Anda di halaman 1dari 8

ARTIKEL HASIL PRAKTIKUM

ANALISIS SENSITIVITAS ANTIBIOTIK

Dipersiapkan dan disusun oleh


Ayu Melinda
15020140081

telah dipertahankan di depan asisten pendamping pada tanggal


.................................................

Telah disetujui oleh:

Asisten Pendamping,

Nur Vicky Syafriani tanggal...................................


ANALISIS SENSITIVITAS ANTIBIOTIK
Ayu Melinda1 dan Nur Vicky Syafriani 2
1
Mahasiswa Fakultas Farmasi, UMI.
2
Asisten Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Farmasi, UMI
Email: ayumelinda75971@gmail.com

ABSTRAK
Latar Belakang : Antibiotika merupakan senyawa atau bahan yang dihasilkan oleh
mikroorganisme yang memiliki kemampuan untuk membunuh dan menghambat
pertumbuhan mikroorganisme lainnya. Perlu juga kita ketahui bahwa sensitivitas
adalah keadaan dimana antibiotic memiliki kemampuan untuk menghambat
pertumbuhan mikroorganisme. Namun dalam hal ini perlu diwaspadai munculnya
keadaan resisten yaitu keadaan dimana obat tidak mampu lagi menghambat
pertumbuhan mikroorganisme.
Tujuan Penelitian : Dengan tujuan untuk melihat sensitivitas dari antibiotik
Cotrimoksazol, Tetrasiklin, Clindamicin, Eritromisin, dan Azitromisin terhadap
mikroba Vaginosis bakcterial penyebab infeksi vagina.
Metode : Metode pengujian ini digunakan metode difusi agar dengan
membandingkan diameter zona hambatan dari antibiotik tersebut.
Hasil : Berdasarkan pengamatan hasil analisis sensitivitas antibiotik ini diperoleh
pada antibiotik Cotrimoksazol, Eritromisin, dan Azitromisin tidak menghasilkan
zona hambatan, sedangkan rata-rata zona hambatan dari antibiotic Tetrasiklin dan
Clindamicin, berturut-turut adalah 15 mm dan 17,66.
Kesimpulan : Dari hasil yang telah diperoleh, dapat disimpulkan bahwa antibiotik
Tetrasiklin dan Clindamisin memiliki tingkat sensitivitas yang lebih tinggi/baik
dalam menghambat pertumbuhan Vaginosis bakcterial.

Kata Kunci: Antibiotik, Vaginosis bakcterial, Resistensi, Cotrimoksazol,


Tetrasiklin, Clindamicin, Eritromisin, Azitromisin

PENDAHULUAN
Uji sentivitas bakteri merupakan suatu metode untuk menentukan tingkat
kerentanan bakteri terhadap zat antibakteri dan untuk mengetahui senyawa murni
yang memiliki aktivitas antibakteri. Diameter zona hambatan pertumbuhan bakteri
menunjukkan sensitivitas bakteri terhadap zat antibakteri. Selanjutnya dikatakan
bahwa semakin lebar diameter zona hambatan yang terbentuk bakteri tersebut
semakin sensitif 4.
Antibiotik ialah zat yang dihasilkan oleh suatu mikroba, terutama fungi, yang
dapat menghambat atau dapat membasmi mikroba jenis lain. Banyak antibiotik
dewasa ini dibuat secara semisintetik atau sintetik penuh. Namun dalam praktek
sehari-hari AM sintetik yang tidak diturunkan dari produk mikroba (misalnya
sulfonamida dan kuinolon) juga sering digolongkan sebagai antibiotik1.
Seorang ilmuan dari perancis menyatakan bahwa metode difusi agar dari
prosedur Kirby-Bauer, sering digunakan untuk mengetahui sensitivitas bakteri.
Prinsip dari metode ini adalah penghambatan terhadap pertumbuhan
mikroorganisme, yaitu zona hambatan akan terlihat sebagai daerah jernih di sekitar
cakram kertas yang mengandung zat antibakteri4.Meskipun metode ini masih
digunakan pada beberapa laboratorium klinik, sekarang ini telah digantikan dengan
prosedur otomatis miniatur yang lebih cepat dan efektif. Pada prosedur baru ini,
pelat yang disebut panel terdiri dari lubang-lubang yang mengandung reaktan yang
dapat menilai ciri-ciri organisme. Pada lubang lain terdapat konsentrasi antibiotika
yang bervariasi serta bermanfaat secara klinik. Hasil yang didapat dicetak secara
otomatis berupa identifikasi organisme serta konsentrasi antibiotik terhadap
organisme yang rentan2.
Intermediet adalah suatu keadaan dimana terjadi pergeseran dari keadaan
sensitif ke keadaan yang resisten tetapi tidak resisten sepenuhnya.Sedangkan
resisten adalah suatu keadaan dimana mikroba sudah peka atau sudah kebal
terhadap antibiotik.Resisten tersebut dapat berupa resisten alamiah, resisten karena
adaya mutasi spontan (resisten kromonal) dan resisten karena adanya factor R pada
sitoplasma (resistensi ekstrakrosomal) atau resisten karena terjadinya pemindahan
gen yang resisten atau factor R atau plasmid R atau plasmid (resisten silang) atau
dapat dikatakan bahwa suatu mikroorganisme dapat resisten terhadap obat-obat
antimikroba, karena mekanisme genetic atau no-genetik. Penyebab terjadiya
resisten terhadap mikroorganisme adalah penggunaan antibiotic yang tidak tepat,
mislanya penggunaan dengan dosis yang tidak memadai, pemakaian yang tidak
teratur atau tidak kontinyu, demikian juga waktu pengobatan yang tidak cukup
lama, sehingga untuk mencegah atau memperlambat terjadinya resisten tersebut ,
maka cara pemakaian antibiotic perlu diperhatikan1.
Resistensi sel mikroba ialah suatu sifat tidak terganggunya kehidupan sel
mikroba oleh antimikroba. Sifat ini dapat merupakan suatu mekanisme alamiah
untuk bertahan hidup3.Pemberian antibiotik yang paling ideal adalah berdasarkan
hasil pemeriksaan mikrobiologis dan uji kepekaan kuman. Namun dalam praktek
sehari-hari, tidak mungkin melakukan pemeriksaan mikrobiologis untuk pasien
yang dicuragai menderita suatu infeksi berat yang memerlukan penanganan segera
dimulai setelah pengambilan sampel bahan biologik untuk biakan dan pemeriksaan
kepekaan kuman4.
Bakteri yang resisten terhadap antibiotik merupakan masalah global, oleh
karenaitu penggunaan antibiotik yang tepat merupakan bagian dari pencegahan
resistensi. Hasil penelitian uji kepekaan bakteri terhadap antibiotik yang berasal
dari hasil kultur bakteri air dan udara ruang terhadap berbagai jenis antibiotik
mengalami resistensi pada semua bakteri yang ditemukan dan telah terjadi
multidrug resistency (MDR) terhadap semua antibiotik yang digunakan, karena
resisten-si ini terjadi lebih dari satu antibiotik5.
METODE PRAKTIKUM
Jenis dan Rancangan Praktikum :
Jenis praktikum ini adalah experimental dengan rancangan praktikum One-
Shot Study.
Bahan dan Alat Penelitian
Adapun alat yang digunakan yaitu autoklaf, cawan petri, Enkas, erlenmeyer,
inkubator (Memmert®), kapas, lampu spiritus, ose bulat, penggaris, spidol, spoit,
tabung bergerigi,tabung reaksi (Pirex®), vial,
Adapun bahan yang digunakan yaitu medium NA (Nutrient Agar) (no. reg:
1.05450.0500 Merck KG A, 64271 Darmstadt), Paper disk, plastik wrap, dan
tissue.
Sampel Praktikum
Sampel yang digunakan pada praktikum ini adalah Antibiotik
Cotrimoksazol, Tetrasiklin, Clindamicin, Eritromisin, Azitromisin dan biakan
infeksi Vaginosis bakcterial.
Cara kerja
Dimasukan 10 mL medium NA ke dalam vial dan dipipet 0,02 mikro pipet
biakan spesimen infeksi saluran pernapasan, dibuat sebanyak dua kali, kemudian
dihomogenkan. Kemudian dimasukan ke dalam 2 cawan petri, yang masing-
masing terlebih dahulu dipatron. Dimasukan paper disk yang sebelumnya telah
direndam dalam obat antibiotik Cotrimoksazol, Tetrasiklin, Clindamicin,
Eritromisin, Azitromisin ke dalam cawan petri. Diinkubasi selama 1x24 jam pada
37°C dan diamati zona hambat yang terbentuk dalam cawan petri.
Analisis Hasil
Pada percobaan ini parameter yang dianalisis yaitu dilakukan pengujian
sensitivitas terhadap obat antibiotic Cotrimoksazol, Tetrasiklin, Clindamicin,
Eritromisin, Azitromisin dalam menghambat pertumbuhan Vaginosis bakcterial
berdasarkan pembentukan zona hambatan pada medium Nutrien Agar.
HASIL PRAKTIKUM

Gambar 1. Hasil analisis sensitivitas antibiotic pada obat Azitromisin dan


Clindamisin terhadap specimen Vaginosis bakcterial pada medium NA

Gambar 2. Hasil analisis sensitivitas antibiotic pada obat Tetrasiklin, Eritromisin


dan Cotrimoksazol terhadap specimen Vaginosis bakcterial pada
medium NA

Kel. Antibiotik Diameter Zona Hambatan


I II III Rata-rata (mm)
Cetrizine 10 11 9 10
1 Ofloksasin 18 17 17 17.33
Ciprofloksasin 18 18 17 17.67
Cefixime 10 19 11 10
Ampicilin 15 17 17 16.33
2 Clindamisin 13 13 13 13
Eritromisin 17 16 16 16.33
Ciprofloksasin 17 18 18 17.66
Cefadroxil 14 14 13 13.66
Ampicilin 9 8 7 8
Cotrimoksazol 8 7 8 7.6
3 Ofloksasin 14 12 13 13
Azitromisin 10 9 9 9.3
Clindamisin 11 11 12 11.3
Ciprofloksasin 19 19 17 18.3
Cotrimoksazol - - - -
Tetrasiklin 15 15 15 15
4 Clindamisin 20 16 17 17.66
Eritromisin - - - -
Azitromisin - - - -

PEMBAHASAN
Antibiotik ialah suatu bahan atau senyawa yang dihasilkan oleh
mikroorganisme agar dapat membunuh atau menghambat pertumbuhan dari
mikroorganisme lainnya. Sensitivitas adalah suatu kemampuan bahan obat yang
dapat membunuh atau menghambat pertumbuhan mikroba. Sedangkan intermediet
merupakan suatu keadaan dimana terjadi pergeseran dari keadaan sensitif ke
keadaan yang resisten tetapi tidak resisten sepenuhnya. Kemudian keadaan
resistensi adalah ketahanan dai mikroorganisme dari suatu anttibiotik.
Uji sensitivitas antibiotik terhadap berbagai macam mikroba tujuan
dilakukannya adalah untuk mengetahui apakah suatu antibiotik dapat membunuh
beberapa jenis mikroba atau berspektrum luas ataukah hanya dapat membunuh satu
jenis mikroba saja yang disebut berspektrum sempit. Dinamisasi pembentukan zona
selama inkubasi, antibiotik akan berdifusi dan mikroorgansime akan menjauhi
sesuai dengan potensi antibiotiknya dan tepi zona akan terbentuk oleh konsentrasi
minimal antibiotiknya yang dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme yang
disebut Critical Concentration.
Pada praktikum analisis sensitivitas antibiotik digunakan metode difusi agar
dengan membandingkan diameter zona hambatan dari antibiotik tersebut dalam
menghambat pertumbuhan Vaginosis bakcterial. Adapun Tujuan dilakukan
praktikum ini untuk melihat sensitivitas dari antibiotik Azitromisin, Clindamicin,
Eritromisin, Tetrasiklin, dan Cotrimoksazol terhadap mikroba Vaginosis bakcterial
penyebab infeksi vagina.
Azitromisin adalah antibiotik yang memiliki mekanisme kerja yang sama
dengan Eritromisin yaitu menghambat sintesis protein dengan menghambat
langkah translokasi. Clindamisin adalah antimikroba yang terutama digunakan
pada pengobatab infeksi yang disebabkan oleh bakteri anaerobik dan juga aktif
secara signifikan melawan kokus gram-positif. Eritromisin adalah obat yang efektif
melawan organism yang juga dilawan oleh penisilin G, sehingga eritromisin
digunakan pada pasien yang alergi pada Penisillin G. Tetrasiklin adalah antibiotik
penghambat sintesis protein yang berspektrum luas dan efektif melawan bakteri
gram positif dan gram negative serta organism selain bakteri. Dan Cotrimoksazol
adalah antibiotic penghambat sintesis asam folat. Dimana antibiotic ini merupakan
kombinasi dari Trimetoprim dengan sulfametoksazol, yang menunjukkan aktivitas
antibiotic yang lebih besar daripada obat lainnya.
Berdasarkan pengamatan hasil analisis dari praktikum sensitivitas antibiotik
ini diperoleh hasil,pada antibiotic Cotrimoksazol, Eritromisin, dan Azitromisin
tidak menghasilkan zona hambatan, sedangkan rata-rata zona hambatan dari
antibiotic Tetrasiklin dan Clindamicin, berturut-turut adalah 15 mm dan 17,66. Dari
hasil yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa antibiotic Tetrasiklin dan
Clindamisin memiliki tingkat sensitivitas yang lebih tinggi/baik dalam
menghambat pertumbuhan Vaginosis bakcterial.
KESIMPULAN
Dari praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa antibiotic
Tetrasiklin dan Clindamisin memiliki tingkat sensitivitas yang lebih tinggi/baik
dalam menghambat pertumbuhan Vaginosis bakcterial.
SARAN
Sebaiknya praktikan harus lebih hati-hati dan teliti baik pada saat praktikum
maupun pada pengamatan agar tidak terjadi kesalahan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Ganiswarna, S.G., 2010, Farmakologi dan TerapiEdisi IV, Universitas
Indonesia, Jakarta.
2. Fardiaz, S., 2006,Mikrobiologi Pangan I, PT. Gramedia, Jakarta.
3. Jawelz, M. A., 2005, Mikrobiologi Kedokteran (Medical Microbiology) Edisi
20, EGC, Jakarta.
4. Mycek, J.M., dkk.,2010, Farmakologi Ulasan BergambarEdisi II, Widya
Medika, Jakarta.
5. Suriaman, E., 2008. Uji Kualitas Air. [diakses 17 April 2010].

Anda mungkin juga menyukai