Anda di halaman 1dari 3

Muhammad bin Sulthan Murad ke-2 dilahirkan pada tanggal 27 Rajab 835 H (1432 m).

Sedari
kecil beliau telah bercita-cita untuk menaklukan Konstantinopel, beliau dengan gurunya selalu
mengingat pesan nabi yaitu “Konstantinopel pasti akan ditaklukan, maka sebaik baiknya amir adalah
amir Konstantinopel. Dan sebaik_baiknya tantara adalah tentaranya”

Suatu hari, sultan Murad ke-2 pergi menemui guru dari pangeran Muhammad

Sulthan Murad : “Assalamu’alaikum”

Syeikh : “Waalaikumsalam sulthan”

Sulthan Murad : “bagaimana kabarmu wahai syeikh? Bagaimana dengan perkembangan anakku
Muhammad?”

Syeikh : “Alhamdulillah sulthan, putra anda Muhammad memiliki ketertarikan yang sangat
tinggi terhadap ilmu, seperti perhatiannya terhadap berpedang.”

Sulthan Murad : “Alhamdulillah, kalua begitu bisakah syeikh ikut denganku? Aku akan
mengumumkan hal penting”

Syeikh : “Baik wahai sulthan”

Maka syeikh pun mengikuti sulthan ke ruang pertemuan, disan telah berkumpul para pasha
dan ulama.

Sulthan Murad : “Setelah bertawakal kepada Allah SWT, aku akan menguumkan keputusan penting.
Aku telah bermusyawarah kepada para guru dan ulama. Aku telah membulatkan niatku untuk
memberikan jabatanku kepada putraku Muhammad. Oleh karena itu, kalian harus selalu berada
disampingnya dan membimbingnya dengan sarana dan prasarana yang ada.

Para pasha : “Kami dengar dan kami taat wahai sulthan”

Berita tentang turun takhtanya Sulthan Murad menyebar begotu cepat dikalangan
masyarakat. Tidak sedikit yang menganggap berita ini sebagai berita buruk. Mereka beranggapan
bahwa pangeran Muhammad masih terlalu muda untuk memegang kekuasaan.

Tak lama kemudian, berita tersebut sampailah ke telinga rakyat konstantinopel. Lain halnya
dengan rakyat muslim, mereka menganggap bahwa berita ini adalah kesempatan bagus untuk
melenyapkan turki utsmani.

Panglima : “Dengarkan aku baik-baik, kita telah sering dikalahkan oleh Sulthan Murad. Sekarang
sulthan sakit parah, kita gunakan kesempatan emas ini untuk mengalahkan mereka.

Prajurit : (datang) “panglima! Ada kabar bahwa Sulthan Murad memberikan takhtanya kepada
Pangeran Muhammad”

Panglima : “Kalian lihat?! Ayo jangan membuang waktu lagi! Segera kumpulkan seluruh tantara salib
untuk menghabisi kaum muslimin!!!”
Kabar bahwa konstantinopel akan menyerang begitu cepat sampai di telinga Sulthan
Muhammad. Sulthan Muhammad kemudian meminta ayahnya untuk kembali memimpin kaum
muslimin, namun Sulthan Murad menolak. Akhirnya, Sulthan Muhammad menulis surat kepada
ayahnya “Bila Ayah adalah sultan, datanglah dan pimpinlah pasukan Ayah. Bila aku adalah sultan,
aku memerintahkan Ayah untuk datang dan memimpin pasukanku”. Dengan begitu, Sulthan Murad
memimpin pasukan muslim untuk berperang. Dan kemenangan berada di tangan kaum muslimin.
Namun, beberapa waktu kemudian. Sulthan Murad wafat karena sakit, kini kekuasaan sepenuhnya
berada di tangan Sulthan Muhammad.

Suatu ketika kapal milik Konstantin melwati wilayah kaum muslimin. Ketika itu sultan sedang
berbincang dengan penasihatnya. Lalu, utusan Konstantin datang

Pasha : “wahai sultan, utusan Konstantin datang untuk menemuimu”

Sulthan Muhammad : “suruh dia masuk”

(utusan Konstantin masuk)

Utusan Konstantin : “yang mulia…/”

Sulthan Muhammad : “Berdirilah!”

Sulthan Muhammad : “sampaikan kepada rajamu, bahwa ini adalah laut miliki kami! Maka, jangan
ada perahu yang berlayar tanpa seizin kami, dan kami akan membalas upaya upaya kalian dalam
menyebarkan fitnah. Sekarang pulanglah!”

Segera setelah kepulangan utusan Konstantin, Sulthan Muhammad mengumpulkan para


panglima perang dan para tokoh dan penasihat.

Sulthan Muhammad : “Saudaraku, sesungguhnya musuh kita telah dibutakan oleh ambisi dan
kerakusan mereka. Sedangkan kita terdorong oleh iman kepada Allah dan Rasulnya. Dan aku ingin
kalian mungumpulkan tukang kayu dan ahli bangunan sebanyak banyaknya untuk mendatangkan
kayu dari Anatolia”

Dengan begitu, dimulailah proyek besar untuk membangun banteng yang diadakan oleh
sulthan Muhammad. Ketika beliau dan para ahli bangunan sedang bekerja, seseorang datang
menghampiri sulthan Muhammad.

Pemuda : “wahai sulthan, disana ada seseorang yang sedang menunggumu. Ia berkata ingin bertemu
dengan dirimu”

Sulthan Muhammad : “baiklah

Anda mungkin juga menyukai