Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

KARAKTERISTIK TAHAP PERKEMBANGAN SOSIAL EMOSIONAL


BERDASARKAN ANAK USIA DINI 0-4 TAHUN

NAMA KELOMPOK:

SANAWIA (1849040003)
MARDIANA MALIK (1849040012)
ULFIANI SANNANG (1849040024)

PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI 2018/C


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Subhanahuwata'ala yang telah memberikan


kesehatan jasmani dan rohani sehingga kita masih tetap bisa menikmati indahnya
alam ciptaan-Nya. Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada
teladan kita Muhammad Shallahu alaihi wasallam yang telah menunjukkan
kepada kita jalan yang lurus berupa ajaran agama yang sempurna dan menjadi
rahmat bagi seluruh alam.
Penulis sangat bersyukur karena telah menyelesaikan makalah yang
menjadi tugas sosial emosional anak usia dini judul karakteristik perkembangan
sosial emosional anak usia dini . Disamping itu, Penulis mengucapkan banyak
terima kasih kepada teman-teman yang telah membantu hingga terselesaikannya
makalah ini.
Akhir kata, penulis memahami jika makalah ini tentu jauh dari
kesempurnaan maka kritik dan saran sangat kami butuhkan guna memperbaiki
makalah kami di waktu-waktu mendatang.

Makassar 10 September 2019

Penulis

2
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL

KATA PENGANTAR...........................................................................................1

DAFTAR ISI.........................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................3
B. Rumusan Masalah....................................................................................4
C. Tujuan .......................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN
A. KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN SOSIAL EMOSIONAL
ANAK USIA DINI......................................................................................5
B. FAKTOR YANG MEMENGARUHI PERKEMBANGAN EMOSI
PADA ANAK USIA DINI ..........................................................................6
C. TAHAPAN PERKEMBANGAN SOSIAL EMOSIONAL ANAK USIA
0-4 tahun......................................................................................................7

BAB III PENUTUP


KESIMPULAN ..................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................12

BAB I
PENDAHULUAN

3
A. Latar Belakang
Perkembangan sosial adalah proses kemampuan belajar dan tingkah laku
yang berhubungan dengan individu untuk hidup sebagai bagian dari
kelompoknya. Di dalam perkembangan sosial, anak dituntut untuk memiliki
kemampuan yang sesuai dengan tuntutan sosial di mana mereka berada. Tuntutan
sosial yang dimaksud adalah anak dapat bersosialisasi dengan baik sesuai dengan
tahap perkembangan dan usianya, dan cenderung menjadi anak yang mudah
bergaul.
Perkembangan emosi yang terganggu. Perilaku sosial merupakan aktivitas
dalam hubungan dengan orang lain, baik dengan teman sebaya, guru, orang tua
maupun saudara-saudaranya. Saat berhubungan dengan orang lain, terjadi
peristiwa-peristiwa yang sangat bermakna dalam kehidupan anak yang dapat
membentuk kepribadiannya, dan membentuk perkembangannya menjadi manusia
yang sempurna.
Perilaku yang ditunjukkan oleh seorang anak dalam lingkungan sosialnya
sangat dipengaruhi oleh kondisi emosinya. Perkembangan emosi seorang anak
sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan. Suatu hal yang sangat bijak apabila
kita mampu menciptakan lingkungan yang kondusif untuk membantu
perkembangan emosi anak.
Emosi merupakan suatu gejolak penyesuaian diri yang berasal dari dalam
dan melibatkan hampir keseluruhan diri individu. Emosi juga berfungsi untuk
mencapai pemuasan atau perlindungan diri atau bahkan kesejahteraan pribadi
pada saat berhadapan dengan lingkungan atau objek tertentu.
Dalam makalah ini akan dibahas tentang : karakteristik perkembangan
sosioemosional anak Usia 0-4 tahun (usia prasekolah) ; faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap perkembangan sosioemosional anak; tahap-tahap
pengembangan sosioemosional anak usia 0-4 tahun .

B. Rumusan Masalah

4
Rumusan masalah model pembelajaran difokuskan agar
pendidik mampu memahami karakteristik, factor, serta tahapan-
tahapan perkembangan sosial dan emosional anak usia dini 0-4
tahun.

C. Tujuan
Dalam penulisan makalah ini, bertujuan untuk mampu
menjelaskan tentang karakteristik, factor, serta tahapan-
tahapan perkembangan sosial dan emosional anak usia dini 0-4
tahun emosi dan sosial anak usia dini.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN SOSIAL EMOSIONAL ANAK


USIA DINI
Perkembangan social dan emosional berkaitan dengan kapasitas anak
untuk mengembangkan self-confidence, trust,dan empathy. Perkembangan sosil
emosional yang positif atau baik merupakan predictor untuk kesuksesan dalam
bidang akademik, kognitif social, dan emosional dalam kehidupan anak
selanjutnya. Menurut Waltzy (2006), perkembangan social dan emosional anak
pada masa kanak-kanak awal/usi prasekolah sekolah dipengaruhi oleh factor
biologis (temperament,genetic,influences), relationships (quality of attachment),
dan lingkungannya (prenatal, family community, quality of child care), menurut
Santrock (2007), perkembangan emosi dan social tidak terlepas peran dari fakto-
faktor keluarga, relasi anak dengan teman sebayanya, dan kualitas bermain yang
dilakukan bersama teman sebayanya.
Menurut Boyd dkk. (2005), perkembangan emosi dan social anak
mencakup pencapaian serangkaian keterampilan dalam:
1. Mengidentifikasi dan memahami perasaannya sendiri.
2. Membaca dengan tepat dan memahami kondisi emosi orang/teman lain.
3. Mengelola emosi da mengepresikan dalam bentuk yang konstruktif.
4. Mengatur perilakunya sendiri.
5. Mengembangkan empati pada orang/teman lain.
6. Menjalin dan memelihara hubungan.

Banyak orangtua yang tidak memahami bahwa perkembangan social


emosional anak dipengaruhi oleh pengalaman-pengalaman awal. Pada kanak-
kanak awal. Anak-anak masi belajar untuk memperoleh keterampilan, oleh karena
itu kemampuannya masiterbatas, tetapi yang terpenting harus didukung dan dilatih
untuk berkembang terus. Dengan bimbingan terutama dari orangtua dan
pengasuhnya, maka secara bertahap kemampuan ini akan meningkat. Boyd dkk.
(2005) menyatakan bahwa salah satu aspek, yaitu pengaturn diri, sangat penting
dilntihkan kepada anak, karena anak-anak yang memiliki self-regulatioin sangat
diperlukan dalam membina hubungan social yang positif dengan orang lain dan

6
dalam kesiapan sekolah (school readiness) dan mengikuti proses belajar di
sekolah.

B. FAKTOR YANG MEMENGARUHI PERKEMBANGAN EMOSI PADA


ANAK USIA DINI
Terdapat sejumlah faktor yang memengaruhi perkembangan emosi anak
prasekolah atau TK. Faktor ini dapat berasal dari dalam diri individu, konflik-
konflik dalam proses perkembangan, dan sebab yang bersumber dari lingkungan.
Hurlock (1991) dan Lazarus (1991), menyatakan bahwa perkembangan emosi
pada anak dipengaruhi oleh dua faktor penting, yaitu adanya proses maturation
atau kematangan dan faktor belajar. Namun dari kedua faktor ini, Hurlock lebih
menekankan pentingnya pengaruh belajar untuk perkembangan emosi anak,
karena belajar merupakan faktor yang dapat dikendalikan.

Hurlock (1991), tetap memandang pentingnya faktor kematangan pada


masa kanak-kanak terkait dengan masa kritis perkembangan (critical period),
yaitu saat-saat ketika anak siap menerima sesuatu dari luar. Kematangan yang
telah dicapai dapat dioptimalkan dengan pemberian rangsangan yang tepat
(Patmonodewo, 1993). Contoh dalam perkembangan emosi, pengendalian pola
reaksi emosi yang diinginkan perlu diberikan kepada anak guna menggantikan
pola~ emosi-yang-tidak-diinginkan, sebagai tindakan preventif. Apabila pola-
reaksi-emosi-yang-tidak-diinginkan dipelajari dan membaur dalam pola emosi
anak. akan semakin sulit mengubahnya dengan pen tambahan usia yang dialami
anak. Bahkan mungkin reaksi ini akan tertanam hingga masa dewasa dan
membutuhkan bantuan ahli untuk mengubahnya (Hurlock, 1991)

Menurut Kostelnik, Soderman, dan Whiren (1999), selama masa kanak-


kanak terdapat beberapa peluang waktu yang berubah secara signifikan dalam
perkembangan anak. Perubahan-perubahan ini mengacu pada interaksi yang
kompleks antara struktur tubuh internal anak dan otak dan pengalaman secara
fisik dengan lingkungan sosial. Selama masa tersebut, yang selanjutnya disebut
sebagai windows of opportunity for development and learning, pengaruh
lingkungan akan lebih diterima dibandingkan pada masa-masa lain. Kegagalan
dalam berbagai pengalaman pada masa windows of opportunity akan

7
menyebabkan anak tidak termotivasi atau tidak mampu meraih potensi- potensi di
kemudian hari.

Lingkungan dalam proses belajar, berpengaruh besar untuk perkembangan


emosi, terutama lingkungan yang berada paling dekat dengan anak khususnya ibu
atau pengasuh anak. Thompson dan Lagatutta (2006), menyatakan bahwa
perkembangan emosi anak usia dini sangat dipengaruhi oleh pengalaman dan
hubungan keluarga dalam setiap hari, anak belajar emosi baik penyebab maupun
konsekuensinya. Goleman (1995), menyatakan bahwa tingkah laku seseorang
ditentu~ kan oleh lingkungan, apa yang dialami dan dipelajari dalam kehidupan
sehari-hari lebih menentukan tingkah laku dan pola tanggapan emosinya akan
meningkat. (Salovey 8: Mayer, 1995).
C. TAHAPAN PERKEMBANGAN SOSIAL EMOSIONAL ANAK USIA
0-4 tahun
Pengalaman masa kanak-kanak dapat memengaruhi perkembangan otak.
Jika sejak dini anak mendapat rangsangan yang tepat, maka baik perkembangan
inteligensi, emosi, maupun spiritual dapat berkembang secara optimal, namun jika
anak kurang mendapat rangsangan, maka masa ini akan menjadi awal kehancuran.
Pada awal kehidupan bayi, emosi yang dicetuskan bayi erat sekali
hubungannya dengan ketidaknyamanan fisik yang dirasakan seperti rasa lapar,
haus, rasa terkejut karena suara-suara yang keras dan tiba-tiba, cahaya yang terlalu
terang, dan rasa sakit, yang biasanya menimbulkan tangis pada bayi.
1. Emosi bayi
Hasil penelitian Izard pada 1982 (Santrock, 1995) menunjukan ada
bermacam emosi yang muncul di berbagai kesempatan pada dua tahun pertama
kehidupan anak. Ekspresi marah sudah muncul saat anak usia 3-4 bulan, demikian
juga rasa sedih dapat muncul saat anak usia 3-4 bulan. Rasa takut tampak pada
usia 5-7 bulan yang diikuti dengn timbulnyaa rasa malu dan perilaku malu-malu.
Pada akhir tahun kedua emosi seperti perasaan bersalah dan jijik baru muncul.

2. Arah social pada Bulan-bulan pertama

8
Menurut Schaffer (Monks dkk., 2001), pada tiga bulan pertama bayi mulai
memiliki daya tarik pada manusia. Disamping sifat tertarik pada manusia anak
juga sudah dapat membuat berbagai tanda untuk memenuhi kebutuhannya.
3. Temperamen
Temperemen bayi dapat dibedakan dalam tiga tipe pola :
a. Anak yang bertemperamen mudah (easy child), memiliki suasana hati
yang positif,mudah menyesuaikan diri dengan pengalaman yang baru,
mudah tersenyum terhadap orang asing dan tidak banyak mengeluh
ketika di ganggu .
b. Anak yang bertemperamen sulit (difficulty child), bereaksi secara
negative, cepat merasa frustasi, sering menangis, melibatkan diri
terhadap aktivitas secara tidak teratur, dan lambat menyesuaikan diri
terhadap lingkungan.
c. Anak yang bertemperamen lambat (slow-to-warm-up-child), memiliki
timgkat aktivitas yang rendah, tanggapan lambat terhadap hal yang
baru,perubahan reaksi tidak terlalu kuat baik suasana hati yang positif
ataupun negative.
4. Senyuman Bayi
Selain tangisan, senyuman merupakan perilaku afektif
komunikatif bayi yang juga penting. Ada dua tipe senyuman pada
bayi, yaitu:
a. Senyuman reflektif (reflextive smile), merupakan
senyuman yang terjadi bukan karena respons terhadap
stimulus eksternal atau rangsangan dari luar.
Senyuman ini tampak selama bulan pertama setelah
kelahiran, biasanya terjadinya selama pola tidur yang
tidak teratur dan bukan pada saat bayi dalam keadaan
terjaga. Orang awam sering menyebut senyum ini
dengan senyuman malaikat artinya bayi tersenyum
karena melihat malaikat.
b. Senyuman sosial (social smile), terjadi sebagai respons
terhadap stimulus eksternal atau rangsangan dari luar,

9
khususnya sebagai respons terhadap suatu wajah yang
ia lihat. Umumnya pada akhir bulan kedua bayi sudah
mulai bisa tersenyum. Senyuman ini tidak terjadi
hingga usia 2-3 bulan, walaupun beberapa peneliti
yakin bahwa bayi menyeringai atau meringis sebagai
respons terhadap suara-suara yang didengarnya
bahkan pada usia tiga minggu. Bila ibu sering
mengajaknya bicara dan tersenyum, kemampuan itu
akan lebih cepat berkembang.
5. Jenis Tangisan
Menurut Santrock (2007), menangis adalah mekanisme
penting yang dimiliki bayi yang baru lahir untuk berkomunikasi
dengan dunia Iuar. Tangisan pertama dari bayi menunjukkan
bahwa paru-parunya sudah terisi udara. Tangisan juga
memberikan informasi mengenai sistem saraf pusat bayi. Ada
tiga jenis tangisan bayi, yaitu:
1. Tangisan biasa, pola ritmis yang biasanya terdiri dari
tangisan, diikuti oleh periode diam yang singkat, diikuti
oleh desisan singkat, lalu tangisan bernada lebih tinggi
dari tangisan awal, lalu istirahat sejenak sebelum diikuti
dengan yang berikutnya. Menurut beberapa ahli, rasa
lapar merupakan salah satu kondisi yang menyebabkan
tangisan ini.
2. Tangisan marah, beberapa variasi tangisan biasa
dengan lebih banyak udara yang dipaksa melewati pita
suara
3. Tangisan kesakitan, tangisan tiba-tiba yang keras dan
panjang diikuti dengan menahan napas, tidak ada
rengekan awal sebelum tangisan ini. Biasanya
disebabkan oleh stimulus dengan Intensitas yang tinggi.
Pada fase anak usia dini, ada juga tahap-tahap perkembangan social
emosional anak berdasarkan pendapat ahli. Berkaitan dengan aspek sosial emosi,

10
Erikson (dalam Papalia, Olds, dan Feldman, 2002; Santrock, 1995; Morrison,
1988) membagi masa anak usia dini dalam tiga periode perkembangan, yaitu:
1. Masa bayi (usia 0-18 bulan), sebagai tahap terbentuknya kepercayaan
dasar versus ketidakpercayaan (basic trust vs. mistrust), dengan
karakteristik berupa adanya kebutuhan dasar bayi yang harus dipenuhi
oleh pengasuh yang tanggap dan peka agar terbentuk rasa kepercayaan
yang akan menimbulkan rasa aman.
2. Masa toddlers (usia 18 bulan-3 tahun), sebagai tahap terbentuknya
otonomi versus rasa malu dan ragu-ragu (autonomy vs. shame and
doubt) dengan karakteristik berupa adanya kemauan yang berasal dari
diri anak sendiri, sehingga bayi mulai mengembangkan rasa otonomi
atau kemandirian. Namun jika bayi terlalu dibatasi atau dihukum
terlalu keras, bayi cenderung mengembangkan rasa malu dan ragu-
ragu.
3. Masa awal kanak-kanak (tahun-tahun prasekolah; usia 3~6 tahun)
sebagai tahap terbentuknya inisiatif versus rasa bersalah (initiative vs.
guilt) dengan karakteristik anak yang mulai mengembangkan berbagai
aktivitas dan perilaku yang lebih bertujuan. Lingk/ungan yang
memberi kesempatan bereksplorasi akan dapat mengembangkan
kemampuan anak untuk menerima tanggung jawab, aktif, dan
memiliki keterlibatan dengan lingkungan. Namun perasaan bersalah
yang tidak menyenangkan dapat muncul jika anak tidak mampu
melakukan aktivitas-aktivitas baru.

Peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan no 137


THN 2014
Pasal 10

Sosial-emosional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:

a. kesadaran diri, terdiri atas memperlihatkan kemampuan diri, mengenal


perasaan sendiri dan mengendalikan diri, serta menyesuaian diri dengan
orang lain;

11
b. rasa tanggung jawab untuk diri dan orang lain, mencakup kemampuan
mengetahui hak-haknya, mentaati aturan, mengatur diri sendiri, serta
bertanggung jawab atas perilakunya untuk kebaikan sesama; dan
c. perilaku prososial, mencakup kemampuan bermain dengan teman sebaya,
memahami perasaan, merespon, berbagi, serta menghargai hak dan
pendapat orang lain; bersikap kooperatif, toleran, dan berperilaku sopan.

BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Perkembangan sosil emosional yang positif atau baik merupakan predictor
untuk kesuksesan dalam bidang akademik, kognitif social, dan emosional dalam
kehidupan anak selanjutnya. Menurut Waltzy (2006). Lingkungan dalam proses
belajar, berpengaruh besar untuk perkembangan emosi, terutama lingkungan yang
berada paling dekat dengan anak khususnya ibu atau pengasuh anak dilihat
dengan tahapan emosi, arah social, temperamen, senyuman, dan jenis tangis yang
dialami oleh anak usia 0-4 tahun.

12
DAFTAR PUSTAKA

Indrijati Herdina, 2016.Psikologi Perkembangan Dan Pendididkan


Anak Usia. Dini. Kencana : Jakarta

Kemdikbud, 2014. Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan


Nomor 137 Tahun 2014

Mashar Riana, 2011. Emosi Anak Usia Dini Dan Strategi


Pengembangannya. Kencana : Jakarta

Shaphiro E Lawrence, 2003. Mengajarkan Emosional Inteligence


Pada Anak. Gramedia Pustaka Utama : Jakarta

Soetjiningsih Cristiana Hari, 2012. Perkembangan Anak Sejak


Pembuahan Sampai Dengan Kanak- Kanak Akhir. Prenadamedia
Grup : Jakarta

13
14

Anda mungkin juga menyukai