NAMA KELOMPOK:
SANAWIA (1849040003)
MARDIANA MALIK (1849040012)
ULFIANI SANNANG (1849040024)
1
KATA PENGANTAR
Penulis
2
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL
KATA PENGANTAR...........................................................................................1
DAFTAR ISI.........................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................3
B. Rumusan Masalah....................................................................................4
C. Tujuan .......................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN
A. KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN SOSIAL EMOSIONAL
ANAK USIA DINI......................................................................................5
B. FAKTOR YANG MEMENGARUHI PERKEMBANGAN EMOSI
PADA ANAK USIA DINI ..........................................................................6
C. TAHAPAN PERKEMBANGAN SOSIAL EMOSIONAL ANAK USIA
0-4 tahun......................................................................................................7
BAB I
PENDAHULUAN
3
A. Latar Belakang
Perkembangan sosial adalah proses kemampuan belajar dan tingkah laku
yang berhubungan dengan individu untuk hidup sebagai bagian dari
kelompoknya. Di dalam perkembangan sosial, anak dituntut untuk memiliki
kemampuan yang sesuai dengan tuntutan sosial di mana mereka berada. Tuntutan
sosial yang dimaksud adalah anak dapat bersosialisasi dengan baik sesuai dengan
tahap perkembangan dan usianya, dan cenderung menjadi anak yang mudah
bergaul.
Perkembangan emosi yang terganggu. Perilaku sosial merupakan aktivitas
dalam hubungan dengan orang lain, baik dengan teman sebaya, guru, orang tua
maupun saudara-saudaranya. Saat berhubungan dengan orang lain, terjadi
peristiwa-peristiwa yang sangat bermakna dalam kehidupan anak yang dapat
membentuk kepribadiannya, dan membentuk perkembangannya menjadi manusia
yang sempurna.
Perilaku yang ditunjukkan oleh seorang anak dalam lingkungan sosialnya
sangat dipengaruhi oleh kondisi emosinya. Perkembangan emosi seorang anak
sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan. Suatu hal yang sangat bijak apabila
kita mampu menciptakan lingkungan yang kondusif untuk membantu
perkembangan emosi anak.
Emosi merupakan suatu gejolak penyesuaian diri yang berasal dari dalam
dan melibatkan hampir keseluruhan diri individu. Emosi juga berfungsi untuk
mencapai pemuasan atau perlindungan diri atau bahkan kesejahteraan pribadi
pada saat berhadapan dengan lingkungan atau objek tertentu.
Dalam makalah ini akan dibahas tentang : karakteristik perkembangan
sosioemosional anak Usia 0-4 tahun (usia prasekolah) ; faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap perkembangan sosioemosional anak; tahap-tahap
pengembangan sosioemosional anak usia 0-4 tahun .
B. Rumusan Masalah
4
Rumusan masalah model pembelajaran difokuskan agar
pendidik mampu memahami karakteristik, factor, serta tahapan-
tahapan perkembangan sosial dan emosional anak usia dini 0-4
tahun.
C. Tujuan
Dalam penulisan makalah ini, bertujuan untuk mampu
menjelaskan tentang karakteristik, factor, serta tahapan-
tahapan perkembangan sosial dan emosional anak usia dini 0-4
tahun emosi dan sosial anak usia dini.
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
dalam kesiapan sekolah (school readiness) dan mengikuti proses belajar di
sekolah.
7
menyebabkan anak tidak termotivasi atau tidak mampu meraih potensi- potensi di
kemudian hari.
8
Menurut Schaffer (Monks dkk., 2001), pada tiga bulan pertama bayi mulai
memiliki daya tarik pada manusia. Disamping sifat tertarik pada manusia anak
juga sudah dapat membuat berbagai tanda untuk memenuhi kebutuhannya.
3. Temperamen
Temperemen bayi dapat dibedakan dalam tiga tipe pola :
a. Anak yang bertemperamen mudah (easy child), memiliki suasana hati
yang positif,mudah menyesuaikan diri dengan pengalaman yang baru,
mudah tersenyum terhadap orang asing dan tidak banyak mengeluh
ketika di ganggu .
b. Anak yang bertemperamen sulit (difficulty child), bereaksi secara
negative, cepat merasa frustasi, sering menangis, melibatkan diri
terhadap aktivitas secara tidak teratur, dan lambat menyesuaikan diri
terhadap lingkungan.
c. Anak yang bertemperamen lambat (slow-to-warm-up-child), memiliki
timgkat aktivitas yang rendah, tanggapan lambat terhadap hal yang
baru,perubahan reaksi tidak terlalu kuat baik suasana hati yang positif
ataupun negative.
4. Senyuman Bayi
Selain tangisan, senyuman merupakan perilaku afektif
komunikatif bayi yang juga penting. Ada dua tipe senyuman pada
bayi, yaitu:
a. Senyuman reflektif (reflextive smile), merupakan
senyuman yang terjadi bukan karena respons terhadap
stimulus eksternal atau rangsangan dari luar.
Senyuman ini tampak selama bulan pertama setelah
kelahiran, biasanya terjadinya selama pola tidur yang
tidak teratur dan bukan pada saat bayi dalam keadaan
terjaga. Orang awam sering menyebut senyum ini
dengan senyuman malaikat artinya bayi tersenyum
karena melihat malaikat.
b. Senyuman sosial (social smile), terjadi sebagai respons
terhadap stimulus eksternal atau rangsangan dari luar,
9
khususnya sebagai respons terhadap suatu wajah yang
ia lihat. Umumnya pada akhir bulan kedua bayi sudah
mulai bisa tersenyum. Senyuman ini tidak terjadi
hingga usia 2-3 bulan, walaupun beberapa peneliti
yakin bahwa bayi menyeringai atau meringis sebagai
respons terhadap suara-suara yang didengarnya
bahkan pada usia tiga minggu. Bila ibu sering
mengajaknya bicara dan tersenyum, kemampuan itu
akan lebih cepat berkembang.
5. Jenis Tangisan
Menurut Santrock (2007), menangis adalah mekanisme
penting yang dimiliki bayi yang baru lahir untuk berkomunikasi
dengan dunia Iuar. Tangisan pertama dari bayi menunjukkan
bahwa paru-parunya sudah terisi udara. Tangisan juga
memberikan informasi mengenai sistem saraf pusat bayi. Ada
tiga jenis tangisan bayi, yaitu:
1. Tangisan biasa, pola ritmis yang biasanya terdiri dari
tangisan, diikuti oleh periode diam yang singkat, diikuti
oleh desisan singkat, lalu tangisan bernada lebih tinggi
dari tangisan awal, lalu istirahat sejenak sebelum diikuti
dengan yang berikutnya. Menurut beberapa ahli, rasa
lapar merupakan salah satu kondisi yang menyebabkan
tangisan ini.
2. Tangisan marah, beberapa variasi tangisan biasa
dengan lebih banyak udara yang dipaksa melewati pita
suara
3. Tangisan kesakitan, tangisan tiba-tiba yang keras dan
panjang diikuti dengan menahan napas, tidak ada
rengekan awal sebelum tangisan ini. Biasanya
disebabkan oleh stimulus dengan Intensitas yang tinggi.
Pada fase anak usia dini, ada juga tahap-tahap perkembangan social
emosional anak berdasarkan pendapat ahli. Berkaitan dengan aspek sosial emosi,
10
Erikson (dalam Papalia, Olds, dan Feldman, 2002; Santrock, 1995; Morrison,
1988) membagi masa anak usia dini dalam tiga periode perkembangan, yaitu:
1. Masa bayi (usia 0-18 bulan), sebagai tahap terbentuknya kepercayaan
dasar versus ketidakpercayaan (basic trust vs. mistrust), dengan
karakteristik berupa adanya kebutuhan dasar bayi yang harus dipenuhi
oleh pengasuh yang tanggap dan peka agar terbentuk rasa kepercayaan
yang akan menimbulkan rasa aman.
2. Masa toddlers (usia 18 bulan-3 tahun), sebagai tahap terbentuknya
otonomi versus rasa malu dan ragu-ragu (autonomy vs. shame and
doubt) dengan karakteristik berupa adanya kemauan yang berasal dari
diri anak sendiri, sehingga bayi mulai mengembangkan rasa otonomi
atau kemandirian. Namun jika bayi terlalu dibatasi atau dihukum
terlalu keras, bayi cenderung mengembangkan rasa malu dan ragu-
ragu.
3. Masa awal kanak-kanak (tahun-tahun prasekolah; usia 3~6 tahun)
sebagai tahap terbentuknya inisiatif versus rasa bersalah (initiative vs.
guilt) dengan karakteristik anak yang mulai mengembangkan berbagai
aktivitas dan perilaku yang lebih bertujuan. Lingk/ungan yang
memberi kesempatan bereksplorasi akan dapat mengembangkan
kemampuan anak untuk menerima tanggung jawab, aktif, dan
memiliki keterlibatan dengan lingkungan. Namun perasaan bersalah
yang tidak menyenangkan dapat muncul jika anak tidak mampu
melakukan aktivitas-aktivitas baru.
11
b. rasa tanggung jawab untuk diri dan orang lain, mencakup kemampuan
mengetahui hak-haknya, mentaati aturan, mengatur diri sendiri, serta
bertanggung jawab atas perilakunya untuk kebaikan sesama; dan
c. perilaku prososial, mencakup kemampuan bermain dengan teman sebaya,
memahami perasaan, merespon, berbagi, serta menghargai hak dan
pendapat orang lain; bersikap kooperatif, toleran, dan berperilaku sopan.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Perkembangan sosil emosional yang positif atau baik merupakan predictor
untuk kesuksesan dalam bidang akademik, kognitif social, dan emosional dalam
kehidupan anak selanjutnya. Menurut Waltzy (2006). Lingkungan dalam proses
belajar, berpengaruh besar untuk perkembangan emosi, terutama lingkungan yang
berada paling dekat dengan anak khususnya ibu atau pengasuh anak dilihat
dengan tahapan emosi, arah social, temperamen, senyuman, dan jenis tangis yang
dialami oleh anak usia 0-4 tahun.
12
DAFTAR PUSTAKA
13
14