-
di awal Profesor Yang
Seung-yoon mengenal
bahasa Indonesia dan
Malaysia. Dia ingat saat itu tidak
dapat menemukan literatur yang
bisa menggambarkan Indonesia
dengan baik. ”Kami belajar seperti
orang berjalan mengikuti sinar ke-
cil di kegelapan malam,” ujar guru
besar studi Malaysia-Indonesia di
Hankuk University of Foreign Stu-
dies (HUFS) itu.
Dua tahun kemudian, pada 1964,
untuk pertama kalinya, HUFS,
yang berada di wilayah Dongda-
emun, Seoul, membuka Jurusan
Khusus Budaya dan Sastra Indo-
nesia. Lantaran keterbatasan sum-
ber daya dan literatur, para sukarel-
awan Colombo Plan turun tangan
mengajar mahasiswa.
Sistem dan materi pengajaran-
nya sangat sederhana. Kebanyakan
menggunakan buku yang diadop-
si dari kamus militer milik Amerika
Serikat. ”Pada masa awal, buku pe-
DOKUMENTASI HUFS
Berawal dari
Setahun berikutnya, HUFS mele-
bur Jurusan Bahasa Indonesia dan
Malaysia dalam satu payung di ba-
Kamus Militer
wah Fakultas Bahasa-bahasa Ti-
mur. Melalui jurusan ini, para ma-
hasiswa mempelajari berbagai hal
tentang negara-negara Asia Teng-
gara, baik dari segi bahasa maupun KAJIAN INDONESIA BERKEMBANG PESAT DI KOREA. DIDORONG KESADARAN AKAN
agama, antropologi, politik, dan PENTINGNYA PASAR DAN SUMBER DAYA ALAM INDONESIA.
manajemen.
Pada awal dibuka, Studi Indone-
sia-Malaysia kurang diminati ka- ingin menjadi diplomat di Indone- Kampus Hankuk nerima budaya negara lain berarti
rena mahasiswa Korea berkiblat ke sia,” dia menambahkan. University of memiliki kesamaan pandangan hi-
Amerika, Jepang, dan Eropa. Na- Jumlah mahasiswa Korea dari ta- Foreign Studies. dup,” ujarnya. Profesor Yang Seung-
mun, kini, Jurusan Cina dan Asia hun pertama hingga tahun terakhir yoon menyatakan para mahasiswa
Tenggara, khususnya Indonesia, te- yang mengambil Jurusan Studi In- ini dengan sendirinya menjadi In-
lah menggeser posisi jurusan tiga donesia-Malaysia, menurut Profe- donesianis.
negara itu. Hingga 2011, HUFS ber- sor Koh, mencapai 300 orang. Se- Menurut Profesor Yang, banyak
hasil meluluskan 3.000 sarjana Stu- puluh persen dari mahasiswa itu faktor yang mempengaruhi per-
di Indonesia-Malaysia. tinggal di Indonesia untuk bekerja spektif mahasiswa Korea mempe-
”Mereka kini kebanyakan bekerja atau melakukan bisnis. lajari Studi Indonesia-Malaysia.
dan memiliki perspektif positif ten- Dengan menganggap Indonesia Salah satunya kesadaran mahasis-
tang Indonesia,” ujar Profesor Koh sebagai negara yang penting, seca- wa Korea akan pentingnya pasar
Young-hoon, pengajar budaya dan ra otomatis para mahasiswa akan dan sumber daya alam di Indone-
sastra Indonesia di HUFS. ”Mereka mempelajari segala hal tentang In- sia. ”Korea tidak memiliki sumber
yang mengambil studi ini memang donesia. ”Seseorang yang bisa me- alam, mau produksi barang jualnya
ke mana?” kata Profesor Yang. ”Be- yang disebut Korean Associations Mereka juga mengunduh bebe-
lum lagi dari aspek tenaga kerja. Ti- of Southeast Asian Studies dan Ko- rapa situs Indonesia, khususnya
dak ada tenaga kerja di Korea yang rean Institute of Southeast Asian dari Kedutaan Besar Korea, seperti
mau dibayar dengan nilai kurang Studies. ”Mereka mengadakan se- http://idn.mofat.go.kr dan situs Pu-
memadai,” dia menambahkan. minar bersama seminggu sekali,” sat Kebudayaan Korea di Indonesia,
Perkembangan ini membuahkan ujar Kim Ho-il, diplomat yang be- http://id.korean-culture.org. Bebe-
perjanjian berupa pertukaran studi kerja di Kedutaan Besar Korea un- rapa buku tentang Indonesia, sa-
dengan beberapa universitas di In- tuk Indonesia. lah satunya Exile karya Pramoedya
donesia. Nota kesepahaman dengan Profesor Yang Pada awal terbentuknya, pada Ananta Toer, menjadi bacaan wajib
Fakultas Ilmu Budaya Universi- Seung-yoon, 1980, lembaga ini merupakan ke- para mahasiswa itu.
tas Indonesia ditandatangani pada Universitas lompok studi mahasiswa yang Disertasi Profesor Koh Young-
1975. Kemudian dengan Universi- Hankuk. membahas berita-berita terbaru hoon, dosen pengajar dari Jurus-
tas Gadjah Mada pada 1996, dengan dari beberapa media di Indonesia an Budaya dan Sastra Indonesia di
Universitas Udayana dan Univer- ataupun media Korea yang memba- HUFS, khusus membahas menge-
sitas Hasanuddin pada 2007, serta has tentang Indonesia. nai buku itu, yang digemari maha-
Universitas Andalas pada 2008. Peneliti Korea untuk politik In- siswa Korea, tapi tidak dijual secara
Kajian tentang Indonesia juga mu- donesia, Suh Ji-won, menyebut dua bebas. ”Kami bahkan tidak memi-
lai tersebar di dua universitas lain- media Korea yang memberi gam- liki terjemahan buku itu,” kata Suh
nya, yaitu Pusan University of Fo- baran lengkap tentang keadaan di Ji-won.
reign Language di Uamdong, Nam- Asia Tenggara khususnya Indone- Tidak semua mahasiswa Ko-
gu, Busan, dan Seoul National Uni- sia, yaitu Hankyoreh 21 dan Asia rea mengkaji Indonesia karena me-
versity di Seoul. Mereka mengamal- Network. Dua media ini memuat se- miliki minat besar terhadap aspek
kan sistem pendidikan 7 + 1 atau tu- buah pojok artikel tentang berita- budaya, sosial, politik, dan ekono-
juh semester belajar di Korea dan Pusat studi berita hasil berbagi dengan jurnalis mi Indonesia. Beberapa mahasis-
satu semester belajar di Indonesia. Asia Tenggara dari berbagai negara di Asia Teng- wa memilih studi tentang Indonesia
Kendati studi tentang Indone- di Pusan gara. ”Salah satu jurnalis Indone- untuk alasan lain. Sebut saja Kim
sia sudah berkembang cukup pesat, University sia yang suka menulis di sini adalah Ho-il yang jatuh cinta pada kein-
sarana dan prasarana yang mendu- of Foreign Ahmad Taufik dari majalah Tem- dahan alam Indonesia. ”Senja di Ja-
Language.
kung para mahasiswa Korea belum po,” ujar Suh Ji-won. karta dan pemandangan indah di
sepenuhnya tersedia. Menurut sa- Bali memanggil saya datang ke In-
lah satu peneliti politik Indonesia di donesia,” ujarnya.
Korea, Jeon Je-seong, sumber yang Indonesia dan Korea menjalin hu-
digunakan mahasiswa saat ini le- bungan diplomatik sejak 1973. Pada
bih banyak dari Internet daripada 2006, kedua negara sepakat me-
buku. ningkatkan hubungan dengan men-
Mahasiswa Korea juga mencari jalin kemitraan strategis. Ruang
sendiri informasi di lapangan, saat lingkup kerja sama bilateral ini di-
melakukan studi di Indonesia. Sam- perluas dalam berbagai bidang. Da-
pai saat ini, belum ada Pusat Kebu- lam hal demokrasi dan pasar ekono-
dayaan Indonesia di Korea. Begi- mi, kedua negara bekerja sama da-
tu pula dengan perpustakaan. Ja- lam forum G-20.
rang pula lembaga yang menyedia- Hingga saat ini, Indonesia adalah
kan buku-buku khusus berbahasa mitra dagang terbesar ke-10 bagi
Korea yang membahas tentang In- Korea. Jumlah perdagangan kedua
donesia. negara pada 2010 mencapai US$
Kebanyakan mahasiswa strata 22,9 miliar. Investasi Korea di In-
dua dan peneliti tentang Indonesia donesia terfokus pada beberapa in-
memilih datang langsung di Indo- dustri, seperti baja dan logistik.
nesia setiap tahunnya. Mereka me- Pertukaran sumber daya manu-
lakukan wawancara sendiri, mem- sia akan menjadi landasan hubung-
beli buku sendiri, dan mencari in- an di antara kedua negara pada
formasi dari teman-teman mereka. masa depan. Tahun lalu, lalu lintas
”Kadang-kadang ikut kuliah atau sumber daya manusia kedua negara
konferensi,” ujar Jeon Je-seong, sa- mencapai 400 ribu orang. Jumlah
lah satu mahasiswa. warga Korea di Indonesia mencapai
Untuk menunjukkan eksistensi 36 ribu orang. Dengan angka sebe-
peminat studi Asia Tenggara, khu- sar itu, warga Korea menjadi komu-
ISTIMEWA
D
IA menyukai buku- 1949. Awalnya bernama Jurusan
buku karya Pramo- Bahasa Melayu¸ tapi setahun kemu-
edya Ananta Toer dian namanya berganti menjadi Ju-
dan Sutan Takdir rusan Bahasa Indonesia. Di kampus
Alisjahbana. Liang ini pula Minhe pertama kali bela-
Minhe bukan penggemar sastra jar bahasa Indonesia. Dia mahasis-
biasa. Prof Minhe, begitu dia disa- wa angkatan 1970. Minhe mengaku
pa mahasiswanya, adalah guru be- sejak remaja bercita-cita mengun-
sar di Jurusan Bahasa dan Sejarah jungi Indonesia. ”Saya sempat me-
Indonesia Universitas Peking, Cina. nyaksikan film yang memperlihat-
Muridnya tersebar di berbagai ting- kan indahnya alam Indonesia. Saya
kat, dari program sarjana hingga jadi ingin ke sana,” kata lelaki yang
doktoral. pernah ke Bali pada 1974 itu.
Saat ini Minhe sibuk menyusun Tak cuma mendalami bahasa,
buku pengajaran bahasa Indonesia. Minhe mempelajari budaya dan se-
”Sekarang sudah tersusun 300 ribu jarah Indonesia sejak zaman prase-
huruf,” katanya kepada Tempo, yang jarah. Minhe masih ingat, saat itu,
menghubunginya melalui sambung- mahasiswa seangkatannya di ju-
an telepon internasional, dua pekan rusan yang sama ada 24 orang. Se-
lalu. Minhe berencana menerbitkan lain di Universitas Peking, ada pu-
buku itu sebagai persiapan menje- luhan mahasiswa yang belajar di
lang pensiun. Usia lelaki itu kini 59 Universitas Guangzhou dan Aka-
tahun. Empat tahun lagi, pengge- demi Bahasa Asing Beijing. ”Sejak Universitas Liji juga aktif dalam kegiatan pertu-
mar olahraga silat dan badminton dulu, mahasiswa yang berminat be- Peking. Berawal karan budaya antara Cina dan Indo-
ini bakal pensiun mengajar di alma- lajar Indonesia memang cukup ba- dari bahasa nesia.
maternya. nyak,” dia menambahkan. Melayu. Menguasai dua bahasa dan me-
Meningkatnya minat mahasiswa Salah satu orang yang berja- ngenal dua budaya menjadi keung-
Negeri Tirai Bambu mendalami ba- sa mengembangkan studi Indone- gulan khusus Profesor Liji dalam
hasa Indonesia membuat Minhe tak sia di Cina adalah Profesor Liang karier akademisnya. Melalui kegi-
punya banyak waktu luang. Selain Liji, ilmuwan kelahiran Bandung. atan akademis, dia berupaya men-
memiliki jurusan sejarah dan ba- Saat berumur 23 tahun, Liji kem- dorong pertukaran budaya Cina-In-
hasa Indonesia, sejak 1980, univer- bali ke Cina bersama teman-teman donesia. Pada 1970-an, Liji menja-
sitas yang dikenal dengan sebutan sekolahnya sebagai bagian dari ge- di penanggung jawab Jurusan Ba-
Beida itu membuka program kur- lombang pertama pelajar keturun- hasa Indonesia Universitas Peking.
sus satu tahun belajar bahasa In- an Cina di Indonesia yang kembali Kendati hubungan Jakarta-Peking
donesia. ”Rata-rata untuk keper- ke tanah leluhur setelah berdirinya waktu itu beku, ia giat membentuk
luan pariwisata, baik menjadi pe- Republik Rakyat Cina. tim penyusun kamus, dan meng-
mandu wisata untuk turis Indone- Liji sempat belajar di jurusan ki- habiskan sepuluh tahun untuk me-
sia yang datang ke Cina maupun un- mia. Ketika Cina dan Indonesia mu- nyusun sebuah kamus besar yang
tuk wisatawan Cina yang akan pergi lai membuka hubungan diploma- diterbitkan di Cina pada 1989.
ke Indonesia,” ujar Minhe. Saat ini tik pada 1951, dia dipindahkan ke Menurut A. Dahana, ahli kesusas-
ada 20 mahasiswa yang mengikuti Jurusan Bahasa Indonesia Fakul- traan Cina dari Universitas Indone-
program itu. tas Bahasa-bahasa Timur Universi- sia, minat mahasiswa Cina mempe-
Universitas Peking tergolong tas Peking. Setelah lulus pada 1954, lajari Indonesia tak pernah surut,
kampus tertua yang memiliki ju- dia mengajar bahasa Indonesia di malah kian menguat. Dan keba-
rusan bahasa Indonesia, yaitu sejak almamaternya itu sampai pensiun. nyakan yang mengembangkan stu-
kan sejarah, sosiologi, dan kebuda- nat studi tentang Indonesia terus
yaan serta memasukkan kuliah ten- meningkat. Selain di Universitas
tang Cina modern dan linguistik ke Peking, dosen dan mahasiswa pe-
dalam kurikulum yang sebelumnya minat studi bahasa dan budaya In-
lebih menekankan filsafat dan seja- donesia tersebar di sejumlah uni-
rah kuno. versitas yang memiliki jurusan ba-
Dahana sendiri masuk ke Jurusan hasa dan sejarah Indonesia, seper-
Bahasa dan Sastra Tionghoa Uni- ti Universitas Bahasa-bahasa Asing
versitas Indonesia pada 1960. Se- Beijing, Universitas Bahasa-baha-
masa dia kuliah, banyak sekali ma- sa Asing Shanghai, Universitas Ba-
hasiswa asal Cina yang belajar di hasa-bahasa Asing dan Perdagang-
kampusnya. Setiap tahun, sedikit- an Guangzhou, Universitas Nasio-
nya empat mahasiswa Cina meng- nal Guangxi, Universitas Nasional
ikuti program pertukaran pelajar Yunnan, dan Akademi Bahasa-ba-
itu. ”Kebanyakan dari mereka bela- hasa Asing Luoyang.
jar sastra Indonesia,” ujar mantan Tiap dua atau tiga bulan sekali,
Dekan Fakultas Ilmu Pengetahuan para ilmuwan pemerhati Indonesia
Budaya Universitas Indonesia itu. itu berkumpul dalam acara seminar
Salah satu mahasiswa asal Beijing yang digelar pemerintah atau lem-
yang dikirim ke Universitas Indone- baga-lembaga kajian luar negeri.
sia waktu itu adalah Kong Yuanzhi, ”Kami mempresentasikan perkem-
yang kemudian dikenal sebagai ahli bangan hubungan kedua negara
Indonesia di Universitas Peking. atau semacamnya. Mereka meng-
Kemajuan studi Cina di Indone- undang ilmuwan dari berbagai dae-
sia terhenti setelah meletusnya pe- rah di Cina,” ujar Minhe. Jumat dua
ristiwa Gerakan 30 September. pekan lalu, misalnya, dia bertemu
Apalagi setelah pemerintah Orde dengan 16 dosen dari Akademi Ba-
Baru (1966-1998) melarang sega- hasa-bahasa Asing Luoyang untuk
la sesuatu yang berbau Cina. Bah- bertukar pengalaman dan hasil pe-
DOK. PEKING UNIVERSITY
S
EJAK awal sejarahnya hingga saat ini, berbagai kajian
akademik paling berpengaruh di dunia tentang Indone-
sia bukan hasil karya orang Indonesia. Tidak berbahasa
Indonesia, dan tidak beredar luas di toko buku atau per-
pustakaan di Indonesia. Bagi kebanyakan mahasiswa
dan sarjana di berbagai universitas terkemuka di Tanah Air, pe-
luang menjadi konsumen pasif dari khazanah dunia pengetahu-
an itu pun belum tersedia. Jangankan aktif terlibat perdebatan
dan membuat karya tandingan.
Indonesia juga tertinggal di bidang ilmu sosial dan budaya ten-
tang bangsa sendiri jika dibandingkan dengan tetangga terde-
katnya di Asia Tenggara. Gerke dan Evers pernah menerbitkan
hasil penelitian mereka tentang hal ini dengan angka-angka sta-
tistik. Sumber data, alat ukur, dan analisis mereka boleh diperde-
batkan. Tapi kesimpulan utama mereka tidak mengejutkan para
pengamat. Pada 1990-2000-an, saya diminta sejumlah lembaga
internasional menjadi tim penilai sejumlah usul penelitian yang
berlomba memperebutkan dana penelitian. Pelamar dari Indo-
nesia termasuk kelompok yang terlemah.
Sebenarnya Indonesia tidak pernah kekurangan orang cerdas.
Ini terbukti dari prestasi akademis remaja kita di forum interna-
sional. Semangat belajar beberapa mahasiswa kita mengagum-
kan. Namun, ketika berangkat dewasa, bergelar sarjana, masuk
pasar kerja, mereka tidak menemukan lingkungan dan lembaga
yang mendukung kecintaan kepada ilmu. Bakat dan kecerdasan
mereka hanya bisa tersalur di dunia industri, politik partai, atau
acara televisi. Pilihan lain: menekuni ilmu pengetahuan di luar
negeri.
Pengetahuan bisa terbentuk lewat berbagai cara, termasuk
yang didapat secara kebetulan. Dalam produksi pengetahuan ta Papua hampir tidak tersedia di Indonesia. Berkat diterbitkan-
yang terencana, terlembaga, berlingkup besar, dan berjangka nya sejumlah penelitian asing, bangsa Indonesia berkesempatan
panjang, dibutuhkan modal, kekuasaan, dan niat besar. Untuk memahami Indonesia secara lebih luas daripada yang ditampil-
mengkonsumsi hasilnya juga dibutuhkan modal besar. Biaya ini kan dalam propaganda pemerintah di TVRI.
menjadi tanggung jawab negara, bukan individu warga negara. Istilah “kajian Indonesia” digunakan di luar Indonesia bagi
Jika negara abai, industri akan membajaknya. berbagai kegiatan penelitian atau pengajaran dengan minat khu-
Karena pertaruhan modal besar itu, ilmu pengetahuan, ter- sus pada seluk-beluk Indonesia. Para pakarnya disebut “Indone-
masuk kajian tentang Indonesia, tidak pernah bebas dari kepen- sianis”. Seorang sarjana Australia yang hanya menekuni hukum
tingan. Dan sebaliknya, tidak ada kekuasaan yang langgeng tan- Australia disebut ahli hukum; bukan ahli tentang Australia, bi-
pa jasa pengetahuan yang memberikan legitimasi kepadanya. arpun dia tak banyak tahu hukum di bagian dunia lain. Ahli seja-
Jika Indonesia berada di luar lingkar produksi dan konsumsi pe- rah di Indonesia yang memusatkan seluruh kariernya dalam bi-
ngetahuan tentang Indonesia, bisa dibayangkan sendiri skala ke- dang sejarah Indonesia disebut sejarawan; bukan Indonesianis,
rugian yang terbentang dalam jangka panjang. walau sejarah di luar Indonesia di luar minatnya.
Yang terjadi bukan sebuah pertentangan hitam-putih an- Saat ini kajian Indonesia mengalami “krisis”, karena kepen-
tara “kekuatan asing” dan “kepentingan nasional”. Yang dise- tingan mantan sponsornya sudah berganti arah. Nasib kajian In-
but “kepentingan nasional” di Indonesia sendiri sebuah medan donesia di abad ke-21 belum jelas. Kalaupun berhasil menyam-
pertentangan berbagai pihak. Apalagi berbagai ragam “kekuat- bung nyawa, kajian tentang Indonesia mungkin akan menjadi
an asing” yang giat dalam kajian tentang Indonesia. Kebangkit- sosok yang sangat berbeda dengan masa-masa sebelumnya.
an nasional Indonesia menjadi anak kandung pengetahuan Ba- Dari pertengahan hingga akhir abad ke-20, pusat kajian In-
rat yang juga menjajahnya. Semasa Orde Baru berjaya, berbagai donesia berada di Amerika Serikat. Pengetahuan yang dihasil-
kajian kritis tentang peristiwa 1965 atau Timor Timur, Aceh, ser- kan bercorak Amerika dan politik Perang Dingin pada masa itu.
Kaum Indonesianis
Amerika Masa Kini R. WILLIAM
LIDDLE*
S
TUDI ilmu politik tentang Indonesia di Amerika Serikat pasca-Perang Dunia II. Bagi Slater, faktor yang paling menentu-
sedang mekar. Berita ini tentu menggembirakan, apala- kan adalah pola contentious politics, politik pertengkaran. Sema-
gi buat saya, sebagai Indonesianis yang telah mengamati kin tinggi tingkat pertengkaran antara kekuatan-kekuatan politik
Indonesia selama lebih dari setengah abad. dalam negeri, semakin mungkin elite politik yang merasa terancam
Di antara banyak ilmuwan politik muda Amerika Se- akan menciptakan sebuah protection pact, pakta perlindungan.
rikat yang kini aktif menulis tentang Indonesia ada empat yang Pakta perlindungan itu di mana-mana berbentuk sistem pemerin-
paling menonjol: Ben Smith yang mengajar di Universitas Flori- tahan otoriter, Leviathan atau raksasa menurut Thomas Hobbes.
da, Tom Pepinsky di Cornell, Tuong Vu di Oregon, dan Dan Slater Di Indonesia, daya tahan Orde Baru dirunut pada tingkat per-
di Chicago. Paling tidak, karya mereka bisa dipakai sebagai con- tengkaran tinggi di akhir masa Demokrasi Terpimpin antara Partai
toh untuk menjelaskan ciri-ciri khas, baik positif maupun negatif, Komunis Indonesia (PKI) dan kekuatan besar yang lain, termasuk
pendekatan ilmu politik mutakhir di Amerika. tentara. Tapi Slater juga bertutur bahwa, setelah PKI dibasmi, koali-
Buku pertama Smith, Hard Times in the Lands of Plenty (Cor- si Orde Baru kehilangan musuh dan lama-kelamaan melemah. Ke-
nell, 2007), membandingkan dampak peningkatan harga minyak tika terserang krisis moneter pada 1998, Soeharto mudah dijatuh-
pada 1970-an di Iran, tempat seorang diktator digulingkan pada kan karena sudah lama ditinggalkan teman-teman seperjuangan.
1979, dengan Indonesia pada kurun waktu yang sama. Menu- Membaca kembali buku ciptaan para scholar muda itu reaksi
rut Smith, diktator Soeharto bertahan karena sempat memben- saya mendua. Saya terkagum-kagum, khususnya terhadap jang-
tuk koalisi politik yang cukup luas sebelum kas negara berlimpah- kauan perbandingan mereka. Pada angkatan saya, hampir tak
an dolar hasil peledakan harga minyak internasional. Sementa- ada ilmuwan politik yang mampu meneliti dan menulis sekaligus
ra Syah Iran sedari awal terlalu menggantungkan nasibnya pada tentang begitu banyak negara. Ben Anderson pun cenderung me-
minyak. Ketergantungan itu menciptakan banyak musuh, baik di nulis terpisah-pisah tentang Indonesia, Filipina, dan Thailand.
kalangan petani maupun kelas menengah perkotaan. Komitmen mereka kepada causal analysis yang canggih dan
Buku pertama Pepinsky, Economic Crisis and the Breakdown modern harus dipuji juga. Mereka mencari metode baru, terma-
of Authoritarian Regimes (Cambridge, 2009), membandingkan suk komparasi langsung antarnegara, untuk membuktikan hipo-
dampak perbedaan unsur koalisi politik berdasarkan kepenting- tesis mereka secara lebih ilmiah. Tak kurang penting, argumen
an ekonomi di Malaysia dan Indonesia pada masa krisis akhir dan penemuan mereka mulai berdampak pada ilmu politik pada
1990-an. Menurut Pepinsky, pemerintahan otoriter Mahathir umumnya, hal yang juga jarang terjadi pada masa belia saya.
Mohamad mampu bertahan di Malaysia sebab unsur pokok koa- Meskipun kagum, harus saya akui bahwa saya belum siap me-
lisinya tetap menyatu, sementara koalisi Soeharto lekas runtuh. niru pendekatan rekan-rekan muda itu dalam penelitian saya
Dua pilar utama Mahathir, massa Melayu etnis dan kaum wi- sendiri. Salah satu reaksi saya, setiap kali saya membaca kemba-
raswastawan baru, juga dari kelompok etnis Melayu, sama-sama li analisis mereka, Indonesia yang saya kenal hanya terwujud se-
mendukung kebijakannya untuk mencegah capital outflow, pela- cara parsial, tidak lengkap. Seakan-akan fakta diseleksi atau di-
rian modal ke luar negeri. Sebaliknya, di Indonesia ada konflik ta- tekankan, tanpa sengaja tetapi terdorong oleh kerangka analitis-
jam antara para konglomerat, yang mau mempertahankan keter- nya, untuk membuktikan hipotesis atau teori yang sedang diuji.
bukaan pasar modal, dan sejumlah pebisnis baru, yang memba- Dengan kata lain, tujuan utamanya bukan untuk mengerti politik
tasi pelarian modal. Alhasil, kebijakan Soeharto terombang-am- Indonesia melainkan membangun sebuah struktur teoretis tem-
bing dan dukungan politiknya hilang. pat Indonesia bisa diletakkan.
Tuong Vu, dalam Paths to Development in Asia (Cambridge, Misalnya, argumen-argumen Smith dan Pepinsky terlalu me-
2010), membandingkan proses pembentukan negara pada abad nekankan faktor kepentingan ekonomi. Pilihan politik Presiden
ke-20 di Korea Selatan, Vietnam, Tiongkok, dan Indonesia pada Soeharto, pada awal dan akhir masa pemerintahannya, jelas lebih
masa awal pemerintahan Sukarno dan Soeharto. Argumennya kompleks dari itu. Sementara argumen Slater kurang (atau sama
adalah pola-pola hubungan intra-elite dan antara massa dan elite sekali tidak) menekankan faktor kepentingan ekonomi, dan terla-
pada masa pembentukan negara akan menentukan dua hal: ko- lu menekankan faktor PKI. Bagi saya, sulit menerima argumennya
hesi negara selanjutnya dan komitmen negara itu pada pemba- bahwa Orde Baru menjadi Leviathan (kalau betul-betul menjadi
ngunan ekonomi. Leviathan) terutama karena ketakutan para jenderal pada PKI.
Dalam hal Indonesia, Vu mempertentangkan zaman revolu- Pandangan Vu bahwa lemahnya pemerintahan Demokrasi
si dan awal Orde Baru. Pada zaman revolusi, proses akomodasi Parlementer pada 1950-an disebabkan proses akomodasi pada
antara kekuatan nasionalis, komunis, dan Islamis mengakibat- zaman Revolusi juga kedengaran terlalu sederhana.
kan negara yang lemah dan kurang kohesif. Pada awal Orde Baru, Akhirul kata, saya tidak mau memberi kesan bersikap terlalu kri-
negara yang kuat dan pro-pembangunan dibentuk setelah proses tis terhadap karya scholar muda di Amerika, termasuk empat orang
konfrontasi antara kekuatan-kekuatan yang sama. yang saya soroti dalam tulisan ini. Kiranya sudah jelas, mereka betul-
Akhirnya, Dan Slater, dalam Ordering Power: Contentious Poli- betul sudah memperkaya khazanah pengetahuan kita semua. I wish
tics and Authoritarian Leviathans in Southeast Asia (Cambridge, them well, antara lain, karena penelitian saya sendiri sudah banyak
2010), menelusuri daya tahan negara otoriter di Burma, Indone- dibantu dan diperbaiki oleh pendekatan dan penemuan mereka.
sia, Malaysia, Filipina, Singapura, Vietnam Selatan, dan Thailand * PROFESOR EMERITUS OHIO STATE UNIVERSITY, COLUMBUS, OHIO