Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Spasial Vol 5. No.

2, 2018
ISSN 2442 3262

ANALISIS SPASIAL TINGKAT KERENTANAN


BENCANA GUNUNG API LOKON DI KOTA TOMOHON

Lisa Christie Gosal 1, Raymond Ch. Tarore ² & Hendriek H. Karongkong 3


1
Mahasiswa S1 Program Studi Perencanaan Wilayah & Kota Universitas Sam Ratulangi
2&3
Staf Pengajar Prodi S1 Perencanaan Wilayah & Kota, Jurusan Arsitektur, Universitas Sam Ratulangi

E-mail: lisachristiegosal@gmail.com

Abstrak
Gunung Lokon merupakan gunung api aktif yang terletak di Kota Tomohon dengan tipe gunung A atau
stratovolcano. Bahaya primer letusan Gunung api Lokon (bahaya langsung akibat letusan) adalah
luncuran awan panas, lontaran piroklastik (bom vulkanik, lapilli, pasir dan abu) dan mungkin aliran lava.
Sedangkan bahaya sekunder (bahaya tidak langsung akibat letusan) adalah lahar hujan yang terjadi
setelah letusan dan apabila turun hujan lebat di sekitar puncak. Oleh karena itu, untuk meminimalisir
dampak dari bencana tersebut diperlukan analisis mengenai tingkat kerentanan yang sangat berkaitan
dengan penilaian resiko sebagai upaya penanggulangan bencana untuk perencanaan dan pengembangan
daerah Kota Tomohon. Tujuan dari penelitian ini adalah teridentifikasinya tingkatan kerentanan bencana
letusan gunung api dan diperolehnya rekomendasi – rekomendasi tentang penanganan di kawasan
terdampak Gunung api Lokon. Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif dan kuantitatif
dengan melakukan analisis spasial. Sesuai dengan analisis tersebut, maka dalam menganalisis tingkat
kerentanan menggunakan metode pembobotan nilai terhadap aspek fisik bangunan, sosial kependudukan,
ekonomi dan lingkungan yang parameter pembentuknya berdasarkan PERKA BNPB No. 2 Tahun 2012
tentang Pedoman Umum Pengkajian Risiko Bencana, sehingga diperolehnya indeks penduduk terpapar
dan indeks kerugian dari dampak bencana. Analisis kerentanan diolah dalam SIG (Sistem Informasi
Geografis) untuk mengklasifikasikan nilai kerentanan yang paling tinggi hingga paling rendah.
Berdasarkan hasil studi, didapat 2 hal yaitu; persebaran tingkat kerentanan di Kota Tomohon terbagi atas
3 kelas dan yang menjadi pembahasan adalah kelurahan dengan kelas kerentanan tinggi (8 kelurahan) dan
rekomendasi – rekomendasi penanganan di wilayah rentan bencana letusan Gunung api Lokon.

Kata Kunci : Gunung api, Spasial, Tingkat Kerentanan Bencana, Mitigasi

PENDAHULUAN mdpl. Bahaya utama letusan Gunung api


Fakta membuktikan besarnya Lokon bersifat eksplosif menghasilkan
potensi kerawanan gunung berapi di letusan abu diselingi letusan kuat yang
Indonesia dapat di identifikasi dari letak melontarkan batu, hujan abu dan bom
wilayah dan posisi geografis, dimana vulkanik. Pusat erupsi tersebut kini
keberadaannya berada pada jalur dikenal sebagai Kawah Tompaluan.
pertemuan lempeng tektonik dengan Menurut Pusat Vulkanologi dan
barisan gunung api aktif atau dikenal Bencana Geologi, bahaya utama letusan
sebagai the ring of fire (cincin api). Gunung api Lokon bersifat eksplosif
Indonesia memiliki 13% dari jumlah dengan erupsi seperti letusan abu diselingi
gunung api di dunia, yaitu: 129 gunung api letusan kuat yang melontarkan batu, hujan
berstatus aktif dan 500 gunung api abu dan bom vulkanik, kecuali pada tahun
berstatus tidak aktif, selain itu 60% dari 1969 dan 1991 di identifikasi erupsi
jumlah gunung api tersebar memiliki letusan mengeluarkan awan panas dan
potensi letusan yang cukup besar. Salah pembentukan kubah lava. Dilihat dari
satunya Gunung api Lokon yang terletak sejarah letusan Gunung api Lokon belum
di Kota Tomohon. Gunung Lokon pernah terjadi adanya aliran lava,
termasuk dalam tipe gunung A atau sedangkan aliran lahar tidak begitu besar
stratovolcano dengan letak posisi dampaknya seperti gunung vulkanik
geografis 1021,5’LU dan 12404,5’BT, lainnya di Indonesia.
dengan tinggi puncaknya yakni 1597,5 Berdasarkan hasil identifikasi

Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota 229


Jurnal Spasial Vol 5. No. 2, 2018
ISSN 2442 3262

diatas mengenai bahaya erupsi dari Tomohon.


Gunung api Lokon, maka perlunya 2. Diperoleh rekomendasi – rekomendasi
tindakan mitigasi bencana. Menurut UU tentang penanganan di kawasan
No. 24 Tahun 2007 mengenai mitigasi terdampak Gunung api Lokon
diartikan sebagai upaya penanggulangan berdasarkan hasil tingkat
bencana dengan tujuan dapat kerentanannya.
meminimalkan dampak kerusakan yang
ditimbulkan akibat terjadinya bencana, TINJAUAN PUSTAKA
serta untuk menimimalkan jumlah korban. Pengertian Bencana
Pentingnya suatu Perencanaan, Menurut Undang-Undang Nomor
pengelolaan, dan pengendalian kawasan 24 Tahun 2007 Pasal 1, bencana diartikan
rawan bencana sebagai usaha pencegahan sebagai peristiwa atau rangkaian
adalah kewajiban baik bagi pemerintah peristiwa yang mengancam dan
maupun masyarakat. mengganggu kehidupan dan penghidupan
Tahapan dalam melakukan masyarakat yang disebabkan, baik oleh
perhitungan kerentanan Gunung berapi faktor alam dan / atau non-alam, maupun
yaitu dengan menentukan/ menghitung faktor manusia sehingga mengakibatkan
nilai kerentanan dari empat aspek, yaitu: timbulnya korban jiwa manusia,
fisik, sosial, ekonomi dan lingkungan kerusakan lingkungan, kerugian harta
dengan menggunakan metode skoring benda, dan dampak psikologis.
sesuai Peraturan Kepala BNPB No.2
Tahun 2012 tentang Pedoman Umum Bencana Gunung Api
Pengkajian Risiko Bencana. Dalam Bencana gunung api berpotensi
menganalisis daerah-daerah yang besar pengaruhnya terhadap kehidupan
berpotensi terhadap bahaya letusan manusia dimana bencana tersebut
gunung berapi menggunakan sebuah memiliki dampak positif dan dampak
analisis spasial melalui pengolahan data negatif. Dari segi keuntungan, terlihat
SIG (Sistem Informasi Geografis). bahwa dengan adanya gunung api, maka
Analisis spasial mengenai jarak, arah dan didaerah sekitarnya akan menjadi subur
hubungan menggunakan SIG dapat karena bahan erupsi gunung api
dilakukan dengan cepat, mudah dan mengandung unsur hara yang berguna
akurat. sekali untuk tumbuhan-tumbuhan.
Ketiadaan analisis terhadap indeks Sedangkan kerugian dari bencana gunung
kerentanan gunung berapi berpengaruh api berupa adanya korban jiwa, rusaknya
terhadap penilaian risiko bencana sebagai bangunan-bangunan maupun kerugian
salah satu upaya mitigasi dan timbulnya dari segi materi (harta benda).
kendala-kendala dalam mengetahui Definisi gunung api adalah lubang
dampak negatif yang mungkin timbul kepundan atau rekahan dalam kerak bumi
akibat suatu bencana. Oleh karena itu, tempat keluarnya cairan magma atau gas
adanya penelitian ini diharapkan mampu atau cairan lainnya ke permukaan bumi.
memetakan dan menganalisis tingkatan Material yang dierupsikan ke permukaan
kerentanan bencana Gunung api Lokon di bumi umumnya membentuk kerucut
Kota Tomohon, sehingga nantinya terpancung. Gunung api diklasifikasikan
diharapkan menjadi rekomendasi untuk ke dalam dua sumber erupsi, yaitu: (1)
penanganan/ mitigasi awal dalam erupsi pusat, erupsi keluar melalui kawah
mengantisipasi dampak bencana, agar utama; dan (2) erupsi samping, erupsi
tidak menimbulkan kerugian yang besar. keluar dari lereng tubuh gunung api; (3)
Dari uraian diatas muncul beberapa erupsi celah, erupsi yang muncul melalui
pertanyaan yang menjadi tujuan dalam retakan/sesar yang memanjang hingga
penelitian ini : beberapa kilometer; (4) erupsi eksentris,
1. Teridentifikasinya tingkatan erupsi samping tetapi magma yang keluar
kerentanan dari aspek fisik, sosial, bukan dari kepundan pusat yang
ekonomi dan lingkungan di kawasan menyimpang ke samping melainkan
terdampak Gunung api Lokon di Kota langsung dari dapur magma melalui

Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota 230


Jurnal Spasial Vol 5. No. 2, 2018
ISSN 2442 3262

kepundan tersendiri (Buku Pengenalan Berdasarkan buku “Risiko Bencana


Gunung Api, Vulcanologi Survey of Indonesia” mengenai pengkajian risiko
Indonesia: 2008). bencana dengan acuan Perka BNPB No.2
Tahun 2012 tentang Pedoman Umum
Mitigasi Bencana Pengkajian Risiko Bencana membagi atas
Mitigasi berarti mengambil empat aspek analisis kerentanan yaitu
tindakan-tindakan untuk mengurangi kerentanan fisik, kerentanan sosial,
pengaruh-pengaruh dari suatu bahaya itu kerentanan ekonomi dan kerentanan
terjadi. Istilah mitigasi berlaku untuk lingkungan.
cakupan yang luas dari aktifitas-aktifitas
dan tindakan-tindakan perlindungan yang Analisis Spasial Berbasis Sistem
mungkin diawali, dari yang fisik, Informasi Geografis (GIS)
membangun bangunan-bangunan yang Tingkat Menurut Eddy Prahasta
lebih kuat, sampai dengan yang (2009:110) bahwa “SIG merupakan sejenis
procedural, seperti teknik-tekinik yang perangkat lunak, perangkat keras
baku untuk menggabungkan penilaian (manusia, prosedur, basis data dan fasilitas
bahaya didalam rencana penggunaan jaringan komunikasi) yang dapat
lahan. (UNDP, 1992 : 11). digunakan untuk menfasilitasi proses
pemasukan, penyimpanan, manipulasi,
Pengkajian Risiko Bencana menampilkan dan keluaran data/informasi
Menurut Perka BNPB No.2 Tahun geografis berikut atribut-atribut terkait”.
2012 tentang Pedoman Umum Pengkajian Beberapa sub-sistem dalam Sistem
Risiko Bencana, Kajian Risiko Bencana Informasi Geogrfis (SIG) dapat diuraikan
adalah mekanisme terpadu untuk sebagai berikut:
memberikan gambaran menyeluruh a) Data Input: sub-sistem ini bertugas
terhadap risiko bencana suatu daerah untuk mengumpulkan,
dengan menganalisis Tingkat Ancanaman, mempersiapkan dan menyimpan data
Tingkat Kerugian dan Kapasitas Daerah. spasial dan atribut dari berbagai
Tingkat Risiko melakukan perbandingan sumber.
antara Tingkat Kerugian dengan Kapasitas b) Data Output: sub-sistem ini
Daerah untuk memperkecil Tingkat menampilkan atau menghasilkan
Kerugian dan Tingkat Ancaman akibat keluaran seluruh atau sebagian basis
bencana. Kajian risiko bencana dapat data baik dalam bentuk softcopy
dilaksanakan dengan menggunakan maupun bentuk hardcopy seperti
pendekatan sebagai berikut: halnya tabel, grafik, report, peta dan
lain sebagainya.
c) Data Management: sub-sistem ini
mengorganisasikan baik data spasial
Keterangan: maupun tabel-tabel atribut terkait ke
H : Hazard (Bahaya) dalam sebuah basis data sedemikian
V : Vulnerability (Kerentanan) rupa sehingga mudah dipanggil
C : Capacity (Kapasitas) kembali atau di-retrive, di-update dan
di-edit.
Kerentanan (Vulnerability) d) Data Manipulation & Analysis: sub-
Tingkat kerentanan adalah suatu sistem ini menentukan informasi-
hal penting untuk diketahui sebagai salah informasi yang dapat dihasilkan oleh
satu faktor yang berpengaruh terhadap SIG dan melakukan manipulasi serta
terjadinya bencana, karena bencana baru pemodelan data untuk menghasilkan
akan terjadi bila “bahaya” terjadi pada informasi yang diharapkan.
“kondisi yang rentan”, seperti yang
dikemukakan Awotona (1997: 1-2) METODOLOGI PENELITIAN
yaitu:“natural disaster are the interaction Metode Penelitian
between natural hazard and vulnerable Dalam penelitian ini akan
condition”. menganalisa kerentanan kawasan yang

Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota 231


Jurnal Spasial Vol 5. No. 2, 2018
ISSN 2442 3262

terdampak bencana Gunung api Lokon di berikut:


Kota Tomohon dengan melakukan 1. Fisik
pembobotan nilai berdasarkan 4 (empat) Tabel 2. Pembobotan Nilai Kerentanan Fisik
aspek kerentanan yaitu fisik, sosial, Parameter Bobot Kelas
ekonomi dan lingkungan. Adapun dasar (%) Rendah Sedang Tinggi
Rumah 40 <400 juta 400-800 juta >800 juta
penelitian berlandaskan pada PERKA Fasilitas Umum 30 <500 juta 500 juta – 1 M >1 M
BNPB Nomor 02 Tahun 2012 Tentang Fasilitas Kritis 30 <500 juta 500 juta – 1M >1 M
Pedoman Umum Pengkajian Risiko Kerentanan Fisik = (0,4*skor Rumah) + (0,3*skor Fasum) + (0.3*skor Faskris)
Perhitungan nilai setiap parameter (kecuali rumah) dilakukan berdasarkan:
Bencana. Formula solutif sebagai nilai  Pada kelas bahaya RENDAH memiliki pengaruh 0%
indeks kerentanan bencana gunung api,  Pada kelas bahaya SEDANG memiliki pengaruh 50%
 Pada kelas bahaya TINGGI memiliki pengaruh 100%
yaitu sebagai berikut: Perhitungan nilai parameter Rumah dilakukan berdasarkan:
 Pada kelas bahaya RENDAH, jumlah rumah yang terdampak dikalikan 5 juta
 Pada kelas bahaya SEDANG, jumlah rumah yang terdampak dikalikan 10
juta
Pemetaan setiap aspek analisis  Pada kelas bahaya TINGGI, jumlah rumah yang terdampak dikalikan 15 juta
kerentanan letusan bencana Gunung api
Lokon menggunakan metode pengolahaan 2. Sosial
data SIG (Sistem Informasi Geografis). Tabel 3. Pembobotan Nilai Kerentanan Sosial
Kemudian diperoleh rekomendasi – Parameter Bobot Kelas
(%) Rendah Sedang Tinggi
rekomendasi penanganan di kawasan Kepadatan Penduduk 60 <5 5-10 jiwa/ha >10 jiwa/ha
kerentanan tinggi dengan menggunakan jiwa/ha
Kelompok Rentan
metode deskriptif dari hasil analisis tingkat Rasio Jenis Kelamin (10%) >40% 20-40% <20%
kerentanan Gunung api Lokon. Rasio Kelompok Umur
Rentan (10%)
40
Rasio Penduduk Miskin <20% 20-40% >40%
Teknik Pengumpulan Data (10%)
Rasio Penduduk Cacat (10%)
Dalam penelitian ini, menggunakan Kerentanan Sosial = 𝟎. 𝟔 × 𝒔𝒌𝒐𝒓 𝑲𝒆𝒑𝒂𝒅𝒂𝒕𝒂𝒏 𝑷𝒆𝒏𝒅𝒖𝒅𝒖𝒌 + 𝟎. 𝟏 ×
2 teknik pengumpulan data yaitu data 𝒓𝒂𝒔𝒊𝒐 𝒋𝒆𝒏𝒊𝒔 𝒌𝒆𝒍𝒂𝒎𝒊𝒏 + 𝟎. 𝟏 × 𝒓𝒂𝒔𝒊𝒐 𝒌𝒆𝒍𝒐𝒎𝒑𝒐𝒌 𝒖𝒎𝒖𝒓 𝒓𝒆𝒏𝒕𝒂𝒏 +
𝟎. 𝟏 × 𝒓𝒂𝒔𝒊𝒐 𝒑𝒆𝒏𝒅𝒖𝒅𝒖𝒌 𝒎𝒊𝒔𝒌𝒊𝒏 + (𝟎. 𝟏 × 𝒓𝒂𝒔𝒊𝒐 𝒑𝒆𝒏𝒅𝒖𝒅𝒖𝒌 𝒎𝒊𝒔𝒌𝒊𝒏
primer dan data sekunder seperti pada
tabel di bawah ini: 3. Ekonomi
Tabel 1. Kebutuhan Data Penelitian Tabel 4. Pembobotan Nilai Kerentanan Ekonomi
Parameter Bobot Kelas
(%) Rendah Sedang Tinggi
Lahan Produktif 60 <50 juta 50 – 200 juta >200 juta
PDRB 40 <100 juta 100-300 juta >300 juta
Kerentanan Ekonomi = (0,6*skor Lahan Produktif) + (0,4*skor PDRB)
Perhitungan nilai setiap parameter dilakukan berdasarkan:
 Pada kelas bahaya RENDAH memiliki pengaruh 0%
 Pada kelas bahaya SEDANG memiliki pengaruh 50%
 Pada kelas bahaya TINGGI memiliki pengaruh 100%

4. Lingkungan
Tabel 5. Pembobotan Nilai Kerentanan Lingkungan
Parameter Kelas
Skor
Rendah Sedang Tinggi
Hutan Lindung <20 Ha 20 – 50 Ha >50 Ha
Kelas/ Nilai
Hutan Alam <25 Ha 25 – 75 Ha >75 Ha
Maks. Kelas
Semak Belukar <10 Ha 10 – 30 Ha >30 Ha
Disesuaikan dengan jenis bencana:
Sumber: Penulis, 2018  Letusan Gunung Api

Setelah pembobotan nilai setiap


Metode Analisis Data parameter – parameter dalam analisis
Analisis Tingkat Kerentanan Bencana kerentanan, dilanjutkan dengan proses
Analisis tingkat kerentanan skoring sesuai kelas Kawasan Rawan
dilakukan dengan memasukkan data – data Bencana dari Pusat Vulkanologi dan
sesuai dengan parameter – parameter yang Mitigasi Bencana Geologi seperti yang
sudah ditentukan dan dilanjutkan dengan dijelaskan dalam tabel berikut:
pembobotan nilai sesuai Perka BNPB No.
2 Tahun 2012 tentang Pedoman Umum
Pengkajian Risiko Bencana dengan
paramater pembobotan nilai sebagai

Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota 232


Jurnal Spasial Vol 5. No. 2, 2018
ISSN 2442 3262

Tabel 6. Pembagian Kelas Rawan Bencana Pembahasan


Kawasan Rawan Bencana Bobot
Kelas Nilai Skor
(KRB) (%) Indeks Kerentanan Fisik
I Rendah 1 0,333333
II Sedang 2 100 0,666667
Analisis Indeks Kerentanan Fisik
III Tinggi 3 1,000000 (IKF) merupakan proses perhitungan dari
keseluruhan hasil nilai kerugian dari
HASIL PENELITIAN kerentanan fisik parameter rumah, fasilitas
Gambaran Umum Lokasi Penelitian umum dan fasilitas kritis.
Tabel 7. Indeks Kerentanan Fisik Kota Tomohon
Berdasarkan data Rencana
Kontijensi Bencana Gunung Api Lokon
Tahun 2014 mengenai Kawasan yang
terdampak bencana Gunung Api Lokon
adalah Kecamatan Tomohon Utara dan
Kecamatan Tomohon Barat.

Sumber: Penulis, 2018

Dari hasil analisis diatas kelurahan


yang termasuk klasifikasi kerentanan
tertinggi yaitu kelurahan Kakaskasen Satu
dengan nilai 0,700, sedangkan kelurahan
Gambar 3. Peta Deliniasi Lokasi Penelitian termasuk klasifikasi kerentanan terendah
Sumber: Penulis, 2018 yaitu kelurahan Taratara Satu dan Taratara
Karakteristik Gunung Api Lokon Dua dengan nilai 0,231.
Gunung Lokon yang terletak di
Kota Tomohon merupakan salah satu
gunung api berstatus aktif hingga sekarang
dengan potensi bahaya erupsi letusan yang
cukup besar, pusat erupsi tersebut dikenal
sebagai Kawah Tompoluan. Letak posisi
geografis Gunung Lokon adalah
1021,5’LU dan 12404,5’BT, dengan tinggi
puncaknya yakni 1597,5 mdpl.
Pemantauan secara visual maupun
instrumental kegiatan erupsi Gunung api Gambar 4. Peta Indeks Kerentanan Fisik Kota
Lokon setiap harinya dilakukan dari Pos Tomohon
Sumber: Penulis, 2018
PGA Lokon-Mahawu di Kelurahan
Kakaskasen.
Indeks Kerentanan Sosial
Sejarah Letusan Analisis Indeks Kerentanan Sosial
Berdasarkan sejarah letusan gunung (IKS) merupakan proses perhitungan dari
api lokon menunjukkan bahwa frekuensi keseluruhan hasil nilai jumlah penduduk
letusan meningkat sangat tajam atau terpapar bencana untuk parameter
selang terjadinya letusan bervariasi antara kepadatan penduduk, rasio jenis kelamin,
1 – 4 tahun (rata-rata 3 tahun). rasio kelompok umur rentan, rasio
Sebelumnya selang waktu terjadinya penduduk miskin dan rasio penduduk
letusan sangat lama yaitu dari tahun cacat.
1800an, dan kemudian tahun berikutnya
1900an. Letusan terbesar terjadi tahun
1991, sedangkan letusan-letusan yang
terjadi pada tahun 2000an relatif kecil.

Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota 233


Jurnal Spasial Vol 5. No. 2, 2018
ISSN 2442 3262

Tabel 8. Indeks Kerentanan Sosial Kota Tomohon 0,670, sedangkan 6 (enam) kelurahan yang
termasuk klasifikasi kerentanan terendah
yaitu kelurahan Kakaskasen Tiga,
Kakaskasen Dua, Kakaskasen Satu,
Kakaskasen, Kinilow Satu dan Tinoor
Dua, serta lainnya 8 (delapan) kelurahan di
Kecamatan Tomohon Barat dengan nilai
0,330.

Sumber: Penulis, 2018


Dari hasil analisis diatas kelurahan
yang termasuk klasifikasi kerentanan
tertinggi yaitu kelurahan Kinilow Satu
dengan nilai 18,391, sedangkan kelurahan
termasuk klasifikasi kerentanan terendah
yaitu kelurahan Woloan Tiga dengan nilai
13,852.

Gambar 6. Peta Indeks Kerentanan Ekonomi Kota


Tomohon
Sumber: Penulis, 2018

Indeks Kerentanan Lingkungan


Indeks Kerentanan Lingkungan
(IKL) merupakan proses perhitungan dari
keseluruhan hasil nilai kerugian dari
kerentanan lingkungan parameter hutan
lindung, hutan alam dan semak belukar.
Gambar 5. Peta Indeks Kerentanan Sosial Kota Tabel 10. Indeks Kerentanan Lingkungan Kota
Tomohon Tomohon
Sumber: Penulis, 2018

Indeks Kerentanan Ekonomi


Indeks Kerentanan Ekonomi (IKE)
merupakan proses perhitungan dari
keseluruhan hasil nilai kerugian dari
kerentanan ekonomi parameter lahan
produktif dan PDRB.
Tabel 9. Indeks Kerentanan Ekonomi Kota Tomohon

Sumber: Penulis, 2018

Dari hasil analisis diatas kelurahan


yang termasuk klasifikasi kerentanan
tertinggi yaitu kelurahan Taratara Dua
dengan nilai 0,800, sedangkan kelurahan
yang termasuk klasifikasi kerentanan
terendah yaitu kelurahan Tinoor Dua
dengan nilai 0,000.
Sumber: Penulis, 2018

Dari hasil analisis diatas 2 (dua)


kelurahan yang termasuk klasifikasi
kerentanan tertinggi yaitu kelurahan
Kayawu dan Tinoor Satu dengan nilai

Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota 234


Jurnal Spasial Vol 5. No. 2, 2018
ISSN 2442 3262

Gambar 7. Peta Indeks Kerentanan Lingkungan Kota Gambar 8. Peta Indeks Kerentanan Letusan Gunungapi
Tomohon Lokon di Kota Tomohon
Sumber: Penulis, 2018 Sumber: Penulis, 2018

Rekomendasi – rekomendasi
Analisis Tingkat Kerentanan Letusan Penanganan di Kawasan Tingkat
Gunungapi Lokon di Kota Tomohon Kerentanan Tinggi
Tingkat kerentanan letusan gunung Berdasarkan analisis tingkat
api merupakan suatu perhitungan yang kerentanan atau peta indeks kerentanan
menggabungkan hasil perhitungan nilai letusan Gunung api Lokon per kelurahan
indeks kerentanan fisik (IKF), indeks di Kota Tomohon, maka perlu diambil
kerentanan sosial (IKS), indeks kerentanan langkah-langkah atau arahan
ekonomi (IKE) dan indeks kerentanan penanggulangan sebagai upaya dalam
lingkungan sesuai (IKL). Berikut hasil melakukan mitigasi bencana dilihat dari
perhitungan indeks kerentanan letusan hasil indeks kerentanan khususnya pada
Gunung api Lokon di Kota Tomohon kelurahan-kelurahan dengan tingkat
dilihat pada tabel di bawah ini: kerentanan tinggi.
Tabel 11. Indeks Kerentanan Lingkungan Kota Sebagian besar kelurahan yang
Tomohon
masuk dalam kelurahan tingkat kerentanan
tinggi memiliki nilai yang tinggi pada skor
Rumah, skor Kepadatan Penduduk, Rasio
Kelompok Umur Rentan dan kawasan
Hutan. Rekomendasi – rekomendasi
penanganan/mitigasi awal yang dihasilkan
adalah sebagai berikut:
1. Membatasi pembangunan rumah di
kawasan rentan letusan gunung api,
salah satunya fisik bangunan berupa
permanen sebagai salah satu upaya
menekan indeks kerugian rupiah
rumah.
2. Pengaturan ruang permukiman pada
Sumber: Penulis, 2018
kelurahan-kelurahan dengan
kepadatan tinggi sebagai salah satu
Dari hasil analisis diatas 3 (tiga) upaya untuk mengurangi kepadatan
kelurahan yang termasuk klasifikasi pada suatu daerah dengan usaha-
kerentanan tertinggi yaitu kelurahan usaha seperti relokasi permukiman
Kinilow Satu 7,630623, kelurahan pada daerah-daerah dengan tingkat
Kayawu 7,519605 dan kelurahan kerentanan kepadatan penduduk
Kakaskasen Satu 7,473465. Berikut rendah.
gambar visualisasi peta kerentanan letusan 3. Penekanan pertumbuhan penduduk di
gunung api: kawasan rentan letusan gunung api,
salah satunya dengan penekanan
angka kelahiran dengan melakukan

Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota 235


Jurnal Spasial Vol 5. No. 2, 2018
ISSN 2442 3262

sensus dan sosialisasi program SARAN


Keluarga Berencana (2 anak lebih Berdasarkan hasil kesimpulan
baik) sebagai upaya untuk diatas dan rekomendasi-rekomendasi yang
mengurangi tingginya nilai kelompok diberikan pada analisis kerentanan, maka
umur rentan dari usia muda. penulis mengeluarkan saran-saran sebagai
4. Perlindungan dan Pengelolaan berikut kepada pemerintah Kota Tomohon
kawasan hutan alam, hutan lindung sebagai pihak berwenang yang menjadi
dan semak belukar di kawasan rentan prioritas untuk dilakukan sebagai langkah
letusan gunung api sebagai salah satu awal dalam memitigasi bencana letusan
upaya mengurangi indeks kerugian Gunung api Lokon yaitu:
dari aspek ekologi/ lingkungan. 1. Melakukan edukasi publik dari
instansi Badan Kependudukan dan
KESIMPULAN Keluarga Berencana Nasional
Berdasarkan pembahasan dan (BkkbN) Kota Tomohon terkait
tujuan dari penelitian pada bab Pengadaan sosialisasi melalui
sebelumnya, dapat disimpulkan beberapa pemaparan langsung atau melalui
hal yaitu: media kertas maupun media internet
1. Untuk analisis kerentanan bencana tentang Keluarga Berencana (2 anak
Gunung api Lokon di Kota Tomohon lebih baik) sebagai upaya menekan
yang ditinjau dari hasil perhitungan angka kelahiran untuk pengurangan
aspek-aspek kerentanan fisik, risiko kelompok umur rentan terpapar
kerentanan sosial, kerentanan ekonomi dampak letusan.
dan kerentanan lingkungan dibagi atas 2. Melakukan pengaturan terhadap
3 (tiga) kelas yaitu kelas kerentanan pembangunan di kawasan rentan
rendah meliputi 2 kelurahan bencana dari instansi Kantor PTSP
(Kelurahan Kakaskasen Tiga dan Kota Tomohon untuk memperketat
Woloan Tiga), kelas kerentanan persyaratan Izin Mendirikan Bangunan
sedang meliputi 8 kelurahan (IMB) sebagai upaya mengurangi
(Kelurahan Kakaskasen, Kinilow, indeks kerugian dari kerentanan fisik.
Tinoor Dua, Woloan Satu, Woloan 3. Penguatan konservasi hutan lindung
Satu Utara, Taratara, Taratara Satu dan dari instansi Dinas Kehutanan Kota
Taratara Dua) dan kelas kerentanan Tomohon sebagai upaya pengelolaan
tinggi meliputi 8 kelurahan (Kelurahan dan perlindungan terhadap kawasan
Kayawu, Wailan, Kakaskasen Dua, hutan lindung sebagai upaya untuk
Kakaskasen Satu, Kinilow Satu, mengurangi indeks kerugian dari
Tinoor Satu, Woloan Dua dan Taratara kerentanan lingkungan.
Tiga). Sehingga 8 kelurahan dari 18
Saran-saran terhadap aspek
kelurahan dengan tingkat kerentanan
kerentanan ekonomi tidak dilakukan
tinggi diharapkan memiliki kapasitas
dikarenakan hasil perhitungan menunjukan
daerah yang baik dalam hal
aspek tersebut tidak memiliki pengaruh
kesiapsiagaan terhadap dampak
terhadap indeks kerentanan Gunung api
bencana.
Lokon di kelurahan-kelurahan dengan
2. Hasil analisis indeks kerentanan
IKLGA tinggi.
letusan Gunung api Lokon di Kota
Salah satu saran utama dari penulis
Tomohon untuk 8 (delapan) kelurahan
juga terkait pedoman metodologi
dengan tingkat kerentanan tinggi
perhitungan kerentanan fisik, dimana
dilakukan usulan/ rekomendasi
untuk perhitungan nilai rupiah kerugian
penanganan yang ditujukan untuk
bangunan disamaratakan dengan tidak
Pemerintahan Kota Tomohon terkait
membedakan klasifikasi KRB dari peta
pertimbangan perencanaan dan
ancaman di kawasan terdampak bencana.
pengembangan mitigasi bencana
Serta dilakukannya pembuatan penelitian
berdasarkan aspek Kerentanan Fisik,
lebih lanjut terhadap Analisis Kapasitas
Sosial, Ekonomi dan Lingkungan.
dan Analisis Risiko Bencana untuk skala

Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota 236


Jurnal Spasial Vol 5. No. 2, 2018
ISSN 2442 3262

pembahasan per-kelurahan dan bisa Manajemen Bencana: Edisi kedua.


diperoleh data tingkat risiko bencana di
wilayah terdampak Gunung api Lokon di
Kota Tomohon. Sehingga diharapkan hasil
analisis kerentanan penelitian ini berguna
untuk analisis penelitian selanjutnya. Hal
ini dilakukan agar rekomendasi mitigasi
bencana yang dihasilkan bisa lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2008. Pengenalan Gunungapi.
Badan Geologi: Pusat Vulkanologi
dan Mitigasi Bencana Geologi.
Kementerian Energi dan Sumber
Daya Mineral.
Anonim. 2016. Buku Risiko Bencana
Indonesia. Jakarta: BNPB.
Awotona, Adenrele. 1997. Reconstruction
After Disaster: Issues and Practices.
Aldershot: Ashgate.
Djalil, Apriska. 2015. Evaluasi Peruntukan
Lahan dan Pemetaan Zonasi Tingkat
Risiko Bencana Letusan Gunung Api
Gamalama Di Kota Ternate (Studi
Kasus: Gunung Api Gamalama, Kota
Ternate). Volume 2, No.3. Jurnal
Spasial. Program Studi Perencanaan
Wilayah dan Kota. Universitas Sam
Ratulangi Manado.
Prahasta, Eddy. 2009. Sistem Informasi
Geografis: Konsep-konsep Dasar
(Perspektif Geodesi & Geomatika).
Bandung: Penerbit Informatika.
Rahman, Ruddy. 2010. Identifikasi Tingkat
Resiko Bencana Gunungapi Serta
Arahan Mitigasi Bencana di Wilayah
Kota Ternate. Jurusan Teknik
Planologi. Universitas Pasundan.
Republik Indonesia. 2007. Undang-Undang
Nomor 24 Tahun 2007 Tentang
Penanggulangan Bencana. Jakarta:
Sekretariat Negara.
Republik Indonesia. 2012. Peraturan
Kepala BNPB No.2 Tahun 2012
Tentang Pedoman Umum Pengkajian
Risiko Bencana. Jakarta: BNPB.
Rogi, Octavianus. 2017. Peta
Kebencanaan: Urgensi dan
Manfaatnya. Volume 14, No.3.
Media Matrasain. Jurusan Arsitektur.
Fakultas Teknik. Universitas Sam
Ratulangi Manado.
UNDP. 1992. Tinjauan Umum Manajemen
Bencana. Program Pelatihan

Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota 237

Anda mungkin juga menyukai