Anda di halaman 1dari 12

BAB III

LAPORAN KASUS

ANAMNESIS Nama: Ny. A. Ruang :-


Umur: 58 tahun Kelas : -
Nama Lengkap : Ny. A
Tempat dan Tanggal Lahir : Palembang, 31 Desember 1961
Umur : 58 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tanga
Alamat : Jl. Tangga Takat Lr. Abadi No.77 RT 18, Seberang
Ulu II, Palembang
Jenis Kelamin : Perempuan
Pendidikan : SMA

Dokter yang Merawat : dr. Ibrahim, Sp. M (K)


Dokter Muda : Aprilia Sartika Sujirata, S.Ked

Tanggal Pemeriksaan :10 Febuari 2020

Keluhan Utama : pengelihatan kabur sejak ± 3 bulan yang lalu.


Keluhan Tambahan : pengelihatan berasap, silau saat melihat terang

1. Riwayat Penyakit Sekarang :


Pasien datang dengan keluhan kedua mata terasa kabur. Keluhan terasa
semakin memberat sejak 3 bulan yang lalu. ± 6 bulan yang lalu penderita
mengeluh penglihatan matanya kabur. Penderita juga mengaku seperti melihat
asap. Penderita mengaku silau dan lebih nyaman bila melihat pada malam hari.
Penderita juga mengaku saat melihat jauh terasa lebih baik. Keluhan tidak disertai
sakit kepala, mual dan muntah. Riwayat mata merah dan berair tidak ada.

15
2. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat diabetes melitus (-), hipertensi (-), asma bronkiale (-), penyakit mata
lainnya (-),dan trauma pada mata (-).

3. Riwayat Penyakit Keluarga


Tidak ada keluhan serupa dalam keluarga.

16
Nama: Ny. A Ruang :-
PEMERIKSAAN FISIK
Umur : 57 tahun Kelas : -

Status Generalis
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda Vital :
- Tekanan Darah : 130/80 mmHg
- Nadi : 72x/ menit
- Laju Napas : 20x/ menit
- Suhu : 36,7˚C

Status Oftalmologis

OD OS

Keruh

Arcus Senlis

No. Pemeriksaan OD OS
1. Visus 20/150, PH (-) 20/200, PH(-)
2. Tekanan Intra Okuler 10,9 mmHg 15,6 mmHg
3. Kedudukan Bola Mata
Posisi Ortoforia Ortoforia
Eksoftalmus (-) (-)
Enoftalmus (-) (-)
4. Pergerakan Bola Mata
Atas Baik Baik
Bawah Baik Baik
Temporal Baik Baik
Temporal atas Baik Baik
Temporal bawah Baik Baik
Nasal Baik Baik
Nasal atas Baik Baik
Nasal bawah Baik Baik
Nistagmus (-) (-)

17
5. Palpebrae
Hematom (-) (-)
Edema (-) (-)
Hiperemis (-) (-)
Benjolan (-) (-)
Ulkus (-) (-)
Fistel (-) (-)
Hordeolum (-) (-)
Kalazion (-) (-)
Ptosis (-) (-)
Ektropion (-) (-)
Entropion (-) (-)
Sekret (-) (-)
Trikiasis (-) (-)
Madarosis (-) (-)
6. Punctum Lakrimalis
Edema (-) (-)
Hiperemis (-) (-)
Benjolan (-) (-)
Fistel (-) (-)
7. Konjungtiva Tarsal Superior
Edema (-) (-)
Hiperemis (-) (-)
Sekret (-) (-)
Epikantus (-) (-)
8. Konjungtiva Tarsalis Inferior
Kemosis (-) (-)
Hiperemis (-) (-)
Anemis (-) (-)
Folikel (-) (-)
Papil (-) (-)
Lithiasis (-) (-)
Simblefaron (-) (-)
9. Konjungtiva Bulbi
Kemosis (-) (-)
Pterigium (-) (-)
Pinguekula (-) (-)
Flikten (-) (-)
Simblefaron (-) (-)
Injeksi konjungtiva (-) (-)
Injeksi siliar (-) (-)
Injeksi episklera (-) (-)
Perdarahan subkonjungtiva (-) (-)

18
10. Kornea
Kejernihan Jernih Jernih
Edema (-) (-)
Ulkus (-) (-)
Erosi (-) (-)
Infiltrat (-) (-)
Flikten (-) (-)
Keratik presipitat (-) (-)
Macula (-) (-)
Nebula (-) (-)
Leukoma (-) (-)
Leukoma adherens (-) (-)
Stafiloma (-) (-)
Neovaskularisasi (-) (-)
Imbibisi (-) (-)
Pigmen iris (-) (-)
Bekas jahitan (-) (-)
Tes sensibilitas (+) normal (+) normal
11. Limbus kornea
Arkus senilis (+) (+)
Bekas jahitan (-) (-)
12. Sklera
Sklera biru (-) (-)
Episkleritis (-) (-)
Skleritis (-) (-)
13. Kamera Okuli Anterior
Kedalaman Sedang Sedang
Kejernihan Jernih Jernih
Flare (-) (-)
Sel (-) (-)
Hipopion (-) (-)
Hifema (-) (-)
14. Iris
Warna Kecoklatan Kecoklatan
Gambaran radier Jelas Jelas
Eksudat (-) (-)
Atrofi (-) (-)
Sinekia posterior (-) (-)
Sinekia anterior (-) (-)
Iris bombe (-) (-)
Iris tremulans (-) (-)
15. Pupil
Bentuk Bulat Bulat
Besar 3 mm 3 mm

19
Regularitas Regular Regular
Isokoria Isokor Isokor
Letak Sentral Sentral
Refleks cahaya langsung (+) (+)
Seklusio pupil (-) (-)
Oklusi pupil (-) (-)
Leukokoria (-) (-)
16. Lensa
Kejernihan Keruh Keruh
Shadow test (+) (+)
Refleks kaca (-) (-)
Luksasi (-) (-)
Subluksasi (-) (-)
Pseudofakia (-) (-)
Afakia (-) (-)
17. Funduskopi
Refleks fundus (+) (+)
Papil
- warna papil pink pucat pink pucat
- bentuk bulat bulat
- batas tegas tegas
Retina
- warna kemerahan kemerahan
- perdarahan (-) (-)
- eksudat (-) (-)
Makula lutea (-) (-)

Anjuran Pemeriksaan:
1. Slit Lamp

20
RINGKASAN ANAMNESIS DAN Nama: Ny. Y Ruang :-
PEMERIKSAAN JASMANI Umur: 51 tahun Kelas : -
Pasien datang dengan keluhan kedua mata terasa kabur. Keluhan terasa semakin
memberat sejak 3 bulan yang lalu. ± 6 bulan yang lalu penderita mengeluh penglihatan
matanya kabur. Penderita juga mengaku seperti melihat asap. Penderita mengaku silau
dan lebih nyaman bila melihat pada malam hari. Penderita juga mengaku saat melihat
jauh terasa lebih baik. Keluhan tidak disertai sakit kepala, mual dan muntah. Riwayat
mata merah dan berair tidak ada.
Status prasens: dalam batas normal

Status oftalmologikus:
OD OS
20/150 Visus 20/200
10,9 TIO 15,6
Jernih Kornea Jernih
Kedalaman sedang COA Kedalaman sedang
Bulat, 3mm Pupil Bulat, 3mm
Normal Iris Normal
Keruh (+), shadow test (+) Lensa Keruh (+),shadow test (+)

Daftar Masalah:
1. Mata kabur seperti melihat asap
2. Silau ketika melihat cahaya
3. VOD 20/150; VOS 20/200, TIOS 15,6 mmHg
4. Terdapat Arcus Senilis pada limbus kornea ODS
5. Terdapat kekeruhan pada lensa ODS
6. Terdapat hasil shadow test positif pada ODS

Diagnosis :
Katarak senilis immature ODS

21
Nama: Ny. A Ruang :-
RENCANA PENGELOLAAN
Umur : 58 tahun Kelas : -

1. Medikamentosa
a. Cendo Catarlent 5 ml, 4x1 tetes/hari
b. Neurobat 1x1 tablet/hari

2. Edukasi :
a. Informasi bahwa kataraknya dalam keadaan immature untuk penatalaksanaan
operasinya akan dilakukan apabila sudah dalam keadaan matur.
b. Kontrol lagi untuk diukur tekanan bola matanya .
c. Menjaga personal hygiene

Nama dan tanda tangan dokter muda : Aprilia Sartika Sujirata, S.Ked

Diperiksa dan disahkan oleh : dr. Ibrahim , Sp. M (K)

Dokter Pembimbing: dr. Ibrahim , Sp. M (K)

Tanggal : 10 Febuari 2020

Tanda tangan,

dr. Ibrahim , Sp. M (K)

22
BAB IV
ANALISA KASUS

Ny. A berusia 58 tahun datang dengan keluhan kedua mata terasa kabur.
Keluhan terasa semakin memberat sejak 3 bulan yang lalu. ± 6 bulan yang lalu
penderita mengeluh pandangan kabur. Pandangan kabur dapat disebabkan oleh
kelainan pada lensa yang dapat berupa kekeruhan lensa yang disebut katarak,
Katarak umumnya merupakan penyakit pada usia lanjut yang disebut dengan
katarak senilis dapat terjadi akibat hidrasi (penimbunan cairan) lensa, denaturasi
protein lensa atau akibat keduanya.
Dari hasil anamnesis didapatkan bahwa selain mengeluh pandangan kabur,
penderita juga mengaku seperti melihat asap. Penderita mengaku silau dan lebih
nyaman bila melihat pada malam hari. Penderita juga mengaku saat melihat jauh
terasa lebih baik. Hal ini sesuai dengan teori bahwa katarak senilis biasanya akan
menujukkan gejala klinis yaitu pandangan seperti berasap/berkabut, penurunan
visus makin lama makin berat, peka terhadap sinar atau cahaya, dapat melihat
dobel pada satu mata, memerlukan pencahayaan yang terang untuk dapat
membaca, tampak kekeruhan lensa dalam bermacam-macam bentuk, tingkat dan
lokasi.
Katarak senilis dapat menyebabkan berbagai macam komplikasi, salah
satunya glaukoma sekunder. Glaukoma sekunder dapat terjadi pada penderita
katarak senilis akibat kebocoran kapsul lensa sehingga menyebabkan protein
masuk ke bilik mata depan dan menyebabkan penyempitan sudut bilik mata depan
atau yang disebut dengan glaukoma sekunder fakolitik. Selain itu pada katarak
terjadi hidrasi lensa yang menyebabkan lensa menjadi cembung dan mendorong
iris kedepan. Akibatnya, terjadi pula penyempitan bilik mata depan yang
menyebabkan terjadinya glaukoma sekunder. Adapun gejala pada glaukoma
sekunder seperti penurunan visus mendadak, nyeri kepala hebat, mual dan
muntah. Pada pasien tidak ditemukan keluhan terseut sehingga menyingkirkan
komplikasi glaukoma sekunder.

23
Pada pemeriksaan oftalmologis didapatkan pemeriksaan visus OD 20/150;
sedangkan visus OS 20/200. Dari pemeriksaan ini dapat dinilai bahwa telah terjadi
penurunan ketajaman penglihatan yang disebabkan oleh proses katarak.
Kemudian terdapat Arcus Senilis pada limbus kornea ODS, terdapat kekeruhan
pada lensa ODS, dan terdapat hasil shadow test positif pada ODS. Pada
pemeriksaan ini menandakan bahwa pasien mengalami katarak dalam fase
immature. Sehingga dapat didiagnosis sebagai katarak senilis imatur ODS.
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada katarak senilis adalah
pembedahan. Adapun indikasi pembedahan pada katarak senilis antara lain
indikasi optik yaitu terjadi penurunan visus yang mengganggu aktivitas, indikasi
medis seperti telah terjadi komplikasi, dan indikasi kosmetik. Pasien dengan
katarak stadium lebih lanjut (katarak matur, hipermatur) lebih diutamakan untuk
dilakukan dioperasi. Terdapat beberapa jenis pembedahan pada katarak yaitu
Ekstraksi Katarak Intrakapsuler (EKIK), Ekstraksi Katarak Extrakapsuler
(EKEK/ECCE), Small Incision Cataract Surgery (SICS), dan Fakoemulsifikasi.
Pada kasus ini, katarak yang dialami pasien masih dalam stadium immatur,
sehingga bukan merupakan indikasi pembedahan.

24
BAB V
KESIMPULAN

Katarak adalah setiap kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat
hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau akibat kedua-
duanya. Katarak senilis adalah semua kekeruhan lensa yang terdapat pada usia
lanjut, yaitu usia di atas 50 tahun. Katarak senil secara klinik dikenal dalam 4
stadium yaitu insipien, imatur, matur, dan hipermatur. Adapun gejala yang
ditimbulkan pada penderita katarak antara lain penglihatan berawan atau buram,
warna terlihat pudar, merasa silau saat melihat lampu atau sinar matahari yang
terlalu terang, sulit melihat saat malam hari, dan penglihatan ganda saat melihat
satu benda dengan satu mata.
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada katarak senilis adalah
pembedahan. Adapun indikasi pembedahan pada katarak senilis antara lain
indikasi optik yaitu terjadi penurunan visus yang mengganggu aktivitas, indikasi
medis seperti telah terjadi komplikasi, dan indikasi kosmetik. Pasien dengan
katarak stadium lebih lanjut (katarak matur, hipermatur) lebih diutamakan untuk
dilakukan dioperasi. Terdapat beberapa jenis pembedahan pada katarak yaitu
Ekstraksi Katarak Intrakapsuler (EKIK), Ekstraksi Katarak Extrakapsuler
(EKEK/ECCE), Small Incision Cataract Surgery (SICS), dan Fakoemulsifikasi.

25
DAFTAR PUSTAKA

1. Kemenkes RI. 2015. Info Datin Pusat Data dan informasi Kementerian
Kesehatan RI: Situasi dan Analis Glaukoma. Jakarta: Kementerian Kesehatan
RI.
www.depkes.go.id/download.php?file=download/pusdatin/infodatin/infodatin-
glaukoma.pdf info datin glaukoma
2. World Health Organization (WHO). 2012. Global Data On Visua Impairments
2010. Switzerland: World Health Organization. Hal.6.
http://www.who.int/blindness/GLOBALDATAFINALforweb.pdf
3. Ilyas, S., & Yulianti, S. R. 2015. Ilmu Penyakit Mata (Edisi Ke-5). Jakarta:
Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
4. Riordan, P., & Whitcher, J.P. 2017. Vaughan & Asbury Oftalmologi Umum
(Edisi ke-17). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hal 212-229.
5. Snell, R. S. 2015. Anatomi Klinis Berdasarkan Sistem. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Hal. 611-625.
6. Martini, F. H. 2012. Human Anatomy (Edisi ke-7). United States: Benjamin
Cummings. Hal 493.
7. Langston, Deborah P. 2008. The Crystalline Lens and Cataract in Manual of
Ocular Diagnosis and Therapy, Ed. 6. Lippincott Wiliams & Wilkins,
Philadelphia, hal. 152-153, 160.
8. James, Bruce., Chris C. and Anthoy B. 2006. Lectures Notes Oftalmologi Ed.
9, Jakarta, Erlangga, hal 79-84.
9. Astari P. 2018. Katarak: Klasifikasi, Tatalaksana, dan Komplikasi Operasi.
CDK-269/ vol. 45 no. 10 th. 2018.
10. Hildreth, C.J., Alison, E.B. and Richard M Glass. 2009. Cataracts. The Journal
of the American Medical Association.301 (19), (http://jama.ama-assn.org/,
Diakses 22 Mei 2012).

26

Anda mungkin juga menyukai